BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui gambaran profil darah yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit, dan leukosit pada petugas radiasi akibat paparan dosis radiasi dilingkungan kerja.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan penelitian ini adalah : a.
Adanya izin dari pihak Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan untuk melakukan penelitian.
b.
Belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran profil darah pada petugas radiasi akibat paparan radiasi.
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2017 sampai April 2017. 3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 21 orang yaitu terdiri dari : a.
Dokter Radiologi : 3 Orang
45 Universitas Sumatera Utara
46
b.
Radiographer
: 16 Orang
c.
Fisika Medis
: 1 Orang
d.
Perawat
: 1 Orang
3.3.2 Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Populasi, dimana seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian yang berjumlah 21 orang. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang relatif kecil. 3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data Sekunder merupakan data yang dapat diperoleh dari dokumendokumen yang berhubungan dengan pemaparan radiasi terhadap profil darah petugas radiasi di Unit Radiologi tahun 2016, yaitu : a.
Data umum RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi data pekerja, fasilitas, dan berbagai data lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
b.
Data pemeriksaan kesehatan darah rutin yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit dan leukosit oleh petugas yang telah dilakukan minimal 1 tahun sekali.
c.
Data Film Badge diperoleh dari rumah sakit yang bekerja sama dengan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai instansi yang berwewenang dalam hal pemantauan dosis perorangan. Film Badge yang dipakai oleh petugas radiasi selama satu bulan ini, telah sesuai dengan Perka BAPETEN No. 8 tahun 2011, dimana setiap petugas radiasi menggunakan Film Badge dengan nomer seri yang
Universitas Sumatera Utara
47
berbeda-beda, kemuadian setiap bulannya, pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan akan menerima hasil pemantauan dosis setiap petugas radiasi dari Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Hal ini data pada Film Badge akan diambil selama 1 tahun sekali dari hasil analisa Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yang telah diserahkan ke pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. 3.5
Definisi Operasional
1.
Petugas Radiasi adalah pegawai di Unit Radiologi yang berhubungan langsung dengan medan radiasi di dalam ruangan yang ada pesawat radiologi untuk keperluan diagnostik.
2.
Profil darah adalah komponen darah yaitu hemoglobin, trombosit, eritrosit dan leukosit dalam darah petugas yang dianalisis di Laboratorium RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan menggunakan alat Blood Cell Counter.
3.
Dosis adalah jumlah dosis yang diterima oleh petugas radiasi dengan menggunakan Film Bagde perorangan.
3.6
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
3.6.1 Pengolahan Data Tahap pengolahan data yaitu : a.
Editing Editing dilakukan untuk mengecek kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin.
b.
Coding Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, juga untuk
Universitas Sumatera Utara
48
menjadi kerahasiaan identitas responden. c.
Entry Entry yaitu suatu proses memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer.
d.
Cleaning Data yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan pembersihan data, artinya sebelum dilakukan pengolahan, data dicek terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan.
e.
Tabulating Tabulating dilakukan untuk pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang diberikan kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
3.6.2 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang berasal dari data sekunder rumah sakit tahun 2016 akan dilakukan analisa secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan studi perpustakaan yang relevan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang terletak di jalan
Prof. H.M Yamin, SH No. 47 Medan, mempunyai luas bangunan 73.12,90 m2, didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930, sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W Bays. Pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada dr. A.A. Messing. Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sampai sekarang telah mengalami pergantian pimpinan berkali-kali. Adapun yang pernah menjabat sebagai pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan periode 2013 - Sampai Sekarang adalah Dr. H. Edwin Effendi, M.Sc. RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan unit organisasi dilingkungan Departemen Kesehatan yang salah satu rumah sakit tipe B. Tugasnya melaksanakan upaya kesehatan secara berdata guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan telah ditetapkan menjadi unit Swadana sejak 11 Februari 1998 dengan tujuan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan pengelolahan sumber daya rumah
49 Universitas Sumatera Utara
50
sakit serta meningkatkan mutu pelayanan medis dan non medis. Penilaian Akreditasi Dasar RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan sejak 14 April 2000 dan Akreditasi Lengkap sejak tanggal 16 Desember 2006. Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan yang merupakan salah satu penunjang dengan pelayanan 24 jam yang dibagi menjadi 3 shif kerja. Ruang unit kerja radiologi terletak di lantai 1 dan lantai 2, hal ini bertujuan untuk memudahkan pasien untuk mendapatkan pemeriksaan diagnostik, yang terdiri dari 9 ruangan : di lantai 1 terdapat 2 ruangan yaitu untuk pemeriksaaan CT-Scan dan USG sedangkan di lantai 2 terdapat 4 ruangan Fluroscopi serta 3 ruangan lainnya yaitu ruang dokter, ruangan petugas radiasi dan ruangan administrasi. Keseluruhan dinding telah dilapisi timbal/PB sebagai shielding yang memberikan proteksi radiasi bagi petugas radiasi, pasien maupun masyarakat yang berada dekat dengan unit radiologi. Ruangan-ruangan pemeriksaan tersebut adalah 1.
Ruangan Pemeriksaan 1 Ruangan pemeriksaan 1 terletak di lantai 1 dengan ukuran 600 cm x 400 cm
x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 130 cm x 100 cm dengan ketebalan 2 mmPb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. diruangan ini ditempatkan alat CTScan dengan spesifikasi sebagai berikut : a.
Merk Pembangkit
: Siemens Somatom Emotion Duo
b.
Kondisi Maksimum
: 130 Kv/240 mAs
Universitas Sumatera Utara
51
c.
Tujuan
: penggunaan dalam radiologi diagnostik.
2.
Ruangan Pemeriksaan 2 Ruangan pemeriksaan 2 terletak di lantai 1 dengan ukuran 450 cm x 400 cm
x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 mmPb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. diruangan ini ditempatkan pesawat sinar-X diagnostik dengan spesifikasi sebagai berikut : a.
Merk Pembangkit
: Siemens Multix Compact K
b.
Kondisi Maksimum
: 150 Kv/800 mAs
c.
Tujuan
: Diagnostik Roentgen
3.
Ruangan Pemeriksaan 3 Ruangan pemeriksaan 3 terletak di lantai 2 dengan ukuran 750 cm x 400 cm
x 300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 mmPb. Ruangan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela maupun exhaust-fan sebagai sirkulasi udara. Ruangan ini dibagi menjadi 4 ruangan yaitu sebagai berikut : a.
Ruang Fluroscopi 1 untuk pemeriksaan pada pasien yang tidak dapat berdiri.
b.
Ruang Fluroscopi 2 untuk pemeriksaan pada bagian tulang pasien.
c.
Ruang Fluroscopi 3 untuk pemeriksaan pada pasien yang dapat berdiri.
d.
Ruang Fluroscopi 4 untuk pemeriksaan pada gigi pasien.
Universitas Sumatera Utara
52
Ruangan pemeriksaan 3 ini terdapat Pesawat General X-ray 500 mA disetiap ruangannya dengan spesifikasi sebagai berikut : a.
Merk Pembangkit
: Siemens
b.
Tujuan
: Penggunaan dalam radiologi diagnostik.
4.
Ruang Administrasi Ruangan administrasi terletak di lantai 1 dan lantai 2 yang berukuran 450
cm x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb, di rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) dan jendela mengarah kea rah ruang tunggu pasien dengan ketinggian jendela 1 meter. 5.
Ruang Dokter Ruang dokter terletak di lantai 2, terdapat 2 ruangan yang berukuran 350 cm
x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm, dengan ketebalan 2 mmPb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah Air Contioner (AC) tanpa ada jendela sebagai sirkulasi udara. 6.
Ruangan Kamar Gelap
Ruangan kamar gelap terletak di lantai 2, ruangan bergabung dengan ruangan Fluroscopi 3 yang berukuran 350 cm x 400 cm x 300 cm dengan ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb serta dilengkapi kaca timbal tembus pandang dengan ukuran 50 cm x 40 cm, dengan ketebalan 2 mmPb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan exhaust fan sebagai sirkulasi udara tanpa air contioner (AC) maupun jendela. Ruangan ini ditempatkan alat Prossesing Film Automatic.
Universitas Sumatera Utara
53
7.
Ruang Petugas Radiasi Ruang petugas radiasi terletak di lantai 2 dengan ukuran 350 cm x 250 cm x
300 cm, ketebalan dinding 15 cm + 2 mmPb. Rungan ini hanya difasilitasi dengan 1 buah air contioner (AC) dengan 1 buah Televisi serta 1 buah tempat tidur (TV). Setiap pesawat sinar-X yang digunakan di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Tenaga Nuklir oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) sebagai salah satu syarat untuk izin pelayanan radiologi. Bagian pintu setiap ruang pemeriksaan ada lampu indikator yang berwarna merah dan hijau. Lampu warna merah berfungsi sebagai tanda pesawat sinar-X sedang digunakan sedangkan lampu berwarna hijau berfungsi sebagai tanda pesawat sinar-X sedang tidak digunakan. Ada juga logo bertuliskan awas bahaya radiasi, di dalam ruang pemeriksaan sendiri ada tulisan peringatan bagi wanita hamil dan telat datang bulan untuk memberitahukan kepada petugas radiologi, yang berguna untuk kelanjutan pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan yang dilakukan di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu : 1.
Thorax Anak
11.
Cruis
2.
Thorax Dewasa
12.
Wrist Joint
3.
Lumbal Ap
13.
Abdomen
4.
Lumbal Lateral
14.
Pelvic
5.
Sinus Paranasal Waters
15.
Femur
6.
Sinus Paranasal Lateral
16.
Manus
7.
Schedel Ap
17.
Shoulder
Universitas Sumatera Utara
54
8.
Schedel Lateral
18.
Antebrachi
9.
Mastoid
19.
Pedis
10.
Nasal
20.
Genu
4.1.1 Motto, Visi, dan Misi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 1.
Motto Motto Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan
adalah sebagai berikut : Motto adalah Aegrotti Salus ex Suprema, artinya adalah kepentingan Penderita adalah yang utama. 2.
Visi Visi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu
menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan dan Unggulan di Sumatera Bagian Utara tahun 2015. 3.
Misi Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
sebagai berikut: a.
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
b.
Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain.
c.
Mengembangkan manajemen rumah sakit yang professional.
Universitas Sumatera Utara
55
4.1.2 Ketersediaan Sumber Daya Manusia di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah ketersediaan sumber daya manusia atau ketenagaan pada tahun 2015/2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.1. Ketenagaan Berdasarkan Profesi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah (orang)
%
Tenaga PNS a. Tenaga Medis b. Tenaga Non Medis c. Tenaga Paramedis Keperawatan d. Tenaga Paramedis Non Keperawatan
195 257 469 183
11,02 14,52 26,49 10,34
Tenaga Non PNS a. Tenaga Medis b. Tenaga Non Medis c. Tenaga Paramedis Keperawatan d. Tenaga Paramedis Non Keperawatan
25 230 63 348
1,41 13 3,56 19,66
1.770
100,00
No
Jenis Ketenagaan
1.
2.
Jumlah
Sumber : Laporan Rumah Sakit Tahun 2015/2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015/2016 dapat diketahui bahwa jenis ketenagaan di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan terbagi menjadi 2 yaitu tenaga PNS dan tenaga non PNS. Tenaga PNS terbagi menjadi 4 bagian juga yaitu tenaga medis, tenaga non medis, tenaga paramedis keperawatan, dan tenaga paramedis non keperawatan. Frekuensi terbesar pada jenis ketenagaan kelompok tenaga PNS yaitu tenaga paramedis keperawatan berjumlah 469 orang (26,49%), frekuensi tenaga non medis berjumlah 257 orang (14,52%), frekuensi tenaga medis berjumlah 195 orang
Universitas Sumatera Utara
56
(11,02%) dan tenaga paramedis non keperawatan berjumlah 183 (10,34%). Sedangkan frekuensi terbesar pada jenis ketenagaan kelompok tenaga non PNS yaitu
tenaga paramedis non keperawatan berjumlah 348 (19,66%), frekuensi
tenaga non medis berjumlah 230 orang (13%), frekuensi tenaga paramedis keperawatan berjumlah 63 orang (3,56%) dan tenaga medis berjumlah 25 (1,41%). Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan terdiri dari Bagian Radiodiagnostik yang merupakan unit pelayanan dengan menggunakan radiasi untuk mendiagnosa awal suatu penyakit. Tabel 4.2 Ketenagaan di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan No 1. 2. 3. 4.
Jenis Ketenagaan
Jumlah (orang)
%
Dokter Radiologi/Radiolog Tenaga Radiographer Fisika Medis Perawat Radiologi
3 16 1 1
14,3 76,2 4,8 4,8
Jumlah
21
100,00
Sumber : Laporan RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015/2016 Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2015/2016 dapat diketahui bahwa : 1.
Dokter radiologi/radiolog yang bertugas di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 3 orang (14,3%), walaupun sebagai dokter spesialis tidak tetap di Unit Radiologi tetapi dokter radiologi harus berkompeten di bidang radiologi. Dokter radiologi mampu mengoperasikan pesawat sinar-X Fluoroscopi, menetapkan prosedur diagnosis dan menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-anak dan
Universitas Sumatera Utara
57
pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan telah sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 tahun 2011, untuk memiliki dokter spesialis radiologi yang berkompetensi dibidangnya. 2.
Tenaga Radiographer yang bekerja di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berjumlah 16 orang (76,2%). Petugas radiasi merupakan tenaga kesehatan yang bekerja dan diberikan tugas dan wewenang serta tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi di Unit Radiologi. Radiographer di daya gunakan dalam upaya pelayanan yang menggunakan peralatan/sumber radiasi pengion. Menurut KEPMENKES RI No. 375 Tahun 2007 tentang Standart Pendidikan Radiographer yaitu Diploma III Teknik Radiologi. Hasil penelitian di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan menjelaskan bahwa petugas radiasi lulusan D3 teknik radiologi dan S1 yang menguasai dibidangnya, dengan tahun kelulusan dan tingkat pengalaman yang berbeda.
3.
Fisika Medis yang bekerja di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 1 orang (4,8%). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 tahun 2011, bahwa setiap unit radiologi yang menggunakan pesawat sinar-X wajib memiliki seorang Fisikawan Medis. Fisikawan medis memiliki tugas yaitu untuk meninjau keberadaan sumber daya manusia/petugas radiasi, prosedur, perlengkapan proteksi radiasi, melakukan perhitungan dosis terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita hamil, berpartisipasi pada penyusunan program pelatihan proteksi radiasi.
Universitas Sumatera Utara
58
4.
Perawat Radiologi yang bekerja di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 1 orang (4,8%) yang berkompeten di bidangnya.
4.2
Karakteristik Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Secara umum dapat digambarkan karakteristik petugas radiasi berdasarkan
jenis kelamin, umur, dan masa kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. 1. 2.
Jenis Kelamin Jumlah (orang) % Laki – laki 7 33,3 Perempuan 14 66,7 Total 21 100,00 Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar jenis
kelamin petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 7 orang (33,3%) dan frekuensi jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 14 orang (66,7%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan kelompok umur petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No.
Umur
43 >43
1. 2.
Total
Jumlah (orang)
%
11 10
52,4 47,6
21
100,00
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar umur petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok umur 43 tahun yaitu berjumlah 11 orang (52,4%) dan frekuensi terendah pada kelompok umur >43 tahun yaitu berjumlah 10 orang (47,6%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan masa kerja pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. 1. 2.
Masa Kerja
15 >15 Total
Jumlah (orang)
%
11 10 21
52,4 47,6 100,00
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar masa kerja petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok masa kerja 15 tahun yaitu berjumlah 11 orang (52,4%) dan frekuensi terendah pada masa kerja >15 tahun yaitu berjumlah 10 orang (47,6%).
Universitas Sumatera Utara
60
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. No. 1. 2.
Masa Kerja Diploma 3 Sarjana 1 Total
Jumlah (orang)
%
13 8 21
61,9 38,1 100,00
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar pendidkan petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada kelompok pendidikan Diploma 3 yaitu berjumlah 13 orang (61,9%) dan frekuensi terendah pada pendidikan Sarjana 1 yaitu berjumlah 8 orang (38,1%). Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, karakteristik responden berdasarkan lama paparan pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan didapatkan bahwa seluruh petugas mengalami kontak langsung selama 8 jam/hari. 4.3
Gambaran Dosis Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2016, karakteristik responden berdasarkan dosis perorangan dengan menggunakan Film Badge pada petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.7 Dosis Perorangan dengan Menggunakan Film Badge pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016
No.
Nama
Dosis (mSv)
No. Seri
Total
1.
Petugas 1
2.050.001
Jan 0.1
Feb 0.1
Mar 0.1
Apr 0.1
Mei 0.1
Juni 0.1
Juli 0.1
Agt 0.1
Sept 0.1
Nov 0.1
Okt 0.1
Des 0.1
1.2
2.
Petugas 2
2.050.002
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
3.
Petugas 3
2.050.007
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
4.
Petugas 4
2.050.009
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
5.
Petugas 5
2.050.015
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
6.
Petugas 6
2.050.017
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
7.
Petugas 7
2.050.019
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
8.
Petugas 8
2.050.103
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
9.
Petugas 9
2.050.104
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
10.
Petugas 10
2.050.111
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
Universitas Sumatera Utara
62
11.
Petugas 11
2.050.112
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
12.
Petugas 12
2.050.113
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
13.
Petugas 13
2.050.114
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
14.
Petugas 14
2.050.115
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
15.
Petugas 15
2.050.116
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
16.
Petugas 16
2.050.117
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
17.
Petugas 17
2.050.118
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
18.
Petugas 18
2.050.119
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
19.
Petugas 19
2.050.120
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
20.
Petugas 20
2.050.121
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
21.
Petugas 21
2.050.122
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.2
Universitas Sumatera Utara
63
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%). 4.4
Gambaran Profil Darah pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016. Secara umum dapat digambarkan profil darah yaitu Hemoglobin, Leukosit,
Trombosit, dan Eritrosit berdasarkan data pemeriksaan kesehatan darah rutin petugas radiasi yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016 ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Darah Rutin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016. No.
Nama
Hemoglobin
Eritrosit
Trombosit
Leukosit
1.
Petugas 1
15
5.62
269000
9460
2.
Petugas 2
13.4
4.64
363000
5870
3.
Petugas 3
9.9
3.4
261000
8900
4.
Petugas 4
13.1
4.64
267000
5970
5.
Petugas 5
15.1
4.77
236000
8210
6.
Petugas 6
13
4.69
429000
5870
7.
Petugas 7
14.4
4.93
283000
6640
8.
Petugas 8
13
4.29
375000
9200
9.
Petugas 9
13.8
4.54
297000
7800
10.
Petugas 10
14.3
4.95
322000
9800
11.
Petugas 11
13.1
4.34
313000
8000
12.
Petugas 12
12.7
4.81
296000
8940
13.
Petugas 13
15.3
4.89
225000
5890
14.
Petugas 14
13.2
4.44
342000
6120
15.
Petugas 15
13.6
4.54
204000
7700
16.
Petugas 16
12
3.82
229000
7700
17.
Petugas 17
14.9
4.86
250000
6000
18.
Petugas 18
13.7
4.53
224000
5930
19.
Petugas 19
12
4.95
265000
11900
20.
Petugas 20
12.6
3.8
350000
10000
21.
Petugas 21
12.1
4.25
235000
5800
Universitas Sumatera Utara
65
Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Hemoglobin petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Hemoglobin pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Hemoglobin No.
Dosis
1.
1,2
Normal
%
Tidak Normal
%
20
95,2
1
4,8
Keterangan : Hb Normal Laki-laki Hb Normal Perempuan
Total
%
21
100,00
: 13-17 gr/dl : 12 – 16 gr/dl
Hb Tidak Normal Laki-laki : < 13 dan > 17 gr/dl Hb Tidak Normal Perempuan : < 12 dan >16 gr/dl Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi hemoglobin akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu hemoglobin normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu hemoglobin yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Leukosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Leukosit pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Leukosit No.
Dosis
1.
1,2
Normal
%
Tidak Normal
%
20
95,2
1
4,8
Total
%
21
100,00
: 4.000 – 10.000 (sel/mm3)
Keterangan : Leukosit Normal Leukosit Tidak Normal
: < 4.000 dan > 10.000 (sel/mm3)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi leukosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu leukosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Trombosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Trombosit pada Petugas Radiasi di Divisi Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
No.
Dosis
1.
1,2
Trombosit Normal
%
Tidak Normal
%
21
100
0
0
Keterangan : Trombosit Normal Trombosit Tidak Normal
Total
%
21
100,00
: 150.000 – 450.000 (sel/mm3) : <150.000 dan >450.000 (sel/mm3)
Universitas Sumatera Utara
67
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa frekuensi trombosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%). Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016, gambaran profil darah yaitu Eritrosit petugas radiasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Eritrosit pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Eritrosit No.
Dosis
1.
1,2
Normal
%
Tidak Normal
%
20
95,2
1
4,8
Keterangan : Eritrosit Normal Eritrosit Tidak Normal
Total
%
21
100,00
: 3,8 – 5,8 juta/mm3 : <3,8 dan >5,8 juta/mm3
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa frekuensi eritrosit akibat adanya paparan dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi yaitu 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%), sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu eritrosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu eritrosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%).
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Gambaran Dosis Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian, dosis yang diterima pada setiap petugas radiasi
sebesar 1,2 mSv/tahun (penjumlahan dosis per bulan selama 1 tahun), dengan total petugas radiasi berjumlah 21 orang (100%). Menurut BAPETEN (2011), dosis yang diterima oleh petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan menggunakan Film Badge masih dalam ambang batas yang diizinkan oleh BAPETEN yaitu <20mSv/tahun, kemudian hasil pemeriksaan tersebut akan diberitahukan kepada setiap petugas yang bersangkutan, sehingga petugas radiasi dapat bekerja dengan tenang dan produktif. (BAPETEN, 2011) Pemantauan dosis radiasi perorangan dilakukan pada petugas radiasi dengan menggunakan Film Badge, yaitu alat pencatat dosis radiasi yang merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap individu. Film Badge yang dipakai oleh petugas radiasi selama satu bulan ini, telah sesuai dengan Perka BAPETEN No. 8 tahun 2011, dimana setiap petugas radiasi menggunakan Film Badge dengan nomer seri yang berbeda-beda, kemuadian setiap bulannya, pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan akan menerima hasil pemantauan dosis setiap petugas radiasi dari Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Hal ini data pada Film Badge akan diambil selama 1 tahun sekali dari hasil analisa Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yang telah diserahkan ke pihak RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan. Hasil Film Badge tersebut didokumentasikan dan dicatat oleh
68
Universitas Sumatera Utara
69
petugas proteksi radiasi. Pelaporan ini dilakukan secara berkala untuk meyakinkan petugas radiasi, bahwa radiasi yang diterima masih di bawah ambang batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). (BAPETEN, 2011) Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 4 tahun 2013, jika setiap petugas yang mengalami kekurangan dalam tindakan terhadap pemantauan radiasi harus diidentifikasi untuk mewujudkan keselamatan radiasi serta harus melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Tindakan pemantauan dosis bagi petugas radiasi, berguna untuk melihat seberapa besar radiasi yang diterima petugas radiasi selama melakukan aktifitasnya sebab peningkatan dosis radiasi pada petugas akan bertambah seiring dengan masa kerja. Berdasarkan penelitian Muirhead (2009), petugas radiasi yang bekerja lebih dari 20 tahun meningkatkan risiko kejadian beberapa jenis kanker. Jenis kanker yang paling sering muncul adalah Leukimia. Penelitian Sont (2001) tentang petugas radiasi dengan masa kerja 20 tahun, angka kejadian kanker sebesar 2% dengan dosis sebesar 0 – 4,9 mSv. Persentase kejadian kanker masih 2% hingga dosis sebesar 19,9 mSv, sehingga Film Badge wajib dipakai dalam seluruh aktifitas petugas, tidak hanya sebagai formalitas semata. Hal ini telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 bahwa setiap pemegang izin Film Badge wajib memakai serta melakukan pemantauan dosis petugas radiasi. Kegunaan Film Badge lainnya juga dapat melihat tingkat beban kerja masing-masing petugas yaitu untuk melihat kedisiplinan petugas dalam bekerja menggunakan pesawat sinar-X, dan mengikuti standart operasional prosedur kerja atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
70
5.2
Gambaran Profil Darah pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dari petugas
radiasi, sebagian besar responden mempunyai profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit dan leukosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan responden yang mempunyai profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) sedangkan untuk trombosit seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%), sehingga dapat dilihat pada tabel 4.8, petugas radiasi 3 mengalami penurunan sel darah merah yaitu 3,40 juta/mm3 dengan batas normal eritrosit 3,8 – 5,8 juta/mm3, dan terjadi penurunan hemoglobin yaitu 9,9 gr/dl dengan batas normal hemoglobin perempuan dewasa yaitu 12 – 15,5 gr/dl. Adapun petugas radiasi 3 mengalami penurunan tingkat kesehatan juga yaitu penurunan kadar gula darah dan penurunan ureum dan kreatinin pada hasil pemeriksaan urin. Hasil penelitian dalam jurnal Indro Yuwono (2000), penerimaan dosis radiasi intema dan ekstema bagi petugas radiasi di P2TBDU telah dilaksanakan dalam periode 1997-1999. Dosis yang diterima petugas radiasi yaitu 0,55 mSv dan penerima dosis radiasi tertinggi yaitu 2,66% dari NBD, dapat mempengaruhi penurunan tingkat kesehatan, ini terjadi bukan karena penerimaan dosis rendah akibat paparan radiasi tetapi pola konsumsi makanan pada petugas radiasi. Lain halnya dengan petugas radiasi 19 mengalami peningkatan sel darah putih yaitu 11.900 sel/mm3 dengan batas normal leukosit yaitu 4.000-10.000 juta/mm3. Perubahan tingkat kelainan kesehatan pada petugas radiasi 19 hanya
Universitas Sumatera Utara
71
terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam darah (Leukositosis). Hasil penelitian Adlina dan Wasilah (2009) membuktikan bahwa dosis sebesar 25 rem dapat menurunkan jenis leukosit sel PMN (Polymorpho Nuclear) akibat paparan radiasi sinar–X dosis tunggal. Menurut BAPETEN (2005), tidak semua profil darah mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Menurut Borgonie dan Tribondeu menyatakan bahwa jaringan yang sel – selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, yaitu sel – sel darah putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur. (BAPETEN, 2005) Menurut penelitian Suhaedi (2003), radiasi juga mempengaruhi perubahan jumlah profil darah khususnya sel darah putih (Leukosit), merupakan komponen selular darah yang sangat sensitif terhadap penyinaran radiasi. Beda halnya dengan sel darah merah (eritrosit), merupakan sel darah yang kurang sensitif terhadap penyinaran radiasi dari pada sel darah lain. Hal ini sesuai dengan teori Contran yang menyatakan bahwa radiasi menimbulkan kerusakan pada sel darah tergantung dari dosis dan lama paparan. (Contran, 1999) Lama paparan merupakan salah satu faktor penentukan dosis radiasi terhadap kadar darah petugas radiasi, ini berguna untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pekerja selama bekerja di unit radiasi. Berdasarkan UNSCEAR (2006), dampak kesehatan dari radiasi nuklir berbanding lurus dengan lama paparan. Semakin lama paparan radiasi, angka kejadian semakin tinggi sehingga dapat mengakibatkan penyakit kanker pada
Universitas Sumatera Utara
72
petugas radiasi. Jenis kanker yang paling banyak muncul dalam laporan UNSCEAR adalah Leukimia, sehingga, jika radiasi sebagai rangsangan dan naik turunnya jumlah profil darah sebagai respon, dapat dikatakan bahwa dosis radiasi yaitu 1,2 mSv per tahun dalam jangka panjang akan mempengaruhi kesehatan petugas. Menurut Akhadi (1997), paparan radiasi biasanya tidak segera menampakkan bahayanya, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kanker pada petugas. Menurut penelitian pada jurnal Erma dan Supriyadi, penurunan eritrosit disebabkan karena kerusakan sel yang irreversible akibat paparan radiasi, tergantung dari dosis dan lama paparan yang diterima oleh petugas radiasi. Penurunan eritrosit yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel darah, hal ini terjadi karena sel darah mulai membentuk populasi ulang, dalam satu bulan setelah terpapar radiasi. Akibatnya, penekanan aktivitas eritrosit terhadap petugas yang terkena radiasi akan mengalami kekurangan hemoglobin dan anemia. Selanjutnya jika dibiarkan dalam jangka panjang akan memburuk dengan adanya pendarahan di seluruh tubuh, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi. Menurut penelitian Suhaedi (2003), Kenaikan jumlah leukosit pada pekerja radiasi dikarenakan sel darah putih itu sendiri atau karena berasal dari sumbernya
Universitas Sumatera Utara
73
yaitu bakal sel darah putih yang ada di sumsum tulang. Sumsum tulang berisi bakal sel darah yang belum matang, dalam urutan tingkat sensitifitas jaringan tubuh, sumsum tulang menempati urutan pertama sehingga apabila terkena radiasi maka akan mempengaruhi jumlah sel sumsum tulang, dengan demikian, pengurangan jumlah sel darah tidak hanya pada komponen sel darah yang ada diperifer tetapi juga pada reservoirnya yaitu bakal sel darah yang terdapat disumsum tulang. (Bomford, dkk. 1979) Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah leukosit yaitu penyakit, zat kimia, toksis, asupan makanan maupun lamanya kontak dengan paparan dosis radiasi. Hal yang paling mendukung terjadinya perubahan jumlah leukosit yaitu lama kontak, karena semakin lama kontak dengan paparan radiasi semakin banyak radiasi yang mengenai petugas sehingga risiko yang ditimbulkan semakin besar. (Ganong, 1999) Selain itu, ditemukan 1 petugas radiasi mengalami kelainan darah yaitu Leukositosis. Menurut jurnal Rahardjo dan Siti Nurhayati (2006), Leukositosis (kenaikan jumlah leukosit) adalah gejala klinik yang terjadi pada sindroma radiasi pada petugas radiasi yang terpapar radiasi, oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit dapat digunakan untuk menentukan gejala akibat terpapar radiasi. Hasil jumlah sel leukosit petugas radiasi disajikan pada tabel 4.10 dimana jumlah leukosit petugas radiasi mengalami kenaikan di atas 10.000 sel/mm3 yaitu 11.000 sel/mm3, kemungkinan pekerja mengalami infeksi bakterial. Kenaikan jumlah leukosit sekitar 12.000-15.000 biasanya dokter menganjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti tes urin lengkap, pemeriksaan fungsi hati, dan jika sangat diperlukan untuk mengetahui kuman (bakteri) dalam darah, maka
Universitas Sumatera Utara
74
dilakukan pemeriksaan kultur, adanya tanda infeksi ini sudah menjadi indikasi pemberian obat antibiotik. Sebaliknya, jika nilai leukositnya dalam batas normal maka dokter hanya menganjurkan untuk melanjutkan pengobatan guna mengatasi demam atau gejala lain yang dirasakan oleh pasien (simptomatik). Menurut jurnal Rahardjo dan Siti Nurhayati (2006), kenaikan jumlah sel darah putih ini juga diikuti dengan penurunan jumlah limfosit yang merupakan komponen dari leukosit yang berperan melawan infeksi. Penurunan jumlah limfosit yaitu 21,3% dengan batas normal limfosit yaitu 25,0 - 50,0. Hal ini terjadi karena jumlah limfosit dalam leukosit juga sangat sensitif terhadap paparan dosis radiasi. Berdasarkan hukum Borgonie dan Tribondeu (1906) menyatakan bahwa tingkat radiosensitivitas suatu sel atau jaringan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksinya dan berbanding terbalik degan derajat deferensialnya. Dimana sel yang yang belum matang mempunyai kapasitas pembelahan sel yang relatif tinggi dan deferensial yang kecil sehingga lebih sensitif terhadap radiasi. (Rasad, 2005) Hal ini akan mengakibatkan petugas radiasi mengalami kearah kelainan darah yaitu Limfositopenia. Limfositopenia (penurunan jumlah limfosit) adalah gejala klinik yang terjadi pada sindrom radiasi yang paling cepat dan mudah terdeteksi karena dalam darah perifer limfosit akan mencapai titik terendah lebih awal dibandingkan dengan sel lainnya. Bila terjadi kecelakaan radiasi dosis 1 - 2 Gy, dalam waktu 48 jam sudah terjadi penurunan jumlah lomfosit sampai 50% dari nilai normal, dalam sistem hemopoitik limfosit merupakan sel tua yang paling radiosensitif (Liniecki, dkk. 1983) Dosis berjumlah 1,2 mSv dapat menyebabkan penekanan proses
Universitas Sumatera Utara
75
pembentukan sel darah sehingga jumlah sel-sel darah akan menurun. Jumlah sel limfosit menurun dalam jangka panjang akibat adanya paparan radiasi. Penurunan jumlah sel limfosit dapat digunakan untuk perkiraan tingkat keparahan yang mungkin diderita petugas akibat paparan radiasi akut. Menurut penelitian Erma dan Supriyadi, perubahan jumlah profil darah akibat dosis radiasi umumnya diawali dengan kerusakan ikatan kimia pada sel. Bila energi radiasi yang terserap cukup besar maka dapat terjadi kematian sel. Kematian sel akibat radiasi disebabkan oleh efek akut karena radiolisis molekul air. Produksi oksigen teraktifasi dalam peroksidasi lemak, melukai membran, dan berinteraksi dengan makro molekul dari sel. (Rubin, 2005) Tanda-tanda klinis dari laboratorium dapat berupa kelainan yang minimal sampai berat dan biasanya tidak tampak apabila energi radiasi tersebut tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan kerusakan kimia yang terjadi masih mampu diperbaiki oleh tubuh, (Rasyid,2007) sehingga dalam jangka panjang karena adanya paparan radiasi mengakibatkan apoptosis. (Contran, 1999) Menurut penelitian pada Jurnal Erma dan Supriyadi, apoptosis akibat paparan dosis radiasi memicu kerusakan DNA yang menimbulkan radikal bebas yang terbentuk dalam profil darah. (Cotran, 1999) Perubahan jumlah profil darah disebabkan karena adanya kerusakan biologi dan kematian sel. Teori target menyatakan bahwa sel mati setelah penyinaran radiasi ionisasi bila molekul utama (DNA) menjadi tidak aktif. Teori racun (Poison Theory) menyatakan bahwa radiasi ionisasi menghasilkan radikal bebas intraseluler yang secara biologis sangat merusak. (Edward, 1990)
Universitas Sumatera Utara
76
Kerusakan sel akibat radiasi ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan langsung terjadi terutama pada molekul DNA. Pada sel yang mendapat paparan radiasi, molekul DNA akan menjadi target utama sehingga akan mengalami kerusakan paling banyak. Hal ini karena molekul DNA merupakan struktur sub sel yang paling peka terhadap radiasi dibandingkan struktur sub sel yang lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kerusakan DNA yang terjadi akibat radiasi ionisasi adalah ikatan silang protein DNA, ikatan silang pita DNA, oksidasi dan degradasi basa DNA, ikatan gula phospat putus dan rantai DNA baik tunggal maupun ganda terputus. (Contran, 1999 ; Stewart, 1998) Kerusakan secara tidak langsung yaitu radiasi menembus jaringan molekul air dalam sel yang mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel, sehingga diperkirakan kerusakan sel pada penelitian ini sebagian besar terjadi melalui efek tidak langsung atau oleh radikal bebas. (Edwards, 1990) Radikal bebas dapat bergeser ke molekul lain, seperti molekul DNA, yang terletak dengan jarak tertentu dari daerah ionisasi awal dan berinteraksi dengan mengionisasi, merusak ikatan kimia dan menghasilkan melokuler atau titik lesi pada makromolekul DNA. Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan biologis yang lebih berat dengan bergabung terhadap molekul lain, untuk membentuk substansi racun yang juga dapat bergeser ke molekul DNA di dekatnya dan
Universitas Sumatera Utara
77
melakukan interaksi yang berbahaya. (Edwards, 1990) Radiasi sendiri diyakini paling efektif dalam membunuh sel yang sedang aktif membelah. Kerusakan sel akibat radiasi selain karena kerusakan DNA juga karena kerusakan membran sel dan kerusakan membran ternyata memberikan konstribusi terhadap timbulnya apoptosis. Berarti berdasarkan perubahan jumlah profil darah yang terjadi pada petugas radiasi, masih diperlukan perhatian lebih lanjut sebab tidak ada penyinaran radiasi yang benar-benar aman. (Bomford, dkk. 1979) Pedoman ALARA (The National Committee on Radiation Protection) berbunyi “radiasi penyinaran harus dibuat sekecil mungkin” hal itu dapat tercapai melalui prosedur pengontrolan radiasi yang tepat, tujuan dari pengontrolan ini adalah untuk memberikan manfaat radiasi yang baik untuk petugas radiasi agar terhindar dari paparan dosis radiasi. (Budioro, 1992) Hal ini menunjukkan bahwa dosis taraf rendah yang diterima pekerja radiasi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluhpuluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut efek stokastik. Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan
Universitas Sumatera Utara
78
dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut, kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker khususnya kanker darah (Leukimia). Hal ini terjadi karena paparan radiasi dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain dapat disebabkan oleh paparan dosis radiasi, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain, karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zatzat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang gambaran profil
darah pada petugas radiasi di Unit Radiologi di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Dosis radiasi yang diterima berjumlah 1,2 mSv per tahun oleh petugas radiasi masih dalam batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
2.
Dosis radiasi yang diterima menimbulkan perubahan profil darah yaitu hemoglobin, leukosit, dan eritrosit normal berjumlah 20 orang (95,2%) dan profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit, dan leukosit yang tidak normal berjumlah 1 orang (4,8%) sedangkan untuk trombosit seluruh responden mempunyai trombosit normal berjumlah 21 orang (100%).
6.2
Saran
1.
Pentingnya keselamatan kerja bagi petugas radiasi, sehingga harus diwajibkan bagi setiap petugas untuk selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi petugas dari bahaya yang ditimbulkan oleh paparan dosis radiasi.
2.
Pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi petugas radiasi harus selalu dipertahankan yaitu minimal setiap 1 tahun sekali sehingga kondisi kesehatan petugas dapat dipantau secara terus-menerus sesuai dengan ketentuan BAPETEN No. 6 Tahun 2010.
79
Universitas Sumatera Utara
80
3.
Pentingnya pemantauan dosis radiasi bagi petugas radiasi setiap 1 bulan sekali untuk mengetahui dosis yang diterima petugas masih dalam batas aman bagi petugas selama melakukan aktivitasnya.
Universitas Sumatera Utara