BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk
mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan Tahun 2013. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena: 1. Pasar Sangkumpal Bonang merupakan pasar tradisional terbesar di kota Padangsidimpuan yang berdiri tepat di pusat kota dan suasana pasar tersebut setiap harinya ramai. 2. Banyak pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 3.3.
Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer 1. Data hasil pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan wawancara kepada pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar Sangkumpal Bonang dengan bantuan kuesioner. 3.3.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun instansi terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian. 3.4.
Parameter dan Subjek Penelitian
3.4.1. Parameter Penelitian Parameter yang di ukur dalam penelitian adalah karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tahun 2013. 3.4.2. Subjek Penelitian Adapun subjek dari penelitian ini adalah: 1. Pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan. 2. Karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang akan diambil di tiga titik pengukuran yaitu titik I di Jalan Patrice Lumumba (Samping kiri Pasar Sangkumpal Bonang), titik II di Jalan M.H.Thamrin (Depan Pasar Sangkumpal Bonang) dan titik III di Jalan Mongonsidi (Samping kanan Pasar Sangkumpal Bonang). 3.5.
Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang, yang berjumlah 205 orang. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan karena pedagang kaki lima setiap harinya melaksanakan aktivitas hidupnya di pasar tersebut, sehingga kemungkinan mereka terpapar oleh bahan polutan yang ditimbulkan oleh aktivitas transportasi. 3.5.2. Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling) , karena jumlah sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain. Kemudian dari masing – masing strata di ambil sampel yang mewakilinya. Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus :
1
Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel d : Tingkat Kepercayaan/Ketepatan yang diinginkan (0,1) (Notoatmodjo , 2005) Dengan mensubsitusi nilai N dan d ke dalam formula besar sampel, maka: =
205 1 + 205 (0,12)
=
205 1 + 205 (0,01)
= =
205 1 + 2,05 67,1 = 67
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut dengan jumlah populasi sebesar 205 orang maka ditetapkan jumlah sampel sebanyak 67 orang. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan di ambil di bagian depan, bagian samping kanan dan bagian samping kiri dari Pasar yaitu : 1. Besar sampel bagian depan pasar /Jl. M.H.Thamrin (N = 75 orang) 75 x 67 205
25 orang
2. Besar sampel bagian kanan pasar/ Jl. Mongonsidi (N= 33 orang) 33 x 67 205
10 orang
3. Besar sampel bagian kiri pasar/Jl. Patrice Lumumba (N = 97 orang) 97 x 67 205
32 orang
Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yaitu: 1. Titik satu berada di Jalan Patrice Lumumba yaitu di samping kiri pasar Sangkumpal Bonang. Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini dikelilingi oleh perkantoran seperti kantor pos, plaza telkom serta bank BNI sehingga menyebabkan banyaknya aktivitas kenderaan bermotor yang terjadi di jalan ini. 2. Titik kedua berada di Jalan M.H.Thamrin yaitu depan pasar Sangkumpal Bonang Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui oleh kenderaan bermotor yang melintas di pasar tersebut. Selain itu di jalan ini sering terlihat kemacetan lalu lintas yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh perilaku pengemudi angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan terutama di depan pasar. 3. Titik ketiga berada di Jalan Mongonsidi yaitu di samping kanan pasar Sangkumpal Bonang. Alasan pengambilan titik sampel di lokasi ini karena jalan ini dikelilingi oleh ruko/toko grosir kain serta pakaian sehingga sering terlihat aktivitas jual beli yang mengakibatkan kemacetan yang disebabkan oleh aktivitas kenderaan bermotor yang digunakan oleh pembeli (Lampiran 3). 3.6.
Defenisi Operasional
1. Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa dan dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah – 192ºC. 2. Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang berwarna merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. 3. Keluhan gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura dengan gejala batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. 4. Umur adalah lamanya orang hidup yang dihitung sejak orang tersebut lahir sampai pada waktu dilakukan penelitian, data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. 5. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani pedagang. 6. Masa Kerja adalah waktu mulai bekerja menjadi pedagang sampai waktu penelitian yang dihitung dalam tahun. 7. Jam Kerja adalah lama bekerja dalam satu hari dihitung dalam bilangan jam.
Universitas Sumatera Utara
8. Kebiasaan Merokok adalah kebiasaan responden menghisap rokok yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. 3.7.
Aspek Pengukuran
3.7.1. Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Tabel 5. Aspek pengukuran Kadar CO dan NO2 No. Parameter Waktu Satuan Alat ukur pengukuran 1. CO 1 Jam ppm CO Analyzer 2.
NO2
1 Jam
µg/Nm3
Impinger
Metode analisis NDIR Saltzman
Berdasarkan aspek pengukuran di atas, mengacu pada satuan alat ukur yang digunakan maka kadar CO dan NO2 dinyatakan dengan satuan ppm untuk CO dan µg /Nm3 untuk NO2. Satuan pengukuran CO akan dikonversi ke dalam µg /Nm3 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999. 3.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Untuk mengetahui adanya keluhan gangguan saluran pernapasan, dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori sebagai berikut : a) Ada keluhan gangguan saluran pernapasan apabila responden mengatakan adanya keluhan seperti batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada pada saat pengambilan data. b) Tidak ada keluhan gangguan saluran pernapasan apabila responden tidak mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada pada saat pengambilan data.
Universitas Sumatera Utara
3.8.
Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida (CO) Prosedur Pengukuran karbon monoksida adalah: 1. Alat diletakkan 1,5 meter di atas permukaan tanah. 2. Lalu tekan tombol ON dan tunggu selama 5 menit hingga muncul tanda “S” (Stand by) 3. Setelah itu, tekan tombol tanda panah ke atas (“ “) sehingga muncul tanda “R” (Record) 4. Pada posisi “R”(Record) akan menunjukkan alat melakukan perekaman terhadap adanya indikator CO selama sampling. 5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien. 6. Setelah perekaman selesai, tekan tombol tanda panah ke atas (“ “) untuk menghentikan kerja alat CO Analyzer sehingga tanda “R” (Record) hilang. 7. Data di transfer ke komputer untuk dilakukan pembacaan hasil pengukuran
3.9.
Prosedur Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2)
3.9.1. Pengambilan Contoh Uji 1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar 2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, 3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1
Universitas Sumatera Utara
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara 5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh. 3.9.2.
Bahan/ Pereaksi
1.
Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
2.
Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
3.
Air suling bebas nitrit
4.
Larutan nitrit N - (1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16CI2N2) ‐
Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera
‐
Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin
5.
Aseton (C3H6O)
6.
Larutan penyerap Griess Saltzam ‐
Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml
‐
Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml
Universitas Sumatera Utara
‐
Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan
7.
Larutan induk NO2 1640 µg/ML ‐
Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105ºC, dan dinginkan dengan desikator
‐
Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan
‐
Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan disimpan di lemari pendingin
8.
Larutan standar nitrit (NO2) Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan
3.9.3. Prosedur Analisis 1. Pembuatan Kurva Kalibrasi a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetri atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna
Universitas Sumatera Utara
d. Ukur
serapan
masing
–
masing
larutan
standar
dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (µg) 2. Pengujian Contoh Uji a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang 550 nm b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi 3.9.4. Perhitungan 1.
Volume contoh uji udara yang diambil Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : Dimana : V
: Volume udara yang dihisap
F1 : Laju alir awal (L/menit) F2 : Laju alir akhir (L/menit) T
: Durasi pengambilan contoh uji
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji ( mmHg) Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)
Universitas Sumatera Utara
298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg) 2.
Konsentrasi NO2 di udara ambien Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : C : Konsentrasi NO2 di udara (µg/Nm3) b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (µg) V : Volume udara yang dihisap 10/25 : Faktor pengenceran 1000 : Konversi liter ke m3 3.10. Teknik Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara : 1. Editing Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data. 2. Koding Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol – simbol tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Tabulasi Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Cleaning Memeriksa kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan perbaikan/koreksi. 3.11. Teknik Analisa Data Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Hasil pengukuran kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) akan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 Km dari kota Medan dan secara geografis berada pada garis lintang 1º8’00” - 1º28’00’ LU dan garis bujur 99º13’00” 99º20’00” BT dan berada di bagian barat Propinsi Sumatera Utara. Wilayah kota Padangsidimpuan memiliki luas sebesar 146,85 km2 atau 14.685 Ha dengan ketinggian 260 – 1.100 mdpl dan sebagai kota terluas di wilayah barat Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu Padangsidimpuan Tenggara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Padangsidimpuan Angkola Julu. Secara administrasi Kota Padangsidimpuan berbatasan dengan : Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan PSP Timur).
Sebelah Selatan
: berbatasan Selatan
Sebelah Timur
dengan
Kabupaten
Tapanuli
(Kecamatan PSP Batang Angkola).
: berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan PSP Timur).
Sebelah Barat
: berbatasan
dengan
Kabupaten
Tapanuli
Selatan
(Kecamatan PSP Barat/Kecamatan Siais).
Universitas Sumatera Utara
4.2.
Gambaran Umum Pasar Sangkumpal Bonang Pasar Sangkumpal Bonang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar
yang terletak di kota Padangsidimpuan. Tepatnya berada di kelurahan wek dua kecamatan Padangsidimpuan Utara. Pasar ini didirikan pada tahun 2003 dengan luas lahan 6.836 m2 dan luas bangunan 2.162,5 m2 dan terdiri dari tiga lantai. Pasar Sangkumpal Bonang berdiri di pusat kota dan berada di belakang plaza Anugrah Trade Center. Pasar ini juga dikelilingi oleh beberapa kantor seperti plaza telkom dan Bank BNI. Di depan plaza terdapat kantor Walikota Padangsidimpuan. Kantor Walikota, kantor pos, plaza telkom serta bank BNI mengelilingi dengan rapi pasar tersebut sehingga suasana di pasar ini setiap harinya ramai. Pasar ini ramai didatangi pembeli dari berbagai daerah dan menjadi tujuan utama para pengunjung yang ingin berbelanja. Tidak hanya pakaian yang di jual di pasar ini akan tetapi menjual segala kebutuhan pokok lainnya. Di sekitar pasar sangkumpal bonang banyak terdapat pedagang kaki lima. Pedagang tersebut berdagang tepat di pinggiran jalan pasar dan memakai badan jalan dan trotoar untuk menjajakan dagangannya sehingga menyebabkan terganggunya arus lalu lintas di pasar tersebut. 4.3. Karakteristik Responden Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Setelah dilakukan analisa di dapat gambaran tentang karakteristik responden dan distribusinya dalam tabel-tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1. Umur Distribusi responden berdasarkan umur responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No. 1 2 3. 4.
Usia
Jumlah (orang) 15 15 26 11 67
≤ 30 tahun 31 - 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun Jumlah
Persentase (%) 22,4 22,4 38,8 16,4 100,0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang kaki lima berumur 41 - 50 tahun yaitu sebanyak 26 orang (38,8%). 4.3.2. Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No. 1 2
Jenis Kelamin
Jumlah (orang) 22 45 67
Laki – laki Perempuan Jumlah
Persentase (%) 32,8 67,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada umumnya pedagang kaki lima memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 45 orang (67,2%).
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.
Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden yang
berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No. 1 2 3
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang) 19 22 26 67
SD SMP/SLTP SMA/SMU Jumlah
Persentase (%) 28,4 32,8 38,8 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan pedagang kaki lima adalah SMA/SMU sebanyak 26 orang (38,8%), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 19 orang (28,4%). 4.3.4. Kebiasaan Merokok Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No. 1 2
Kebiasaan Merokok
Jumlah (orang) 33 34 67
Ya Tidak Jumlah
Persentase (%) 49,3 50,7 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pedagang kaki lima yang tidak merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang merokok yaitu sebanyak 34 orang (50,7%), sedangkan yang memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 33 orang (49,3%). 4.3.5. Merokok Pada Saat Berdagang Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok responden pada saat berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10.
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pedagang Kaki Lima Pada Saat Berdagang di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No. 1 2
Merokok Pada Saat Berdagang
Jumlah (orang) 33 34 67
Ya Tidak Jumlah
Persentase (%) 49,3 50,7 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pedagang kaki lima yang merokok pada saat berdagang adalah sebanyak 33 orang (49,3%), sedangkan yang tidak merokok pada saat berdagang adalah sebanyak 34 orang (50,7%). 4.3.6. Lama Merokok Distribusi responden berdasarkan lama merokok responden di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No.
Lama Merokok
1 2 3 4
Jumlah (orang) 10 13 8 2 33
≤ 10 tahun 11 – 20 tahun 21-30 tahun > 30 tahun Jumlah
Persentase (%) 30,3 39,4 24,2 6,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 33 pedagang kaki lima yang merokok ada sebanyak 10 orang (30,3%) yang telah merokok selama ≤ 10 tahun, sebanyak 13 orang pedagang (39,4%) yang telah merokok selama 11- 20 tahun dan sebanyak 8 orang (24,2%) yang telah merokok selama 21 – 30 tahun. Sedangkan yang merokok selama > 30 tahun ada sebanyak 2 orang (6,1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah merokok selama 11 – 20 tahun. 4.3.7. Konsumsi Rokok Distribusi responden berdasarkan jumlah rokok yang dihabiskan responden perhari di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Rokok Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No. 1 2
Jumlah Rokok yang Dihabiskan Perhari ≤ sebungkus > sebungkus Jumlah
Jumlah (orang) 23 10 33
Persentase (%) 69,7 30,3 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 33 pedagang kaki lima yang merokok ada sebanyak 23 orang (69,7%) yang menghabiskan rokok ≤ sebungkus perharinya, sebanyak 10 orang (30,3%) menghabiskan rokok > sebungkus perharinya.
Hal
tersebut
menghabiskan rokok
menunjukkan
bahwa
pada
umumnya
responden
≤ sebungkus perharinya.
4.3.8. Lama Berdagang Distribusi responden berdasarkan lama berdagang responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berdagang Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No. 1 2 3 4.
Lama Berdagang
Jumlah (orang) 33 26 6 2 67
≤ 10 tahun 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun > 30 tahun Jumlah
Persentase (%) 49,3 38,8 9,0 3,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden telah berdagang selama ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 33 orang (49,3%). Sedangkan lama berdagang dalam waktu > 30 tahun hanya terdiri dari 2 orang (3,0%). 4.3.9. Lama Jam Berdagang Distribusi responden berdasarkan lama jam responden berdagang di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 14.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14.
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Jam Berdagang Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No. 1 2
Lama Jam Berdagang
Jumlah (orang) 30 37 67
≤ 8 jam > 8 jam Jumlah
Persentase (%) 44,8 55,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada umumnya lama jam berdagang pedagang kaki lima di sekitar pasar Sangkumpal Bonang adalah > 8 jam yaitu sebanyak 37 orang (55,2%). 4.4.
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Untuk mendapatkan gambaran tentang keluhan gangguan saluran pernapasan
responden
yang
berdagang
di
sekitar
pasar
Sangkumpal
Bonang
kota
Padangsidimpuan dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Setelah dilakukan analisa, di dapat gambaran tentang keluhan ganggunan saluran pernapasan responden dan distribusinya sebagaimana dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 15.
No. 1 2
Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Ya Tidak Jumlah
Jumlah (orang) 26 41 67
Persentase (%) 38,8 61,2 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan ada sebanyak 26 orang (38,8%), sedangkan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan ada sebanyak 41 orang (61,2%). 4.4.1. Keluhan Batuk Responden Distribusi responden berdasarkan keluhan batuk di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16.
Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Batuk Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No.
Keluhan Batuk Responden
1 2
Ya Tidak Jumlah
Jumlah (orang) 25 1 26
Persentase (%) 96,2 3,8 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami keluhan batuk ada sebanyak 25 orang (96,2%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan batuk ada sebanyak 1 orang (3,8%). 4.4.2. Keluhan Batuk Berdarah Responden Dari hasil analisa data, diketahui bahwa seluruh (100%) responden tidak ada yang mengalami keluhan batuk berdarah. 4.4.3. Keluhan Sesak Napas Responden Distribusi responden berdasarkan keluhan sesak napas responden di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17.
No.
Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Sesak Napas Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Keluhan Sesak Napas Responden Ya Tidak Jumlah
1 2
Jumlah (orang) 11 15 26
Persentase (%) 42,3 57,7 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami keluhan sesak napas ada sebanyak 11 orang (42,3%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan sesak napas ada sebanyak 15 orang (57,7%). 4.4.4. Keluhan Nyeri Dada Responden Distribusi responden berdasarkan keluhan nyeri dada responden di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.
No. 1 2
Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Dada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Keluhan Nyeri Dada Responden Ya Tidak Jumlah
Jumlah (orang) 10 16 26
Persentase (%) 14,9 85,1 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengalami keluhan nyeri dada ada sebanyak 10 orang (14,9%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan nyeri dada ada sebanyak 16 orang (85,1%). 4.4.5. Jenis Keluhan Batuk Responden Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan batuk responden di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Batuk Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No.
Keluhan Batuk Responden
1
Batuk Pada Saat Berdagang
2
Batuk Sepulang Berdagang/di rumah
Ya Tidak Jumlah Ya Tidak
Jumlah (orang) 22 3 25 20 5
Persentase (%) 88,0 12,0 100,0 80,0 20,0
Jumlah
25
100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki keluhan batuk pada saat berdagang ada sebanyak 22 orang (88,0%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya pedagang kaki lima yang memiliki keluhan batuk juga memiliki keluhan batuk pada saat berdagang, Sedangkan responden yang memiliki keluhan batuk pada saat sepulang berdagang atau saat di rumah ada sebanyak 20 orang (80,0%). 4.5. Pemeriksaan Kesehatan Distribusi responden dalam hal pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 20 Tabel 20. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No. Pemeriksaan Kesehatan Jumlah Persentase (orang) (%) 1 Pernah 10 38,5 2 Tidak Pernah 16 61,5 Jumlah 26 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada umumnya responden tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan yaitu sebanyak 16 orang (61,5%) responden. 4.5.1. Waktu Pemeriksaan Kesehatan Distribusi responden berdasarkan waktu pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21.
No. 1 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Pemeriksaan Kesehatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Waktu Pemeriksaan Kesehatan
6 bulan sekali Jika sakit saja Jumlah
Jumlah (orang) 0 10
Persentase (%) 0 100,0
10
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 10 orang (100%) melakukan pemeriksaan kesehatan jika sakit saja. 4.6. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Untuk mengetahui kadar CO dan NO2 di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur CO Analyzer dan Impinger. Kadar CO dan NO2 di ukur pada tanggal 21 Agustus 2013. Titik pengambilan sampel sebanyak 3 titik yaitu di Jl. Patrice Lumumba, Jl. MH.Thamrin dan Jl. Mongonsidi. Adapun hasil pengukuran kadar CO dan NO2 di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Hasil Pengukuran Kadar CO (Karbonmonoksida) dan NO2 (Nitrogen Dioksida) di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
Kadar CO dan NO2 No.
Parameter
1
CO
16.033
18.323
Titik III 14.888
2
NO2
82,69
85,10
72,86
Titik I
Titik II
Syarat Baku Mutu Ket Udara Ambien 30.000 µg/Nm3 400 µg/Nm3
MS MS
Keterangan : 1 : Jl. Patrice Lumumba 2 : Jl. M.H.Thamrin 3 : Jl. Mongonsidi MS : Memenuhi Syarat Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) tertingi terdapat pada titik II yaitu di Jl.M.H.Thamrin (Depan Pasar Sangkumpal Bonang) yaitu CO sebesar 18.323 µg/Nm3 dan NO2 sebesar 85,10 µg/Nm3, sedangkan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada titik III yaitu di Jl. Mongonsidi (Samping kanan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu CO sebesar 14.888 µg/Nm3 dan NO2 sebesar 72,86 µg/Nm3. Kadar karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang diukur pada ketiga lokasi penelitian tersebut masih memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23. Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No
Parameter
Satuan
1
Kecepatan angin
m/s
2
Suhu
3 4
Titik I
Titik II Titik III Rata –rata
0,3
0,2
0,2
0,2
ºC
31,7
31,2
31,9
31,6
Kelembaban
%
58,1
57
59,9
58,3
Tekanan Udara
mm/Hg
754,7
755,2
755,9
755,2
Tabel di atas menunjukkan bahwa kecepatan angin di sekitar pasar Sangkumpal Bonang berada pada rentang 0,2 m/s – 0,3 m/s dengan rata – rata dari ketiga titik pengukuran adalah 0,2 m/s. Adapun suhu di pasar tersebut berada pada rentang 31,20C – 31,90C dengan rata – rata dari ketiga titik adalah 31,60C . Sedangkan untuk kelembaban berada pada rentang 57 % - 59,9 % dengan rata – rata dari ketiga titik adalah 58,3%, dan untuk tekanan udara di pasar tersebut berada pada rentang 754,7 mmHg – 755,9 mmHg dengan rata – rata dari ketiga titik pengukuran adalah 755,2 mmHg. 4.7.
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Karakteristik Responden
4.7.1. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Umur Responden Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 24.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24. Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsididmpuan Tahun 2013 No 1 2 3 4
Umur ≤ 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun Jumlah
Ya 4 5 10 7 26
% 26,6 33,3 38,5 63,6 38,8
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Tidak % Jumlah 11 73,3 15 10 66,7 15 16 61,5 26 4 36,4 11 41 61,2 67
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan pada responden yang berumur 41 50 tahun yaitu sebanyak 10 orang (38,5%). 4.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Jenis Kelamin Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25.
Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No
Jenis Kelamin
1 2
Laki – Laki Perempuan Jumlah
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah % 54,5 10 45,5 22 100,0 31,1 31 68,9 45 100,0 38,8 41 61,2 67 100,0
Ya 12 14 26
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 orang (31,1 %).
Universitas Sumatera Utara
4.7.3. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Pendidikan Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26.
Tabulasi Silang antara Pendidikan Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No
Pendidikan
1 2 3
SD SMP SMA Jumlah
Ya 8 6 12 26
% 42,1 27,3 46,2 38,8
Keluhan Gangguan Saluran Pernapsan Tidak % Jumlah 11 57,9 19 16 72,7 22 14 53,8 26 41 61,2 67
% 100,0 100,0 100,0 100,0
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (46,2%) . 4.7.4. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Kebiasaan Merokok Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan kebiasaan merokok dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27.
No 1 2.
Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Merokok Ya Tidak
Ya 18 8
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah 54,5 15 45,5 33 23,5 26 76,5 34
% 100,0 100,0
Jumlah
26
38,8
100,0
41
61,2
67
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah perokok yaitu sebanyak 18 orang (54,5%). 4.7.5. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Lama Merokok Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan lama merokok dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28.
No 1 2. 3. 4.
Tabulasi Silang antara Lama Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Lama Merokok ≤ 10 tahun 11 – 20 tahun 21-30 tahun > 30 tahun Jumlah
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah 50 5 50 10 53,8 6 46,2 13 50 4 50 8 100 0 0 2 54,5 15 45,5 33
Ya 5 7 4 2 18
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan telah merokok selama 11 – 20 tahun yaitu sebanyak 7 orang (53,8%). 4.7.6. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Konsumsi Rokok Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan konsumsi rokok dapat dilihat pada Tabel 29.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 29. Tabulasi Silang antara Konsumsi Rokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No 1. 2.
Konsumsi Rokok
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah % 60,9 9 39,1 23 100,0 40 6 60 10 100,0 54,5 15 45,5 33 100,0
Ya 14 4 18
≤ sebungkus > sebungkus Jumlah
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan memiliki riwayat konsumsi rokok ≤ sebungkus sebanyak 14 orang (60,9%). 4.7.7.
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Lama Dagang Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan
berdasarkan lama dagang dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Tabulasi Silang antara Lama Dagang Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 No 1 2. 3 4
Lama Dagang ≤ 10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun > 30 tahun Jumlah
Ya 11 10 3 2 26
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah 33,3 22 66,7 33 38,5 16 61,5 26 50 3 50 6 100 0 0 2 38,8 41 61,2 67
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan telah berdagang selama ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (33,3%).
Universitas Sumatera Utara
4.7.8. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan Jam Berdagang Adapun responden yang memiliki keluhan gangguan saluran pernapasan berdasarkan lama jam berdagang dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31.
Tabulasi Silang antara Jam Berdagang Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapsan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013
No
Jam Berdagang
1 2.
≤ 8 jam >8 jam Jumlah
Ya 12 14
Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan % Tidak % Jumlah % 40 18 60 30 100,0 37,8 23 62,2 37 100,0
26
38,8
41
61,2
67
100,0
Dari hasil tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan memiliki jam berdagang selama > 8 jam per hari yaitu sebanyak 14 orang (37,8%).
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN 5.1.
Karakteristik Responden
5.1.1. Umur Berdasarkan kelompok umur responden yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan, pedagang kaki lima lebih banyak memiliki rentang umur diantara 41 – 50 tahun, yaitu sebanyak 26 orang. Untuk umur > 50 tahun ada sebanyak 11 orang, sedangkan untuk umur < 30 tahun dan rentang umur diantara 31 – 40 tahun masing – masing berjumlah 15 orang. Hal ini menunjukkan bahwa umur merupakan salah satu variabel penting dalam bidang penelitian komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau secara tidak langsung sehingga menyebabkan perbedaan di antara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat (Chandra, 2008). 5.1.2. Jenis Kelamin Jenis kelamin terbanyak dari pedagang kaki lima di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan adalah perempuan sebanyak 45 orang dan laki – laki sebanyak 22 orang. Hal ini menunjukkan besarnya peranan wanita dalam melakukan usaha kecil terutama sektor informal seperti berjualan makanan, sayuran, buah buahan ataupun souvenir. Kegiatan perdagangan sektor informal khususnya pedagang kaki lima dianggap sebagai salah satu solusi untuk penyaluran tenaga kerja yang tersedia, terlebih banyak tenaga wanita yang menjadi pedagang kaki lima di pasar pasar (Limbong, 2006).
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan terbanyak dari pedagang kaki lima adalah SMA/SMU sebanyak 26 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan berdagang/berusaha. Gagalnya suatu usaha dapat disebabkan karena kurangnya pendidikan dan keahlian dalam menjalankan usaha (Limbong, 2006). 5.1.4. Kebiasaan Merokok Pedagang kaki lima yang merokok selama berdagang sebanyak 33 orang dan yang tidak merokok sebanyak 34 orang. Berdasarkan lama merokok, pedagang kaki lima sebagian besar telah merokok selama 11 – 20 tahun. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat resiko pedagang kaki lima untuk memiliki keluhan saluran pernapasan. Sesuai dengan teori menurut Lintang (2008) dalam Kurnia, dimana dalam rokok yang di bakar atau dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO2 yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotine dihirup masuk ke dalam jalan napas dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan misalnya batuk dan sesak napas. Dari masalah gangguan pernapasan masing-masing orang mempunyai daya tahan yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh keadaan fisik atau ketahanan tubuh serta usia. 5.1.5. Lama Berdagang Masa kerja/lama berdagang pedagang kaki lima yang paling banyak adalah selama ≤ 10 tahun sebanyak 33 orang. Untuk lama berdagang 11 – 20 tahun sebanyak 26 orang. Lama berdagang 21 – 30 tahun sebanyak 6 orang dan > 30 tahun sebanyak
Universitas Sumatera Utara
2 orang. Hal ini menunjukkan pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang sebagian besar telah berdagang selama ≤ 10 tahun. Efek paparan polutan udara terhadap kesehatan manusia sangat beragam tergantung pada jumlah dan lama pemaparan, juga pada status kesehatan orang yang terpapar (Widyastuti , 2005). 5.1.6. Jam Berdagang Lama jam berdagang pedagang kaki lima yang paling banyak di sekitar pasar Sangkumpal Bonang adalah > 8 jam yaitu sebanyak 37 orang. Pedagang tersebut setiap harinya berdagang mulai dari pagi hingga sore hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama jam kerja seseorang dapat menyebabkan keluhan pernapasan. 5.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima yang terbanyak selama berdagang adalah batuk yaitu sebanyak 25 orang (96,2%), sedangkan keluhan sesak napas dan nyeri dada masing-masing yaitu sebanyak 11 orang (42,3%) dan 10 orang (14,9%) dan semua pedagang kaki lima tidak ada yang mengalami keluhan batuk berdarah. Adapun hasil pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang dilakukan pada ketiga titik di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan, tidak ada titik yang melebihi batas baku mutu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999. Meskipun tidak ada satu titik yang melebihi batas baku mutu namun pada paparan gas selama beberapa tahun dapat menimbulkan keluhan pada saluran
Universitas Sumatera Utara
pernapasan yang lebih banyak daripada keluhan paparan gas selama 3 bulan (Anderson dalam Mukono, 2008). Karbon monoksida (CO) dalam paparan yang menahun akan menyebabkan berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh, hal ini akan mengakibatkan terjadinya sesak napas, gangguan saraf, infark jantung bahkan dapat menyebabkan kematian bayi dalam kandungan (Mukono, 2005). Selain itu pada konsentrasi CO sebesar 10 ppm, gejala yang dirasakan dapat berupa pusing, perubahan fungsi paru – paru serta terjadi rasa sesak napas (Soemirat, 1994). Gas karbon monoksida juga merupakan gas yang berbahaya bagi tubuh, karena daya ikat gas karbon monoksida terhadap hemoglobin 210 kali dari daya ikat oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya fungsi hemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh akan menyebabkan pusing, mual, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, sulit bernapas bahkan bisa menyebabkan kematian (Mukono, 2008). Selain itu gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang toksik bagi manusia dan umumnya mengganggu sistem pernapasan (Mulia, 2005). Walaupun dalam jumlah yang masih jauh di bawah baku mutu, apabila manusia terpapar dengan gas nitrogen dioksida (NO2) dalam jumlah yang sedikit secara terus menerus dapat mengganggu sistem pernapasan. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru - paru. Paru - paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas (Wardhana, 2004), selanjutnya pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia dapat mengakibatkan kesulitan dalam bernapas (Fardiaz, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan karakteristik responden menurut umur, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan pada kelompok umur 41-50 tahun. Hal ini terjadi karena lebih banyaknya responden yang berumur 41-50 tahun. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden, dapat diketahui bahwa persentase terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan pada responden yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada responden yang berjenis kelamin laki – laki. Tingginya tingkat keterpaparan tersebut dikarenakan lebih banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh pedagang kaki lima perempuan sehingga beresiko lebih tinggi terkena gangguan pernapasan. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (46,2%). Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan terbanyak responden adalah SMA. Perbedaan tingkat pendidikan dapat menyebabkan perbedaan pola berpikir seseorang dalam menghadapi suatu masalah (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan karakteristik kebiasaan merokok responden, bahwa sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah perokok. Hal ini menyebabkan angka keluhan gangguan saluran pernapasan pada responden yang merokok tinggi. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm dan sekitar 4000 – 500 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini akan sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal ini yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung (Wardhana, 2004). Berdasarkan karakteristik lama merokok responden, bahwa sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan telah merokok selama 11- 20 tahun sebanyak 7 orang (53,8%). Resiko gangguan pernapasan akibat merokok kemungkinan dapat dipengaruhi oleh lamanya merokok. Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya seseorang mengeluh gangguan pernapasan selama merokok adalah lama merokok. Lama merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru – paru (Kurnia, K, 2011). Dampak merokok akan terasa setelah 10 – 20 tahun (Ruli A.M Stafa, 2005 dalam Kurnia). Berdasarkan karakteristik konsumsi rokok responden, bahwa sebagian besar responden
yang
mengalami
keluhan
gangguan
saluran
pernapasan
telah
mengkonsumsi rokok sebanyak ≤ sebungkus per hari sebanyak 14 orang (60,9%). Menurut Kurnia, K (2011) Kandungan dalam satu batang rokok mengandung zat – zat yang tidak dibutuhkan dalam pernapasan seperti nikotin, karbon monoksida, tar dan lain – lain yang masuk dalam tubuh. Hal ini menyebabkan gangguan pernapasan selama merokok seperti batuk, sesak, dan nyeri dada. Berdasarkan karakteristik lama berdagang/masa kerja responden dimana responden yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan terbanyak terdapat pada responden yang telah berdagang selama ≤ 10 tahun. Hal ini terjadi dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
semakin lama responden berdagang di pasar maka semakin besar tingkat paparan karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang dialami oleh responden. Menurut Mukono (2008), periode paparan yang lama dapat menyebabkan timbulnya keluhan pernapasan. Berdasarkan karakteristik jam berdagang responden, menunjukkan bahwa keluhan gangguan saluran pernapasan terbanyak terdapat pada responden dengan jam berdagang per hari > 8 jam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama jam berdagang responden dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan. Kontak yang lama dengan lingkungan yang mengandung gas akan mengakibatkan stres yang berat pada organ saluran pernapasan sehingga menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan (Harrianto, 2009). Berdasarkan jenis keluhan batuk, responden yang batuk pada saat berdagang sebanyak 22 orang dan yang batuk sepulang berdagang/di rumah sebanyak 20 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang batuk pada saat berdagang dan saat berada di rumah kemungkinan dikarenakan adanya inflamasi (peradangan) oleh paparan gas yang telah terakumulasi di dalam tubuh sehinngga sesampainya di rumah responden tetap merasakan keluhan batuk. Di samping itu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya batuk adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan oleh peradangan baik oleh bakteri, virus, dan jamur (Rab, Tabarani, 1996). Selain faktor faktor tersebut kemungkinan juga dapat disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pernapasan menahun yang diderita oleh responden
Universitas Sumatera Utara
Adapun responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan adalah sebanyak 41 orang (61,2%). Responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dimana efek pemaparan zat melalui saluran pernapasan sangat beragam tergantung pada konsentrasi dan lamanya pemaparan serta status kesehatan orang yang terpapar (Mulia, 2005). Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida (CO). Berdasarkan karakteristik lama berdagang/masa kerja responden serta jam berdagang responden dapat dilihat bahwa responden yang tidak mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan juga telah berdagang selama ≤ 10 tahun dan jam dagang per hari > 8 jam. Hal ini terjadi dikarenakan dari 67 responden sebagian besar responden memiliki masa kerja dan jam berdagang ≤ 10 tahun dan > 8 jam per hari. Meskipun memiliki masa kerja dan jam berdagang yang sama namun faktor faktor yang dapat menentukan terjadinya efek atau keluhan pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tergantung pada dosis yang diterima tubuh, perlakuan tubuh terhadap zat tersebut, banyaknya zat yang dapat diabsorbsi, luasnya distribusi zat dalam tubuh, toleransi tubuh terhadap zat tersebut, sensitivitas tubuh terdahap zat tersebut, dapat atau tidaknya zat tersebut berakumulasi di dalam tubuh serta banyaknya zat yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Soemirat, 1994).
Universitas Sumatera Utara
5.3.
Kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tiga titik di sekitar pasar
Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat bahwa belum ada kadar CO dan NO2 yang melebihi baku mutu. Dimana kadar CO dan NO2 yang diukur didasarkan pada PP RI No.41 Tahun 1999 dengan baku mutu sebesar 30.000 µg/Nm3 untuk CO dan 400 µg/Nm3 untuk NO2. Kadar CO dan NO2 yang tidak melebihi baku mutu tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu suhu, kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban, serta aktivitas kenderaan bermotor di pasar tersebut. Adapun suhu di pasar tersebut berada pada rentang 31,20C – 31,90 C. Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara tampaknya makin tinggi (Depkes dalam Junaidi, 2002). Menurut Soedomo (2001) Suhu udara secara langsung mempengaruhi kondisi kestabilan atmosfer. Dalam kondisi stabil, yaitu pada suhu udara yang lebih rendah dari lingkungan, maka massa udara polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di atmosfer dan terakumulasi, sehingga akan menaikkan konsentrasi polutan. Sebaliknya, pada saat suhu udara lebih tinggi daripada suhu udara lingkungan maka massa udara polutan akan naik dan menyebar sehingga tidak terjadi pengendapan di permukaan dan akan meminimalkan konsentrasi polutan.
Universitas Sumatera Utara
Kecepatan angin juga mempengaruhi kadar pencemar di pasar tersebut. Adapun kecepatan angin di pasar tersebut berada pada rentang 0,2 m/s – 0,3 m/s. Kecepatan angin mempengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin kencang. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana - kemana (Chandra, 2006). Tekanan udara di pasar tersebut berada pada rentang 754,7 mmHg – 755,9 mmHg. Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah ataupun berkurang (Depkes dalam Junaidi, 2002). Kelembaban di pasar tersebut berada pada rentang 57 % - 59,9 %. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer adalah kelembaban. Kelembaban udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder (Depkes dalam Junaidi, 2002). Selain itu aktivitas kenderaan bermotor di pasar tersebut juga dapat mempengaruhi kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di pasar tersebut. Konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas kenderaan bermotor. Kenderaan bermotor sebagai sumber polutan CO yang utama (sekitar 59,2%), maka daerah – daerah dengan lalu lintas ramai menunjukkan tingkat polusi CO yang tinggi (Fardiaz, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Emisi NOX dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOX yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran terutama kenderaan bermotor dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOX sebagai akibat dari kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran minyak, dan bensin (Sunu, 2001). Kadar karbon monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) tertinggi terdapat pada jalan M.H.Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar 18.323 µg/Nm3 untuk CO dan 85,10 µg/Nm3 untuk NO2 disebabkan karena jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui oleh kenderaan bermotor yang melintas di pasar tersebut. Sumber pencemar utama karbon monoksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di udara berupa gas buangan. Gas buangan tersebut berasal dari kenderaan bermotor (Wardhana, 2004). Selain itu di jalan ini sering terlihat kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh perilaku pengemudi angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan terutama di depan pasar. Kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara. Gas CO yang dihasilkan oleh kenderaan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1% pada waktu berjalan dan sekitar 7% pada waktu tidak berjalan. Hal ini menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara (Siswanto dalam Sarudji, 2010). Sepeda motor juga merupakan kontributor terbesar terhadap konsentrasi CO di udara ambien (Sarudji, 2010). Tingginya kadar nitrogen dioksida (NO2) pada jalan ini juga disebabkan oleh kenderaan yang melintas di jalan ini. Sumber nitrogen dioksida (NO2) berasal dari pembakaran mesin kenderaan bermotor (Sastrawijaya, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Kadar CO dan NO2 di Jalan Patrice Lumumba (Samping kiri pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar 16.033 µg/Nm3 untuk CO dan 82,69 µg/Nm3 untuk NO2. Kadar karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang didapat di jalan Patrice Lumumba disebabkan oleh jalan ini dikelilingi oleh perkantoran seperti kantor pos, plaza telkom, bank BNI serta ruko/ toko sehingga menyebabkan banyaknya aktivitas kenderaan bermotor yang terjadi di jalan ini. Kenderaan bermotor adalah penghasil CO yang cukup banyak. Karbon monoksida adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi dari CO menjadi CO2 tidak sempurna dan hal ini disebabkan karena kekurangan oksigen (Sarudji, 2010). Kontributor terbanyak dari polutan NOx adalah kenderaan bermotor, oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah dimana kenderaan bermotor dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi (Sastrawijaya, 2009). Sedangkan kadar CO dan NO2 terendah terdapat pada jalan Mongonsidi (Samping kanan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar 14.888 µg/Nm3 untuk CO dan 72,86 µg/Nm3 untuk NO2. Kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang di dapat di Jalan Mongonsidi lebih rendah dibandingkan di titik lokasi lainnya disebabkan oleh aktivitas kenderaan yang melintas di jalan ini lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas kenderaan di jalan lainnya. dimana kepadatan lalu lintas akan berpengaruh terhadap kadar polutan yang terdapat di udara.
Universitas Sumatera Utara
5.4.
Dampak Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Terhadap Kesehatan Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tiga titik di sekitar pasar
Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan dapat dilihat bahwa belum ada kadar CO dan NO2 yang melebihi baku mutu. Meskipun demikian hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya dampak terhadap kesehatan. Dimana kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat mengganggu kesehatan. Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Adapun pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah terhadap kesehatan manusia yaitu jika konsentrasi COHb dalam darah (%) sebesar 2,0 – 5,0 %, maka pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indra tidak normal, dan pandangan terlihat kabur. Sedangkan pada konsentrasi ≥ 5,0% dalam darah dapat mengakibatkan perubahan fungsi jantung dan pulmonari dan selanjutnya pada konsentrasi COHb sebesar 10,0 – 80,0 % dalam darah dapat menyebabkan kepala pusing, mual, pingsan bahkan dapat menyebabkan kematian (Fardiaz, 1992). Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10% (Depkes, 2007). Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang masih sedikit diketahui (Depkes, 2007). Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak proporsional (Depkes, 2007). Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan waktu paparan (kontak) selama 1 jam dapat menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah merahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm kulit akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat (Wardhana, 2004). Secara umum dampak bahan pencemar udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa sakit baik akut maupun kronis, penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan dan perkembangan dan dapat mengganggu fungsi fisiologis dari paru, syaraf, kemampuan sensorik serta iritasi sensorik (Mukono, 2006). Menurut Kusnoputranto (1996) dampak pencemar udara menyebabkan gangguan pada manusia mulai dari iritasi mata dan sakit kepala, asma, bronkhitis, emphysema, dan kanker paru.
Universitas Sumatera Utara
Nitrogen dioksida (NO2) juga merupakan gas yang berbahahaya bagi manusia dimana efek lokal dari gas ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas (Sarudji, 2010). Jika NO2 bertemu dengan uap air di udara atau di dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak tubuh, sehingga NO2 akan terasa pedih jika mengenai mata, hidung, saluran napas, dan jantung (Sastrawijaya, 2009). 5.5. Dampak Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) Terhadap Lingkungan Udara yang telah tercemar gas CO dan NO2 tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi juga berbahaya terhadap lingkungan. Adapun pengaruh gas nitrogen oksida terhadap lingkungan yaitu dapat mengakibatkan kerusakan terhadap tanaman antara lain timbulnya bintik – bintik pada permukaan daun. Selain itu pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. (Wardhana, 2004). Konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, akan mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman (Wardhana, 2004). Demikian pula kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam – tanaman juga terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun
Universitas Sumatera Utara
dalam waktu sebentar, maka pengaruh CO terhadap tanam – tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata (Fardiaz, 1992). Secara umum dampak bahan pencemar udara terdahap lingkungan dapat menyebabkan efek terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah gangguan jarak pandang (visibility). Mempengaruhi struktur dari awan, mempengaruhi keasaman air hujan dan mempercepat pemanasan atmosfer. Selain itu dampak negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun, selanjutnya mempengaruhi proses reproduksi tanaman, mempengaruhi komposisi komunitas tanaman serta terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut). Sedangkan dampak terhadap kehidupan binatang baik binatang pemeliharaan maupun bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya (Mukono, 2006).
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) tertinggi berada pada Jl.M.H.Thamrin (Depan pasar Sangkumpal Bonang) yaitu sebesar 18.323 µg/Nm3 dan 85,10 µg/Nm3 untuk CO dan NO2.
2.
Sebanyak 26 orang (38,8%) responden berusia di antara 41 – 50 tahun dengan jenis kelamin terbanyak perempuan sebanyak 45 orang (67,2%). Tingkat pendidikan responden SMA sebanyak 26 orang (38,8%). Responden yang merokok sebanyak 33 orang (49,3%). Responden berdagang ≥ 8 jam per hari sebanyak 37 orang (55,2%) dan responden telah berdagang ≤ 10 tahun sebanyak 33 orang (43,3%).
3.
Sebanyak 26 responden mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan dan keluhan gangguan saluran pernapasan yang paling banyak dialami responden yaitu batuk sebanyak 96,2% responden.
4.
Kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang diperoleh dari ketiga titik, tidak ada yang melebihi batas baku mutu yang ditetapkan oleh PP RI No.41 tahun 1999.
6.2. Saran 1.
Kepada pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan yang mengatur tentang tempat berdagang pedagang kaki lima dan melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima agar tidak berdagang dengan menggunakan trotoar atau badan jalan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Kepada komunitas pedagang kaki lima diharapkan untuk bersepakat dengan pedagang kaki lima lainnya agar berdagang di tempat yang telah disediakan oleh pemerintah daerah guna menghindari paparan polutan udara akibat aktivitas transportasi yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan.
3.. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan penelitian ini yaitu dengan menganalisis bahan polutan lain seperti SOx, HC, Partikel di sekitar pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara