BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan untuk mengambarkan dengan jelas tentang kemampuan siswa menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1
Populasi
Menurut Jauhari (2010:41) Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek penelitian. Dari populasi yang terlalu besar atau banyak dan tidak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan, penelitian dapat mengambil sampelnya saja. Kalau sudah sesuai dengan kebutuhan, populasi bisa langsung dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Sangtombolang yang berjumlah 155 Orang 3.2.2
Sampel
Menurut Jauhari (2010:41) sampel adalah dari bagian populasi. Kata sampel bisa dipadankan dengan contoh atau wakil. Kalau jawaban populasi sangat besar atau sangat banyak dan tidak mungkin diteliti semua atau diambil datanya secara keseluruhan, penelitian harus mengambil sampel dari populasi tersebut. Sampel yang digunakaan dalam penelitian ini adalah siswa Tombolang dengan jumlah siswa 25 Orang.
kelas Xa SMA Negeri 1 Sang
3.3 Teknik Pengumpulan Data Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tes kemampuan menulis cerpen yang diberikan kepada siswa adalah nontes dalam bentuk prosedur. Dalam tes kemampuan menulis sebuah karangan berdasarkan pengalaman diri sendiri dalam bentuk cerpen. Teknikan pengumpulan diraikan sebagai berikut: a) Teknik Dokumen Pada teknik ini penelitian mengambil dokumen hasil belajar siswa tentang menulis cerpen berdasarkan pengalaman diri sendiri dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. hasil belajar itu berupa lembar jawaban siswa yang berisikan jawaban tentang pertanyaan yang ada dalam LKS. Hasil tersebut dianalisis oleh peneliti sehinga mendapatkan hasil tentang kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman diri sendiri yang dilihat dari beberapa aspek penilaian yang diukur sesuai dengan indikator penilaian. Siswa harus merelevansikan tema dengan isi cerita, penyajian peristiwa, tokoh, dan latar sehinga menjadi sebuah cerita pendek yang memenuhi kriteria sebuah cerpen. Dalam hal guru meminta siswa menulis cerpen dengan tema yang ditentukan oleh siswa sendiri sesuai denga kehidupan diri sendiri sehingan menjadi sebuah cerpen. Peneliti juga mengambil dokumen tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar keterampilan menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen dengan menentukan peristiwa, tokoh, dan latar. Rencana pelaksanaan
pembelajaran itu dianalisi oleh peneliti sehinga mendapatkan data tentang faktorfaktor penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen yaitu faktor guru, faktor siswa, faktor metode, dan faktor media.
3.3.2 Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dilakukan analisis data untuk mengukur kemampuan siswa menulis cerpen. Ada beberapa tahapan untuk menganalisis data berikut ini. 1) Membaca Cerpen yang telah dibuat oleh siswa dibaca satu persatu, data berjumlah sebanyak jumlah siswa sebagai subjek penelitian. 2) Menginterpertasi data hasil pembelajaran siswa. Data dianalisis dengan cara memeriksa hasil pekerjaan siswa, kemudian data yang ada diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang ada. Klasifikasi pertama tentang kemampuan siswa merelevansikan tema dengan isi cerita, klasifikasi kedua kemampuan siswa menyajikan peristiwa, tokoh, dan latar. Untuk. Untuk melengkapi hasil analisis data tersebut digunakan data observasi dan hasil wawancara. 3) Pemberian Skor Hal yang dilakukan untuk mengukur tinggkat kemampuan siswa adalah pemberian skor pada hasil belajar siswa. Pemberian skor yakni memberikan skor dalam bentuk angka sesuai dengan kemampuan siswa berdasarkan Permasalahan
indikator penelitian.
pertama merelevansikan tema dengan isi cerita
diberikan skor
maksimal 30. Permasalahn kedua yang berhubungan penyajian peristiwa, tokoh, dan
latar diberikan skor maksimal 70. Adapun acuan pemberian skor masing-masing permasalahan didasarkan pada indikator-indikator seperti yang ada pada tabel di bawah ini.
No
Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Aspek Indikator Skor Kategori yang dinilai Tema sangat relevena dengan isi cerita
1
Kemampuan siswa merelevansikan tema dengan isi cerita
Tema relevan dengan isi cerita
28-30 25-27
Tema cukup relevan dengan isi cerita 22-24 Tema kurang relevan dengan isi cerita 16-21 Tema tidak relevan dengan isi cerita Siswa sangat mampu menyajikan peristiwa, tokoh dan latar
Kemampuan siswa menyajikan peristiwa, tokoh, dan latar dalam cerpen
2
Mampu menyajikan peristiwa, tokoh dan latar Cukup mampu menyajikan peristiwa, tokoh dan latar
1-15
57-70
43-56
29-42
Kurang mampu menyajikan 15-28
Presentase
peristiwa, tokoh dan latar Tidak mampu menyajikan peristiwa, tokoh dan latar
1-14
Perolehan skor dari setiap dari setiap permasalahan di atas selanjutnya dikonversikan kedalam skala penilaian. Menurut Nurgiantoro (2001:399) skala penilaian dapat menggunakan skala lima (0-5), skala sepuluh (1-10), skala sebelas (011), atau skala seratus (1-100). Skala mana yang harus digunakan oleh seorang guru adalah bergantung pada ketentuan yang berlaku di sekolah. Bertolak dari pendapat di atas, penelitian ini menggunakan skala seratus (1-100) yang disesuaikan dengan rentang penilaian yang ada disekolah tempat penelitian dilakukan. Untuk kepentingan konversi skor ke dalam skala 1-100, digunakan rumus berikut ini (Suwandi, 2011:78).
Tingkat kemampuan =
Jumlah skor capaian x 100% Jumlah skor ideal
4. Pengkategorian kemapuan menulis Pemberian skor dalam bentuk angka sesuai dengan kemampuan siswa berdasarkan indikator penilaian. Hal ini dilakukan untuk menggolongkan hasil belajar siswa agar hasil belajar siswa dapat diketahui pada kategori apa. Kategori terdiri atas lima tingkat kemampuan, yaitu 1) baik sekali, 2) baik, 3) cukup, 4) kurang, 5)
gagal.dan gagal tidak sesuai. Adapun kategori kemampuan tersebut mengikuti rentang nilai berikut ini.
Tabel 3.2 Kualifikasi Penguasan Kemampuan Siswa No.
Skor
Kualifikasi
1.
90 -100
Baik sekali
2.
80 – 89
Baik
3.
70 – 79
Cukup
4.
50 – 69
Kurang
5.
1 – 49
Gagal
Berdasarkan lima kriteria diatas, siswa yang digolongkan mampu adalah pada jenjang dari 70-100. Batas ketuntasan atau kemampuan siswa tersebut disesuaikan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku disekolah tempat penelitian, yaitu 70. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa yang belum mampu yaitu siswa yang mempunyai nilai di bawah 70.