14
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu
Gorontalo berada di Jl HB. Yasin No. 252 Kelurahan Libuo , Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo yang berada di muka butik Yoe Collection dekat dengan simpang tiga Libuo. 3.1.1. Sejarah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo Bank Tabungan Pensiunan Nasional disingkat Bank BTPN terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan
Bank
Pegawai
Pensiunan
Militer
(selanjutnya
disebut
”BAPEMIL”) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil, yang ketika itu pada umumnya sangat kesulitan bahkan banyak yang terjerat rentenir. Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan izin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL. 14
15
Berlakunya
Undang
-
Tahun 1992 tentang Perbankan (sebagaimana
undang selanjutnya
Nomor diubah
7 dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998) yang antara lain menetapkan bahwa status bank hanya ada dua yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, maka pada tahun 1993 status Bank BTPN diubah dari Bank Tabungan menjadi Bank Umum melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 055/KM.17/1993 tanggal 22 Maret 1993. Perubahan status Bank BTPN tersebut telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam surat Bank Indonesia No. 26/5/UPBD/PBD2/Bd tanggal 22 April 1993 yang menyatakan status Perseroan sebagai Bank Umum. Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum pada tanggal 22 Maret 1993, Bank BTPN memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada Nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Namun aktivitas utama Bank BTPN adalah tetap mengkhususkan kepada pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif, karena target market Bank BTPN adalah para pensiunan. Dalam rangka memperluas kegiatan usahanya, Bank BTPN bekerja sama dengan PT Taspen, sehingga Bank BTPN tidak saja dapat memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman, tetapi juga dapat melaksanakan “Tri
Program
Taspen”,
yaitu
Pembayaran
Tabungan
hari
Tua,
Pembayaran Jamsostek dan Pembayaran Uang Pensiun. Terhitung tanggal 12 Maret 2008 bank BTPN telah listing di Bursa efek Jakarta (BEJ) (sekarang Bursa Efek Indonesia) dan resmi menyandang gelar tbk
16
(terbuka). Dan pada tanggal 14 Maret 2008, Texas Pacific Group (TPG)resmi mengakuisisi saham bank BTPN sebesar 71,61%. 3.1.2. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai O Vision Menjadi Bank mass-market terbaik, mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia O Misi Bersama, kita ciptakan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti O Nilai – Nilai Nilai - Nilai yang di anut untuk mendorong dalam menjalankan bisnis serta membentuk kepribadian merk.
Dapat Dipercaya
Peduli
Sinergi
Mencapai Yang Terbaik
Gambar 1. Nilai Organisasi
17
3.1.3.Struktur Organisasi dan Penjabaran Tugas Struktur organisasi merupakan bagian dari manajemen perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang baik,maka akan memudahkan pemimpin dan para karyawan untuk mengetahui batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab, serta hubungan kerja setiap personilnya. Bentuk struktur organisasi BTPN (Tbk) adalah garis dan staf, dimana pimpinan berwenang memberikan tugas-tugas kepada bawahannya untuk semua bidang pekerjaan.
Gambar 2: Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo
18
Adapun uraian tugas pokok dari masing-masing jabatan adalah sebagai berikut : 1. Branch Manager Merupakan penanggung jawab semua kegiatan keuangan dan perbankan pada kantornya, dan juga menandatangani berkas nasabah yang mengajukan kredit yang telah disetujui sebelumnya. 1)
Tugas Melaksanakan kegiatan operasional cabang pembantu berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah direksi di daerah yang menjadi wilayah serta mengusulkan semua saran dan prasana yang dibutuhkan.
2)
Tanggung Jawab Kepala cabang pembantu bertanggung jawab atas segala kegiatan operasional pada pimpinan cabang direksi.
3) Perincian Tugas dan Tanggung Jawab a) Intern ialah mewakili, mengkoordinir dan membina karyawan, mewakili dan mendatangani berkas-berkas atas nama Bank. b) Ekstern ialah memelihara hubungan baik dengan instansi lainnya seperti Kantor Pos Pembendaharaan Negara dan mewakili perusahaan kepengadilan berdasarkan surat kuasa direksi. 4) Wewenang a) Memutuskan plapon pinjaman b) Mendelegasikan wewenang pada staff c) Pengeluaran biaya-biaya yang sifatnya insidensil
19
d) Menyetujui dan menolak permohonan menjadi nasabah dan menolak cuti para karyawan. 2. Operation Supervisor Mengawasi kegiatan operasional pada kantor cabang, seperti mengawasi karyawannya dalam melayani nasabah. 1) Tugas Mengkoordinasikan tugas-tugas dibidang umum yang membawahi langsung kepada kepala urusan personalia dan akuntansi serta mengadakan pengawasan kesemua kepala urusan, dalam hal ini membantu kepala dalam pengawasan umum. 2) Tanggung Jawab Operation supervisor bertanggung Jawab kepada kepala cabang pembantu, 3) Perincian Tugas dan Tanggung Jawab a) Intern ialah menyusun perencanaan dibidang umum, mengkoordinir pelaksanaan
tugas-tugas
dibidang
umum,
membimbing
dan
memberikan pengarahan kepada karyawan. b) Ekstern ialah mengadakan kunjungan tugas pada instansi yang bekerjasama pada BTPN, diantaranya Kantor Pos, pembendaharaan dan instansi lainnya. 4) Wewenang a) Operation Supervisor berwenang memutuskan pembiayaan rutin yang jumlah dan jadwal pembayarannya telah ada dari direksi.
20
b) Mengadakan perlengkapan dan pembiayaan insidensil dalam jumlah relative kecil. c) Pembuatan rencana kerja, perawatan inventaris dan perawatan kendaraan lainnya. 3. Sales & Marketing Supervisor/Marketing Officer Mempunyai tugas dalam hal mempromosikan kegiatan yang terjadi,dalam hal ini Promosi tentang pengkreditan,agar lebih dikenal oleh banyak orang terutama para Pensiunan. 4. Teller Bertugas di bagian depan sebuah bank yang pekerjaannya melayani transaksi keuangan nasabah seperti setor tunai, pengambilan tunai, print out, ataupun transaksi keuangan lainnya. Sering pula disebut ujung tombak dari sebuah bank karena berhadapan langsung dengan nasabah. 1) Tugas Menjaga keamanan uang perusahaan, menjaga rahasia Bank dan melaksanakan intruksi kepala cabang, kepala bagian umum dan operasi. 2) Perincian Tugas dan Tanggung Jawab a) Intern ialah menerima dan mengeluarkan alat-alat pembayaran yang sah setelah mendapat persetujuan kepala dan menerima bukti dari penerima. b) Ekstern ialah mengambil uang muka tagihan dari kantor pos.
21
3) Wewenang Dapat membayar dan menerima setiap transaksi apabila telah mendapat persetujuan kepala dan telah sesuai dengan kebenaran formil, dapat menolak atau menangguhkan pembayaran apabila menurut bukti-bukti tidak sesuai dengan kebenaran formal maupun kebenaran material. 5. Operation Officer Bertugas dalam hal operasional kantor. 1) Tugas Menyusun rencana kerja dengan anggaran kredit. 2) Perencanaan Tugas dan Tanggung Jawab a) Intern ialah bekerjasama dengan tata usaha mengenai keanggotaan atau nasabah. b) Ekstern ialah mengirimkan daftar tagihan ke Kantor Pos dan bekerjasama dengan PT. Taspen dan Perum Asuransi ABRI (ASABRI). 6. Credit Acceptance Supervisor/Credit Acceptance Officer Mempunyai tugas dalam hal pelayanan nasabah yang ingin melakukan kedit dibank tersebut dan melayani pertanyaan ataupun keluhan-keluhan dari nasabah baik yang datang langsung maupun lewat telepon. Juga bertugas melayani orang yang akan membuka rekening di bank tersebut. 1) Tugas Menyusun rencana kerja dengan anggaran kredit.
22
2) Perencanaan Tugas dan Tanggung Jawab b) Intern ialah bekerjasama dengan tata usaha mengenai keanggotaan atau nasabah. c) Ekstern ialah mengirimkan daftar tagihan ke Kantor Pos dan bekerjasama dengan PT . Taspen dan Perum Asuransi ABRI (ASABRI). 3) Wewenang Kepala Urusan Kredit berwenang memutuskan pemberian pinjaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku 7. Direct Sales Mempunyai tugas melayani nasabah yang memerlukan panduan khusus untuk menjadi nasabah ataupun dalam membuka rekening. 8. Back Office Bertugas menganalisis dan mengelola berkas-berkas nasabah lalu memasukannya dalam database bank, juga bekerja sama dengan bagian kredit dalam menganalisa tingkat kelancaran pembayaran kredit nasabah. 1) Tugas Memberikan informasi sebagai jembatan karyawan dengan karyawan, kepala dan karyawan. 2) Perincian Tugas dan Tanggung Jawab a) Intern ialah membuat daftar hadir karyawan, dan golongan karyawan.
23
b) Ekstern ialah membuat surat pengantar, mengirim surat Kesehatan (ASKES) dan iuran pajak. 3) Wewenang Mengabsensi karyawan dan memberi tugas pada pesuruh. 9. Security Bertugas menjaga keamanan operasional bank. 10. Cleaning Service Bertugas membersihkan seluruh ruangan yang ada diperusahaan dan menjaga kebersihan. 3.1.4.Keadaan Karyawan Karyawan adalah pelaksanan pekrjaan pada suatu organisasi dengan adanya pegawai maka suatu organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik. Karyawan yang ada pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo memiliki latar belakang yang berbeda seperti Pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1. Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-Laki
17
2
Perempuan
11
Jumlah Sumber Data: BTPN KCP Gorontalo 2013
28
24
Tabel 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Karyawan Status No
Tingkat Pendidikan
Jumlah Tetap
Kontrak
1
SMA
11
2
13
2
D3
2
1
3
3
S1
12
-
12
Total
28
Sumber Data: BTPN KCP Gorontalo 2013
3.2.Deskripsi Hasil Penelitian Budaya organisasi merupakan sikap, perilaku, maupun nilai yang sudah tertanam dalam diri karyawan yang ada di PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo. Hasil penelitian budaya organisasi di PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di lapangan selama 2 bulan, yaitu: -
Budaya organisasi yang diukur dari bank tempat saya melakukan penelitian memberi kebebasan mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job desk.
-
Pemberian
kesempatan terhadap karyawan untuk ikut mengambil
keputusan bersama. -
Memberikan kejelasan tentang metode melakukan pekerjaan yang benar.
-
Dapat memotivasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan.
25
-
Dapat memberikan kemampuan untuk bereaksi pada pelanggan internal maupun eksternal.
-
Perumusan tujuan dan arah organisasi secara bersama, dan memberikan kejelasan tujuan dan arah organisasi.
3.3.Pembahasan 3.3.1.Tingkatan Budaya Organisasi Dalam mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan budaya dalam sebuah organisasi, dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang tersembunyi. dapat diklasifikasikan budaya organisasi dalam tiga kelas, antara lain : 1. Artefak Menurut Schein, Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi. Dalam wawancara yang dilakukan pada karyawan PT. Bank Tabungan Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), contoh konkrit tingkatan artefak yakni seragam yang sudah membudaya diatur mulai hari senin dan rabu memakai seragam BTPN, hari selasa dan kamis seragam batik dan jumat pakaian bebas 2. Nilai-nilai yang mendukung Menurut Schein, Nilai adalah dasar titik berangka evaluasi yag dipergunakan anggota organisasi untuk menilai organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yag ada dalam organisasi. Menurut Lundberg,
26
Nilai ini lebih abstrak, walaupun sering diungkap dalam filsafat organisasi dalam menjalankan misinya Pada wawancara yang dilakukan pada karyawan PT. Bank Tabungan Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), nilai yang dapat dilihat melalui saat memperlihatkan hasil laporan pencapaian kegiatan sampai dimana budaya organisasi hingga level dokumen laporannya dan cara berperilaku terhadap atasan, sesama karyawan, dan nasabah. 3. Asumsi dasar Menurut Schein, Asumsi dasar adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain dan hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat organisasi mereka. Berdasar pada wawancara yang dilakukan pada karyawan PT. Bank Tabungan Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), asumsi dasar terbentuk saat tindakan-tindakan yang tanpa sengaja yaitu seperti berkomunikasi lepas sesame karyawan mulai dari tingkat bawah sampai tingkat atas. 3.3.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi Di dalam budaya organisasi suatu instansi maupun perusahaan terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan ataupun pegawai yang terkait di instansi maupun persahaan tersebut. Di PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo, dalam penelitian yang sudah dilakukan terdapat beberapa faktor-faktor yang
27
mepengaruhi penyimpangan budaya organisasi, yaitu kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepercayaan. 1. Kedisiplinan Kedisiplinan adalah perilaku yang sesuai dengan peraturan yang dijalankan dengan tegas dan ketat. Pengertian Disiplin dilihat dari segi psikologi. James Drever mengemukakan: pengertian disiplin pada mulanya diartikan sama dengan pendidikan (education) dan latihan (training). Pengertian disiplin yang lebih kemudian menitikberatkan pada persoalan pengendalian perbuatan. Pengendalian tersebut dapat terjadi karena ada kekuatan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan. Drever membedakan pengertian disiplin dengan latihan dalam hal adanya usaha yang dimulai dari individu yang bersangkutan untuk melakukan suatu tugas dan bukan sekedar asal berbuat. Ini berarti seseorang dikatakan berdisiplin kalau ia mampu mengendalikan tingkah lakunya, perbuatannya. Kemampuan tersebut berasal dari subyek (individu) itu sendiri secara otonom, sehingga dengan pengendalian tersebut ia mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan patokan-patokan norma-norma yang ada diluar subyek. Perlu ditegaskan di sini bahwa peraturan-peraturan yang merupakan penjabaran norma-norma merupakan kekuatan pelaksanaan yang mengarahkan tindakan, jadi bukan prinsipprinsip yang memberi motivasi yang ternanam dalam batin.
28
Pada penelitian yang sudah dilakukan di PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo ditemukan adanya karyawan yang tidak mampu mengendalikan tingkah laku dan perbuatannya. Akibatnya, pekerjaan yang diberikan terbengkalai dan tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perusahaan. Karyawan tersebut tidak mampu menyesuaikan tingkah lakunya terhadap peraturan perusahaan yang telah menjadi norma untuk mengarahkan tindakan yang akan dilaksanakan. Hal ini menjadi salah satu masalah budaya organisasi yang telah tertanam dalam diri karyawan PT. Bank
Tabungan
Pensiunan Nasional
(BTPN) Cabang Pembantu
Gorontalo, karena dapat menimbulkan keluhan-keluhan dari nasabah terhadap proses pelayanan yang diberikan terhambat. 2. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah perilaku yang berkaitan erat dalam melaksanakan tugas sebagai implementasi dari pengabdian. Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Dalam penelitian yang dilakukan di PT. Bank Tabuungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo, masih adanya karyawan
29
yang masih kurang kesadaran terhadap tanggung jawab yang diberikan oleh atasan maupun sesama karyawan. Hal ini dapat dilihat ketika karyawan diberikan tugas oleh atasan untuk melakukan fotocopy warna di tempat fotocopy, karyawan yang bersangkutan meminta mahasiswa magang untuk mengerjakan tugas tersebut. Dana yang diberikan diambil setengah oleh karyawan yang bersangkutan sehingga mahasiswa magang yang melakukan tugas tersebut harus membayar lebih menggunakan dana pribadi. Hal ini menjadi salah satu dari contoh kasus karyawan yang tidak memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan yang ditemukan di lapangan. 3. Kepercayaan Rusdin mengemukakan definisi tentang kepercayaan merupakan adanya pernyataan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu hubungan. Salah satu pihak dianggap berperan sebagai controlling assets (memiliki sumber-sumber, pengetahuan) sementara pihak lainnya menilai bahwa berbagi penggunaan sumber-sumber tersebut dalam suatu ikatan akan memberikan manfaat. Keyakinan pihak yang satu terhadap pihak yang lain akan menimbulkan perilaku interaktif yang akan memperkuat hubungan dan membantu mempertahankan hubungan tersebut. Perilaku tersebut akan meningkatkan lamanya hubungan dengan memperkuat komitmen di dalam hubungan. Pada akhirnya, kepercayaan akan menjadi komponen yang bernilai untuk menciptakan hubungan yang sukses. Kepercayaan tersebut juga mengurangsi risiko dalam bermitra dan
30
membangun hubungan jangka panjang serta meningkatkan komitmen dalam berhubungan. Dalam penelitian Gounaris dan Venetis, dikemukakan bahwa kepercayaan merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan secara timbal balik. Di samping itu, secara empiris dapat diteliti peranan kualitas pelayanan
dan
keterikatan
pelanggan
sebagai
penyebab
adanya
kepercayaan. Dalam penelitian yang dilakukan di PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo, adanya karyawan yang melakukan peminjaman sejumlah uang kepada sesama pegawai dan bahkan pada nasabah. Karena banyaknya tempat peminjaman membuat karyawan tersebut mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya. Merasa dirugikan salah satu nasabah pun melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib dan mendatangi kantor tempat saya dan karyawan tersebut bekerja. Sebagai lembaga perbankan yang menjadi tempat para nasabah mempercayakan keuangan mereka justru memiliki karyawan yang bermasalah dengan keuangan. Suatu organisasi berdiri tentunya karena adanya struktur organisasi yang dibentuk karena adanya kesamaan visi dan misi antara anggotanya. Secara tidak langsung suatu organisasi terikat oleh suatu budaya yaitu budaya organisasi. Sikap dan perilaku perusahaan termasuk para karyawannya dalam mencapai misinyalah yang dikenal dengan budaya organisasi. Sikap dan perilaku tersebut adalah
31
pencerminan dari anggapan-anggapan, nilai-nilai dan norma-norma yang ada di perusahaan dimana karyawan bekerja. Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Maka dibutuhkan kerjasama antara seluruh pelaku perusahaan. Hal ini perlu pelaksanaan budaya organisasi dengan baik. Tidak dapat dipungkiri terkadang pelaku organisasi sering melanggar budaya organisasi itu sendiri, banyak diantaranya melanggar norma-norma yang ada pada perusahaan tempat mereka bekerja. Sebagaimana yang terjadi pada tempat saya magang. Pelanggaran moral yang dilakukan oleh karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo berupa peminjaman sejumlah uang kepada sesama pegawai dan bahkan pada nasabah. Karena banyaknya tempat peminjaman membuat karyawan tersebut mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya. Merasa dirugikan salah satu nasabah pun melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib dan mendatangi kantor tempat saya dan karyawan tersebut bekerja. Kejadian diatas jelas sangat melanggar norma, karena sebagai lembaga perbankan yang menjadi tempat para nasabah mempercayakan keuangan mereka
32
justru memiliki karyawan yang bermasalah dengan keuangan. Sejalin itu hal ini dapat menjatuhkan citra PT Bank Tabungan Pensiun Nasional. Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor utama untuk membangun dan mengembangakan suatu perusahan. Profesionalitas kerja karyawan sangat diperlukan saat ini. Tidak semua karyawan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar. Hal ini biasa terjadi karena kurangnya pengawasan atasan dan juga kurangnya pengetahuan karyawan terhadap tugas dan fungsinya sendiri. Berkaitan dengan kurangnya profesionalitas kerja masyarakat tentunya dapat menimbulkan penurunan pelayanan. Hal tersebut dapat menimbulkan keluhan dari pada nasabah. Karena pada dasarnya nasabah mengutamakan kecepatan dan kenyaman dalam pelayanan. Sebagaimana yang terjadi pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantuu Gorontalo tempat
saya
magang
banyak
kejadian
yang
menunjukkan
kurangnya
profesionalitas kerja, misalnya ketika karyawan diberikan tugas oleh atasan untuk melakukan fotocopy warna di tempat fotocopy, karyawan yang bersangkutan meminta mahasiswa magang untuk mengerjakan tugas tersebut. Masih adanya karyawan yang tidak bisa melakukan pekerjaan dalam bidang operasional yang bertugas untuk menyetujui dan memeriksa berkas-berkas peminjaman yang dilakukan oleh nasabah, membuat pelayanan kredit menjadi terhambat. Setiap perusahaan hendaknya menekankan penerapan budaya organisasi pada seluruh elemen pelaku organisasinya, karena jika hal ini dapat memicu beberapa hal yang tidak seharusnya seperti di atas. Budaya organisasi adalah
33
sesuatu yang harus didik pada semua pelaku organisasi sehingga dapat membentuk karakter organisasi yang optimal bagi pelaku organisasi. Kegiatan pelayanan pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Pembantu Gorontalo menunjukan kurangnya penerapan budaya oranisasi yang kurang baik, banyak kejadian yang menunjukan bahwa karyawan kurang professional sehingga budaya organisasi tersebut menjadi tidak terwujud. Budaya organisasi hendaklah menjadi suatu dasar bagi sebuah perusahaan untuk mewujudkan visi dam misi oragnisasi yang sesungguhnya. Maka diperlukan suatu kerjasama yang baik antara seluruh elemen perusahaan untuk mewujudkan budaya oranisasi yang tepat. Pandangan terhadap buadaya oraganisasi akan menjadi karakter dari seorang pelaku organisasi, sehingga ia menerapkan pandangannya itu sebagai panduan ia bekerja. Sehingga akan muncul berbagai macam karakter kerja yang baik dan tidak, sehingga muncul pada saat mereka bekerja. Maka dari sinilah terlihat pelaku organisasi yang mana yang memiliki penerapan budaya organisasi yang tidak baik hanya dari melihat hasil kerjannya. Melihat kenyataan di tempat saya magang maka dapat diketahui budaya orgainisasi disana kurang baik, karena ada beberapa pegawai yang melakukan beberapa kelalaian dalam kerja sehingga dapat mengurangi kepercayaan dari nasabah. Secara spesifik, budaya organisasi hendaklah berperan membantu menciptakan rasa memiliki terhadap organisasi, menciptakan jati diri anggota organisasi, menciptakan keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan
34
yang terlibat di dalamnya, membantu menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola pedoman perilaku sebagai hasil dari normanorma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian. Dengan demikian budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku para anggotanya. Sebagai tenaga professional yang telah menempuh sebuah jenjang pendidikan yang akan menunjanng kerjanya. Maka, bukan suatu kesulitan bagi seorang karyawan untuk menjadi tenaga kerja yang baik. Namun kebiasaan lahiriah atau karakter yang kurang baik seseorang terkadang menciptakan hal buruk saat mereka bekerja.
Hal ini dapat merusak budaya organisasi dalam
sebuah perusahaan karena kinerja karyawaan kurang baik. Maka semua itu menyebabkan tidak adanya etis dan moral dalam menjaga martabat luhur profesinya. Didalam budaya organisasi yang baik hendaknya diterapkan sistem pengendalian yang biasa disebut social control system. Sistem pengendalian ini tidak terlalu banyak melibatkan orang lain untuk memonitor apa saja yang dilakukan oleh seseorang tetapi yang terlibat langsung dalam pengendalian adalah orang yang bersangkutan melalui komitmen dan kesepakatan dengan orang-orang sekitar berkaitan dengan sikap dan perilaku yang dianggap memadai. Disinilah budaya organisasi memainkan perannya dalam menciptakan social control system.