BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah pertama berada di Jl. PG. Gorontalo No.31 Desa Sukamakmur Kecamatan Tolangohula. SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula ini berdiri sejak 16 Juli tahun 1984 di atas tanah seluas 3.750 M2 dengan luas bangunan 440 M2 di mana status bangunan adalah milik yayasan. Kepemilikan Tanah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula berstatus hak pakai. SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula adalah sekolah swasta yang berada dibawah naungan Yayasan Majlis Dikdasmen PDM Kabupaten Gorontalo. Saat ini SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula telah terakreditasi dengan akreditas C dan NSS/NSM/NDS adalah 202290215095/Q01022002. Pada awal berdiri sekolah ini diberi nama SMP Muhammadiyah Lakeya, lalu berubah nama menjadi SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula pada tahun 2000. Hingga saat ini SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula terus mengalami perubahan dan peningkatan baik dari segi sarana dan prasarana pembelajaran, ketenagaan, kesiswaan maupun kegiatan pembelajaran. 4.1.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi mengenai keadaan sarana dan prasarana di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula ternyata masih kurang dan belum sepenuhnya dapat menunjang kegiatan belajar siswa. Secara umum, data
mengenai keadaan sarana dan prasarana di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Keadaan sarana dan Prasarana di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Keterangan
1
Meja
80
Kondisi baik
2
Kursi
120
Kondisi baik
3
Lemari
5
Kondisi baik
4
Ruang Kelas
4
Kondisi baik
5
Ruang Dewan Guru
1
Kondisi baik
6
Perpustakaan
1
Kondisi baik
7
Musholah
1
Kondisi baik
Sumber Data : Profil SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula Desa Sukamakmur Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo tahun 2013 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula maka dapat dijabarkan informasi diatas bahwa keadaan sarana dan prasarana di sekolah tersebut sudah cukup lengkap dengan kondisi yang baik. Namun dari data di atas terlihat bahwa jumlah kursi yang tersedia tidak mencukupi atau berbeda dengan jumlah siswa sehingga kedepannya perlu ada penambahan meubelier. Namun selain kursi, menurut peneliti keadaan sarana dan prasarana di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sudah baik dan dapat menunjang proses belajar mengajar dan kinerja kepala sekolah.
4.1.3 Keadaan Guru / Tenaga Pengajar serta TU Adapun data mengenai Guru serta tenaga administrasi di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Data Guru dan Tenaga Administrasi No
Guru / Staf
Jumlah
1
Guru Tetap Yayasan
2 Orang
2
Guru tidak tetap
10 Orang
3
Guru PNS Dipekerjakan
3 Orang
4
Staf Tata Usaha
2 Orang
Keterangan
Sumber Data : Profil SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula Desa Sukamakmur Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo tahun 2013
Guru tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan menjadi tanggung jawab yayasan sepenuhnya dari segi pemberian honor. Salah satu guru tetap yang diangkat oleh yayasan adalah kepala sekolah. Jumlah guru tidak tetap yang bersatatus honorer adalah 10 orang, tenaga pengajar berstatus PNS sebanyak 3 orang sedangkan tenaga administratif berjumlah 2 orang sehingga total guru dan pegawai di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula adalah 17 orang. Dengan jumlah ini maka SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula masih kekurangan guru kelas dan guru bidang studi. Sesuai analisis kebutuhan sekolah masih kekurangan guru dan apabila hal ini tidak dipenuhi maka akan berimplikasi pada kinerja kepala sekolah.
4.1.4 Keadaan Siswa di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula Data mengenai keadaan siswa di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Data Siswa SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula Tahun
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah Seluruh siswa
2011
56 Org
24 Org
26 Org
106 Org
2012
56 Org
56 Org
25 Org
133 Org
2013
36 Org
46 Org
45 Org
127 Org
Sumber Data : Profil SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula Desa Sukamakmur Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo tahun 2013 Bila melihat data mengenai keadaan siswa di SMP Muhammadiyah 2 Tolamgohula pada 3 tahun terakhir terlihat bahwa pada tahun 2012 jumlah siswa mengalami peningkatan yang paling signifikan lalu menurun kembali pada tahun pelajaran 2013/2014. Namun dengan jumlah siswa sebanyak ini SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula mengalami kekurangan tenaga pendidik sehingga hal tersebut cukup mempengaruhi kinerja kepala sekolah dalam memaksimalkan prestasi belajar siswa. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Kepala Sekolah Sebagai Edukator Kepala
Sekolah
sebagai
edukator
bertugas
mengarahkan
dan
mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya mencapai sesuatu yang bermakna. Hasil wawancara dengan seorang guru mengenai peran kepala sekolah sebagai edukator sebagai berikut :
“Sepanjang pengamatan saya bahwa kepala sekolah mempunyai tanggungjawab yang cukup baik untuk mengetahui sejauh mana anak didiknya bersikap dan ber-afiliasi dengan teman - temannya yang lain baik itu didalam kelas atau ruang belajar maupun saat berada diluar lingkungan kelas. Hal ini nampak dari perhatian – perhatian yang diberikan kepala sekolah terhadap kegiatan kurikuler ataupun ekstra kurikuler yang dilaksanakan siswa. Hal ini pula selalu ditekankan kepala sekolah terhadap bawahannya baik melalui rapat resmi, rapat MGMP, maupun pertemuan nonformal lainnya (WW.F.A,Sabtu 22 Juni 2013).” Hasil wawancara selanjutnya memperoleh informasi yang diberikan oleh informan sebagai berikut : “Kepala sekolah selalu mengingatkan kepada guru-guru agar sebisa mungkin mengarahkan siswa / peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini penting dilakukan oleh kepala sekolah serta guru-guru yang berfungsi edukator dikarenakan setiap peserta didik memiliki potensi alamiah yang berbeda-beda sehingga jika dipaksakan terhadap sesuatu hal akan mengganggu kejiwaannya (WW.M.D, Sabtu 14 September 2013).” Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Kaitan antara fungsi kepala sekolah sebagai edukator dengan kinerja yang telah dinampakkannya dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraih siswa selama ini. Prestasi yang pernah dicapai oleh sekolah selama lima tahun terakhir cukup
membuktikan bahwa kinerja kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sudah cukup baik. Dalam bidang akademik, pada tahun 2009 tingkat kelulusan mencapai 100%, lalu pada tahun 2010 SMP ini berhasil menyabet juara I se-provinsi Gorontalo untuk tingkat kelulusan setara sekolah menengah pertama. Tentunya prestasi ini adalah sesuatu hal yang membanggakan. Tahun 2011 sekolah ini dinyatakan masuk pada kategori 10 besar sekolah yang berprestasi se provinsi Gorontalo. Prestasi bidang non akademik hampir setiap tahun diraih siswa SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula dalam bidang lomba gerak jalan, serta beberapa bidang olahraga seperti lomba volley ball. Pada tahun 2011 regu putra berhasil memboyong piala dalam kejuaraan tingkat kecamatan sebagai juara I loma volley ball. Sedangkan dibidang baris berbaris tim putri berhasil memperoleh juara I tingkat kecamatan. Prestasi – prestasi yang dicapai siswa ini membuktikan bahwa kinerja kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula selama ini sudah cukup baik. 4.2.2 Kepala Sekolah Sebagai Manager Tugas manajer pendidikan adalah merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang terbaik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih berserakan agar menyatu dalam pelaksanaan pendidikan, dan mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dalam hal ini Kepala sekolah memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan. Hasil wawancara terhadap seorang informan menghasilkan informasi sebagai berikut : “Kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah menurut saya sangat baik. Kepala sekolah selalu menyusum beberapa program
kerja pada awal tahun ajaran baru. Program yang dibuat bersama staf dewan guru dan TU tersebut adalah program jangka panjang, program jangka menengah, program jangka pendek dan RAPBS. Setelah menyusun program, maka kepala sekolah menyusun mekanisme monitor dan evaluasi pelaksanaan program secara sistematis dan periodik (WW.M, Rabu 19 September 2013).” Sedangkan menurut FA, kinerja kepala sekolah sebagai manajer akan dijelaskan sebagai berikut : “ Selama ini ada tiga hal yang dilakukan kepala sekolah sesuai perannya sebagai manajer, Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan kerjasama. Kepala sekolah lebih mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Hal yang dilakukan diantaranya memberikan kesempatan yang sama kepada semua tenaga kependidikan untuk meningkatkan pendidikan mereka melalui seminar maupun diklat. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif) (WW.FA, Sabtu 22 Juni 2013).” Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka disimpulkan bahwa dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang kooparatif, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. 4.2.3 Kepala Sekolah Sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah secara spesifik. Kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia, administrasi kearsipan dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan cara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah. Hasil wawancara kepada salah seorang informan memperoleh informasi sebagai berikut : ” Sebagai seorang bawahan yang bekerja di bagian ketata usahaan, seringkali saya mencari panutan dalam menghadapi berbagai permasalahan terkait dengan tanggung jawab saya sebagai tenaga TU. Ketika saya menghadapi kesulitan nyatanya kepala sekolah mampu memecahkan masalah admisnistrasi tersebut. Selama ini kemampuan kurikulum kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula telah diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling, adminstrasi kegiatan praktikum dan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar mengajar (WW, M, Rabu 18 September 2013)”. Informasi lainnya yang berhasil diperoleh oleh peneliti dituangkan dalam hasil wawancara berikut ini : ” Selama ini dalam mengelola administrasi keuangan, kepala sekolah dibantu oleh bendahara mewujudkan dalam pengembangan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, dari pemerintah diantaranya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Selain itu kepala sekolah juga meminta agar bendahara dibantu oleh guru-guru lainnya dan secara langsung dipantau oleh kepala sekolah melakukan pengembangan proposal untuk mencari bantuan keuangan dan pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dalam mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat, karena status sekolah adalah swasta (WW. FA. Senin 24 Juni 2013).”
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai administrator, kepala sekolah tidak memandang guru sebagai bawahan, melainkan sebagai teman sejawatnya. Sikap
dan perilaku ini nyatanya bisa membuat guru-guru lebih merasa dihargai dan dihormati
kemampuan
profesionalnya.
Sehingga
guru-guru
tidak
segan
menanyakan dan mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya kepada administrator. Komunikasi antar guru dan administrator selama ini menjadi lancar. Situasi ini jelas mempermudah administrator memberi dorongan kepada guru-guru untuk meningkatkan prestasi kerja mereka. 4.2.4 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Supervisi merupakan kegiatan membina dengan tujuan agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya utamanya dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Terkait dengan proses supervise di sekolah, peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa orang guru di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sebagai berikut : “ Biasanya setiap akhir bulan kepala sekolah melakukan supervisi kepada
seluruh guru untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran. Secara berkala kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervisi, yang dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (WW. M.D, Sabtu 14 September 2013).” Hal lain yang dikemukakan oleh informan sebagai berikut : “Beberapa program supervisi yang selalu dilaksanakan kepala sekolah yaitu supervisi kelas, supervisi kegiatan ekstrakurikuler, supervisi ujian, kegiatan perpustakaan dan supervise dadakan (WW.M, Rabu 18 september 2013).”
Dari wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan supervise, kepala sekalah dapat mengetahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tingkat lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan
yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran. 4.2.5 Kepala Sekolah Sebagai Leader Sebagai
pemimpin
kepala
Sekolah
memiliki
tanggung
jawab
menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Kecakapan kepala sekolah sebagai pemimpin dipengaruhi beberapa hal, diantaranya (1) Kepribadian (2) Pengetahuan yang luas; (3) Keterampilan professional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala Sekolah. Mengenai kinerja kepala sekolah sebagai leader, peneliti telah melakukan wawancara terhadap beberapa informan dan merumuskan hasil penelitian sebagai berikut : “ Selama menjadi komite sekolah, saya melihat bahwa dalam menjalin koordinasasi kepala sekolah mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat khusunya komite sekolah sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. (WW.AD, Jumat 3 Mei 2013).” Wawancara berikutnya memperoleh informasi yang akan dijelaskan sebagai berikut : “Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah berupaya terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi untuk memajukan
sekolah ini. Dalam membangun kerjasama kepala sekolah juga berupaya membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh guru, karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Menurut beliau bahwa Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan kemampuan guru dan keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga secara keseluruhan (WW.FA, Sabtu 22 Juni 2013).”
Kemampuan kepala sekolah sebagai leader tentu sangat mempengaruhi kinerjanya dalam pelaksanaan tugas setiap hari. Sebagai leader kepala sekolah juga harus memiliki visi yang jelas. Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke depan hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala sekolah dalam fungsinya sebagai leader sudah cukup baik, hal ini nampak dari apa yang dicerminkan oleh bawahannya (guru) maupun mitra kerjanya (komite sekolah). 4.2.6 Kepala Sekolah Sebagai Inovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Untuk mengetahui keadaan ini peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan dan mendapatkan informasi sebagai berikut :
“Sebagai seorang ketua OSIS di sekolah ini saya termasuk salah satu siswa yang sering bekerja sama langsung dengan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai inovator selalu berupaya mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah utamanya yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Salah satu inovasi yang pernah dilakukan dan termasuk gagasan baru tersebut adalah moving class (mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi pola kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas sendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya). Moving class ini dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar. Namun ide ini tidak berlangsung lama karena kekurangan tenaga pendidik serta ruang belajar yang belum seluruhnya memiliki alat belajar yang lengkap (WW.A.P, Sabtu 14 September 2013).” Informasi diatas cukup menarik karena ternyata selama ini ada gagasan kepala sekolah yang cukup menarik dan telah sempat dilaksanakan, namun kurang dapat berjalan efektif karena terhambat oleh ketersediaan tenaga pengajar yang belum memadai. Selanjutnya hasil wawancara dengan seorang informan tertuang dalam kalimat berikut ini : “ Salah satu bentuk inovasi kepala sekolah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah. Sebagai wakil kepala sekolah saya melihat bahwa setiap saat kepala sekolah berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kependidikan dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat mecapai tujuan sesuai dengan misi dan visi sekolah. Salah satu bentuk inovasi yang pernah dilakukan disekolah ini adalah mengundang tenaga khusus yang menguasai bidang teknologi untuk kemudian mengajak seluruh guru mengikuti training IT selama satu hari tersebut. (WW. M.H Jumat 13 September 2013).”
4.2.7 Kepala Sekolah Sebagai Motivator Sebagai Motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan yang tumbuh melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar. Sedangkan bagi siswa, Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan motivasi belajar bagi seluruh peserta didik. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang, dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Hasil wawancara yang menunjukkan kinerja kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat berikut ini :
“Dalam kegiatan belajar, kepala sekolah memberikan target kepada guru agar harus terlebih dahulu merencanakan untuk apa ia memotivasi siswa, untuk apa siswa mempelajari materi-materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga diharuskan untuk mampu menemukan cara untuk menimbulkan motivasi siswa dalam belajar, baik dengan cara yang sama untuk semua siswa atau berlainan dalam memotivasi antara satu siswa dengan siswa lainnya (WW.M.D, Kamis 12 September 2013).” Selain informasi diatas, wawancara selanjutnya mendapatkan hasil sebagai berikut : “Banyak cara yang dilakukan kepala sekolah agar potensi yang dimiliki oleh siswa termotivasi pada waktu belajar. Cara yang banyak diterapkan disekolah antara lain: (1) menciptakan situasi yang kondusif untuk belajar. Dengan terciptanya perasaan yang nyaman dan rasa senang, akan timbul kegairahan dan rasa berani dalam diri siswa pada waktu belajar dan
tidak timbul rasa takut dalam menyelesaikan tugas belajar. Sebab kreatifitas dan produktifitas siswa merupakan salah satu faktor meningkatkan motivasi belajar. (2) mengusahakan agar bersikap simpati, dan siswa merasa bahwa guru mereka merupakan pelindung dan sekaligus menjadi orang tua selama berada di sekolah. (3) menciptakan persaingan yang sehat sesama siswa waktu belajar, dengan persaingan yang sehat siswa akan bergairah belajar (WW. F.A, Rabu 18 September 2013).” Satu hal yang patut diketahui bahwa lingkungan fisik yang kondusif akan menumbuhkan motivasi kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu membangkitkan motivasi tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugas secara optimal. Sebagai seorang motivator, kepala sekolah harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan. Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif. 4.3. Kinerja Dan Fungsi Kepala Sekolah 4.3.1 Fungsi Dalam Perencanaan Salah satu fungi kepala sekolah adalah perencanaan. Program kegiatan apapun termasuk pendidikan perlu direncanakan dengan baik, sehingga semua kegiatan terarah bagi tercapainya tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaikbaiknya. Perencanaan merupakan pedoman kerja bagi para pelaksana pendidikan
terkait, baik manajer dalam hal ini adalah Kepala Sekolah selaku pengelola utama maupun staf dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Hasil wawancara dengan salah seorang Guru yang menjelaskan tentang perencanaan dalam sekolah sebagai berikut : “Dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan, Kepala Sekolah selalu membuat perencanaan. Hal ini disampaikan beliau untuk mengurangi ketidakpastian dan perubahan pada waktu mendatang. Meskipun Tidak berarti rencana yang telah disusun harus dilakukan, tetapi dalam kondisi tertentu mungkin perlu ada penyesuaian-penyesuaian. (WW.M.D, Sabtu 14 September 2013).” Dalam kegiatan Sekolah, perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi. Tanpa perencanaan, pelaksanaan manajemen sekolah akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang Guru SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sebagai berikut : “Agar proses manajemen sekolah dapat berjalan dengan lancar dan tersusun sesuai prosedur yang telah direncanakan, maka seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah ini diberdayakan oleh Kepala Sekolah untuk bersama – sama merumuskan perencanaan Sekolah. Karena tanpa perencanaan , maka proses manajemen sekolah yang dilaksanakan menjadi tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan (WW. FA, Sabtu 22 Juni 2013).” Sebelum menyusun perencanaan dalam manajemen sekolah, data-data serta informasi yang terkait dengan hal – hal yang akan dirumuskan tentunya
penting untuk diketahui dan dikuasai oleh kepala sekolah. Hasil wawancara kami dengan salah seorang tokoh masyarakat dalam hal ini adalah komite sekolah yang menjelaskan hal tersebut : “ Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam pengumpulan informasi maupun data yang berhubungan dengan manajemen sekolah yang akan dirumuskan perencanaannya. Upaya yang dilakukan tersebut berupa mengadakan rapat dengan staf dewan guru, mengadakan rapat dengan komite sekolah ( orang tua siswa serta tokoh masyarakat ) serta melibatkan siswa dalam hal ini organisasi OSIS. Upaya ini kami nilai efektif karena dengan demikian selalu terjalin komunikasi yang harmonis antara sekolah dengan pihak luar. (WW. H.AD, Jumat 3 Mei 2013).” Dalam menyusun perencanaan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Kepala Sekolah bersama – sama dengan para Guru dan Staf serta tenaga administrasi yang ada di sekolah. Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah dalam hal ini menjelaskan hal berikut : “ Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Kepala Sekolah ketika membuat perencanaan manajemen sekolah, diantaranya adalah menentukan misi dan tujuan sekolah, Mengembangkan profil sekolah yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan sekolah serta melaksanakan analisa lingkungan eksternal. Langkah – langkah ini meskipun tidak selalu dilakukan, namun pada implementasinya tidak mengabaikan langkah – langkah penyusunan perencanaan tersebut. (WW.M, Rabu 18 September 2013).” Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa selama ini Kepala Sekolah terlebih dahulu mengkaji kebijakan yang relevan dengan sekolah bersama dengan seluruh stafnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh kepala Sekolah adalah menganalisa kondisi internal serta keadaan eksternal sekolah. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahanperubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.
Pengambilan langkah – langkah penyusunan perencanaan oleh kepala Sekolah secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci Kepala Sekolah. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan pimpinan. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum lainnya. 2) Pengembangan profil sekolah, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan sekolah dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya - sumber daya sekolah yang tersedia. Profil sekolah
menunjukkan
kemampuannya
untuk
kesuksesan
sekolah
di
mendukung
pelaksanaan
masa kegiatan
lalu
dan
sebagai
implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang. 3) Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, sekolah perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para stake holder, di mana kekuatankekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi sekolah dalam kegiatan managemen sekolah.
4.3.2 Fungsi Kepala Sekolah Dalam Pengorganisasian Pengorganisasian merujuk pada proses bagaimana proses manajemen itu diatur dan koordinasikan diantara seluruh tenaga yang ada di lembaga sekolah tersebut sehingga tujuan sekolah itu dapat tercapai bersama-sama. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah seorang guru di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula adalah sebagai berikut : ” Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas, biasanya Kepala Sekolah tidak sendirian dalam menyusun job descripsion. Kepala sekolah selalu menjalin komunikasi dengan seluruh ketenagaan sekolah seperti wakasek, wali kelas, TU dan tenaga administratif lainnya (WW.F.A, Sabtu 22 Juni 2013).” Guru, Tenaga administratif serta siswa adalah elemen-elemen yang berada dilingkungan sekolah dan selayaknya semua elemen tersebut diberdayakan dengan sebaik-baiknya. Pengorganisasian seluruh elemen sekolah menjadi bagian penting yang harus dilakukan dalam kegiatan pengelolaan. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang guru SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula : “ Sepanjang pengamatan dan pengalaman saya selama bekerja disekolah ini saya melihat bahwa Kepala Sekolah lebih banyak mengorganisasikan suatu kegiatan kesiswaan dengan siswa yang diwakilkan oleh OSIS terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan baru. Namun terkadang ketika ada kegiatan yang mendadak dan sangat tidak mungkin untuk mengorganisasikan hal tersebut bersama OSIS, maka Kepala Sekolah mengambil kebijakan sendiri “ (WW.F.A, Sabtu 22 Juni 2013).” Hasil wawancara selanjutnya dengan salah satu anggota OSIS dapat dilihat berikut ini : “Ketika ada kegiatan kesiswaan seperti peringatan hari besar nasional atau hari besar keagamaan, biasanya kami selaku pengurus OSIS diajak oleh Kepala Sekolah untuk membentuk panitia kecil agar kegiatan yang dilaksanakan terorganisir dengan baik dan kegiatan yang kami laksanakan
dapat berhasil dengan hasil yang memuaskan. (WW.A.P, Sabtu 22 Juni 2013).” Berdasarkan hasil wawancara di atas maka akan terlihat bahwa dalam manajemen lembaga pendidikan tidak akan pernah terlepas dari unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya adalah lingkungan sekolah yang terdiri atas lingkungan internal sekolah, misalnya tempat belajar mengajar, peran penting dari keberadaan para pendidik dan anak didik atau ada guru dan murid, para karyawan sekolah, alat-alat, dan fasilitas sekolah, perpustakaan sekolah, dan aktivitas pembelajaran. Semua itu secara keseluruhan terlibat langsung dalam suasana interaktif yang membentuk kultur lembaga pendidikan. Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal adalah yang keberadaanya di luar lembaga, misalnya lingkungan masyarakat, hubungan struktural sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak lembaga dengan keluarga seluruh anak didik. Oleh karena itu, proses pengorganisasian dalam manajemen / pengelolaan sekolah menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan oleh pembuat kebijakan sekolah. 4.3.3 Fungsi Kepala Sekolah dalam Penggerakan / Pelaksanaan Penggerakkan
merupakan
usaha
menggerakkan
anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dalam hal ini kinerja kepala sekolah salah satunya dapat diukur melalui prose penggerakkan tersebut. Anggota kelompok yang dimaksud disini adalah semua SDM maupun SDA yang berada atau masuk ke dalam lingkungan sekolah.
Hasil wawancara dengan salah seorang guru SMP Muhammadiyah 2 yang menjelaskan tentang proses penggerakkan di sekolah tersebut adalah sebagai berikut : “ Dalam proses penggerakkan staf serta dewan guru selama ini yang saya lihat adalah kepala sekolah melalui wakilnya mengundang guru yang bersangkutan lalu memberi penjelasan terhadap guru tersebut mengenai tugas yang dibebankan padanya. (WW. M.D, Sabtu 14 September 2013).” Beberapa wawancara yang lain dapat diuraikan sebagai berikut : “ Menurut saya, SDM di sekolah ini belum seluruhnya optimal dalam kegiatan pelaksanaan Tupoksi mereka, hal ini dipengaruhi oleh sikap disiplin yang kurang dimiliki oleh SDM tersebut. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam proses ini sepertinya belum begitu Nampak sehingga yang terjadi adalah penurunan kinerja kerja para staf dewan guru maupun tata usaha yang ada di sekolah ini. (WW. FA, Sabtu 22 Juni 2013)”.
Dari hasil wawancara tersebut maka nampak bahwa proses penggerakan yang selama ini dilaksanakan oleh kepala sekolah belum sepenuhnya diimplementasikan oleh pihak yang terkait. Penggerakkan berarti menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Minimnya mutu SDM di sekolah ini pun seyogyanya dapat mempengaruhi pengelolaan sekolah terutama pada proses penggerakan. Sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penggerakan merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang anggota komite sekolah : “ Berkaitan dengan proses penggerakkan, selama ini yang saya pantau dan perhatikan bahwa kepala sekolah berupaya sebisa mungkin untuk merawat sarana dan prasaran sekolah seperti gedung, meubelier maupun perangkatperangkat pembelajaran. Selain itu kepala sekolah membuat daftar urutan pemanfaatan sarana prasarana untuk menunjang keberhasilan pengelolaan sekolah maupun kegiatan pembelajaran didalamnya. (WW.A.D, Jumat 3 Mei 2013)”. Wakil kepala sekolah dalam wawancaranya menjelaskan sebagai berikut : “Penggerakan yang dilakukan oleh kepala sekolah selama ini sebatas menanamkan motivasi pada setiap SDM. Hal tersebut dimaknai agar setiap SDM tidak merasa terbebani dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. (WW.M, Rabu 19 September 2013). Kesimpulan yang ditarik penulis berdasarkan wawancara tersebut bahwa hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang guru serta seluruh SDM akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. Dengan demikian nampaklah bahwa perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja sekolah. Setiap SDM harus bekerja
sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja sekolah yang telah ditetapkan. 4.3.4 Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pengawasan Seorang kepala sekolah hendaknya melakukan pengawasan terhadap kegiatan manajemen, apakah sudah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya pada saat membuat perencanaan. Jika ada kekeliruan atau ada program yang tidak dapat diselesaikan segera dilakukan perbaikan dalam perencanaannya. Sehingga, tujuan yang sebelumnya ditentukan tetap secara maksimal dapat dipenuhi. Kaitan dengan kinerja kepala sekolah inilah, proses pengawasan mutlak dilakukan terhadap kegiatan pengelolaan sekolah. Hal tersebut dipertegas oleh salah seorang guru sebagaimana informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai berikut: “Supervisi atau pengawasan dilakukan kepala sekolah dalam rangka mengontrol proses manajemen disekolah. Salah satu yang menjadi perhatian pokok dalam kegiatan pengawasan adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung. Biasanya kepala sekolah berjalan mengelilingi sekolah dan mengawasi langsung KBM yang sedang dilaksanakan. (WW. FA, Sabtu 22 Juni 2013). Pengawasan sebagai proses kegiatan monitoring berfungsi untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan pengelolaan sekolah terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan maupun visi sekolah. Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi pengawasan dalam proses pengelolaan, maka konsekuensi logis yang harus ditanggung, maka kepala sekolah serta seluruh SDM yang terlibat di
dalamnya harus dapat memahami dan mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pengawasan pengelolaan. Terkait dengan hal tersebut, informasi yang dihimpun dari seorang guru selaku informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa: “Menurut saya, kadangkala supervisi yang dilakukan masih kurang tepat sasaran. Mungkin karena keterlibatan kami sebagai guru tenaga abdi yang masih belum sepenuhnya di sekolah ini sehingga proses supervise kadang diterapkan namun kadang-kadang pula tidak diterapkan oleh kepala sekolah. Namun selama ini proses supervise sudah cukup baik. (WW.M.D, Sabtu 14 September 2013).” Pengawasan di sekolah adalah tanggung jawab kepala sekolah , tapi karena tidak mungkin kepala sekolah melakukan semuanya maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan yakni pada masing – masing wakil kepala sekolah setiap bidangnya. Disamping itu pengawasan harus bisa mengukur objek apa yang telah dicapai , menilai pelaksanaan serta mengadakan / menyarankan tindakan perbaikan atau penyesuaian yang dipandang perlu, disamping itu pengawasan harus bisa mengevaluasi diri tentang apa yang telah dicapainya (inspeksi diri). 4.3.5 Kinerja Kepala Sekolah Dalam Evaluasi Pengelolan sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi dalam mencapai tujuan sekolah. Salah satu komponen tersebut adalah evaluasi. Evaluasi dalam pengelolaan sekolah menduduki peranan yang sangat penting, karena dengan evaluasi dapat diketahui sejauhmana keberhasilan sekolah dalam mengelola SDM serta SDA-nya dalam ukuran waktu tertentu dengan langkah-langkah tertentu dan
dengan biaya tertentu pula. Dengan demikian, evaluasi berfungsi sebagai feedback (umpan balik) dalam rangka memperbaiki proses manajemen yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah. Terkait dengan hal tersebut, informasi yang dihimpun dari Guru selaku informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa: “Kegiatan evaluasi selama ini tidak dilakukan sendiri oleh kepala sekolah tetapi di koordinasikan pada staf - stafnya. Misalnya untuk evaluasi pembelajaran diserahkan pada guru mata pelajaran masing-masing, lalu evaluasi kegiatan siswa diserahkan pada wali kelas masing – masing. Sehingganya kepala sekolah mendapatkan laporan hasil evaluasi ditingkat bawah melalui guru – guru yang ada di sekolah tersebut (WW. FA., Sabtu 22 Juni 2013)”. Proses evaluasi tidak selalu berjalan dengan mulus. Ada saja kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah maupun guru-guru dalam proses evaluasi tersebut. Berikut hasil wawancara yang dihimpun oleh peneliti : “ Dalam melaksanakan evaluasi oleh kepala sekolah selama ini sudah cukup baik, namun kendala yang dihadapi biasanya karena keberadaan SDM yang kurang memiliki nilai-nilai kedisiplinan sehingga pelaksanaan proses evaluasi terganggu oleh hal tersebut. Seperti halnya tenaga pengajar yang mengajar bukan pada mata pelajaran yang diampuhnya sehingga pada saat proses evaluasi dilaksanakan terjadilah kendala-kendala teknis seperti itu. Selain itu kegiatan evaluasi membutuhkan dana yang cukup besar sedangkan keuangan sekolah hanya bergantung pada bantuan operasional dari pemerintah. (WW,M.D, Sabtu 14 September 2013).” Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Senada dengan informasi di atas, informan lainnya mengungkapkan, bahwa: “Selama ini, kami sebagai guru selalu berupaya membantu kepala sekolah
dalam melaksanakan kegiatan evaluasi untuk setiap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi biasanya dilaksanakan setiap bulan
untuk melihat perkembangan sekolah selama satu bulan berjalan. Evaluasi kami laksanakan mulai dari perkembangan siswa hingga pada event-event yang sudah kami ikuti apakah layak diikuti kembali atau tidak. (WW. M, Rabu 18 September 2013).” Berdasarkan informasi di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi berfungsi untuk menilai keberhasilan sekolah dalam pencapaian kompetensi dan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pengelolaan itu sendiri. Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan membuka peluang bagi kepala sekolah untuk membuat perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak, Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka kepala sekolah harus berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. kemudian berdasar data hasil evaluasi itu kepala sekolah perlu mengadakan perubahan-perubahan, penyempurnaan-penyempurnaan atau perbaikan-perbaikan, baik perbaikan yang menyangkut organisasi sekolah, tata kerja, dan bahkan mungkin juga perbaikan terhadap tujuan sekolah itu sendiri. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan pada pengelolaan sekolah.
4.4 Hasil Penelitian Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah 4.4.1 Antar Hubungan dan Komunikasi Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi, oleh karena itu para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Hasil wawancara dengan salah seorang informan memperoleh informasi sebagai berikut : “ Saya melihat bahwa pentingnya komunikasi bagi organisasi, karena adanya komunikasi yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Komunikasi yang saya maksud misalnya Kepala Sekolah tidak menginformasikan kepada guruguru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan datang mengajar. Oleh karena itu betapa pentingnya menjalin komunikasi dan hubungan antara kepala sekolah dengan warga sekolah. (WW. MH, Rabu 18 September 2013).” Pernyataan hampir sama dikemukakan oleh informan sebagai berikut : “Seorang kepala sekolah dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara Kepala Sekolah dengan guru, Kepala Sekolah dengan siswa, dan Kepala Sekolah dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi yang baik membawa konsekwensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada dalam sistem sekolah. (WW. MD, Sabtu 12 Oktober 2013)”. Ada bermacam-macam interaksi di sekolah. Kalau ditinjau dari maksud interaksi yang terjadi maka ada dua macam interaksi yaitu (1) interaksi dalam konteks menjalankan tugas yang secara langsung mengarah pada tujuan organisasi dan (2). Interaksi diluar konteks pelaksanaan tugas, meskipun interaksi terjadi di
lingkungan kerja. Hubungan yang sehat dan harmonis dalam konteks pelaksanaan tugas menjadi prasyarat agar produktivitas lebih meningkat lagi. 4.4.2 Kepribadian dan Dedikasi Kepribadian bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Peneliti telah mewawancarai salah seorang informan dan berhasil memperoleh informasi sebagai berikut : “Saya melihat bahwa setiap kepala sekolah memiliki pribadi masingmasing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang kepala sekolah dari guru lainnya. Kepribadian menurut saya hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan baik yang ringan maupun yang berat (WW. FA, Senin 16 September 2013). Informasi lain dari salah seorang informan sebagai berikut : “Menurut saya, kepribadian kepala sekolah serta guru yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang kepala sekolah maupun guru dan akan mempengaruhi interaksi antara kepala sekolah, guru dan anak didik. Oleh karena itu kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat kepala sekolah. (WW.H.AD, Selasa 17 September 2013). Kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik kepribadian kepala sekolah, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. 4.4.3 Iklim Kerja Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik. Salah seorang informan dalam wawancaranya menyampaikan bahwa : ” Iklim orgaisasi yang kondusif sangat dibutuhkan bagi kepala sekolah dan guru untuk menumbuhkan dorongan dalam diri mereka untuk bekerja lebih bersemangat. Ini berarti bahwa iklim organisasi sekolah berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kinerja para guru dan kepala sekolah. (WW. MH, Selasa 17 September 2013).” Hal senada juga disampaikan oleh seorang informan yang tercatat dalam hasil penelitian sebagai berikut : “Suasana kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Hal ini sudah sering saya rasakan sendiri, ketika suasana / iklim kerja di sekolah menyenangkan, saya merasa sangat bersemangat untuk bekerja dan tentunya akan meningkatkan kinerja saya. Demikian pula sebaliknya ketika iklim / suasana di sekolah tidak nyaman, keadaan tersebut sangat mempengaruhi saya dalam menuntaskan pekerjaan saya. (WW. MD, Senin 16 September 2013)” Merujuk hasil penelitian diatas maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia lahir, tumbuh dan berkembang di dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, sehingga masyarakat tersebut akan memberikan hubungan terhadap kepercayaan, pengetahuan, nilai dan norma yang merupakan bagian dari budaya
atau kebudayaan. Hal ini menyebabkan individu-individu tersebut akan menggunakan budayanya untuk beradaptasi dengan lingkungan serta dapat meneruskan generasinya. Di dalam lingkungan tersebut manusia juga akan memperoleh informasi. Iklim Kerja dapat mempengaruhi kinerja seseorang termasuk juga kepala sekolah. Apabila lingkungan masyarakat yang mereka tempati itu mendukung, maka akan meningkatkan dan menambah motivasi mereka untuk bekerja atau melakukan berbagai kegiatan. 4.4.4 Kesejahteraan Kesejahteraan memiliki pengertian suatu keadaan yang baik, makmur, dan merasa tercukupi kebutuhannya. Guru termasuk pula kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya. Hasil wawancara dengan seorang informan memperoleh informasi sebagai berikut : “Sebagai seorang guru, saya merasakan bahwa tingkat kesejahteraan guru di Indonesia sangat memprihatinkan, hanya setara dengan kondisi guru di negara miskin di Afrika. Rendahnya tingkat kesejahteraan tersebut akan semakin tampak bila dibandingkan dengan kondisi guru di negara lain. Di negara maju, gaji guru umumnya lebih tinggi dari pegawai yang lain, sementara di Indonesia justru sebaliknya. Padahal jika harus jujur, kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh seberapa layak reward (insentif) yang diberikan padanya dengan pekerjaan yang telah dilaksanakannya. (WW, FA, Sabtu 12 Oktober 2013).”
Lebih lanjut dikatakan oleh seorang informan bahwa : ”Profesionalitas guru maupun kepala sekolah tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan diluar. (WW.H.AD, Rabu 18 September 2013).” Guru memang pilar bangsa dalam pembangunan manusia atau yang dikenal dengan sebutan Indeks Pengembangan Manusia (IPM). Tanpa keterlibatan guru maka IPM suatu bangsa tidak akan pernah mencapai titik yang diinginkan. Hasil Penelitian di atas menunjukkan bahwa bahwa tingkat kesejahteraan seorang guru termasuk kepala sekolah pada sebagian besarnya masih berada dalam posisi ekonomi yang belum mengenakkan. Masih banyak kaum guru yang hidup di bawah garis kemiskinan. Jika sudah memperoleh tunjangan profesional memang tingkat kesejahteraannya relatif meningkat. Dan tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang kepala sekolah dalam pelaksanaan tugastugasnya. 4.4.5 Hubungan Dengan Masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan komunikasi ekstern yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok individu–individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial, olah raga, kesenian yang bergerak
dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap pendidikan di sekolah. Hasil wawancara dengan seorang informan memperoleh informasi sebagai berikut : “Saya pernah membaca suatu literature, dimana disana dijelaskan bahwa sekolah berada ditengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik. Mata yang kedua adalah sebagai lembaga yang mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. (WW.H.AD, Selasa 17 September 2013). Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh seorang guru yang dirangkum dalam hasil wawancara sebagai berikut : “Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat guna meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Menurut saya, bahwasanya hubungan sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personalia sekolah dengan masyarakat. (WW. MD, Senin 16 September 2013). Penjelasan di atas menunjukkan betapa penting peran kepala sekolah dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat membuka peluang adanya saling koordinasi dan pengawasan dalam proses belajar mengajar di sekolah dan keterlibatan bersama memajukan peserta didik. Kepala sekolah diharapkan selalu berbuat yang terbaik sesuai harapan masyarakat yaitu terbinanya dan tercapainya mutu pendidikan anak-anak mereka. Penciptaan suasana menantang harus
dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. 4.5 Pembahasan 4.4.1 Kepala Sekolah Sebagai Edukator Edukator atau pendidik menurut Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional
adalah
tenaga
profesional
yang
bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Hamid Darmadi, 2009:37). Kepala
sekolah
sebagai
Edukator
bertugas
mengarahkan
dan
mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya mencapai sesuatu yang bermakna. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
Merujuk pada teori tentang fungsi kepala sekolah sebagai edukator lalu dikaitkan dengan hasil penelitian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang edukator kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula bersama guru - guru senantiasa berupaya untuk mengarahkan peserta didik untuk lebih mengeksplorasi aspek afektifnya. Pembinaan mental dan sikap siswa sebagai peserta didik benar – benar disadari oleh kepala sekolah dan merupakan peran utama seorang edukator yang harus benar-benar berfungsi dengan baik. Salah satu hal yang dilakukan oleh kepala sekolah terkait dengan perannya sebagai edukator adalah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreatifitas dan menunjukan kemampuan terbaiknya. Kepala sekolah menyadari Jika hal ini dapat diterapkan secara berkelanjutan maka dampak positif akan nampak pada kreatifitas siswa yang makin berkembang. Salah satu hal yang menunjukkan peran kepala sekolah sebagai edukator dapat dilihat dari prestasi yang diraih siswa di sekolah. Prestasi yang pernah dicapai oleh sekolah selama lima tahun terakhir cukup membuktikan bahwa kinerja kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sudah cukup baik. Dalam bidang akademik, pada tahun 2009 tingkat kelulusan mencapai 100%, lalu pada tahun 2010 SMP ini berhasil menyabet juara I se-provinsi Gorontalo untuk tingkat kelulusan setara sekolah menengah pertama. Tentunya prestasi ini adalah sesuatu hal yang membanggakan. Tahun 2011 sekolah ini dinyatakan masuk pada kategori 10 besar sekolah yang berprestasi se provinsi Gorontalo. Prestasi bidang non akademik hampir setiap tahun diraih siswa SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula dalam bidang lomba gerak jalan, serta beberapa bidang olahraga seperti lomba volley ball. Pada
tahun 2011 regu putra berhasil memboyong piala dalam kejuaraan tingkat kecamatan sebagai juara I lomba volley ball. Sedangkan dibidang baris berbaris tim putri berhasil memperoleh juara I tingkat kecamatan. Prestasi – prestasi yang dicapai siswa ini membuktikan dan membuat peneliti mengambil kesimpulan bahwa kinerja kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sebagai seorang edukator selama ini sudah baik. 4.4.2 Kepala Sekolah Sebagai Manager Manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses merencanakan, melembagakan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota lembaga serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya lembaga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi tersebut, maka kepala sekolah sebagai manajer pada hakekatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan pengendali semua aktivitas sekolah (Wahyudi 2012:68). Keberadaan manajer pada suatu organisasi (sekolah) sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi. Merujuk pada teori fungsi kepala sekolah sebagai manager, maka seorang kepala sekolah harus mampu melaksanakan tiga hal sesuai perannya sebagai manajer. Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan kerjasama. Kepala sekolah lebih mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Hal yang dilakukan diantaranya memberikan kesempatan yang sama kepada semua tenaga kependidikan untuk meningkatkan
pendidikan mereka melalui seminar maupun diklat. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dengan demikian apabila teori yang dikemukakan dihubungkan dengan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala sekolah SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sebagai manager sudah cukup baik, karena berdasarkan hasil wawancara diperoleh beberapa hal yang dilakukan kepala sekolah dalam memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah yang diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, pendayagunaan serta perawatan sarana dan prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja
tenaga
kependidikan
serta
pengembangan
program
peningkatan
profesionalisme. Semua hal ini dilaksanakan kepala sekolah secara bertahap dan berkesinambungan. 4.4.3 Kepala Sekolah Sebagai Administrator Kepala Sekolah sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara lain : melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan terhadap bidang-bidang seperti ; kurikulum, kesiswaan, kantor, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, dan perpustakaan (Abdul Rahmat, 2009 : 48). Berbagai tugas yang harus dilakukan kepala sekolah berdasarkan kajian teori diatas adalah sebagai berikut :
1. Membuat perencanaan. Perencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya adalah menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan (sarana dan prasarana) 2. Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolah. Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada. 3. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolah. Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala sekolah. 4. Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah. Berbagai tugas yang berkenaan dengan kepegawaian sepenuhnya merupakan wewenang kepala sekolah Hasil wawancara dengan para informan di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula menjelaskan bahwa kegiatan administrasi selama ini terutama dalam proses perencanaan Kepala Sekolah terlebih dahulu mengkaji kebijakan yang relevan dengan sekolah bersama dengan seluruh stafnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh kepala Sekolah adalah menganalisa kondisi internal serta keadaan
eksternal
sekolah.
Hal
ini
dilakukan
dengan
maksud
untuk
mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi sekolah. Pada proses koordinasi yang selama ini dilaksanakan oleh kepala sekolah belum sepenuhnya diimplementasikan oleh
pihak yang terkait. Minimnya kesadaran SDM di sekolah ini pun seyogyanya dapat mempengaruhi proses administrasi sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai administrator, meskipun secara struktural kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah, namun pada pendelegasian wewenang kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula tidak memandang guru sebagai bawahan, melainkan sebagai teman sejawatnya. Sikap dan perilaku ini nyatanya bisa membuat guru-guru lebih merasa dihargai dan dihormati kemampuan profesionalnya. Sehingga guru-guru tidak segan menanyakan dan mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya kepada administrator. Komunikasi antar guru dan administrator selama ini menjadi lancar. Situasi ini jelas mempermudah administrator memberi dorongan kepada guru-guru untuk meningkatkan prestasi kerja mereka serta mempermudah kepala sekolah dalam proses pendelgasian wewenang. 4.4.4 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (M.Ngalim Purwanto, 1987:76). Dengan demikian hakekat supervisi pendidikan adalah suatu proses bimbingan dari pihak kepala sekolah kepada guru-guru dan personalia sekolah yang langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Disamping itu juga memperbaiki situasi bekerja dan belajar secara efektif, disiplin, bertanggung jawab dan memenuhi akuntabilitas..
Berdasarkan hasil penelitian dan dihubungkan dengan teori mengenai supervisi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pengawasan selama ini telah dilakukan oleh kepala SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan maksud untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan terutama kegiatan belajar mengajar para guru, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Pengawasan di sekolah adalah tanggung jawab kepala sekolah, akan tetapi karena tidak mungkin kepala sekolah melakukan semuanya sendirian maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan yakni pada masing – masing wakil kepala sekolah setiap bidangnya. Sehingga dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan bahwa kinerja kepala sekolah SMP Muhammdiyah 2 Tolangohula sebagai supervisor selama ini telah terlaksana cukup baik. 4.4.5 Kepala Sekolah Sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah, khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi pencapaian tujuan sekolah (Moh. Salim Aldjufri, 2007:91). Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah dituntut menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai dengan mengedepankan keteladanan, pemotivasian, dan pemberdayaan staf. Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang kepala Sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Merujuk pada teori yang telah dikemukakan tersebut lalu dihubungkan dengan hasil penelitian maka akan terlihat bahwa dalam proses kepemimpinan yang selama ini dilaksanakan oleh kepala sekolah belum sepenuhnya menerapkan prinsip – prinsip kepemimpinan. Namun demikian dalam proses penggerakkan kepala sekolah selalu menggerakkan seluruh sumber daya manusia di sekolah untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Kesimpulan yang ditarik penulis berdasarkan wawancara tersebut bahwa menurut kepala sekolah SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula, hal yang penting untuk selalu diperhatikan oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin adalah bahwa seorang guru serta seluruh SDM di sekolah akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. Sehingga secara keseluruhan bahwa kinerja kepala sekolah sebagai pemimpin di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula selama ini sudah cukup baik.
4.4.6 Kepala Sekolah Sebagai Inovator Ibrahim (1988) dalam Tubagus Rangga (2012 :1) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memcahkan masalah pendidikan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang innovatif. Berdasarkan hasil wawancara dan dihubungkan dengan teori yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja Kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula sebagai inovator selama ini dapat dikatakan sudah cukup baik dimana hal ini terukur dari kemampuan kepala sekolah dalam mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Salah satu gagasan baru yang sudah diterapkan disekolah misalnya penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran maksudnya menggunakan manfaat internet sebagai media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
4.4.7 Kepala Sekolah Sebagai Motivator Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan (Sadili Samsudin, 2006:281). Sebagai Motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan serta bagi para siswa. Bagi siswa, motivasi dapat dibedakan kedalam dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik dalam belajar adalah seluruh dorongan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya dalam belajar. Motivasi ekstrinsik adalah seluruh dorongan yang berasal dari luar siswa yang dapat mendorongnya dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Sebagai seorang motivator, maka tugas kepala sekolah untuk berupaya agar motivasi belajar siswa dapat terus stabil atau bahkan ditingkatkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa dari kedua macam motivasi di atas, motivasi intrinsiklah yang mempunyai peranan besar dalam meningkatkan hasil belajar seorang siswa. Dari hasil wawancara nampak bahwa kepala sekolah selama ini sudah melakukan upaya-upaya untuk bisa membangkitkan gairah para siswa dalam belajar. Proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik untuk meningkatkan motivasi khususnya terhadap siswa merupakan bagian dari kinerja kepala sekolah sebagai motivator. Sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti berkesimpulan bahwa kinerja kepala sekolah dilihat dari peran kepala sekolah sebagai motivator sudah cukup baik.
4.4.8 Pembahasan Indikator Antar Hubungan dan Komunikasi Pada Indikator Antar Hubungan dan Komunikasi, Komunikasi digunakan untuk memahami dan menukarkan pesan verbal maupun non verbal antara pengirim informasi dengan penerima informasi untuk mengubah tingkah laku. Hubungan dan komunikasi yang dikembangkan kepala sekolah terutama dalam proses pembelajaran dan pada situasi interaksi lain di sekolah memberi peluang terciptanya situasi yang kondusif untuk dapat memperlancar pelaksanaan tugas, segala persoalan yang dihadapi kepala sekolah baik dalam pelaksanaan tugas utama maupun tugas tambahan dapat diselesaikan melalui penyelesaian secara bersama dengan guru yang lain. Tanpa hubungan dan komunikasi yang baik di dalam lingkungan sekolah apapun bentuk pekerjaan yang kita lakukan tetap akan mengalami hambatan dan kurang lancar. Berdasarkan hasil wawancara, maka peneliti berasumsi bahwa terbinanya hubungan dan komunikasi di dalam lingkungan sekolah memungkinkan kepala sekolah dapat mengembangkan kreativitasnya sebab ada jalan untuk terjadinya interaksi dan ada respon balik dari komponen lain di sekolah atas kreativitas dan inovasi tersebut, hal ini menjadi motor penggerak bagi kepala sekolah untuk terus meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya yang bukan saja inovasi dalam tugas utamanya tetapi bisa saja muncul inovasi dalam tugas yang lain yang diamanatkan sekolah. Ini berarti bahwa pembinaan hubungan dan komunikasi yang baik di antara komponen dalam sekolah menjadi suatu keharusan dalam menunjang peningkatan kinerja. Untuk itu semakin baik pembinaan hubungan dan
komunikasi dibina maka respon yang muncul semakin baik pula yang pada gilirannya mendorong peningkatan kinerja. 4.4.9 Pembahasan Indikator Kepribadian dan Dedikasi Pada Indikator kepribadian dan dedikasi, Menurut Freud (1950) dalam Mukhlisin (2008:32), kepribadian terdiri tiga aspek yaitu : (1). Das Es (the id) yaitu aspek biologis, aspek ini merupakan sistem yang original dalam kepribadian sehingga aspek ini merupakan dunia bathin subyektif manusia dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. (2). Das Ich (the ego) yaitu aspek psikologis, aspek ini timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia nyata, (3). Das Ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis kepribadian merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut di atas merupakan potensi kepribadian sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan profesinya. Karena tanpa aspek tersebut sangat tidak mungkin kepala sekolah dapat melaksanakan tugas sesuai dengan harapan. Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Kepala sekolah yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan kepala sekolah tersebut memiliki akuntabilitas
yang baik dengan kata lain prilaku akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir dengan hasil baik yang dapat memuaskan atasan yang memberi tugas itu dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atau segala pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan standar yang ditetapkan. 4.4.10 Pembahasan Indikator Iklim Kerja Pada indikator Iklim Kerja, Litwin dan Stringer (dalam Muhlisin, 2008:57) mengemukakan bahwa Iklim mempengaruhi kinerja guru. Iklim sebagai pengaruh subyektif yang dapat dirasakan dari sistem formal, gaya informal pemimpin dan faktor-faktor lingkungan penting lainnya, yang menyangkut sikap/keyakinan dan kemampuan memotivasi orang-orang yang bekerja pada organisasi tersebut. Sedangkan menurut Henry A Marray dan Kurt Lewin (dalam Muhlisin, 2008:57) mengatakan
bahwa Iklim
kerja
adalah
seperangkat
karakteristik
yang
membedakan antara individu satu dengan individu lainnya yang dapat mempangaruhi perilaku individu itu sendiri, perilaku merupakan hasil dari hubungan antara individu dengan lingkungannya. Jadi Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara Kepala Sekolah dengan guru, antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan pegawai sekolah dan keseluruhan komponen itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dan bila dihubungkan dengan hasil penelitian maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa Iklim negatif menampakkan diri dalam bentuk-bentuk pergaulan yang kompetitif, kontradiktif, iri hati, beroposisi, masa bodoh, individualistis, egois. Iklim negatif dapat menurunkan produktivitas kerja guru. Iklim positif menunjukkan hubungan yang akrab satu dengan lain dalam banyak hal terjadi kegotong royongan di antara mereka, segala persoalan yang ditimbul diselesaikan secara bersama-sama melalui musyawarah. Iklim positif menampakkan aktivitas-aktivitas berjalan dengan harmonis dan dalam suasana yang damai, teduh yang memberikan rasa tenteram, nyaman kepada personalia pada umumnya dan guru khususnya. Sehingga, Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan. 4.4.11 Pembahasan Indikator Kesejahteraan Pada indikator kesejahteraan, terdapat penjelasan yang membahas tentang peningkatan kesejahteraan berkaitan erat dengan insentif yang diberikan pada guru. Insentif dibatasi sebagai imbalan organisasi pada motivasi individu, pekerja menerima insentif dari organisasi sebagai pengganti karena dia anggota yang produktif dengan kata lain insentif adalah upah atau hukuman yang diberikan sebagai pengganti kontribusi individu pada organisasi. Menurut Chester l. Barnard (dalam Muhlisin, 2008:56) menyatakan bahwa insentif yang tidak memadai berarti mengubah tujuan organisasi.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa untuk memaksimalkan kinerja kepala sekolah langkah strategis yang dilakukan pemerintah yaitu memberikan kesejahteraan yang layak sesuai volume kerja mereka, selain itu memberikan insentif pendukung sebagai jaminan bagi pemenuhan kebutuhan hidup kepala sekolah, guru, dan keluarganya. Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang akan diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru masih rendah maka besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki kualitas tinggi dan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Adanya Jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat memotivasi untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja mereka selalu meningkat tiap waktu. 4.4.12 Pembahasan Indkator Hubungan Dengan Masyarakat Pada indikator hubungan antar masyarakat, Mulyasa (2003) dalam Muhlisin (2008:46) menerangkan bahwa Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat. Tujuan hubungan masyarakat berdasarkan dimensi kepentingan sekolah antara lain : (1). Memelihara kelangsungan hidup sekolah, (2). Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, (3). Memperlancar kegiatan belajar mengajar, (4). Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah. Tujuan hubungan berdasarkan kebutuhan masyarakat antara lain : (1). Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2). Memperoleh
kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, (3). Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat, dan (4).
Memperoleh
kembali
anggota-anggota
masyarakat yang terampil dan makin meningkatkan kemampuannya (Mulyasa, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas dan dihubungkan dengan hasil penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa agar hubungan dengan masyarakat terjamin baik dan berlangsung kontinue, maka diperlukan peningkatan profesi kepala sekolah dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Kepala Sekolah disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari kepala sekolah yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku kepala sekolah tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Untuk gambaran penelitian yang lebih jelas maka divisualisasikan melalui matrik analisis masalah sebagai berikut : Matrik Rumusan Masalah, Fokus penelitian, Temuan Dan Teori NO 1.
Rumusan Masalah Bagaimana
Fokus Penelitian Soekarno
SMP melihat
Teori
(2008:4) Dari semua indikator
Kinerja Kepala mengemukakan Sekolah
Temuan
merujuk
untuk kinerja kepala sekolah pengertian
kinerja
kepala yang diteliti, peneliti Terkait
maka
perilaku.
dengan
kinerja
Muhammadiyah
Sekolah,
2 Tolangohula ?
dilihat
berdasarkan bahwa kinerja kepala 1990 dalam Sudarmanto
indikator
EMASLIM sekolah sudah berada (2009:8)
yakni
kepala
dapat mendapatkan temuan sebagai perilaku, Murphy,
baik,
namun seperangkat perilaku yang
1. Edukator
kedepannya
2. Manager
dilaksanakan
3. Administrasi
pengawasan
4. Supervisor
terus-menerus.
perlu relevan organisasi
bekerja.
6. Inovator 7. Motivator
faktor
yang
mempengaruhi
mempengaruhi
kepala
kinerja Sekolah
kinerja adalah
sekolah
kepala Muhlisin
yang Faktor
kesejahteraan satu
faktor
dalam yang cukup signifikan
(2008:30) dalam mempengaruhi
berikut ini : 1. Kepribadian dedikasi 2. Hubungan Komunikasi 3. Hubungan Masyarakat
kinerja seorang kepala dan sekolah.
Temuan
dilapangan dan memperoleh kenyataan
bahwa
dengan semakin tinggi tingkat kesejahteraan,
dengan atau
tujuan unit
secara organisasi tempat orang
5. Leader
Faktor – Faktor Beberapa
menyatakan
Sekolah pada taraf yang cukup bahwa kinerja merupakan
sebagai :
2.
Kinerja
4. Kesejahteraan
semakin baik kinerja
5. Iklim Kerja
seseorang,
namun
semakin
rendah
kesejahteraan, rendah
maka pula
kinerjanya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti secara keseluruhan maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kinerja kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula yang dilihat / diteliti dari fungsi kepala sekolah sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator selama ini sudah menunjukkan performance yang cukup memuaskan. Dari hasil penelitian yang disimpulkan oleh peneliti hal ini ternyata dipengaruhi oleh berbagai hal, bukan hanya dari internal kepala sekolah seperti kepribadian dan dedikasi, kesejahteraan, sikap serta perilaku kepala sekolah, ternyata faktor eksternal seperti komunikasi, Hubungan antara sekolah dan masyarakat, Iklim kerja serta permasalahan kompleks lainnya yang ada disekolah juga turut mempengaruhi kinerja kepala sekolah tersebut. Peneliti berasumsi bahwa perlu adanya kesadaran yang tinggi dari semua sumber daya baik manusia maupun non manusia yang ada dilingkungan sekolah tersebut agar kedepannya kinerja kepala sekolah yang dimaksud pada tujuh (7) indikator sekolah dapat meningkat lebih baik lagi. Karena semua aktifitas yang diselenggarakan sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien, oleh karenanya kerjasama dan
dukungan dari semua guru, siswa serta komite sekolah dan masyarakat akan sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan sekolah dan tentunya peran kepala sekolah menjadi kunci utama dalam proses ini.