BAB III DATA PROYEK
3.1
Deskripsi Umum Proyek Batik Danar Hadi adalah sebuah group perusahaan yang bergerak di bidang ritel batik dan berdiri sejak tahun 1967. Jenis produksi dari perusahaan batik danar hadi meliputi batik tulis, batik cap, batik printing, dan batik kombinasi
3.1.1
3.1.2
Data Proyek Nama proyek
: Museum Batik Danar Hadi
Sifat proyek
: Rill
Bentuk usaha
: Perseroan Terbatas
Pemilik
: Swasta
Pengelola
: Swasta
Lokasi
: Jl. Brigjen Slamet Riyadi 261, Surakarta
Luas bangunan
: 750m2
Luas lahan
: 1100m2
Harga tiket
: Rp.15.000-25.000
Sejarah Batik Danar Hadi Berdiri tahun 1967, Batik Danar Hadi merupakan perusahaan induk yang dibentuk oleh Bapak & Ibu Santosa Doellah,
bertujuan
untuk
memperkaya
perkembangan
seni
membatik pada khususnya, dan usaha batik di Indonesia pada umumnya. Dalam kurun dua dasawarsa terakhir, kelompok usaha Batik Danar Hadi telah menjadi perusahaan manufaktur batik yang terpadu dan telah dikenal sebagai produsen kain batik yang halus dan bermutu tinggi. Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap usahanya ke ibukota, Jakarta, dan kota-kota
besar di seluruh propinsi Indonesia dengan membuka rumah-rumah Batik serta rangkaian outlet lainnya. Ekspansi usaha dilakukan antara lain di tahun 1981 (pabrik pertenunan & finishing), tahun 1990 (pabrik pemintalan), dan tahun 1997 ( jaringan distribusi untuk menjangkau pasar yang lebih luas). Komitmen Batik Danar Hadi terhadap industri batik nasional telah dianugerahi sejumlah penghargaan, baik nasional maupun internasional. Bahkan jerih payah kedua pendirinya, Bapak dan Ibu H. Santosa Doellah, diapresiasi dengan penghargaan Upakarti pada tahun 1985. Batik Danar Hadi berkembang dari sekedar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini melayani konsumen batik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pangsa pasar dari perusahaan batik danar hadi adalah masyarakat modern kelas menengah keatas sehingga harus dilakukan penyesuaian antara produk yang bernilai seni tradisional dengan karakter masyarakat masa kini. Batik dan desain pakaian terus dikembangkan mengikuti trend untuk menyesuaikan selera pasar. Selain produk, outlet tempat memasarkan batik juga perlu didesain agar dapat menarik konsumen. Penambahan fasilitas berupa gallery batik sebagai media pembelajaran tentang batik untuk melestarikan budaya Indonesia pada masyarakat modern juga dapat menjadi daya tarik sekaligus bermanfaat.
3.1.3
Visi dan Misi Masa depan Batik Danar Hadi, Masa Depan Batik Indonesia Berstandar pada keuletan, keahlian, pengalaman dan sentuhan cita rasa seni.
3.1.4
Lokasi Museum Batik Danar Hadi Lokasi museum di Jl. Brigjen Slamet Riyadi No.261, Surakarta. Museum ini berada dekat hotel, restaurant, pertokoan, kampung dan mall.
Gambar 3.1 Site Plan Museum Batik Danar Hadi (Sumber: Museum Batik Danar Hadi di Solo)
3.1.5 Transport dan akomodasi Untuk mencapai ke Galeri Batik tidaklah sulit. Berikut ini beberapa alternatif kendaraan umum yang dapat menuju ke Galeri Batik: 1.
20 menit dari Bandara Udara Adi Sumarmo
2.
20 menit dari Terminal Bis Tirtonadi
3.
10 menit dari Stasiun Kereta Api Solo Balapan
3.1.6
Struktur Organisasi
Bagan 3.1 Struktur Organisasi PT Danar Hadi (Sumber: Struktur Organisasi PT. Danar Hadi) .
3.2
Profil Museum Batik Pekalongan Museum Batik dengan luas 40 m2 dan bangunan yang sangat sederhana memamerkan 1149 koleksi batik, antara lain wayang beber dari kain batik yang berusia ratusan tahun serta alat tenun tradisional ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) maupun peralatan untuk proses membuat batik dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Kota Pekalongan.
3.2.1 Sejarah Museum Pekalongan Sejarah berdirinya museum batik dipekalongan berawal dari keinginan peguyuban berkah yang merupakan salah satu dari sekian banyak paguyuban yang leluhurnya berasal dari kota pekalongan, memprakarsai diselenggarakannya seminar batik pekalongan
dengan
tema
“seminar”
“jejak
telusur
dan
pengembangan batik pekalongan” dan dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 maret 2005. Kegiatan seminar ini mendapat dukungan penuh dari kadin Indonesia, kadin Jawa Tengah, kadin Pekalongan, Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI), Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, Politeknik Pusmanu, SMK Negeri 1 Pekalongan dan Harian Umum Suara Merdeka. Beberapa alasan dipilihnya kota Pekalongan sebagai tempat berdirinya Museum Batik antara lain: 1.
Kota Pekalongan telah lama dikenal sejak tahun 1830 sebagai kota batik, hampir 90 persen dari jumlah penduduk 268. 000 jiwa, bermata pencaharian pada kegiatan yang terkait dengan usaha batik.
2.
Produk Batik yang bersedar pada pasar domistik dan internasional sekitar 70 persen berasal dari Kota Pekalongan, biasanya orang Pekalongan mendapat order pesanan, dari kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Yogyakrta danSurakarta, Bali dan lain lain.
3.
Berdasarkan data pengiriman dari usaha ekspedisi di Pekalongan, setiap hari tidak kurang dari 200 bal batik keluar dari Kota Pekalongan untuk di distribusikan ke tempat diluar Pekalongan. Jika harga 1 bal batik sekitar Rp.2 Juta, jadi tidak kurang Rp. 400 Juta per hari nilai uang yang beredar, dan jika diakumulasikan nilai per bulannya maka terdapat Rp. 12 miliyar. Nilai ekonomi di Pekalongan ini cukup tinggi dan memberi pengaruh terhadap geliat pertumbuhan industri batik nasional.
3.2.2 Visi, Misi dan Tujuan Misi museum batik sejak didirikan sampai sekarang belum mengalami perubahan karena misi tersebut masih sesuai dengan kebutuhan
dan
tujuannya
jelas,
tepat
dan
efektif
dalam
perkembangan dengan lingkungan museum sampai memasuki tahun keempat saat ini. Manajemen museum perlu merubah misinya jika menemukan tujuannya sudah tidak jelas atau kurang tepat dengan perubahan lingkungannya untuk menjaga sebuah museum dari ketidak pastian masa depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Neil Kotler dan Philip Kotler (1998) meskipun lembaga yang memiliki misi dan tujuannya yang cukup jelas pada awalnya, selanjutnya lembaga tersebut berkembang dan mencapai sasarannya, tetapi lingkungannya berubah dan adanya tantangan baru , maka manajemennya harus di perbaharui dan misi dan tujuannya disusun kembali. Sebuah misi sangat penting bagi museum untuk menentukan program kerjanya. Misi merupakan tujuan dari sebuah museum. Ketidak jelasan misi menyebabkan tujuan suatu lembaga menjadi tidak jelas.Neil Kotler dan Philip Kotler (1998: 79). juga menyebutkan bahwa misi adalah sebuah jawaban dari sebuah pertanyaan apakah tujuan dari lembaga kitaini? Apa perbedakaan yang kita lakukan? Apakah yang kita lakukan untuk menciptakan image atau masuk ke pemasaran ceruh, kwalitas produk dan pelayanan dan penguasaan pasar? Misi Museum Batik di Pekalongan adalah sebagai berikut: a.
Mendorong
masyarakat
Indonesia
untuk
peduli
terhadap
keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan sebagai wujud turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia.
b.
Mendorong minat pengusaha dan perajin batik untuk terus menggali dan melestarikan motif lama dan menciptakan motif baru.
c.
Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Visi museum ini merupakan suatu tujuan utama dan cita cita dari Museum Batik di Pekalongan. Visi museum ini direncanakan agar dapat diperluas secara aktif untuk mampu mempunyai jangkauan kedepan Museum Batik mempunyai visi yaitu mewujudkan museum batik sebagai pusat seni, budaya, ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, pendidikan perbatikan dan rekreasi. Visi ini sebelum ditambah dengan mewujudkan batik Indonesia sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang diakui oleh UNESCO, yang telah dikukuhkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Landasan dasar Museum Batik di Pekalongan dalam menentukan tujuan museum dengan mempertimbangankan potensi dan fasilitas yang dimiliki Museum. Tujuan pendirian Museum Batik di Pekalongan sebagai berikut:
a.
Meningkatkan
pendidikan
dan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi perbatikan. b.
Meningkatkan apresiasi dan pengetahuan masyarakat terhadap warisan budayaBatik.
3.2.3
c.
Menjadi pusat pelayanan dan informasi tentang batik.
d.
Mendukung kegitan pariwisata Kota Pekalongan.
Struktur Organisasi Struktur Organisasi Museum Batik di Pekalongan terdiri dari Kepala Museum yang membawahi Kordinator Administrasi, Kordinator Publikasi dan Edukasi dan Kordinator Koleksi dan Workshop Batik. Kordinator
Administrasi
membawahi
bidang
bidang
Bendahara, Pustakawan, Pengelolaan Kedai Batik, Keamanan dan
Umum. Kordinator Publikasi dan Edukasi membawahi bidang Pemanduan, Ceramah, Penelitian dan Bimbingan. Kordinator Koleksi dan Workshop Batik membawahi bidang Konservasi, Tata Pemaran, Pelatihan Membatik. Struktur Oganisasi tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut.
Kepala Museum
Kord Administrasi
Kord PublikasiEdukasi
Kord KoleksiWorkshop
Pemandu Ceramah Penelitian Bimbingan
Konservasi Tata pameran Pelatihan Membatik
Bendahara Pustakawan Kedai batik Keamanan Umum
Bagan 3.2 Struktur Organisasi Museum pekalongan (Sumber: Museum Batik pekalongan)
a. Kepala
Museum
mengontrol,
mempunyai
tugas
mengorganisasikan
untuk
kegiatan
memimpin,
sesuai
dengan
ketentuan program kerja yang telah disepakati oleh Yayasan Kadin Indonesia dan Lembaga Museum Batik. b. Kordinator Administrasi bertugas untuk mengontrol dan mengawasi
pekerjaan
yang
bersipat
administrasi
surat
menyurat, keuangan berupa dana bantuan dari APBD dan APBN,
dana
operasional
setiap
bulan,
operasinoal
perpustakaan, penghitungan hasil kedai batik, mengawasi jadual jaga keamanaan dan mengawasi kebersihan setiap hari.
c. Kordinator
publikasi
dan
edukasi
bertugas
melakukan
sosialisasi MBP dan kegiatan museum khususnya terhadap sekolah sekolah, mengawasi petugas yang memberikan pelayanan edukasi dalam bentuk pemanduan langsung di ruamg pameran, pelaksaan ceramah baik terhadap pelajar, memberikan pelayanan untuk penelitian koleksi museum yang berhubungan dengan sejarah dan teknik membatik kepada pelajar dan mahasiwa dalam mengerjakan tugasakhir skripsi atau tesis.
d. Kordinator Koleksi dan Workshop Batik bertugas untuk melakukan pergantian koleksi, menata ruang pameran dan mempersiapkan keterangan koleksi, melakukan perawatan koleski yang sedang dipamerkan dan yang sedang disimpan, memberikan perhatian pada meteri pelatihan membatik dan proses membatik kepada semua peserta bersama instruktur batik.
3.2.4
Lokasi Museum Pekalongan Museum Batik Pekalongan di Jalan Jetayu Nomor 3, KotaPekalongan, menempati gedung kuno peninggalan Belanda. Lokasi museum itu 3 kilometer arah utara pusat pemerintahan Kota Pekalongan. Museum Batik Pekalongan diresmikan pada 2006 dan menjadi salah satu pelengkap Kota Pekalongan sebagai pusat batik di Indonesia.
Gambar 3.2 Lokasi Museum Pekalongan (Sumber: Museum Pekalongan)
3.3 Ket
Hasil Survey Lapangan Museum Batik Danar Hadi
Lingkungan Jl. Brigjen Slamet Riyadi no.261, Surakarta + Lokasi ini terletak dekat hotel, mall, restaurant + Jl. Brigjen Slamet Riyadi ini merupakan Solo City Walk yang digunakan oleh pejalan kaki
Museum Batik pekalongan
Jl. di Jalan Jetayu Nomor 3, pekalongan + Lokasi ini terletak dekat pertokoan, mesjid dan perumahan + Berada di depan jalan raya dan taman
Bangunan
Akustik
+ Lahan yang cukup luas untuk + Lahan parkir yang luas + Jauh dari kebisingan parkir kendaraan + sangat mudah ditemukan karena terdapat tulisan dibagian depan + bangunan ini berada disekitar hotel, mall, da resto bangunan - Cukup sulit menemukan - Cukup berisik karena terdapat lalu museum ini dan tidak ada lalang kendaraan nama papan nama Museum ini tidak terlalu berisik Museum ini berisik karena letaknya karena cukup jauh dari jalan raya berada didepan jalan raya. dan banyak pepohonan yang dapat meminimalisasikan suara Tabel 3.1 Hasil Survey Lapangan