BAB III ANALISA DAN DATA PROYEK A Identitas Proyek 1 Deskripsi Umum Nama Proyek : Museum Wayang Jakarta Sifat Proyek : Rill ( nyata ) Bentuk Usaha : Museum Sejarah Wayang dan Gamelan Pemilik : Pemerintah daerah DKI Jakarta Pengelola : Pemda DKI Jakarta dan DMP Lokasi : Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat 11110 Luas Lahan : 6882m2 Luas Bangunan : 5265m2 Jumlah Koleksi : 4.000 Email :
[email protected]
2 Sejarah Letak bangunan gedung Museum Wayang di Jl. Pintu Besar Utara No. 27. pada mulanya merupakan lokasi gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “ de oude Hollandsche Kerk “ sampai tahun 1732 yang berfungsi sebagai tempat untuk peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia. Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya dirubah menjadi “ de nieuwe Hollandsche Kerk “ dan berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja ini yang sekarang menjadi ruangan taman terbuka Museum
Wayang,
di
dalamnya terdapat taman kecil dengan prasasti –
prasastinya yang berjumlah 9 (sembilan) buah yang menampilkan nama – nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut. Diantara prasasti tersebut tertulis nama Jan Pieterszoon Coen, seorang Gubernur Jenderal yang berhasil menguasai kota Jayakarta pada tanggal 30
115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mei 1619 setelah kekuasaan P. Jayakarta lumpuh akibat pertentangan dengan Kraton Banten, Dalam tahun 1621 Heeren XVII memerintahkan Coen untuk memakai nama Batavia untuk kota Pelabuhan Jayakarta. Kota Batavia yang dibangun oleh Coen diatas puing reruntuhan Jayakarta dengan membuat suatu kota tiruan sesuai dengan kota – kota di negeri Belanda. Sebagai akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda Baru itu telah rusak. Selanjutnya lokasi bekas Gereja tersebut dibangunlah gedung yang nampak sebagaimana sekarang ini dengan fungsinya sebagi gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian muka museum ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Neo Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kompeni. Sesuai besluit pemerintah Hindia Belanda tertanggal 14 Agustus 1936 telah ditetapkan gedung beserta tanahnya menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independent yang didirikan untuk tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang – bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Pada tahun 1937 oleh lembaga tersebut gedung diserahkan kepada Stichting oud Batavia dan kemudian dijadikan museum dengan nama “ de oude Bataviasche Museum “ atau museum Batavia Lama “ yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer (22 Desember 1939). Sejak pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan R.I. gedung museum ini tidak terawat. Pada tahun 1957 diserahkan
kepada Lembaga Kebudayaan
Indonesia (LKI) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta Lama. Pada tanggal 1 Agustus 1960 namanya
disingkat
menjadi
Museum
Jakarta. Pada tanggal 17 September 1962 oleh LKI diserahkan kepada pemerintah R.I. cq Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya pada tanggal 23 Juni 1968 oleh Dirjen Kebudayaan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan gedung museum diserahkan
116
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kepada Pemerintah DKI Jakarta dan di gedung ini pula Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta berkantor. Sejak kepindahan Museum Jakarta (sekarang Museum Sejarah Jakarta) ke gedung bekas KODIM 0503 Jakarta Barat yang dahulunya disebut
gedung
Stadhuis / Balaikota, maka bekas gedung Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta kemudian dijadikan Museum Wayang. Gagasan didirikannya Museum Wayang adalah ketika Gubernur menghadiri
DKI
Jakarta
H.
Ali
Sadikin
ketika
Pekan Wayang II tahun 1974. Dengan dukungan panitia acara
tersebut, Gubernur DKI Jakarta dengan para pecinta wayang, Pemerintah DKI Jakarta menunjuk gedung yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 sebagai Museum Wayang. Sebagai pendamping Museum Wayang didirikan Yayasan Nawangi dengan H. Budiardjo sebagai Ketua Umum. Selanjutnya Yayasan menunjuk Ir. Haryono Haryo Guritno sebagai pimpinan proyek pendirian Museum Wayang. Sesudah penataan koleksi wayang selesai maka pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan pembukaan Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Museum Wayang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Permuseuman di bidang pewayangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (BAB VIII, Pasal 33, 1). Pada tanggal 16 September 2003 Museum Wayang mendapat Hibah tanah & Bangunan di Jl. Pintu Besar No. 29 eks Gedung Milik PT. Mercu Buana ( luas tanah 627 M² dengan luas bangunan berlantai dua 747 M² ) sertifikat HGB 1330/1983 yang dihibahkan oleh Bp. H. Probosutejo kepada Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dengan Berita Acara serah terima hibah pada tanggal 16 September 2003. Sebagai bangunan tua yang dihibahkan selanjutnya akan memiliki fungsi sesuai rencana pengembangan gedung museum wayang yang serasi untuk kebutuhan sebuah museum dengan mengoptimalkan ruang dan bangunanan, baik untuk
117
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tempat pergelaran, peragaan, maupun pameran, dan lain-lain. Bangunan tua ini, kondisinya memerlukan renofasi dan rekonstruksi untuk dapat berfungsi dengan perobahan yang tetap memperhatikan estetika dengan pandangan jauh kedepan bagi pembenahan dan pelestarian lingkungan kota tua yang bersejarah. merupakan
bagian
penting
dari
pertumbuhan
Ini
kota Jakarta yang terus
berkembang. 3 Visi Misi Visi Menjadikan Jakarta sebagai kota budaya bertaraf Internasional Misi Menjadikan Museum Wayang sebagai tempat yang menarik Menyelenggarakan kegiatan museum yang bersifat edukatif dan rekreatif Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan perawatan koleksi wayang 4 Filosofi Logo Gunungan mempunyai dua jenis yaitu Gunungan Blumbangan (perempuan) dan Gunungan Gapuran (lakilaki). Di balik gunungan Blumbangan ini dapat kita lihat sunggingan yang menggambarkan api sedang menyala. Ini merupakan candrasengkalan yang berbunyi “geni dadi sucining jagad” yang mempunyai arti 3441 dan apabila dibalik menjadi 1443 tahun Saka. Itu diartikan bahwa gunungan tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1443 Saka= 1521 Masehi pada masa pemarintahan Raden Patah. Gunugnan Gapuran (Gerbang) sendiri digunakan pada masa pemerintahan Suushunan Pakubuwono 2, dengan sengkalan ” Gapura lima retuning bumi” 1659 J=1734 M. Disebut gunungan karena bentuknya seperti gunung yang ujung atasnya meruncing. Gunungan ini dalam legendanya berisi mitos sangkan paraning dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan ini dan disebut juga kayon. Kata kayon
118
http://digilib.mercubuana.ac.id/
melambangkan semua kehidupan yang terdapat di dalam jagad raya yang mengalami tiga tingkatan yakni: Tanam tuwuh (pepohonan) yang terdapat di dalam gunungan, yang orang mengartikan pohon Kalpataru, yang mempunyai makna pohon hidup. Lukisan hewan yang terdapat di dalam gunungan ini menggambarkan hewan- hewan yang terdapat di tanah Jawa. Kehidupan manusia yang dulu digambarkan pada kaca pintu gapura pada kayon, sekarang hanya dalam prolog dalang saja. Gunungan merupakan simbol kehidupan, jadi setiap gambar yang berada di dalamnya melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan perlengkapannya. Gunungan dilihat dari segi bentuk segi lima, mempunyai makna bahwa segi lima itu lima waktu yang harus dilakukan oleh agama adapun bentuk gunungan meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu sang pencipta. Dalam kayon terdapat ukiran-ukiran atau gambar yang diantaranya : Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga melambangkan suatu rumah atau negara yang di dalamnya ada kehidupan yang aman, tenteram dan bahagia. Dua raksasa kembar lengkap dengan perlengkapan jaga pedang dan tameng. diinterprestasikan bahwa gambar tersebut melambangkan penjaga alam gelap dan terang Dua naga kembar bersayap dengan dua ekornya habis pada ujung kayon. Gambar hutan belantara yang suburnya dengan kayu yang besar penuh dengan satwanya. Gambar ilu-ilu Banaspati melambangkan bahwa hidup di dunia ini banyak godaan, cobaan, tantangan dan mara bahaya yang setiap saat akan mengancam keselamatan manusia. Pohon besar yang tinggi dibelit ular besar dengan kepala berpaling kekanan.
119
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dua kepala makara ditengah pohon melambangkan manusia dalam kehidupan sehari mempunyai sifat yang rakus, jahat seperti setan. Dua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas pohon dan dua ekor ayam hutan sedang bertengkar diatas pohon, macan berhadapan dengan banteng. Gambar raksasa digunakan sebagai lambang kawah condrodimuka, adapun bila dihubungkan dengan kehidupan manusia di dunia sebagai lambang atau pesan terhadap kaum yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan. Gambar samudra dalam gunungan pada wayang kulit melambangkan pikiran Gambar api merupakan simbol kebutuhan manusia yang mendasar karena dalam kehidupan sehari-hari akan membutuhkannya. 7 anak tangga: berarti tujuan atau PITUtur (pemberitahuan) bahwa kita semua yang bernama hidup pasti mati ” kullu nasi dha ikhotul maut “. Gerbang/pintu selo manangkep: pintu alam kubur yang kita tuju. Pohon hayat: jalan hidup seseorang yang lurus dan mempunyai 4 anak cabang yang menjadi perlambang nafsu kita dan banyak anak cabangnya. Sedangkan dari filosofi bentuk adalah : bentuk gunungan sendiri menyerupai serambi bilik kiri yang ada di dalam tubuh kita, itu mungkin mempunyai makna kalau kita harus menjaga apapun yang ada di dalam hati kita hanya kepada sang pencipta. B Analisa Lokasi Makro dan Mikro 1 Analisa Pemilihan Lokasi
Gambar 3.1 : Museum Wayang. Sumber streerdictionary.com
120
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Di kota Jakarta peran museum yang sebenarnya teramat penting mulai terabaikan mengingat perannya pada unsur sosial, bisnis dan budaya. Maka perlu dilakukan usaha yang berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat untuk menggiatkan kembali peran museum di kota ini. Juga sebagai wujud apresiasi generasi muda khususnya dalam melestarikan warisan budaya bangsa untuk mempertahankan nilai-nilai filosofi ditengah persaingan budaya global masa kini. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menciptakan museum yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat luas. Lokasi bangunan museum wayang berada di Jl. Pintu Besar Utara No. 27. Museum Wayang berada diruang lingkup wilayah kelurahan Pinangsia, posisi tapak Museum Wayang berada di kawasan taman fatahillah, kawasan ini merupakan kawasan kota tua yang diperuntukkan menjadi tempat wisata. Orientasi bangunan ini menghadap ke arah timur.
2 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan Ditinjau secara makro letak museum wayang berada dipusat kota tua yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai benda cagar budaya yang perlu dipertahankan nilai historisnya. Pada bagian sisi utara dari museum dibeberapa tempat masih merupakan peninggalan bangunan tua yang masih tergolong kriteria A ( bangunan yang masih termasuk benda cagar budaya ) dan peruntukannya untuk Kkt/Kpd ( karya kantor, karya perdagangan ). Pada lokasi diseberang tol pelabuhan terdapat kawasan industri, banyak pabrik maupun pergudangan diarea tersebut.
Gambar 3.2 Peta Jakarta : Sumber Kompas.com
121
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk sisi bagian timur tepatya di wilayah mangga dua, saat ini sudah berkembang dengan pesat dikenal dengan tempat penjualan grosir untuk berbagai jenis perdagangan. Selanjutnya disisi bagian selatan terdapat jalan pintu besar selatan, jalan ini menuju ke pusat kota yaitu wilayah Istana Merdeka Jakarta, jalan ini merupakan jalan utama yang menjadikan akses langsung menuju lokasi museum bagi para pengunjung. Terakhir sisi bagian barat, kawasan ini masih banyak terdapat bangunan-bangunan tua yang saat ini dijadikan sebagai perkantoran. Analisa secara makro dari segi kawasan, museum ini memiliki posisi strategis dalam perencanaan kawasan kota tua, berdasarkan data-data bangunan tua yang masih memiliki nilai historisnya dan termasuk dalam bangunan cagar budaya adalah persekitaran daerah Fatahillah. Masih dilihat dari aspek lingkungan karena kebutuhan antara fungsi-fungsi ruang kota sudah terstruktur dengan baik, terlihat dengan jelas pembagian ruangruang untuk perletakan bangunan dan pembentukan jalan.
Gambar 3.3 Kota Tua Jakarta : Sumber Google earth.com
3 Analisa Mikro Bangunan Secara mikro museum wayang berada diruang lingkup wilayah kelurahan pinangsia, posisi tapak museum wayang berada dikawasan taman fatahillah,
122
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kawasan ini merupakan kawasan kota tua yang diperuntukkan menjadi tempat wisata. Museum ini termasuk dalam lingkup kota tua Jakarta yang dilindungi oleh legal aspek, seperti : SK. Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd.3/1/1970 tentang pernyataan daerah taman fatahillah, sebagai daerah dibawah pemugaran Pemerintah DKI Jakarta yang dilindungi oleh undang-undang Monumen Ordonnantie ( Stbl Th. 1931 No. 238 ). SK. Gubernur KDKI Jakarta Nomor 475 tahun 1993 tentang penetapan bangunan-bangunan bersejarah di daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Benda Cagar Budaya
Museum Wayang
Gambar 3.4 : Site sekitar Museum Wayang. Sumber google map
Ruang publik pada sisi muka bangunan museum wayang ( jalan pintu besar utama ) telah dilakukan perubahan, pada awalnya jalan ini dilalui oleh kendaraan umum maupun pribadi, namun sekarang jalanan ini dijadikan tempat para wisatawan berjalan kaki maupun dengan menggunakan sepeda.
123
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tipologi kawasan beberapa bagian kota yang harus dipreservasi belum sepenuhnya terwujud, akibat masih adanya pengguna lahan sebagai kegiatan usaha.
Figure kawasan menunjukan belum optimalnya pembangunan baik konservasi maupun preservasi pada bangunan-bangunan tua disekitar yang semestinya dipertahankan nilai sejarahnya, bahkan masih ada pula bangunan yang kepemilikannya tidak jelas sampai saat ini.
Untuk tampilan maupun bentuk eksisting bangunan museum wayang merupakan bagian yang harus dipertahankan sebagai ciri kawasan. Hal ini berkaitan dengan peraturan yang mengatur pemugaran yang terdapat dalam SK. Gubernur KDKI Jakarta No. : D.IV6097/d/33/1975 tentang Ketentuan Pokok Lingkungan dan Bangunan Pemugaran di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Skyline yang terlihat dari deretan bangunan historis, kawasan ini merupakan kawasan yang saat ini mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah untuk dilakukan pembenahan terhadap bangunan maupun kawasannya namun masih bertahap.
C Strutur Organisasi
Kepala Museum
k.a seksi kurator
k.a seksi preparator
Kasubag tata usaha
Staf konservator
Staf bimbingan
Staf administrasi
D Analisa Segmen Pengunjung Berdasarkan hasil grafik pendapatan retribusi hasil karcis jenis umum dan rombongan Museum Wayang Jakarta tahun 2012 s.d 2016.
124
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2012
2013
2014
2015
2016
Diagram 3.1 : diagram retribusi karcis. Sumber museum wayang jakarta
Berdasarkan hasil grafik jumlah pengunjung museum wayang dari jenis umum dari tahun 2012 s.d 2015
2012
2013
2014
2015
Diagram 3.2 : diagram jumlah pengunjung umum. Sumber museum wayang jakarta
Berdasarkan hasil grafik jumlah pengunjung museum wayang dari jenis rombongan dari tahun 2012 s.d 2015
125
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2012
2013
2014
2015
Diagram 3.3 : diagram jumlah pengunjung rombongan. Sumber museum wayang jakarta
Dari hasil grafik data pengunjung museum wayang dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah pengunjung menandakan bahwa kawasan kota tua mulai dikenal oleh masyarakat maupun wisatawan mancanegara sebagai tempat wisata. Untuk itu perancangan interior pada museum wayang sangat diperlukan untuk kearah yang lebih baik. E Analisa Pengguna Ruang Kriteria pemakai didalam museum terdiri atas 3 kelompok, yaitu : Pengelola Museum Berdasarkan observasi, struktur organisasi pengelola museum dapat dijabarkan sebagai berikut : Penyewa Penyewa yang dimaksud adalah fasilitas ruang yang tersedia dapat disewa oleh umum pada jam-jam tertentu, mencakup berbagai jenis kegiatan agar terjalin interaksi pengunjung dengan museum. Pengunjung Umumnya pengunjung museum dari berbagai jenis kalangan mulai dari wisatawan Nusantara, wisatawan mancanegara, pelajar ( TK, SD, SMP, SMA ),
126
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mahasiswa. Tingkat kepadatan pengunjung terlihat ketika di akhir pekan karena museum ini dijadikan tempat berwisata bagi keluarga. F Analisa Citra Untuk Mendapatkan Gaya dan Tema 1 Analisa Citra Citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Jadi citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Untuk membangun sebuah citra dalam sebuah bangunan harus memiliki standarisasi ruang atau furnitur yang berada di dalamnya karena dengan standarisasi akan menjadikan image dari sebuah bangunan yang berbeda dengan bangunan lainnya yang juga memiliki setandarisasi tertentu.penataan interior yang yang sesuai dengan setandarisasi juga akan menimbulkan image atau citra yang lain daripada banguan lainnya. No. 1
Faktor Uraian
Sejarah
2 .
Kata Kunci
Image
Pada mulanya Museum merupakan lokasi Pariwisata gereja tua yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “ de oude Hollandsche Kerk “. Gaya Hidup
Lokasi
Timeless
Kota Tua Jakarta
DKI
127
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Sasaran
4
Seni Budaya
Anak-anak, Remaja, Dewasa, Wisatawan Asing Semua Kalangan
seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa, Khususnya Jawa Tengah.
Jawa Tengah
Tabel 3.1 Analisa Citra
Jawa Tengah Kota
Tua Budaya Lokal
Arsitektur
Historis
Logo Pemda DKI
Seni budaya
Filosofi Ornamen
Gaya hidup Museum Sasaran
Visi Misi Pariwisata
Humanity
Diagram 3.4 Analisa Citra 128
http://digilib.mercubuana.ac.id/
G Analisa Gaya dan Tema Jakarta sebagai lokasi dimana museum ini berada adalah kota yang merupakan Ibukota dan juga sebagai pusat pemerintahan di negara Indonesia. Hal semacam ini menyebabkan terciptanya pola pikir, gaya hidup masyarakat Jakarta yang cenderung modern dan cenderung berpikir praktis. Dari sekian banyak konsep, dipilih konsep Etnik dengan gaya Kontemporer. Saat ini gaya kontemporer cukup banyak diminati untuk dijadikan pilihan desain interior . Selain memiliki tampilan yang bersih dan bersifat timeless atau tidak ketinggalan jaman, desain bergaya kontemporer juga menggambarkan kehidupan yang modern. Berdasarkan hal tersebut maka, di terapkan gaya Kontemporer pada perancangan museum wayang ini, agar merubah pandangan masyarakat tentang image museum yang monoton sehingga mengurangi minat masyarakat untuk datang ke museum. Dalam hal ini, perancangan museum dengan konsep etnik kontemporer ingin menampilkan pesona nyaman museum tua tetapi dengan sentuhan yang inovatif, menciptakan rasa hangat dan tenang, tanpa terlihat old fashioned. Penggunaan material oak dan ornamen yang menjadi lokal konten Jawa Tengah juga dimasukkan kedalam Museum Wayang membuat tampilan yang hangat dan otentik, namun original dan inovatif. H Analisa Aktifitas Pola Sirkulasi 1 Analisa Aktivitas Pola Sirkulasi dalam Ruangan Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4).
Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya
berdasarkan dari lay out bangunan, namun tidak menutup kemungkinan
129
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Perilaku pengunjung dapat diketahui dari apa yang akan dilakukan orang dalam ruangan tersebut.
Pengunjung R. Pamer ( tidak termasuk yang bersifat bisnis )
Rombongan
Mencari
Perorangan
Informasi
Ingin menambah pengetahuan
Ingin mencari pengetahuan
Penjaga pintu
Penitipan barang
Ruang Informasi
Ruang tunggu
Ruang tunggu Ruang serbaguna
Ruang pamer Khusus
R. Keamanan
Ruang Pamer Tetap
R. Studi koleksi
R. Workshop
Perkantoran & Administrasi
Gudang
R. Teknisi
Diagram 3.5 : Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)
130
http://digilib.mercubuana.ac.id/
I Analisa Aktifitas dan Fasilitas No Aktifitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Masuk Beli Tiket Menunggu Teman Makan dan Minum Beli Souvenir Melihat Koleksi Bersantai Belajar Membaca Melihat pertunjukan
11 12 13 14 15 16 17
Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja
18 19 20 21 22 23 24 25
Bekerja Bekerja Bekerja Menyeleksi Bongkar muat Membuat makan dan minum Rapat istirahat
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Menyimpan genset Menyimpan mesin AC Mengendalikan AC Menyimpan pompa air Mengendalikan ME Menyimpan sound, dll Menyimpan trafo Menyimpan peralatan Buang air Beribadah Memakirkan mobil Memakirkan motor Memakirkan sepeda
Kebutuhan Ruang Pengunjung Entrance Hall Loket Lobby Foodcourt Toko souvenir Ruang pamer Gazebo Ruang interaktif Perpustakaan Ruang pertunjukan Pengelola Ruang kepala museum Ruang wakil kepala museum Ruang kabag tata usaha Ruang kuratorial Ruang konservasi dan reparasi Ruang kabag bimbingan dan publikasi Ruang kabag registrasi dan dokumentasi Ruang kepala tenaga tekhnis Ruang staff keamanan Ruang staff kebersihan dan OB Ruang seleksi Loading dock Dapur dan pantry Ruang rapat lobby servis Ruang genset Ruang mesin ac Ruang AHU Ruang pompa air Ruang panel Ruang sound, layar, lighting Ruang trafo Gudang Toilet Musholla Parkir mobil Parkir motor Parkir sepeda
131
http://digilib.mercubuana.ac.id/
J Analisa Besaran Ruang
132
http://digilib.mercubuana.ac.id/
133
http://digilib.mercubuana.ac.id/
134
http://digilib.mercubuana.ac.id/
K Analisa Program Kebutuhan Ruang 1 Bagian Pelayanan Umum TOTAL NO.
NAMA RUANG
1 Hall
SUMBER
DA
Informasi Loket Karcis
STANDAR
2 m²/org
KAPASITAS
40 org
LUASA N (M²)
80
Studi Studi
20 % L. Lobby
4 9
2 Lobby
DA
2 m²/org
10 org
20
3 Toilet
DA
3 m²
4 org
12
4 R. Pamer Tetap
Studi
40 m²
6 ruang
240
5 R. Pamer Temporer
Studi
20 % r.p.tetap
48 135
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Auditorium 6 (Amphitheater) Hall
100 org HD
0.84 m²/org
30%*100
Panggung
25,2 60
R. Ganti + toilet
DA
7 Gudang 8 R. Kontrol 9 Perpustakaan R. Baca R. Buku R. Katalog R. Audio visual R. Fotokopi 10 Foodcourt R. Makan Kasir Dapur
DA DA Studi TSS TSS DA TSS Studi
Toilet Gudang kering + basah 11 Toko souvernir Gudang
1,5 m²/org
20%*100
10 25 20 81 30 20 12 40 9
1,875 m²/org
16 Org
12 m²/36000 vol 7,2 m²/org 4,5 m²/unit
6 org 2 unit
DA DA DA
1,9m²/org 2 m²/org
32 org 2 org
60,8 4 12
DA
3 m²
4 org
12
DA DA DA
1 m²/unit
81 unit Jumlah Flow 40 % Jumlah Total
15 81 15 945 378 1323
2 Bagian teknis dan Pelayanan Museum TOTAL NO.
NAMA RUANG
SUMBER
STANDAR
KAPASITAS
LUASA N (M²)
1 R. penerimaan dan pengiriman
PPMU
60 m²
60
2 R. Kurator
PPMU
80 m²
80
3 4 5 6 7 8
PPMU PPMU PPMU DA PPMU DA
7 m²/org
40 40 40 35 40 12 347
R. Registrasi dan Koleksi R. Konservasi R. Karantina R. Reparasi Gudang Toilet
8 orang
3 m²
5 orang 4 orang Jumlah 136
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Flow 20 % Jumlah Total
69,4 416,4
2 Bagian Administrasi
NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUMBER
NAMA RUANG
R. Tamu R. Kepala museum R. Rapat R. Kabag R. Staff TU R. Staff Keuangan R. Personalia R. Bimbingan dan edukasi R. Istirahat Staff Pantri
11 Toilet 12 R. fotokopi 13 Gudang
STANDAR
KAPASITAS
TOTAL LUASA N (M²)
Studi HD Studi PPMU PPMU PPMU PPMU PPMU NMII DA
6 m²/org 2 m²/org 20 m²/Kabag 8 m²/org 8 m²/org 8 m²/org 8 m²/org 0,84 m²/org
3 org 1 org 15 Org 6 Org 5 org 5 org 3 org 5 org 30
6 6 30 120 40 40 24 40 25,2 12
DA
3 m²
4 org
12
Studi DA
4,5 m²/unit
2 unit
9 15 379,2 Jumlah Flow 20% 75,84 Jumlah Total 455,04
3 Bagian Servis Museum
NO.
NAMA RUANG
SUMBER
1 Loading Dock
AS
2 Loker
DA
3 Toilet
DA
4 Mushola
Studi
STANDAR
18 m²/Truk 9
3 truk
54
m²
9
3 m²
4 org
12
1 m²/org
95 org
95
5 Gudang
DA
6 R. Keamanan
AS
9 m²
MEE
16 m²/unit
7 R. Genset
TOTAL LUASAN (M²)
KAPASITAS
20 m²
20 9 1
16
137
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8 R. Panel
MEE
30
m²
30
9 R. Trafo
MEE
9
m²
9
10
R. Pompa
MEE
9
m²
9
11
R. AHU
MEE
16
m²
16 Jumlah
279
Flow 30 %
83,7
Jumlah Total
362,7
Ketarangan : AS
: Architecture Standart
HD
: Human Dimension
MEE : Mechanical and Electrical Engineering DA
: Data Arsitek
PPMU : Pedoman Pembukuan Permuseuman Negeri Propinsi TSS
: Time Saver Standart
L Analisa Ergonomi dan Antropometri Ergonomi dan antropometri mempunyai arti penting dalam perancangan desain interior, karena dengan mameperhatikan faktor-faktor ergonomi dan antropometri. Maka para pemakai ruangan akan mendapatkan produktifitas dan efisiensi kerja yang berarti suatu penghematan dalam penggunaan ruang. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kondisi fisik seseorang dalam melakukan kerja yang meliputi : Kerja fisik dan Efisiensi kerja Tenaga yang dikeluarkan untuk suatu proyek Konsumsi kalori
138
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kelelahan Perorganisasian sistem kerja. Pengertian ergonomi tidak hanya terbatas pada sisi fisik semata, namun bersangkutan dengan kelima indera manusia yaitu diantaranya : • Unsur penglihatan • Unsur pendengaran • Unsur perasa • Unsur penciuman • Unsur keindahan atau kenyamanan Tujuan dari ergonomi adalah mencari keserasian gerak dengan lingkungan atau sebaliknya, sifat-sifat dan kebiasaan manusia perlu dipelajari dalam mendesain interior ruang guna mengantisipasi kebiasaan manusia. Antropometri adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia beserta sifat-sifat karakteristik fisiologis serta kemampuan relative dari kegiatan manusia yang saling berbeda dalam lingkungan mikro. Antropometri juga sering disebut dengan faktor manusia, yang dalam penerapannya atau sistem kerjanya disebut dengan “ Ergonomik “. Menurut Robert sommer seorang psikolog lingkungan yang telah meneliti berbagai fungsi pola tingkah laku pada pemakai ruang, bahwa fungsi tersebut dibedakan menjadi beberapa hal yaitu : Personal safety : Bahwa manusia memerlukan keamanan bagi dirinya sendiri. Teritoriality : Bahwa manusia menunjukan adanya suatu wilayah
yang
dikuasai. Personal space : Bahwa manusia menunjukan adanya kebutuhan yang bersifat lebih pribadi.
139
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Personal status : Bahwa mampunyai keinginan untuk menunjukan status sosial diri yang berbeda. Friendship formation : Bahwa manusia senang berteman dan membentuk kelompok yang berhaluan. Berikut ini adalah studi Ergonomi dan Antropometri yang diperlukan dalam mendirikan museum, antara lain : 1.
Studi Daerah Visual Pandangan Mata
Gambar 3.6 Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003.
Dari gambar di atas, disimpulkan bahwa pandangan yang nyaman ke arah objek [lukisan] adalah pandangan di dalam daerah visual 30° ke arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kanan, dan 30° ke arah kiri. Hal tersebut dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah dimana mata kita dapat mengenali warna atau membedakan warna dengan baik.
Gambar 3.7 : Gerak Kepala Manusia dan Jarak Pemasangan Display
Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003.
140
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Studi Modul Ruang Gerak Para Difabel
Para penyandang cacat tentulah memerlukan alat bantu untuk membantu mereka sehari-hari, seperti kursi roda dan kruk bagi para tuna daksa misalnya. Alat bantu tersebut memerlukan jarak bersih guna pergerakannya dan memerlukan akses yang khusus agar dapat digunakan. Berikut ini adalah modul ruang gerak para difabel [khususnya bagi tuna daksa] ;
Gambar 3.8 Dimensi kursi roda Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius Panero, 2003.
Gambar 3.9 Jarak bersih kursi roda, para pengguna kruk dan pengguna walker. Sumber : Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius Panero, 2003.
3.
Jarak Pengamatan
Pengamat art work tidak hanya sebatas orang normal saja, tidak menutup kemungkinan para difabel datang ke galeri seni lukis sebagai penikmat seni. Berikut ini adalah analisis tentang jarak pengamat art work terhadap objek lukisan yang nyaman [termasuk bagi para difabel].
141
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk mengetahui jarak pengamat, kita harus mengetahui beberapa hal terlebih dahulu, yakni : • tinggi rata-rata orang Indonesia adalah 160cm +/- 8cm, dengan tinggi mata rata-rata +/- 148cm. tinggi mata para pengguna kursi roda adalah +/- 110cm. Dari data-data di atas dapat dianalisis tentang jarak nyaman pengamat lukisan terhadap objek lukisan [baik bagi para orang normal dan para difabel], yakni sebagai berikut :
Gambar 3.10 Pandangan Terhadap Display Area Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003.
• Jarak Art Work dengan pengamat [orang normal] adalah X sin30°/sin60°=(1/2 t. Art Work)/X sin30°/sin60°=100cm/X X=173,20cm 174cm • Jarak Art Work dengan pengamat [difabel] adalah X’ sin30°/sin60°=((t.m.normal - t.m.pengguna kursi roda)+1/2 t.lukisan)/X’ sin30°/sin60°=((148-110)+100)/X’
142
http://digilib.mercubuana.ac.id/
X’=239,02cm 240cm 4.
Jarak Antar Art Work
Gambar 3.11 Jarak antar Art Work
Jarak antar Art Work = jarak pengamat X tg45° – (1/2 t. Art Work) = 174cm X tg45° - (100cm) = 74cm M Analisa Studi Persyaratan Ruang 1 Sistem Pencahayaan Pada museum Wayang, pencahayaan yang digunakan didalam museum ini adalah menggunakan lampu sorot, lampu TL dan juga lampu LED, untuk menyinari ruangan pamer.
Gambar 3.12 Ruang Pamer. sumber : data pribadi
143
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2 Sistem Penghawaan Penghawaan dalam setiap ruang pamer lantai satu tidaklah menggunakan menggunakan penghawaan buatan berupa AC, dikarenakan pada ruangan ini, ada ruangan terbuka di tengah ruangan, sehingga udara segar pada siang hari hanya dibiarkan masuk dan keluar. Sedangkan ruangan lantai 2 museum menggunakan penghawaan berupa AC dikarenakan ruangan lantai 2 merupakan ruangan tertutup, dan di gunakan penghawaan buatan agar udara yang keluar dan masuk dapat merata keseluruh ruangan dan membuat pengunjung akan terasa lebih nyaman saat melihat benda koleksi.
3 Sistem Pengamanan Dalam museum Wayang keamanan yang digunakan untuk ruang pamer ada dua jenis keamanan, yaitu : - Pengamanan dengan memberikan CCTV - Pengamanan dengan Penjagaan Petugas Keamanan. - Pengamanan mengunakan tabung pemadam kebakaran sementara.
4 Sistem Display Pada museum Wayang, display yang dipakai berupa 3D dan 2D. Museum Wayang lebih mengutamakan display dalam bentuk 3D disbanding dengan display 2D. Karena museum wayang memiliki koleksi 3D lebih banyak di banding 2D dan museum ini juga mengemas displaynya dengan sangat menarik, seperti dengan sirkulasi yang baik untuk pengunjung melintas, sehingga pengunjung merasakan kenyamanan saat sedang melihat-lihat koleksi.
5 Elemen Interior
Lantai Setiap ruang pamer museum Wayang memiliki pola lantai berbeda, hal ini
dapat dilihat dari lantai yang ada, mulai dari lantai 1 bangunan di bagi menjadi 3 macam ruang, ruang pamer, auditorium, dan taman. Ke-3 area ini menggunakan pola lantai berbeda. Sedangkan lantai 2 menggunakan dibagi menjadi 2 pola lantai, yaitu menggunakan Granit dan parquet.
144
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.13 Foto Lantai museum wayang. sumber : data pribadi
Dinding Dalam pengolahan dinding museum Wayang menggunakan dinding beton
dengan finishing yang berbeda dalam setiap ruang pamer. Ada yang menggunakan furniture Built- in, HPL, , Kaca, finishing banner print sejarah Wayang dan finishing cat putih dan hitam. Dalam ruang auditorium menggunakan dinding akustik agar tidak mengganggu aktifitas ruang lain.
Gambar 3.14 Foto Dinding museum wayang. sumber : data pribadi
Ceiling
145
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Museum Wayang Jakarta memiliki kombinasi ceiling yang beragam sesuai dengan konsep dan cerita. Ceiling menggunakan material yang ringan, material yang digunakan gypsum board 9mm finishing warna hitam dan menggunakan ceiling akustik pada ruang auditorium.
Gambar 3.15 Foto Plafon museum wayang. sumber : data pribadi
N Studi Psikologi Warna Warna umumnya sering digunakan sebagai sebuah estetika dan media komunikasi. Tanpa disadari, warna memberikan banyak identifikasi khusus tertentu untuk hal-hal yang menjelaskan waktu, tempat, dan situasi. Salah satu peran terbesar dari permainan warna adalah untuk mempengaruhi jiwa dan pemikiran manusia, bahwa warna mampu membangkitkan emosi kita. Walaupun banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara praktis, warna di Indonesia masih bersifat simbolis dan dekoratif (Darmaprawira, 2002:103-104).
146
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Warna banyak mewakili simbol etnis, kelompok, dan identitas daerah atau wilayah. Banyak wilayah kebudayaan di Nusantara ini yang mempunyai warnawarna khas seperti daerah pesisir utara Jawa yang menggunakan warna-warna cerah, dan daerah pedalaman Jawa, maupun Yogyakarta dan Solo yang banyak menggunakan warna cenderung gelap. 1 Susunan Warna Dalam Wayang Kulit Dalam warna pada dasarnya dibagi menjadi tiga yaitu: pertama Hue berkaitan dengan panas dan dinginnya warna. Hue adalah istilah yang menunjukkan warna dari suatu warna, seperti merah, hijau, biru dan sebagainya. Kedua, volue yang mempengaruhi gelap terangnya warna. Ketiga, intensity yang berpengaruh terhadap cerah dan suramnya warna. Warna yang digunakan dalam sungging wayang kulit tidak hanya sekedar memperindah penampilan, tetapi memiliki nilai yang lebih mendalam, yaitu berkaitan dengan masalah simbol atau perlambang. Perlambangan itu berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh wayang, namun ada pula yang berhubungan dengan masalah pertunjukan wayang kulit itu sendiri. Adanya warna pada wayang kulit juga merupakan penggambaran yang berkaitan dengan masalah budaya dan kepercayaan masyarakat pendukung wayang kulit purwa tersebut. Warna yang berkaitan dengan karakter tokoh wayang kulit dapat diperhatikan dari muka tokohnya. Warna polos pada muka tokoh wayang ada beberapa macam seperti merah atau merah muda, hitam, putih, peraha atau kuning emas, biru dan hijau, dengan perwatakan yang bermacam-macam pula. Berikut macam dan arti dari warna wayang: A. Tokoh muka wayang yang berwarna merah atau merah muda menggambarkan sifat perwatakan yang keras, kurang sabar, mudah emosi (panasbaran), pemberani, panas, dan angkara. B. Muka hitam merupakan penggambaran sifat perwatakan sentausa, bijaksana, langgeng, luhur, dan bertanggungjawab. C. Muka putih perwatakannya bersifat bersih dan suci.
147
http://digilib.mercubuana.ac.id/
D. Muka perana (kuning emas) menggambarkan perwatakan yang sedang (sepadho-padho/tepo sliro). E. Muka biru atau hijau menggambarkan sifat perwatakan yang picik, berpandangan sempit, penakut, dan tidak bertanggungjawab. ( Daftar Pustaka Sujatmono. 1992. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize )
O Organisasi Ruang 1 Analisa Hubungan Kedekatan Ruang ( Diagram Matrix )
Diagram 3.6 Diagram matrix. sumber : data pribadi
simbol
Keterangan Sangat dekat Cukup dekat jauh
2 Analisa Zoning dan Grouping Zoning
Pengguna
Ruangan
148
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Private
Pengelola
Office Meeting Room Ruang Tamu Ruang Restorasi
Semi Public
Public
Pengelola Penyewa
Ruang Audiotorium Workshop
Pengelola Penyewa Pengunjung
Souvenir cafe Area Security Ruang Pamer Perpustakaan Lobby Loket Tiket
Service
Musholla Gudang Toilet
Tabel 3.14 Analisa zoning dan grouping. sumber : data pribadi
SEMI PUBLIC
149
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Zoning Terpilih
Privat
Gambar 3.15 Zoning terpilih. sumber : data pribadi
Semi Public Public Service
Analisa Zoning Positif ( + )
Negatif ( - )
Semi public berada dekat dengan public
Area service jauh di jangkau
Semi publik berdekatan dengan area service Area private terpisah dengan area public sehingga lebih terjaga keamanannya.
150
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Zoning Alternatif
Privat
Gambar 3.16 Zoning alternatif. sumber : data pribadi
Semi Publik Public Service Analisa Zoning Alternatif Positif ( + )
Negatif ( - )
Area service berdekatan dengan ptivate
Area publik jauh di jangkau Servis area berada dekat dengan area publik Akses area semi publik susah dijangkau
151
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Grouping Terpilih
Office Ruang Serbaguna Ruang Restorasi Workshop
Ruang Tamu Ruang Meeting
Seminar Gambar 3.17 Grouping terpilih. sumber : data pribadi
Analisa Grouping
Positif ( + )
Negatif ( - )
Kantor Untuk Pengelola Keamananya Ruang Seminar / Penelitian Jauh Terjaga,
Perpustakaan
mempunyai dijangkau.
privasi sendiri Kapasitas Ruangan Pagelaran memadai
Ruang servis jauh dari pengelola
gudang berada di tempat yang jauh dari area-area lainnya
152
http://digilib.mercubuana.ac.id/
153
http://digilib.mercubuana.ac.id/