BAB II URAIAN TEORITIS 2.1
Komunikasi Kehadiran komunikasi menurut perjalanan sejarah sama tuanya dengan
umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat, bahasa lisan, gambar-gambar dan berbagai jenis gendering (drum) dan alat penabuh lainnya yang pada wujudnya dimaksudkan untuk menyampaikan suatu pesan komunikasi atau message. Perkembangan kegiatan komunikasi itu sendiri sejak permulaan sejarah hingga sekarang ini, secara sistematis selalu diiringi dengan kemajuan yang dicapai manusia. Semakin maju peradaban hidup manusia, maka semakin maju pula kegiatan komunikasi tersebut. Kegiatan tersebut selalu berorientasi pada pola kehidupan manusia tersebut. Perkembangannya terus bergeser sesuai dengan bergesernya pola hidup dan tatanan kehidupan dari manusia saat itu pula. Pada awal permulaan sejarah terlihat pergeseran kegiatan komunikasi secara cepat beradaptasi. Yakni mulai sejak Johan Gutenberg pada tahun 1450
Universitas Sumatera Utara
menemukan mesin cetak, Claude Chappe dengan sistem telegraph tahun 1973, Alexander Graham Bell dengan penemuan telephone tahun 1876 dan Guglielmo Marconi di tahun 1896 menemukan gelombang elektronik untuk pemancar radio. Hadirnya penemuan-penemuan baru ini merubah kegiatan komunikasi manusia, yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kegiatan komunikasi tidak pernah tertinggal di belakang peradaban manusia, selalu seiring dan sejalan sampai kapan pun juga (Suwardi, 2007: 7). Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada oranglain secara timbal-balik, baik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan). Secara epistimologis istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana, dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut. Komunikasi sendiri adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, binatang juga melakukan proses komunikasi diantar sesamanya, dengan bahasanya sendiri. Dr. Everett Kleinjan menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia
Universitas Sumatera Utara
seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannnya dan hasratnya kepada orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat (nonverbal), kemudian disusun dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bahasa verbal. Sementara itu sifat dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuat dalam diri manusia tentang berbagai kejadian dan fenomena di dunia ini, mendorong manusia untuk terus-menerus mengumpulkan, saling menukar dan mengendalikan informasi juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi. Harold D. Laswell, sarjana ilmu politik yang meminati kajian ilmu komunmikasi menyebutkan tiga alasan yang mendasar penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi. Tiga alasan tersebut adalah : a. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindari pada hal yang mengancam dirinya. b. Upaya manusia untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Proses
kelanjutan
masyarakat
tergantung
pada
bagaimana
masyarakat bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tidak hanya pada alam namun pada kelompok masyarakat dan manusia yang lain sehingga mampu mencapai suasana yang harmonis.
Universitas Sumatera Utara
c. Upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan
keberadaannya
wajib dan dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, prilaku dan peranan.
Sehingga
kelangsungan
transformasi
nilai
dapat
berkembang dari waktu ke waktu. Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication”, di antaranya adalah Carl L. Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah “suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses” dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikate) ( Amir Purba, Dkk, 2006: 29). Berdasarkan uraian yang ada, khususnya dalam membicarakan pengertian komunikasi, maka dapat diikhtisarkan: e. Komunikasi berasal dari Bahasa Latin, Communis yang berarti sama. Maksudnya bila seseorang menyampaikan pesan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
kepada orang lain maka terlebih dahulu harus menyadarkan persamaan lambang dengan orang yang dituju sebagai sasaran komunikasi. f. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada seseorang atau sekelompok lain. g. Kegiatan
komunikasi
meliputi komponen-komponen
seperti
sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek. h. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa maupun komunikasi antar kebudayaan (Suwardi, 2007: 11). Dari defenisi tersebut, dapat kita ketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Berdasarkan tujuannya, komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, opini, prilaku dan masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain, dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktifitas komunikasi. Aktifitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam, mulai dari
Universitas Sumatera Utara
yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Adapun unsur-unsur tersebut terdiri dari:
a. Sumber komunikasi( Communicator) – Penerima (Communicant) Sumber (komunikator) dalam sebuah aktifitas komunikasi adalah seseorang atau sekelompok orang, yang pada awalnya memulai pembicaraan dan selanjutnya menjadi setiap orang yang sedang berbicara ketika
memberikan respon. Sedangkan penerima
(komunikaan), adalah orang yang sedang menerima pesan. Dalam hal ini, keduanya akan bergantian fungsi atau berubah fungsi sesuai dengan peranannya masing-masing. Oleh karena itu, sumber sebagai komunikator dan penerima sebagai komunikan, merupakan satu kesatuan dari dua istilah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses komunikasi. b. Encoding-Decoding Dalam proses komunikasi encoding-decoding merupakan dua fungsi yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain sebab keduanya diperankan oleh komunikator dan komunikan. Sebagai komunikator akan melakukan fungsi encode (encoding) dan pada saat itu disebut sebagai encoder, sedangkan komunikan melakukan fungsi decode (decoding) yang disebut sebagai decoder. c. Pesan (Message)
Universitas Sumatera Utara
Pesan (Message) adalah kata verbal tertulis (written) maupun lisan (spoken), isyarat (gestural), gambar (pictorial) maupun lambanglambang lainnya yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan dapat dimengerti oleh komunikan. d. Saluran (Channel) Saluran
(channel)
adalah
media
yang
dipergunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Komunikasi menggunakan alat atau sarana sebagai saluran, disebabkan komunikan sebagai sasaran dalam komunikasi berada dalam jarak yang jauh dari komunikator. Oleh sebab itu, pesan berupa lambang-lambang yang menggunakan saluran primer memerlukan alat bantu saluran sekunder. Seperti telepon, surat, televisi, majalah, surat kabar, internet, (untuk pesan yang bersifat umum). Selain dikarenakan oleh jarak kebutuhan akan media ini, juga diperlukan untuk menjangkau khalayak sasaran dalam jumlah yang banyak
dan
menyebar
di
berbagai
tempat.
Berdasarkan
karakteristik saluran-saluran tersebut dapat dikelompokkan ke dalam space (ruang), time (waktu), serta space (ruang) dan time (waktu). e. Umpan Balik (Feedback) Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada sumbernya. Oleh karena itu, memiliki arti yang sangat penting
Universitas Sumatera Utara
yang akan menentukan kontinuitas serta keberhasilan komunikasi tersebut. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri, dan dapat pula bersumber dari oranglain. Selain itu umpan balik juga bias bersifat positif, dan bisa pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah respon atau tanggapan yang diterima, baik berupa pesan verbal maupun nonverbal sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator yang mengakibatkan komunikasi terus berlanjut. Sedangkan umpan balik negatif adalah tanggapan yang diberikan oleh komunikan, berupa pesan-pesan yang tidak sesuai dengan harapan komunikator dan dapat mengganggu kelangsungan proses komunikasi selanjutnya. f. Efek (effect) Efek dalam komunikasi adalah hasil yang dicapai dari sebuah proses komunikasi, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dampak atau hasil dari kegiatan komunikasi yang membawa konsekuensi perubahan, misalnya dalam aspek kognitif seperti terjadinya peningkatan pengetahuan, kemampuan, intelektual yang semakin baik, wawasan yang semakin luas, meningkatnya kemampuan menganalisis atau melakukan evaluasi dan sebagainya. ( Amir Purba, Dkk, 2006: 29) 2.2
Komunikasi Antar Pribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam
keluarga, lingkungan masyarakat sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi. Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu peristiwa komunikasi. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang bergaul, mereka saling berbagi informasi, gagasan dan sikap. Demikain pula menurut Merrill dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Dan menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada orang lain, terutama dengan menggunakan simbol. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga, merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial (Liliweri, 1991:11). Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman
Universitas Sumatera Utara
di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat sejumlah karakteristik yang menentukan kegiatan dapat disebut komunikasi antar pribadi. Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antar pribadi, yaitu: a. Komunikasi antar pribadi diimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. b. Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakkan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. c. Komunikasi antar pribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antar pribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut. d. Komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi e. Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
f. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah maupun di ulang. Jika salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan (Sendjaja, 2005:21). Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial, di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana di ungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Efenndy (1986b) mengungkapkan bahwa, pada komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan kepada komunikasi untuk bertanya seluas-luasnya. Pendapat lain dari Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antar dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang, yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut, yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan (1981) mengemukakan bahwa
interpersonal
communication
(komunikasi
antar
pribadi)
adalah
komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang. De Vito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri, yaitu: Keterbukaan (openes), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positivness), dan kesamaan ( equality). Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah: a. Arus pesan yang cenderung dua arah; b. Konteks komunikasinya tatap muka; c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi; d. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama “selective exposure”) yang tinggi; e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat; f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu;
Universitas Sumatera Utara
b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu; c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas; d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja; e. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan; f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatakan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan; g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak suskses jika tidak membuahkan hasil; h. Komunikasi
antar
pribadi
menggunakan
lambang-lambang
bermakna Klinger (1977) mengemukakan bahwa, hubungan-hubungan dengan orang lain, ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung terhadap orang-orang yang lain karena, mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya. Informasi yang dibaginya, semangat yang disumbangkannya , dan masih banyak lagi pengaruh lainnya yang menerpa kita. Semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan barangkali juga meneguhkan prilaku manusia. Keinginan berkomunikasi antar pribadi disebabkan karena dorongan
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya. Jadi adanya motif-motif tertentu yang dikandung oleh setiap manusia dalam pemenuhan kebutuhan. Menurut Gerungen (1986) motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongandorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Jadi motifmotif itu memberi tujuan dan arah tingkah laku (Liliweri, 1991). 2.3 S-O-R (Sistem Organism Response) S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parliv, Shiner, dan Hull. Teori ini dilandasi suatu anggapan bahwa, organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan akan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya. Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1990 :254). Jadi unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah: a. Stimulus (S) : Pesan b. Organism (O) : Komunikan c. Response (R) : Efek
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori ini objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menunjukkan
bahwa
komunikasi
merupakan
proses
aksi-reaksi
yang
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
e. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. f. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. g. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
Universitas Sumatera Utara
h. Akhirnya
dengan
dukungan
fasilitas
serta
dorongan
dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu,
d. Perhatian e. Pengertian f. Penerimaan Organisme: d. Perhatian Stimulus e. Pengertian f. Penerimaan
Response (Perubahan Sikap)
Gambar 3 Model S-O-R
Universitas Sumatera Utara
Bagan diatas menunjukkan bahwa, perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya,
komunikan
mengerti
setelah
komunikan
menerimanya
dan
mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990: 254).
2.4 Komunikasi Keluarga Dalam pengertian psikologis, (Soelaeman, 1994) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga juga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat kuat sebagai berikut: f. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih. g. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang. h. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar. i.
Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.
j.
Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).
Setiap individu dilahirkan, tumbuh, dan berkembang di dalam keluarga. Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai, serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Keluarga sebagai kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai budaya kepada si anak. Disinilah anak mengalami hubungan sosial dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial. Menurut Koentjaraningrat (1990), fungsi pokok keluarga ada dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Sebagai kelompok
dimana
individu
pada
dasranya
dapat
menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam hidupnya, b. Sebagai kelompok dimana individu waktu ia sebagai anak-anak masih belum berdaya, mendapat pengasuhan permulaan dari pendidikannya (Posman, 1998: 51) Perlu disadari bahwa ada banyak jenis keluarga. Ada keluarga kecil dan besar, keluarga miskin dan kaya, keluarga di desa dan di kota, keluarga yang harmonis dan kurang harmonis, dan seterusnya. Salah satu funsi keluarga yaitu sebagai sarana pewarisan budaya bagi individu, seperti: cara-cara pelamaran, hukum perkawinan, pola adat menetap, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Halhal yang didapat seorang anak sebagai anggota keluarga adalah sebagai berikut: a. Keagamaan: keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Kebudayaan: keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional yang luhur dan bermartabat. c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi wahana pertama dan utama untuk menumbuhkan kasih sayang sesama anggota. d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan secara sehat dan berencana, sehingga anak-anak berkualitas prima. f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan panutan. g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. h. Pemeliharaan lingkungan: keluarga siap dan sanggup untuk memelihara kelestarian lingkungannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak cucu pada mas ayang akan datang. (Posman, 1998: 61) Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan
tindakan,
mengandung
maksud
mengajarkan,
mempengaruhi,
dan
memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memelihara interaksi antara satu anggota lainnya sehingga tercipta komunikais yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap
hal
dalam keluarga,
baik
yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang di jalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Universitas Sumatera Utara
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi di antara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 2002:13). 2.5 Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Bahasa juga merupakan “sarana” dalam melakukan pergaulan manusia dalam komunikasinya. Jadi bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting yang mempengaruhi penerimaan dan perilaku manusia, perasaan dan kecendrungan manusia untuk bertindak mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas, dan gagasan manusia, menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk. Masyarakat
Indonesia
adalah
masyarakat
yang
multilingua
dan
multicultural. Masing-masing suku bangsa menggunakan bahasa daerahnya sebagai alat komunikasi. Bahasa daerah dengan pendukung terbesar adalah bahasa Jawa dengan jumlah pemakai sekitar 50 juta, yang kedua adalah bahasa Sunda dengan jumlah pemakai sekitar 20 juta orang, yang ketiga adalah bahasa daerah Madura.
Universitas Sumatera Utara
Bahasa daerah yang wilayah penyebarannya serta penggunaanya paling luas hampir meliputi semua bandar dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara adalah bahasa Melayu. Sejak zaman Sriwijaya bahasa ini yang dalam bentuknya bercampur bahasa Sansekerta, telah menjadi bahasa resmi dan bahasa prasasti di Kerajaan Sriwijaya. Kemudian penyebaran bahsa Melayu diperkuat oleh kekuasaan kerajaan Malaka pada abad ke- 15, Kerajaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda pada abad ke- 17. Bahasa Melayu sejak abad ke-16 dan 17 telah berkembang menjadi bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan atau bahasa perantara (lingua franca) hampir di seluruh pantai dan kepulauan Nusantara serta sebagian Asia tenggara. Dalam kaitan dengan ilmu komunikasi, kita menempatkan kata “verbal” untuk menunjukkan pesan-pesan (massage) yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata, baik lisan (oral, vocal) maupun tulisan (written, visual). Secara etimologis, kata verbal dari bahasa verb (bahasa latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti “sesuatu” yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian atau peristiwa, atau “sesuatu” yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat. Kata “verbal” sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verebum yang sering pula dimaksudkan dengan “berarti” atau “bermakna melalui kata”, atau yang berkaitan dengan “kata” yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan.
Universitas Sumatera Utara
Kita juga mengenal istilah verbalisme, artinya pernyataan verbal, pernyataan dalam bentuk satu kata atau lebih kata, atau sebuah frase kata-kata. Sedangkan verbalist mengacu pada seseorang yang sangat mengutamakan katakata verbal dalam menjelaskan segala sesuatu. Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakn
simbol,
khususnya
simbol
verbal
dalam
pemikiran
dan
berkomunikasi. Sebuah simbol adalah representasi dari sesuatu, misalnya gambar buah apel adalah wakil dari gagasan bernama apel. Dengan cara yang sama, kata apel adalah sebuah simbol. Kemampuan berbicara adalah salah satu aspek dari belajar berbahasa, meskipun hal itu kadang kala kurang penting, namun kemampuan itu harus diajarkan agar kita dapat memahami dan menginterpretasi simbol-simbol bahasa yang telah disosialisasikan dan kita internalisasi. Oleh karena itu, maka belajar berbahasa sama dengan belajar berkomunikasi untuk meningkatkan kemampuan individu dalam menyampaikan ide/pikiran dalam makna-makna tertentu secara efektif dan spontan. Ada dua pandangan yang mempengaruhi defenisi bahasa. Pertama, pandangan bahwa bahasa merupakan pernyataan tentang kesadaran yang luar biasa tentang diri sosial (social self). Kedua, pandangan bahwa bahasa merupakan gambaran tentang seluruh sistem pemikiran manusia. Dua defenisi itu sangat berbeda satu sama lain, dan gagal membuat gambaran yang tepat tentang bahasa. Menurut Social Self Defenition, bahasa adalah sistem komunikasi manusia dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Sedangkan menurut Whole
Universitas Sumatera Utara
System Defenotion, bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks intersubjektif. Banyak diantara kita menggunakan bahasa dalam pengertian sebuah kesadaran sosial karena kita selalu memikirkan bagaimana menepatkan penggunaan bahasa yang didasarkan pada kemampuan konseptual dalam konteks sosial. Dari cara pandang Social Self itulah kita perlu menghayati betapa pentingnya kesadaran sosial itu. Dalam kaitaanya dengan komunikasi maka defenisi pertama Social Self mempunyai kekuatan masa depan, terutama jika dikaitkan dalam situasi sosial tertentu. Tanpa memperhatikan konteks sosial, bahasa apapun tidak akan ada artinya. Perspektif kedua dari defenisi bahasa memusatkan perhatian pada tiga pusat kesadaran pikiran manusia, yakni diri sosial, diri penggerrak syaraf, dan diri trasendental, komunikasi tanpa transmisi informasi. Bahasa adalah medium kesadaran, tidak sekedar mengalihkan infprmasi. Bahasa menyatakan kesadaran dalam konteks sosial. Inilah media yang paling baik untuk menyatakan sruktur kesadaran, kepercayaan, maupun peta kesadaran. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatakan bahwa bahasa menyatakan pikiran, dan bahkan prosedur pengujian struktur berpikir tentang sesuatu. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara bahasa dengan kesadaran, seperti dalam pernyataan “kita berbicara dengan akal melalui bahasa”. Lewat bahasa kita mengetahui mental orang lain yang berekspresi dengan kata-
Universitas Sumatera Utara
kata (emosi). Manusia tanpa bahasa, mentalnya kurang lengkap (Liliweri, 2003: 134). Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya, tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh. Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya. Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain: a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh Indonesia c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94)
Universitas Sumatera Utara