BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN DAN PENDAPATAN
A. Pengertian Perdagangan dan Dasar Hukumnya Perdagangan merupakan faktor yang penting untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan.Perdagangan merupakan “jembatan” antara sesama individu yang saling membutuhkan antara satu sama lain dan tdak dapat dipisahkan,dan juga merupakan jembatan antara dunia penelitian dengan praktek perdagangan yang dilaksanakan. Perdagangan atau perniagaan pada umumnya,ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat ataua pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Dalam zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu. Adapun pemberian perantara kepada produsen dan konsumen itu meliputi aneka macam pekerjaan seperti misalnya: a. Pekerjaan orang perantara sebagai makelar, komisioner, pedagangpedagang keliling dan sebagainya.
12
13 b. Pembentukan badan-badan usaha (asosiasi-asosiasi) : Perseroan terbatas (PT),Perseroan
firma,Perseroan
komanditer
dan
sebagainya
guna
memajukan perdagangan. c. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga baik didarat,dilaut maupun diudara. d. Pertanggungan
(asuransi)
yang
berhubungan
dengan
pengangkutan,supaya pedagang dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi. e. Perantaraan bankir untuk membelanjai perdagangan. f. Mempergunakan
surat
perniagaan
(wesel,cek)
untuk
melakukan
pembayaran dengan cara yang mudah dan untuk memperoleh kredit.1 Dengan adanya perantara tersebut tentu saja akan memudahkan pembelian dan penjualan. Dalam kegiatan perdagangan tentu saja mencangkup juga kegiaaaatan jual beli, karena pada dasarnya jual beli merupakan bagian dari pedagangan. Menurut BW jual beli adalah perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (sipenjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (sipembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari peroleh hak milik tersebut.2 Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak dinamakan menjual sedangkan dari pihak yang lain dinamakan membeli. 1
C.S.T. Kansil,Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,Jakarta : Sinar Grafika,Cet II,1994,hlm.1 2 R.Subekti,Aneka Perjanjian,Bandung : PT Citra Aditya Bakti,Cet 10,1995,hlm.1
14 Sedang menurut rumusan pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukun Perdata, jual beli merupakan suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.3 Berdasarkan pada rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa jual beli merupakan suatu bentuk suatu perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu,yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual,dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam dijelaskan bahwa jual beli adalah saling menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu, atau bisa juga diartikan sebagai tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.Yang dimaksud dengan melalui cara tertentu yang bermanfaat adalah melalui ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qobul (pernyataan menjual dari penjual), atau bisa juga melalui saling memberikan barang dan harga antara penjual dan pembeli.4 Dari beberapa definisi diatas,dapat penulis simpulkan bahwa pada dasarnya perdagangan dan jual beli adalah merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan lainnya.Karena kegiatan perdagangan yang utama adalah membawa barang-barang dari produsen (penghasil) ketempat-tempat konsunen (pemakai), sedangkan
3
Gunawan Widjaja.et al,Jual Beli,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003,hlm.7 Dahlan Abgul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2,Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Houve,Cet 1,1997,hlm.827 4
15 kegiatan jual beji yang terpenting adalah mengecerkan barang secara langsung. Kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan dan jual beli merupakan kebutuhan dhoruri dalam kehidupan manusia,artinya manusia tidak dapat hidup tanpa kegiatan tersebut. Oleh karena itu Islam menentukan kebolehannya, sebagaimana dinyatakan dalam banyak keterangan baik dalam Al-qur’an maupun hadis nabi. Firman Allah surat al-Baqarah ayat 275 :
ﺎﺮﺑ ﻡ ﺍﻟ ﺮ ﺣ ﻭ ﻊ ﻴﺒﻪ ﺍﹾﻟ ﺣﻞﱠ ﺍﻟﱠﻠ ﻭﹶﺃ Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.5 Kemudian dijelaskan dalam surat an-Nisa’ 29 :
ﺽ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇﻻﱠ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺗ ﹾﺄﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃ ﻮﺍ ﹶﻻﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎﹶﺃﻳ ﺎﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ ﻢ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃﺗ ﹾﻘﺘ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻨ ﹸﻜِﻣ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.6 Jelaslah bahwa kita diharamkan memakan harta orang lain dengan cara batil, baik dengan jalan menipu, mencuri, merampok, merampas maupun dengan jalan lain yang tidak dibenarkan oleh Allah. Kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli yang didasari atas dasar saling rela dan saling menguntungkan.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra, 1989, hlm.
6
ibid., hlm. 122.
69.
16 Sedangkan dalam sabda Rasulullah SAW, diantaranya adalah hadits dari Rifa’ah bin Rafi’ al-Bazaar al-Hakim, menyatakan :
ﺳﺌﻞ ﺍﻯ ﺍﻟﻜﺴﱮ ﺍﻃﻴﺐ ؟ ﻗﺎﻝ،ﻋﻦ ﺭﻓﺎﻋﺔ ﺍﺑﻦ ﺭﺍﻓﻊ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ 7 ﻋﻤﻞ ﺍﱃ ﺟﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻭﻛﻞ ﺑﻴﻊ ﻣﱪﻭﺭﻯ Artinya : Dari Rif’ah bin Rafi’ ra, bahwasanya Nabi SAW, ditanya, pekerjaan apakah yang paling baik ? beliau menjawab : Orang yang bekerja dengan tangannya dan tiap jual beli yang mabrur (jujur). Maknanya adalah jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan dan mendapat berkah dari Allah SWT. Dalam hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim, disebutkan :
ﻋﻦ ﺑﻴﻊ، ﻧﱮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ 8 ﺍﳊﺼﺔ ﻭﻋﻦ ﺑﻴﻊ ﺍﻟﻐﺮﺍﺭ Artinya : Dari Abu Hurairoh ra berkata Rasulullah SAW telah melarang jual beli dengan spekulasi dan jual beli gharar. Dari hadits di atas, menerangkan bahwa usaha seseorang yang baik, adalah berusaha dengan tangannya sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain, dan setiap jual beli yang didasari oleh kejujuran hati tanpa adanya kecurangan dan penipuan.
7
Muh. Bin Ismail al-Khalani, Subulussalam, juz III, Mesir : Mustafa al-Halaby, t.th., hlm.
4. 8
Muslim Ibnu Hajjaj Al-Qusayiri An-Naisaburi, Shahih Muslim, juz I, Bandung : Dahlan, t.th., hlm. 658.
17 B. Rukun dan Syarat Perdagangan Oleh karena perdagangan dan jual beli adalah kegiatan ekonomi yang hampir sama yaitu menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen,maka rukun dan syaratnyapun sama. Adapun yang menjadi rukunnya adalah : 1. Adanya pihak penjual dan pembeli atau subyek. 2. Adanya uang dan benda atau obyek. 3. Adanya lafal.9 Ad.1.Tentang subyek, syaratnya sebagai berikut : a. Baligh (dewasa) Dewasa dalam hukum islam adalah apabila telah berumur 15 tahun. Orang yang melakukan transaksi disyaratkan harus sudah dewasa, dalam arti dia harus mengetahui dan memahami segala sesuatu yang ia perbuatan, karena jual beli adalah merupakan salah satu bentuk perbuatan hukum yang menuntut adanya tanggung jawab dari pelakunya, dan hanya dengan kedewasaan sesseorang dibebani tanggung jawab. b. Berakal Syarat berakal, sehat bagi aqid memang logis, karena hanya orang berakal yang sadar tentang segala yang ia perbuat, dialah yang sanggup melaksanakan transaksi secara sempurna, karena itu anak kecil dan orang gila tidak
9
Suhrawardi K.Lubis,Hukum Ekonomi Islam,Jakarta : Sinar Grafika,2000,hlm.128
18 dibenarkan melakukan transaksi tanpa pengawsan dari orang tua atau walinya.10 c. Keduanya tidak mubadzir Keadaan tidak mubadzir, maksudnya pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian bukanlah manusia yang boros, sebab orang-orang yang boros didalam hukum berada dibawah pengampuan walinya,yang melakukan keperluan hukum untuk dirinya adalah orang tua atau walinya.11 Sebagaimana firman Allah S. An-Nisa ayat 5 :
ﻢ ﻫ ﻮﺍ ﹾﻛﺴﺎ ﻭﻢ ﻓِﻴﻬ ﻫ ﺯﻗﹸﻮ ﺭ ﺍﺎ ﻭﺎﻣﻢ ِﻗﻴ ﻪ ﹶﻟ ﹸﻜ ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﺟ ﺍﱠﻟﺘِﻲﺍﹶﻟﻜﹸﻢﻣﻮ ﺎ َﺀ ﹶﺃﺴ ﹶﻔﻬ ﻮﺍ ﺍﻟﺆﺗ ﺗ ﻭ ﹶﻻ ﻭﻓﹰﺎﻌﺮ ﻣ ﻮ ﹰﻻ ﻢ ﹶﻗ ﻬ ﻭﻗﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﹶﻟ Artinya : Dan janganlah kamu serankan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.12
Ad.2. Tentang subyek, syaratnya sebagai berikut : a. Bersih barangnya b. Dapat dimanfaatkan c. Milik orang yang melakukan akad d. Mampu menyerahkan e. Mengetahui f. Barang yang diakadkan ada ditangan.13
10
Dahlan Abdul Aziz, op.cit., hlm. 829. Suhrawardi K.Lubis,Op Cit,hlm.829 12 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 115. 13 Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fiqh Sunnah, jilid 12, Bandung : Al-Ma’arif, 1987, hlm. 52. 11
19 ad. a. Bersih barangnya Yang dimaksud dengan suci barangnya adalah bahwa barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang najis atau diharamkan, barang yang boleh diperjualbelikan adalah barang yang suci keadaannya. Sesuai dengan hadits Nabi SAW :
ﻋﺎﻡ ﺍﻟﻔﺘﺢ: ﻋﻦ ﺟﱪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺍﻧﻪ ﲰﻊ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ 14 ﻭﻫﻮ ﲟﻜﺔ ﺍﻥ ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺣﺮﻡ ﺑﻴﻊ ﺍﳋﻤﺮ ﻭﺍﳌﻴﺘﺔ ﻭﺍﳋﱰﻳﺮ ﻭﺍﻻﺻﻨﺎﻡ Artinya : Dari Jabir bin Abdillah bahwasanya dia mendengar Rasululah SAW bersabda : Pada tahun kemenangan di kota Mekah. Sesungguhnya Allah SWT dan Rasulnya mengharamkan jual beli khamr, bangkai, babi dan patungpatung. ad. b. Barang dapat dimanfaatkan Yaitu barang yang diperjualbelikan haruslah yang punya manfaat, apabila barang yang diperdagangkan tidak bermanfaat, maka tidaklah sah jual beli. Contohnya antara lain kalajengking, ular dan sebagainya. ad. c. Milik orang yang melakukan akad, hak dari wakil yang diserahi wewenang untuk menjualnya Bahwa orang yang menjual barang adalah pemilik barang yang sah, atau orang yang telah mendapat ijin dari pemilik yang sah. Dengan demikian jual beli yang dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau orang yang diberi izin oleh pemilik sah dipandang sebagai jual beli yang batal. 14
Khiruman Pasaribu,Hukum Perjanjian dalam Islam,Jakarta : Sinar Grafika,cet-3,2004,hlm
37.
20 ad. d. Mampu menyerahkan Maksudnya adalah barang dagangan haruslah dapat diserahterimakan. Sehubungan dengan ini maka tidaklah dapat diperjualbelikan barang yang tidak ada dalam kekuasaan sekalipun milik sendiri, seperti burung yang keluar dari sarangnya, atau ikan yang sukar ditangkap. ad. e. Mengetahui Maksudnya barang yang akan diperjualbelikan dapat diketahui oleh penjual dan pembeli dengan jelas baik zat, bentuk maupun sifatsifatnya sehingga tidak terjadi kekecewaan diantara kedua belah pihak. Begitu juga dengan harganya dapat diketahui sehingga dapat menghindarkan terjadinya pertentangan. Barang yang tidak dapat dihadirkan dalam majelis. Transaksi diisyaratkan agar penjual menerangkan segala sesuatu yang menyangkut barang tesebut sampai jelas bentuk, ukuran, sifat dan kualitasnya. Jadi pada saat penyerahan barang cocok yang diterangkan. ad. f. Barang yang diakadkan ada di tangan Yaitu dalam perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum jelas ada ditangan, (tidak berada dalam kekuasaan penjual) adalah dilarang, sebab bisa jadi barang tersebut sudah rusak atau tidak dapat diserahterimakan.15 Ad. 3. Lafal Yang dimaksud adalah ucapan atau kesepakatan.
15
.R.Subekti,Op Cit,hlm 3.
21 Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak-pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak,artinya apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah dikehendaki pula oleh yang lain. Kedua kehendak itu bertemu dalam “sepakat” tersebut.Tercapainya sepakat ini dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan perkataanperkataan,misalnya : setuju atau bisa juga dengan bersama-sama menaruh tanda tangan dibawah pernyataan-pernyataan tertulis sebagai tanda (bukti) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui segala apa yang terteradiatas tulisan itu.16 Kesepakatan berarti persesuaian kehendak,namun kehandak atau keinginan ini harus dinyatakan.Kehendak atau keinginan yang disimpan dalam hati, tidak mungkin diketahui pihak lain dan karena tidak mungkin melahirkan sepakat yang diperlukan untun melahirkan suatu perjanjian.Menyatakan kehendak ini tidak terbatas pada mengucapkan perkataan-perkataan, ia dapat pula dicapai dengan memberikan tanda-tanda apa saja yang dapat menterjemahkan kehendak itu, baik oleh pihak yang menawarkan maupun oleh pihak yang menerima penawaran tersabut. Dengan demikian maka yang akan menjadi alat pengukur tentang tercapainya persesuaian kehendak tersebut adalah pernyataan-pernyataan yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Undang-undang berpangkal pada asas kesepakatan, namun untuk menilai apakah telah tercapai kesepakatan,kita terpaksa berpijak pada pernyataan-pernyataan yang telah dilakukan oleh
16
Ibid,hlm 7.
22 kedua belah pihak. Dan hal ini pula merupakan suatutu tuntutan kepastian hukum. Dari ketentuan bahwa kita harus berpijak pada apa yang telah dinyatakan itu maka akan timbul perasaan aman pada setiap orang yang telah melakukan perjanjian bahwa ia tidak mungkin dituntut memenuhi kehendakkehendak pihak lawan yang tidak pernah dinyaakan kepadanya. Dan apabila timbul
perselisihan
maka
hakim
atau
pengadilanlah
yang
akan
menetapkannya.17 C. Macam-Macam Perdagangan 1. Menurut cara menjual barang a. Perdagangan besar adalah perdagangan yang kegiatannya semata-mata hanyalah menjual barang kepada pedagang lagi, yakni distributor, deler, dan pedagangpedagang eceran, tidak secara langsung menjual barang kepada konsumen. Orang yang melakukan perdagangan besar disebut pedagang besar. b. Perdagangan kecil adalah perdagangan yang kegiatannya menjual barang langsung kepada konsumen. Pelakunya disebut pedagang kecil. c. Perdagangan menengah adalah perdagangan kegiatan menjual barangnya tidak ada ketentuan khusus, kadang-kadang langsung kepada konsumen dan kadang-kadang menjual barang kepada pedagang lagi.
17
Iting Partadireja,Pengetahuan dan Hukum Dagang,Jakarta : Erlangga,1978,hlm.8
23 2. Menurut batas-batas tempat berdagang a. Perdagangan lokal adalah perdagangan yang hanya mencangkup satu pulau atau dalam satu bagian dari pulau. b. Perdagangan inter-insuler adalah perdagangan antar pulau, namun masih dalam wilayah negara Indonesia. c. Perdagangan luar negeri 1.) Perdagangan impor adalah perdagangan dengan cara membeli barang dari luar negeri. Pelakunya disebut importir. 2.) Perdagangan ekspor adalah perdagangan dengan cara menjual barang keluar negeri. Pelakunya disebut eksportir.18 3. Menurut cara memperoleh dan manyebarkan barangnya a. Perdagangan mengumpul adalah perdagangan yang kegiatannya membeli barang secara berangsurangsur, mengumpulkan dengan tujuan untuk menyediakan barang dalam jangka waktu yang lama. Perdagangan semacam ini biasanya dilakukan oleh para pedagang eksportir.
18
Ibid,hlm 9.
24 b. Perdagangan menyebarkan adalah perdagangan yang kegiatannya menjual barang kepada konsumen setelah melalui pengangkutan dan penyebaran.19 4. Menurut barangnya a. Perdagangan barang adalah perdagangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia. Contoh : Hasil pertanian, pertambangan maupun pabrik. b.Perdagangan surat-surat berharga adalah perdagangan wesel, efek, uang, modal dan sebagainya.20 D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan 1. Konsumsi Masyarakat Konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan, kebutuhan konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumnya, merupakan insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonomi. Mereka mungkin tidak hanya menyerap pendapatannya tetapi juga memberi insentif untuk meningkatkannya.21 Pada dasarnya konsumsi masyarakat ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat penting, antara lain adalah :
19
Ibid,hlm.10. C.S.T. Kansil,Op Cit,hlm 3. 21 Muh. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1997, hlm. 44. 20
25 a. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift). Bila masyarakat mengubah sikap maka fungsi konsumsi akan berubah. Sebagai contoh bila masyarakat memutuskan untuk mengurangi konsumsi karena menurunnya selera maka fungsi konsumsi akan menurun. b. Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya : umur, pendidikan, pekerjaan, dan keadaan keluarga. Biasanya konsumsi akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok umur tua. Dengan adanya perbedaan proporsi konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata akan mempengaruhi tingkat pendapat produsen (dalam hal ini adalah pedagang) c. Kekayaan Kekayaan secara eksplisti maupun implisit adalah merupakan fungsi konsumsi sebagai faktor yang menentukan pendapatan bagi produsen. Persoalan yang dihadapi oleh setiap konsumen adalah bagaimana ia harus membelanjakan kekayaan yang ada padanya.22
22
Suparmoko, et.al., Pokok-pokok Ekonomika, edisi pertama, Yogyakarta : BPFE, 2000, hlm. 211.
26 2. Tingkat Harga Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.23 Untuk menentukan tingkat harga biasanya dilakukan dengan mengadakan percobaan untuk menguji pasar, apakah menerima atau menolak. Apabila konsumen menerima penawaran, berarti harga yang ditetapkan sudah layak. Tapi jika menolak, biasanya harga itu akan diubah dengan cepat.24 Harga merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing. Sehingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi diferensiasi barang dalam jual beli. Pada umunya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga barang dagangannya. Tujuan tersebut antara lain : a. Mendapatkan Laba Maksimum Dalam praktek, terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan laba maksimum sesuai dengan kondisi yang ada.
23 24
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, edisi ketiga, Yogyakarta : Liberty, 1999, hlm. 147. ibid., hlm. 148.
27 b. Mendapatkan Pengembalian Modal (Investasi) Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang digunakan untuk mengembalikan investasi hanya bisa diambilkan dari laba, dan laba hanya bisa diperoleh bila harga jual lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya. c. Mencegah atau Mengurangi Persaingan Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui apabila para penjual menawarkan barang dengan harga sama. Oleh karena itu persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijaksanaan harga, tetapi dengan cara memperbaiki kualitas barang dagangan.25
E. Hubungan Antara Perdagangan dan Pendapatan Untuk dapat memahami tingkat pendapatan dalam perdagangan, perlu mengetahui pula hubungan antara tingkat harga dan pendapatan dari hasil penjualan barang. Kita sangat berminat untuk melihat perubahan harga barang dan jumlah barang yang diminta, karena kita ingin mengetahui bagaimana dampaknya terhadap pendapatan dari hasil penjualan secara keseluruhan. Pendapatan total dari hasil penjualan selalu memainkan peranan utama dalam rangka keberhasilan suatu usaha.
25
ibid., hlm. 148.
28 Pendapatan total merupakan hasil kali antara harga barang dari jumlah barang yang dijual atau diminta. Apabila harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan menurun, dan sebaliknya, bila harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan naik, sehingga pendapatan total akan berubah. Harga yang tinggi tidak harus merupakan harga yang baik bagi seorang pedagang. Dengan cara menurunkan harga, kita dapat meningkatkan pendapatan total sampai suatu tingkat yang kita harapkan. Demikian juga harga yang terlalu rendah bukan merupakan strategi penjualan yang baik, meskipun hal ini dapat meningkatkan jumlah barang yang dijual, namun juga diikuti dengan rendahnya pendapatan total. Perlu diingat bahwa tujuan akhir dari kegiatan perdagangan adalah untuk mendapatkan pendapatan sebanyakbanyaknya.26
26
Suparmoko, et.al., op.cit., hlm. 32.