BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DAKWAH DAN RADIO
A. Pengertian dan Tujuan Dakwah 1.
Pengertian Dakwah Kata dakwah adalah kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kata dakwah merupakan suatu istilah dari kata kerja bahasa Arab yaitu ﻳﺪﻋﻮ- دﻋﺎmenjadi bentuk masdar دﻋﻮةyang berarti seruan, panggilan dan ajakan.1) Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa pendapat yang berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah dakwah. Namun antara definisi yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Beberapa contoh definisi dakwah yang penulis kemukakan di sini adalah : a.
Drs. Shalahuddin Sanusi ”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil’’.
b.
H. Timur Djaelani, M.A. ’’Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak kekuatan mengubah
1)
Drs. Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 1985, hlm. 1. 14
15
masyarakat dan keadaan yang kurang baik kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu pembinaan”.2) c.
Prof. H.M. Thoha Yahya Omar ’’Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.’’
d.
Prof. A. Hasymi ’’Dakwah islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah islamiah yang terdahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.’’
e.
Dr. Abdul Karim Zaidan ’’Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.’’ Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia
kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik, diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama berada di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi. Dari uraian pengertian dakwah di atas, baik secara lughawi atau etimologi maupun secara istilah atau terminologi, maka dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dakwah adalah suatu istilah yang khusus yang dipergunakan di dalam agama Islam.3) 2.
Tujuan Dakwah Proses penyelenggaraan dakwah terdiri dari berbagai aktivitas, yang dilakukan dalam rangka mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat dicapai dan diperoleh dengan jalan melakukan
2)
Drs. Rachmat Imampuro, Mengungkap Dakwah K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. MTs Hasyim Asy'ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara, Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, hlm. 4. 3) M. Aminuddin Sanwar, op. cit., hlm. 3.
16
penyeleng-garaan dakwah harus mempunyai tujuan. Tanpa adanya tujuan tertentu yang harus diwujudkan, maka penyelenggaraan dakwah tidak mempunyai arti apa-apa. Bahkan hanya merupakan pekerjaan sia-sia yang akan mengham-burkan pikiran, tenaga dan biaya saja. Bagi proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting dan sentral. Pada tujuan itulah dilandaskan segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama dakwah itu. Ini berarti bahwa dalam menentukan sistem dan bentuk usaha kerja sama dakwah, tujuan adalah landasan utamanya. Demikian pula tujuan adalah juga menjadi dasar bagi penentuan sasaran dan strategi atau kebijaksanaan serta langkah-langkah operasional dakwah. Sebagai landasan penentuan sasaran dan strategi tujuan dakwah memang sudah mengandung arah yang harus ditempuh serta luasnya skope aktiva yang dapat dikerjakan. Di samping itu, tujuan dakwah juga menentukan langkah-langkah penyusunan tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan horizontal dan vertikal, serta penentuan orang-orang yang kompeten.4) Perumusan suatu tujuan diperlukan kejelasan (clarity) dan operasional, artinya tujuan yang dirumuskan tidak terlalu ideal, berteletele bahasanya dan kemungkinan mampu dikerjakan. Tujuan khusus dakwah (minor objective) merupakan perumusan tujuan sebagai perincian daripada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, apapun jenis kegiatan yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara
bagaimana dan sebagainya secara
terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya yang hanya disebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, di bawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakwah (minor objective) sebagai terjemahan dari major objective yaitu : mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
17
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya. Firman Allah dalam AlQur’an surat al-Maidah Ayat 2 :
ن وَا ﱠﺗﻘُﻮا ِ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟِﺄ ْﺛ ِﻢ وَا ْﻟ ُﻌ ْﺪوَا َ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى وَﻻ َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا َ َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا (٢:)اﻟﻤﺎﺋﺪة
ب ِ ﺷﺪِﻳ ُﺪ ا ْﻟ ِﻌﻘَﺎ َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ اﻟﱠﻠ َﻪ ِإ ﱠ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya berat siksaannya bagi orang yang tolongmenolong dalam kejahatan.”5) Esensi dakwah dalam sistem sosio-kultural adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan. Mengubah struktur masyarakat dan budaya dari kezhaliman ke arah keadilan, kebodohan ke arah kemajuan atau kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan atau taqwa.6) Di dalam operasionalisasi atau praktek dakwah terdapat unsurunsur yang sangat menentukan dapat berlangsungnya dakwah itu dengan baik. Unsur-unsur ilmu komunikasi dakwah itu disebut aspek-aspek komunikasi dakwah. Ada beberapa aspek yang menentukan terjadinya komunikasi atau dakwah dengan baik, seperti aspek sumber atau resource, sumber berita atau informasi dapat diketahui apabila ada pribadi yang menyampaikannya. Oleh karena itu, pada hakekatnya sumber di sini yang dimaksud adalah seseorang yang menyampaikan berita atau informasi. Di dalam ilmu komunikasi biasanya disebut komunikator atau dalam bahasa dakwahnya adalah da’i.
4) 5)
54.
6)
Drs. Abd. Rosyad Shaleh, loc. cit., hlm. 19. Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1989, hlm.
Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Prima Duta, Yogyakarta, 1983, hlm. 17.
18
Baik komunikator maupun da’i pada dasarnya merupakan nara sumber bagi adanya kegiatan komunikasi atau berdakwah. Itulah sebabnya komunikator atau da’i sangat menentukan pelaksanaan dakwah tersebut. Tanpa sumber berarti bukan komunikasi dakwah. Aspek sumber (resource) merupakan kunci keberhasilan dakwah. Oleh karena itu, terdapat syarat-syarat psikologi yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus yang menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah. Salah satu syarat yang paling essensi bagi seorang da’i atau komunikator adalah masalah moral akhlak atau budi pekerti. Budi pekerti seorang da’i ini didasarkan atas pandangan bahwa dakwah adalah media perubahan perilaku mulia. seorang da’i atau komunikator cenderung menjadi tauladan oleh para mad’unya. Sebab berhasil dan tidaknya dakwah yang disampaikan tergantung pada da’i yang memiliki akhlak yang dapat menjadi panutan Jika da’inya mempunyai akhlakul karimah secara otomatis audience akan meniru serta melaksanakannya. Dengan demikian syarat psikologi bagi seorang da’i dan komunikator adalah mempunyai moral yang tinggi.7 a.
Aspek Materi Materi dakwah sangat menentukan adanya keberhasilan suatu kegiatan. dakwah
secara menyeluruh. Seorang da’i atau
komunikator tanpa adanya materi yang disampaikan, maka cenderung menjadikan kegiatan dakwah itu tidak terarah, bahkan menyebabkan hilangnya bentuk dakwah yang sebenarnya. Materi dakwah yang baik seiring dan searah dengan kondisi sasaran atau obyek dakwah yang dituju. Hal ini tentunya dikhawatirkan dakwah berubah menjadi sasaran hiburan atau obyek gelak tawa. Padahal yang diharapkan adalah sebaliknya hiburan
7
. Dr. M . Bahri Ghazali, M.A, Dakwah Komunikatif, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1997, hlm. 8-9.
19
harus dapat dijadikan wahana dakwah yang segar yang mampu memberikan visi yang segar kepada pendengarnya. b.
Aspek Tujuan Dakwah Agar kegiatan dakwah lebih mengena kepada sasaran dakwah maka aspek tujuan juga ikut menentukan. Tujuan dakwah yang tidak jelas menyebabkan dakwahnya tidak terarah bahkan cenderung pelaksanaannya
membingungkan dan
atau
dakwahnya
masyarakat
lebih lagi
kemungkinan
akan
sasaran ragu-ragu
menerimanya. Oleh karena itu, diperlukan perumusan tujuan dakwah yang jelas. 4.
Aspek Lingkungan Dakwah Lingkungan dakwah merupakan situasi dan kondisi dari masyarakat yang menjadi arah dakwah tersebut. Lingkungan dakwah juga
menentukan
keberhasilan
da’i
dalam
penyampaikan
dakwahnya. Relevansi antara lingkungan dakwah dan kegiatan dakwahnya terletak pada adanya materi dakwah yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya. Dakwah yang komunikatif adalah dakwah yang tetap memperhatikan lingkungan dakwah, sehingga dapat diformulasikan ke arah
mana
dakwah itu dapat dikembangkan. Pada umumnya,
sasaran dakwah tidak tercapai apabila seorang da’i tidak mengaitkan materi dakwah dengan lingkungannya. 5.
Aspek Sasaran Dakwah (Mad’u) Sasaran kegiatan dakwah adalah seluruh anggota masyarakat dengan
segala
macam
bentuknya.
Sasaran
dakwah
sangat
menentukan berlangsungnya suatu kegiatan dakwah. Tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan bahwa dakwah itu pada hakekatnya tidak ada.8)
8)
DR. M. Bahri Ghazali, M.A, Ibid, hlm. 8-11
20
Nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseluruhan usaha dakwah itu pada hakikatnya adalah merupakan akibat atau konsekuensi logis saja dari dilaksanakannya usaha-usaha itu. Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh. Demikian pula usaha merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dijalankan dengan sebaik-baiknya, maka dapatlah diharapkan umat manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup itu. Sedang sebaliknya bilamana usahausaha tersebut tidak dilakukan, bahkan diabaikan maka dapatlah dipastikan akan timbulnya bencana dan kerusakan dalam kehidupan masyarakat umat manusia, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Tentu saja bagi masing-masing individu manusia tujuan dakwah itu barulah dapat dirasakan dan dinikmati bilamana ia bersedia menerima Islam, dalam arti meyakini kebenaran aqidah dan syariat Islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.9) B. Visi dan Missi Radio 1.
Visi Radio Walaupun dibandingkan media cetak dan televisi, jurnalistik radio dianggap sebagai anak kecil, namun menjelang dan sesudah reformasi, radio menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan pers dan kehidupan masyarakat yang sadar akan informasi. Kesadaran yang muncul di kalangan pengelola (owner) dan praktisi (broadcaster) bahwa radio merupakan media informasi strategi, mendapatkan momentum yang sangat tepat. Seperti radio berlomba menyajikan berita sebaik mungkin, baik dari segi materi maupun mengemasnya. Gairah untuk menyajikan berita itu dapat dilihat dalam dua pendekatan sosiologis. Pertama, kesadaran makin berkembang di 9)
Drs. Abd. Rosyad Shaleh, op. cit., hlm. 22 – 23.
21
kalangan insan radio bahwa radio sebagai institusi sosial yang terikat oleh dinamika sosial masyarakat pendengarnya. Dinamika yang berkembang di masyarakat merupakan sumber inspirasi yang terusmenerus harus diikuti radio sebagai media publik, jika ia tidak mau ditinggalkan pendengar. Kedua, perubahan sosial masyarakat layak dicatat sebagai pendorong utama berkiprah radio, terutama radio swasta dalam menyajikan informasi. Selain perubahan yang bersifat makro, yaitu meningkatkannya sikap kritis masyarakat terhadap pemerintah dan media massa, perubahan itu juga menyangkut pergeseran budaya dengar dari pasif menjadi aktif.10) 2.
Misi Radio Media radio merupakan alat yang jauh lebih hebat daya penetrasinya. Ia dapat menembus ke pelosok-pelosok yang tidak dapat dicapai oleh media tercetak. Ia tidak mengenal batas-batas teritorial suatu negara. Itulah sebabnya bila dalam keadaan perang, media ini dapat dipakai untuk kepentingan propaganda. Dalam masa damaipun, peranan radio tidak kurang pentingnya untuk membina pendapat umum.11) Di dalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut akan membuat radio kehilangan fungsi sosial, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka. Para insan radio dewasa ini sadar betul bahwa fungsi sosial mereka sedang disorit. Program hiburan sebagai primadona harus dikaji ulang kembali, guna disinergikan dengan program informasi, 10)
Masduki, Jurnalis Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, LKiS, Yogyakarta, 2001, hlm. 5 – 6. 11) Drs. H. Aqib Suminto, Problematika Dakwah, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta, 1984, hlm. 55.
22
sekecil apapun prosentasenya. Konsep acara infotainment menjadi jawaban awal terhadap upaya kolaborasi musik sebagai simbol informasi pendidikan. Hanya saja, pendengar dan juga insan radio di situ. Apalagi jika idealismenya tidak tersalurkan secara maksimal pada satu bentuk program saja. Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society. Pertama, radio sebagai media penyampai pesan atau informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai
sarana
untuk
mengikat
kebersamaan
dalam
semangat
kemanusiaan dan kejujuran. Berikut merupakan sifat-sifat pendengar radio siaran yang turut menentukan gaya bahasa radio : a.
Heterogen Pendengar adalah masa, sejumlah orang yang sangat banyak yang sifatnya heterogen, terpancar-pancar di berbagai tempat di kota dan di desa, di rumah, asrama, warung kopi dan sebagainya. Dan mereka berbeda jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan taraf kebudayaan. Ada pria dan wanita, ada yang tua, muda, dan anak-anak, ada yang berpendidikan perguruan tinggi dan lulusan SMU, ada perwira ABRI, dosen dan tukang becak dan calo oplet, dan sebagainya. Dan selain itu, pendengar berbeda dalam pengalaman dan keinginan, tabeat dan kebiasaan yang kesemuanya itu menjadi dasar pula bagi gaya bahasa sebagai penyalur pesan kepada pendengar.
23
b.
Pribadi Karena pendengar berbeda dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat dan umumnya di rumah-rumah. Maka suatu isi pesan akan dapat diterima dan dimengerti kalau, sifatnya pribadi atau personal sesuai dengan situasi di mana pendengar itu berada. Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang berada di rumahnya itu secara pribadi. Seperti telah diterangkan di muka pembicara radio seolah-olah bertamu dan memberikan uraian kepada seseorang dalam suatu rumah tangga. Dalam situasi seperti itu tidak mungkin si pembicara dalam memberikan uraiannya berbicara dengan semangat dan berapi-api seperti pidato kepada massa rakyat yang berkumpul di lapangan. Ia harus berbicara seperti bicaranya seorang teman yang datang bertemu. Sudah tentu dengan ramah-tamah, sopan santun, dan tanpa kata-kata yang ngecap bombatis.
c.
Aktif Pada mulanya para ahli komunikasi mengira bahwa pendengar radio sifatnya pasif, ternyata tidak demikian. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh ”Wilbur Schramm,
paul
Lazarsfeld
dan Raymond Baver”, ahli-ahli
komunikasi di Amerika Serikat.12 Mereka sama-sama berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa lebih aktif sifatnya. Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada adakalanya salah satu saja. Yang penting adanya konsistensi dan optimalisasi pada satu peran13) Menurut ”Kenneth” menyebutkan empat keunggulan radio : 1) Kemampuannya untuk mengembangkan imajinasi dengan bantuan radio. 12
. Masduki, Op.cit, hlm. 2 13) Masduki, op. cit., hlm. 3
24
2) Kemampuan selektifitas dalam memilih program maupun segmen khalayaknya. 3) Fleksibilitas artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan menjadi teman di berbagai kesempatan dan suasana. 4) Sifatnya amat personal, ia menjadi medium yang amat efektif dalam memberi kontak-kontak antar pribadi yang diliputi sifat kehangatan, keakraban dan kejujuran.14) C. Pengertian Program Siar Program siar disini dapat penulis jelaskan menjadi dua kata yakni secara terperinci dari
kata program dan siar. Program adalah rancangan
mengenai asas-asas serta dengan usaha.15) Sedang siar berarti menyiarkan memberi tahu kepada umum khususnya melalui radio.16) Program Siar menurut ”Howard Gouugh” dalam bukunya Programa Radio, ialah dijelaskan pendistribusian waktu atau penataan acara siaran. Sukses tidaknya stasiun radio sangat ditentukan oleh aktraktivitasnya dalam menjawab kebutuhan pendengarnya. Kaidah yang lebih bersifat umum digarisbawahi dengan tebal oleh ”Raymond L. Carroll dan Donald M. Davis” dalam karya mereka yang cukup tebal “Elektronic Media Programming: Strategies and Decision Making”. Kedua pakar yang masing-masing dari Universitas Alabama dan Brenau itu mengelompokkan tiga pemikiran dasar. Pertama berkaitan dengan periode waktu siaran, lalu penjadwalan acara dan terakhir berkaitan dengan konsiderasi penataan acara. Muaranya terletak pada penataan acara siaran atau radio programming.17)
14)
Drs. Ishadi SK, M.Sc., Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangannya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 141 – 142. 15) W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hlm. 769. 16) Ibid., hlm. 940. 17) Howard Gough, Programa Radio, AIBD – Asia Pasifik Institute for Broadcasting Development, Malaysia, 1999, hlm. v.
25
D. Radio sebagai Media Dakwah Dengan melihat era sekarang yakni era informasi ini, yang berperan menyebarkan dan menyiarkan Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan sosial-kultural, maka media massa seperti radio siaran adalah makanan dan telinga untuk didengarkan. Hal-hal yang dapat dipahami melalui indera telinga. Karena itu, apa yang disajikan untuk membaca belum tentu dapat dimengerti. Apabila dihidangkan melalui radio siaran ini terdapat gaya tersendiri, yakni disebut radio STK atau Gaya Radio. Dalam Radio Style dan Gaya Radio ada dua faktor yang harus diperhatikan. Pertama, sifat radio siaran. Dalam rangka memproduksi siaran perlu diperhatikan sifat-sifat radio seperti auditori yaitu untuk didengar, karena hanya untuk didengar itu, maka isi siaran yang disampaikan hanya sepintas lalu saja. Kemudian mengandung gangguan. Setiap komunikasi dengan menggunakan saluran bahasa dan bersifat massal akan menghadapi dua faktor gangguan. Gangguan yang pertama adalah apa yang disebut “semantic noise factor” dan yang kedua ialah “channel noise factor”. Adanya gangguan radio di atas bisa digarisbawahi karena pengaruh alamiah ataupun pengaruh secara teknis, serta yang terakhir bersifat akrab. Radio siaran sifatnya akrab, intim. Seorang penyiar atau komunikator seolah-olah berada di kamar yang penuh hormat dan cekatan menghidangkan acara-acara yang menggembirakan kepada penghuni rumah. Kedua, sifat pendengar radio. Pendengar adalah sasaran komunikasi masa melalui media radio siaran. Pesan dapat dikatakan efektif, apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti tergerak hatinya dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan si pembicara atau da’i. Mereka aktif apabila mereka menjumpai suatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, mereka aktif berfikir, aktif melakukan interpretasi. Mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar atau seorang penceramah radio atau pembaca berita, benar atau tidak. Pendengar sifatnya selektif. Ia dapat dan akan memiliki programa radio siaran yang dikuasainya. Pabrik pesawat radio menyadari hal itu, maka
26
setiap pesawat radio dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan pemilihannya-pemilihannya itu. Dengan memutar knop jarum gelombang pada pesawat radionya, pendengar dapat mencari apa yang disenanginya baik programa musik maupun uraian atau ceramah serta siaran dalam negeri ataupun luar negeri. Begitu banyak stasiun radio siaran, tidak terhitung sudah, dengan aneka jenis acara siarannya masing-masing berlomba-lomba untuk memikat perhatian pendengar. Yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sialah isi siaran yang dilancarkannya itu. Oleh karena itulah maka dalam proses komunikasi massa, unsur pendengar, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, kultural dan bahkan juga politis dan ekonomis.18) Radio mempunyai karakter tersendiri, berbeda dengan media yang lainnya. Milton mengatakan, “Radio mempunyai kekuatan untuk memilahmilah khalayaknya dalam segmen-segmen yang kecil dalam segmen kelompok umur, keanggotaan keluarga, perolehan pendapatan maupun pendidikan.” (Milton, 1982). Kehandalan radio di sektor ini terlihat pada segmentasi khalayak radio swasta di Yogyakarta antara radio “Reco Buntung”, “Geronimo”, “Mara II”, maupun “Suara Sakti”. Di Jakarta, prambos, misalnya, segmennya adalah remaja SMP dan SMU, Radio DMC memilih segmen usia yang lebih dewasa dengan income menengah ke atas. Radio Trijaya FM segmennya adalah eksekutif muda. Demikianlah seterusnya segmen-segmen mereka terbagi dalam kelompok kecil.19) Keberadaan media dalam dakwah sesungguhnya tidak boleh dipandang hanya dengan sebelah mata saja, karena keberadaan media bagi pelaksana dakwah bukan hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi lebih dari itu. Sebab aktivitas dakwah jika diamati sebagai suatu sistem maka akan 18)
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., op. cit., hlm. 82 – 87.
27
memiliki beberapa komponen atau unsur, dimana antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya saling berkaitan dalam mencapai tujuan dakwah. Dan media merupakan salah satu unsur di antara unsur-unsur yang lain seperti: subyek, obyek, metode dan materi dakwah. Maka dalam kerja dakwah tanpa adanya media, tentu tidak akan terlaksana dengan baik. Media Massa, adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan, pernyataan, informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar,
tinggalnya
tersebar,
heterogen,
hegemoni,
anonim,
tidak
terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.20 Radio
siaran
(broadcasting)
sering
disebut
sebagai
institusi
kemasyarakatan seperti media massa pada umumnya. Institusi semacam ini dapat dilihat dari keberadaannya. Sebagai suatu organisasi yang menjalankan fungsi penyiaran informasi, baik secara tunggal maupun melalui sistem jaringan (networks) dengan satu kawat yang mengendalikan penyiaran informasi. Fungsi ini dijalankan untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya. Maka dari itu, agaknya juga perlu dilihat sifat institusional radio siaran di Indonesia, yakni dengan mempertanyakan sejauhmana ia sudah menjadi institusi kemasyarakatan. Kehadiran radio sebagai media massa ditandai dengan fungsinya sebagai penyampai informasi. Secara sederhana, informasi ataupun materi dapat disebut sebagai segala hal yang bermakna dalam komunikasi. Kebermaknaan ini menjadi dasar dalam fungsi komunikasi, diukur dari relevansinya untuk pihak yang berkepentingan atasnya. Dalam garis besar, informasi dapat dibedakan antara informasi yang hanya menyentuh aspek psikologis (sensasi) konsumen, informasi yang bernilai pragmatis bagi
19)
Drs. Ishadi SK, M.Sc., Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangannya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. 20
28
konsumen produk dunia industri, dan informasi yang bernilai pragmatis tinggi karena dapat digunakan dalam pekerjaan atau aktivitas sosial lainnya.21) Menurut ”Tet Bolton” ketergantungan pada informasi yang disajikan media sekarang merekalah yang aktif mengakses informasi dari mana-mana. Pola informasi menjadi personal sejak pertumbuhan ”Cable broadcasting” Kata Tet Bolton bisa diartikan atas kehadiran stasiun radio sangat sekali bermanfaat khususnya dalam penyajian program yang diciptakannya.22) Khususnya dalam Radio Karya pancaran Swaramedia atau Karysma mampu memberikan versi tersendiri (gaya) yang tidak dimiliki studio broadcast
lainnya,
yaitu
memanjakan
pendengar
lewat
program
entertainment, seperti lagu-lagu Islam atau nasid serta program yang diciptakannya mampu memberikan khasanah islamiah. Mengingat sangat pentingnya kedudukan, peran, dan tujuan itu bagi proses dakwah sebagaimana telah diterangkan di atas, maka tujuan dakwah haruslah dipahami oleh para pelaku dakwah.23) E. Fungsi Radio Dalam buku “Programa Radio”, Howard Gough, seorang mantan Penasehat Komunikasi Regional UNESCO. Mendeskripsikan fungsi radio ada tiga (3) macam: 1. Fungsi Hiburan Dalam fungsi ini disajikan beberapa lagu-lagu favorit pendengar, serta membuat pendengar tertawa. 2. Fungsi Informasi Dalam fungsi ini disiarkan pokok permasalahan yang diminati khalayak serta menyajikan informasi yang aktual
untuk memenuhi tuntutan
pendengarnya. 3. Fungsi Pendidikan 21)
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran, Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001, hlm. 117 – 179. 22) Frederich Naumann Stiftung, loc. cit., hlm. 33 – 34. 23) Drs. Abd. Rosyad Shaleh, op. cit., hlm. 20.
29
Di dalam fungsi ini, ditetapkan apa-apa yang kita inginkan untuk pendengar menyadari akan adanya masalah, isu, kejadian. mengalihkan (mentransfer)
pengetahuan.
menumbuhkan
minat
dan
mendorong
perubahan perilaku masyarakat.24 Sedangkan menurut ’’Masduki” dalam bukunya Jurnalis Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban Radio dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society. a.
Radio sebagai media penyampai informasi dari satu pihak ke pihak lain.
b.
Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan.
c.
Radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi mencari solusi bersama yang saling menguntungkan.
d.
Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran.25
24
Howard gouugh, Programa Radio, AIDD: Asia Pasifik, Malaisia, 1999, hlm.1 25 Masduki, op.cit. hlm. 3