BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai hasil studi literatur yang menjadi landasan pembahasan pada bab-bab selanjutnya. Bab ini dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu, Definisi Integrasi, Sistem Informasi Strategis (SIS), Metodologi Perencanaan SIS, dan Penyelarasan Sistem Informasi dengan Strategi Bisnis. II.2 Definisi Integrasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi merupakan kata benda (noun) yang didefinisikan sebagai pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Berintegrasi (verb) adalah berpadu (bergabung supaya menjadi kesatuan yang utuh); mengintegrasikan (verb) adalah kegiatan menggabungkan atau menyatukan. II.3 Sistem Informasi Strategis Sistem Teknologi Informasi telah berkembang dari waktu ke waktu. Dimulai dari era operasional mulai tahun 1960, ke era informasi mulai tahun 1970, menuju ke era jejaring dimulai tahun 1980 ke era jejaring global dimulai tahun 1990 hingga era beregerak (mobile) dewasa ini. Perkembangan dari Sistem Teknologi Informasi menyebabkan perubahan-perubahan peran dari Sistem Teknologi Informasi itu, yaitu mulai dari peran efisiensi, efektifitas sampai ke peran strategik. Peran efisiensi yaitu menggantikan manusia dengan teknologi informasi yang lebih efisien. Peran efektifitas yaitu menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang efektif. Sekarang, peranan Sistem Teknologi Informasi tidak hanya untuk efisiensi dan efektifitas, tetapi sudah untuk strategik, yaitu digunakan untuk memenangkan persaingan. Karena perannya yang strategis, sistem teknologi informasi sekarang juga disebut sebagai senjata strategis (strategic weapon) atau senjata kompetitif
8 Universitas Sumatera Utara
(competitive weapon), yaitu senjata yang mampu digunakan sebagai pemampu (enabler), yaitu membuat organisasi mampu mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem teknologi informasi yang digunakan untuk memenangkan persaingan ini disebut dengan Sistem Informasi Strategik (SIS) (Hartono, 2005). Sistem Informasi Strategis (SIS) adalah dukungan terhadap sistem yang ada dan membantu dalam mencapai keunggulan kompetitif atas pesaing organisasi dalam hal adalah tujuan.Sistem Informasi dapat mempengaruhi aktivitas bisnis perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat membantu perusahaan dalam persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya. Dalam beberapa dekade belakangan ini dengan kemajuan TI, para pelaku bisnis di bidang media masa khususnya elektronik banyak mengalami perubahan. Efisiensi dan efektivitas kerja sangat dirasakan pengaruhnya terutama perangkat editor audio dan video berbasis komputer menggantikan mesin analog. Dengan harga memori yang cenderung menurun dan kecepatan komputer terus meningkat disertai oleh kapasitas penyimpanan data semakin besar serta ditemukannya teknologi kompresi file audio dan video yang semakin baik, maka TI sangat feasible dan reliable untuk diimplementasikan. Sistem Informasi dapat dipandang secara strategis yaitu sebagai (Hartono, 2005) : a. Jaringan kompetitif vital (pembaharuan organisasi). b. Investasi dalam hal teknologi untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Peranan Strategis Sistem Informasi a. Penggunaan teknologi informasi untuk menghasilkan produk, layanan b. Meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitifnya c. Membantu perusahaan dalam menghadapi pasar global Sistem Informasi Strategis (Strategic Information Systems) (Hartono, 2005) a. Sistem Informasi yang mendukung atau membentuk posisi kompetitif dan strategis bagi suatu perusahaan
9 Universitas Sumatera Utara
b. Suatu perusahaan dapat bertahan dan sukses alam jangka panjang jika ia mampu mengembangkan strategi dalam menghadapi lima macam kekuatan kompetitif yang membentuk struktur kompetisi di dalam industrinya Lima macam kekuatan kompetitif (Analisis Porter) a. Daya tawar pelanggan b. Daya tawar pemasok c. Daya rival kompetitor d. Ancaman pendatang baru e. Ancaman substitusi Peran strategis Sistem Informasi Contoh Penggunaan Sistem Informasi (Teknologi Informasi) untuk menerapkan strategi kompetitif. 1. Biaya rendah: a. Sentralisasi dalam pembelian b. Pengawasan yang lebih efektif 2. Menciptakan perbedaan a. Analisis kebutuhan pelanggan berbasis komputer b. Customer online shipment tracking 3. Inovasi a. Customer order entry b. Online package tracking 4. Mendorong pertumbuhan : a. Jaringan telekomunikasi global b. POS inventroy tracking c. Meningkatkan kualitas dan efisiensi
10 Universitas Sumatera Utara
d. Manfaat strategis penggunaan TI 5. Meningkatkan operasi bisnis 6. Mempromosikan inovasi bisnis 7. Mempertahankan pelanggan dan pemasok 8. Membentuk biaya pengganti (Switching cost) 9. Membentuk tembok penghalang bagi pendatang baru 10. Membangun suatu ‘platform” TI strategis 11. Mengembangkan basis informasi strategis. (Hartono, 2005). II.3.1 Definisi Sistem Informasi Strategis Istilah Sistem Informasi Strategis atau Strategic Information System (SIS) pertama kali muncul pada tahun 1980-an. Sampai tahun 1990-an, definisi yang konkrit tentang SIS ini masih belum jelas. Alasannya adalah SIS masih merupakan sistem yang baru dan belum ada konsesus yang sama untuk mendefinisikannya. Alasan lainnya adalah penerapan sistem ini ternyata sangat luas, yaitu tidak hanya di dalam organisasi saja tetapi juga ditetapkan di luar organisasi menjangkau organisasi lainnya, pemasok-pemasok dan pelanggan-pelanggan. Selain itu, banyaknya Sistem Informasi Teknologi (STI) yang ada yang perlu ditentukan kriterianya sehingga dapat dikatakan sebagai Sistem Informasi Strategik (SIS). SIS mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Suatu sistem informasi apapun di level manapun
2.
Untuk mendukung atau mengimplementasikan strategi kompetisi dari perusahaan
3.
Memberi keuntungan kompetisi bagi perusahaan
4.
Melalui efisiensi internal dan efisiensi komparatif
5.
Dengan topangan terus menerus yang unik
6.
Memberikan keuntungan kinerja yang signifikan
7.
Membantu perusahaan meningkatkan kinerja jangka panjangnya
11 Universitas Sumatera Utara
8.
Merubah proses-proses manajemen
9.
Menciptakan jasa-jasa dan produk-produk baru Dari ciri-ciri tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Sistem
Informasi Strategik atau Strategic Information System (SIS) adalah: ‗suatu sistem informasi atau sistem informasi apapun di level manapun yang mendukung atau mengimplementasikan starategi kompetisi yang memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan melalui efisiensi internal dan efisiensi komparatif sehingga membantu perusahaan memberikan keuntungan kinerja secara signifikan dan meningkatkan kinerja jangka panjangnya‘ (Hartono, 2005). Dari definisi ini dapat dimengerti bahwa sistem informasi startegik secara fisik tidak berbeda dengan sistem-sistem teknologi informasi lainnya. Perbedaannya adalah pada penerapannya, yaitu pada SIS, sistem-sistem teknologi informasi diterapkan untuk mengimplementasikan strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan. Penerapan strategi perusahaan dilakukan efisiensi internal dan efisiensi komparatif. Efisiensi internal dilakukan dengan cara: a. Merubah cara perusahaan beroperasi secara internal b. Merubah proses-proses manajemen c. Menciptakan jasa-jasa dan produk-produk baru Efisiensi komparatif dilakukan dengan cara: a. Merubah struktur dari industri b. Mengganti keseimbangan kompetitif antara perusahaan-perusahaan di dalam industri c. Merubah hubungan dengan pelanggan dan pemasok d. Meningkatkan kontribusi pertambahan nilainya di rantai nilai industry II.3.2 Karakteristik Sistem Informasi Strategis Karakteristik Sistem Informasi Strategik (SIS)
12 Universitas Sumatera Utara
a. Memiliki fokus ke luar (eksternal), bukan ke dalam (internal) Perencanaan SIS akan memanfaatkan pengetahuan mengenai kondisi lingkungan bisnis, keinginan customer – supplier, perkembangan teknologi dalam proses identifikasi keunggulan, dan bagaimana sistem informasi yang diperlukan untuk mencapainya. b. Menambah nilai (adding value), bukan mengurangi biaya (cost reduction) Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada upaya melakukan pengurangan biaya. Pengurangan biaya biasanya menjadi target dari DP, dan karena tujuan DP adalah subset dari MIS, maka otomatis keunggulan kompetitif dapat dicapai juga melalui pengurangan biaya. Prinsip utama dari karakteristik ini adalah ‘doing better, not cheaper’. Ada keunggulan – keunggulan yang mungkin tidak akan diakomodasi dalam rencana bila prinsip utama adalah pengurangan biaya. c. Berbagi keuntungan Dalam mencapai keunggulan kompetitif organisasi dapat juga berusaha memberikan keuntungan tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk customer, supplier, bahkan juga pesaing untuk membentuk lingkungan bisnis yang lebih baik. d. Memahami pelanggan Sistem Informasi Strategik memiliki dua komponen, yaitu: a. Strategi SI (berorientasi pada demand) Strategi SI dibuat untuk mendefinisikan kebutuhan organisasi akan sistem dan informasi yang diperlukan untuk mendukung strategi keseluruhan dari bisnis. Strategi SI mendasarkan diri pada bisnis, dan sekaligus memperhatikan masalah kompetisi (competitiveness), dan keselerasan (alignment) SI/TI dengan bisnis. b. Strategi TI (berorientasi pada supply) Strategi TI dibuat untuk mendefinisikan upaya pemenuhan/mendukung kebutuhan organisasi akan sistem dan informasi oleh teknologi.
13 Universitas Sumatera Utara
Bila kita mengharapkan agar penerapan TI optimal, dibutuhkan suatu strategi SI/TI yang selaras dengan strategi bisnis organisasi. Hal ini diperlukan agar
investasi yang
dikeluarkan untuk TI sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat yang diukur dari pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Earl membedakan antara strategi SI yang dibutuhkan organisasi. Esensi dari Strategi SI adalah menjawab pertanyaan ―Apa?‖, sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemelihan teknologi, infrastruktur dan keahlian khusus yang terkait atau menjawab pertanyaan ―Bagaimana?‖. Untuk menentukan strategi SI/TI yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi. Pemahaman tersebut mencakup penjelasan terhadap hal – hal berikut: mengapa suatu bisnis dijalankan?, kemana tujuan dan arah bisnis?, bagaimana cara mencapai tujuan?, dan adakah perubahan yang harus dilakukan?. Jadi dalam membangun suatu Sistem Informasi Strategis, yang menjadi isu sentral adalah penyelarasan (alignment) strategi SI/TI dengan strategi bisnis organsasi. II.3.3 Perencanaan Sistem Informasi Strategis Perencanaan SIS merupakan proses identifikasi portofolio aplikasi SI berbasis komputer yang akan mendukung organisasi dalam pelaksanaan rencana bisnis dan merealisasikan tujuan bisnisnya. Perencanaan SIS mempelajari pengaruh SI/TI terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi dalam memilih langkah – langkah strategis. Selain itu, perencanaan SIS juga menjelaskan berbagai alat (tools), teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang inovatif (Ward & Peppard, 2002). Beberapa karakteristikdari Perencanaan Sistem Informasi Strategis (SIS) antara lain: a. Adanya Misi utama: Keunggulan strategi/kompetitif dan kaitannya dengan strategi bisnis. b. Adanya Sasaran kunci: mengejar kesempatan dan integrasi SI dan Strategi bisnis. c. Adanya arahan dari eksekutif/manajemen senior dan pengguna.
14 Universitas Sumatera Utara
d. Serta pendekatan utama berupa inovasi pengguna dan kombinasi pengembangan bottom up dan analisa top down. II.4 Metodologi Perencanaan Sistem Informasi Strategis Sistem teknologi informasi dikenal dengan nama senjata strategi (strategic weapon) karena dapat digunakan untuk menerapkan strategi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Banyak perusahaan menerapkan sistem teknologi informasi untuk bersaing, tetapi banyak dari mereka yang gagal mendapatkan keunggulan kompetitif. Secanggih apapun teknologi informasi tidak akan menghasilkan keunggulan kompetitif berkelanjutan jika tidak direncanakan dengan baik. Sistem teknologi informasi yang tidak direncanakan dengan baik hanya akan mendukung sasaran unit tertentu di organisasi bukan sasaran korporasi secara keseluruhan atau bahkan tidak jelas mendukung sasaran yang mana. Keuntungan kompetitif hanya diperoleh jika organisasi mampu mengeksploitasi kemampuan teknologi informasi ini konsisten dengan tujuan organisasi secara terus menerus. Sistem informasi juga harus mendukung dan meningkatkan kemampuan bisnis perusahaan, mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan meningkatkan volume penjualan sehingga SIS akan membatu bagi perkembangan perusahaan. Faktor penting dalam proses Perencanaan SIS adalah penggunaan metodologi. Metodologi merupakan kumpulan dari metode, teknik dan alat (tools) yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu. Tujuan dari penggunaan metodologi dalam Perencanaan SIS adalah meminimalkan resiko kegagalan, memastikan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan serta meminimalkan ketergantungan terhadap individu, dan lebih menekankan kepada proses dan sasaran yang ditentukan. Ada beberapa metodologi perencanaan SIS yang populer dan sebagai landasan teori dari penelitian ini antara lain: Metodologi Perencanaan SIS menurut
15 Universitas Sumatera Utara
Hartono, John Ward dan Peppard. Metodologi ini akan dijelaskan lebih rinci pada subbab berikut ini. II.4.1 Metodologi Perencanaan SIS Menurut Hartono King dan Teo (2001) dalam Hartono (2005) pernah melakukan penelitian untuk melihat faktor-faktor organisasi yang memfasilitasi (facilitate) dan menghambat (inhibit) penerapan sistem informasi strategic di organisasi. Mereka menyebutnya sebagai facilitator dan inhibitor. Daftar pertanyaan dikirimkan ke 419 eksekutif lulusan program MBA suatu universitas yang besar di bagian tenggara Amerika Serikat yang tersebar di 143 perusahaan. Dari daftar pertanyaan yang kembali, yang dapat digunakan adalah sebanyak 121 perusahaan dengan pembagian 55 perusahaan adalah grup sistem informasi strategik dan 66 dari grup bukan sitem informasi strategik.
Adapun hasil dari penelitian tersebut dikelompokkan
menjadi beberapa faktor dengan menggunakan analisis faktor. Jumlah faktor yang diperoleh adalah sebanyak 7 (tujuh) faktor sebagai berikut: Tabel 2.1. Faktor-Faktor Hasil Dari Analisis Faktor Penelitian King dan Teo (2001). Dimensi kunci dari item-item pertanyaan yang membentuk faktor Faktor1: Pemicu-pemicu TI(IT drivers)
Factor Loading
Kepemimpinan TI yang kuat
0,87
Kemampuan perencanaan TI yang kuat
0,87
Pengalaman dengan TI
0,75
Persepsi kepentingan dari penggunaan strategic IT
0,75
Dukungan teknikal yang kuat dari staff
0,67
Manfaat berujud dari aplikasi TI
0,57
Kemauan menggali ide – ide baru
0,53
Pengetahuan yang cukup kesempatan/aktiva-aktiva informasi
mengenai
kesempatan-
0,51
Faktor 2: Kebutuhan-kebutuhan bisnis (bussines needs)
16 Universitas Sumatera Utara
Persepsi kebutuhan untuk menyimpan/memproses Informasi
0,81
Persepsi kebutuhan untuk memfasilitasi pekerjaan-pekerjaan manual.
0,78
Persepsi kebutuhan untuk meningkatkan/memonitor operasioperasi
0,69 0,68
Persepsi kebutuhan untuk informasi yang akurat/tepat waktu
0,60
Persepsi kebutuhan untuk mengurangi biaya-biaya Faktor 3: Kebutuhan-kebuthan inovasi (innovative needs) Persepsi kebutuhan untuk keunikan/inovasi
0,89
Persepsi kebutuhan untuk mengikuti teknologi baru
0,75
Persepsi kebutuhan untuk mendiferensiasi produk/jasa
0,68
Imej/reputasi perusahaan yang baik
0,57
Factor 4: posisi kompetitif (competitive position) Persepsi kebutuhan untuk meningkatkan/memelihara posisi pasar
0,84
Persepsi kebutuhan untuk meningkatkan/memelihara imej/reputasi
0,80
Factor 5: Lingkungan (environment) Pertumbuhan pasar yang menguntungkan
0,78
Pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan
0,78
Perubahan lingkungan di industri yang menguntungkan
0,63
Faktor 6: Skala manajemen puncak (economies of scale) Skala ekonomis daripenggunaan TI secara strategic
0,83
Jaringan distribusi yang ekstensif
0,73
Factor 7: Arahan manajemen puncak (top management guidance) Sasaran-sasaran manajemen yang jelas
0,74
Visi dan dukungan manajemen puncak
0,61
Sumber . Hartono, 2005. Sistem Informasi Strategik untuk keunggulan kompetitif 17 Universitas Sumatera Utara
Analisis diskrimant (discriminant analysis) kemudian digunakan untuk melihat pengaruh factor-faktor ini terhadap perusahaan-perusahaan yang belum mengembangkan dan yang sudah mengembangkan system informasi strategic. Hasil dari analisis diskriman dapat dilihat di tabel berikut ini. Tabel 2.2. Hasil analisis diskriman penelitian King dan Teo (2001). Factor
Facilitator
Inhibitor
Pemicu-pemicu TI (IT drivers)
-0,19
-0,58
Kebutuhan-kebutuhan bisnis (business needs)
0,40
0,00
Kebutuhan-kebutuhan inovasi (innovative needs)
0,42*
0,16*
Posisi kompetitif (competitive position)
0,46*
0,06
Lingkungan (environment)
0,27*
-0,11
Skala ekonomis (economies of scale)
0,55*
0,47*
Arahan manajemen puncak (top management guidance) Eligenvalue
-0,52* 0,30
-0,21 0,24
Canonical correlation
0,48
0,44
Wilks’ lambda
0,77
0,81
Chi-square
27,43
16,13
Signifikan Prosentase (%) terklasifikasi : Grup SIS
0,0000
0,001
72,3
60,6
Bukan SIS
66,7
67,6
Total
69,1
65,2
P<0.005 Sumber . Hartono, 2005. Sistem Informasi Strategik untuk keunggulan kompetitif Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa factor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi penerapan system informasi strategic (facilitator) adalah kebutuhankebutuhan inovasi (innovative needs), posisi kompetitif (competitive position), Lingkungan 18 Universitas Sumatera Utara
(environment), skala ekonomis (economies of scale) dan arahan puncak (top management guidance). Sedang factor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi perusahaan belum menerapkan system informasi strategic (inhibitor) adalah pemicu-pemicu TI (IT drivers), kebutuhan-kebutuhan inovasi (innovative needs) dan arahan manajemen puncak (top manajemen guidance). Hartono dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif (2005) memaparkan 4 tahapan dalam merencanakan SIS. Adapun tahapan yang dimaksud adalah: 1. Analisis strategi sistem teknologi informasi Pada tahap ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. Analisis eksternal sistem teknologi informasi b. Analisis internal penilaian penggunaan sistem teknologi informasi dan manajemennya. c. Analisis keunggulan kompetitif sistem teknologi informasi d.
Formulasi strategi Adapun proses – proses yang harus dijalani untuk formulasi strategi adalah:
a. Menelaah misi dari organisasi sistem teknologi informasi b. Mengembangkan visi sistem teknologi informasi c. Mengembangkan arsitektur sistem teknologi informasi d. Menentukan sasaran – sasaran e. Mengukir perencanaan strategik sistem teknologi informasi f.
Implementasi strategi Pada tahap implementasi strategi ini adapun langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Membuat perencanaan operasi dan anggaran sistem teknologi informasi. b. Evaluasi strategi
19 Universitas Sumatera Utara
Langkah – langkah yang harus dilakukan adalah: a. Mengevaluasi kinerja dan perbaikan – perbaikan koreksi. 1. Analisis Strategi Sistem Teknologi Informasi A. Analisis Ekternal Sistem Teknologi Informasi Analisis tentang lingkungan luar perusahaan merupakan analisis tentang penggunaan sistem teknologi informasi dan kondisi persaingan di industri untuk menentukan keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh. Analisis tentang situasi eksternal dapat dilakukan dengan beberapa macam analisis seperti yang dilakukan di analisis lingkungan luar biasa, yaitu: Analisis tekanan – tekanan penggerak (driving forses analysis) Analisis Porter lima ancaman (Porter’s five forces) Analisis pemetaan grup strategik (strategic group mapping analysis) Analisis faktor – faktor kunci keberhasilan (key success factors) B. Analisis Internal Penilaian Penggunaan Sistem Teknologi Informasi dan Manajemennya Suatu penilaian sumber daya informasi meliputi penilaian sumber daya teknologi informasi dan sumber daya manusianya. Penilaian sumber daya teknologi informasi meliputi penilaian terhadap kuantitas dan kualitas dari sumber – sumber daya teknologi informasi yang digunakan seperti perangkat keras, perangkat lunak, jaringan dan komponen data. Penilaian pada aktiva manusia dari sumber daya informasi meliputi suatu telaah menyangkut kuantitas dan tingkat pelatihan dan pengalaman dari pemakai dan ahli sistem teknologi informasi, termasuk sistem manajemen dan nilai – nilai yang mengarahkan kepada keputusan sistem teknologi informasi dalam organisasi. Proses perencanaan sumber daya informasi dimulai dengan suatu penilaian menyangkut penggunaan informasi, penggunaan teknologi informasi di keseluruhan organisasi, dan penilaian organisasi sistem teknologi informasi itu sendiri. Penilaian ini 20 Universitas Sumatera Utara
biasanya dilakukan oleh suatu komite yang terdiri dari manajer – manajer bisnis, dan ahli sistem teknologi informasi, dan jika dimungkinkan dengan bantuan tenaga ahli dari luar perusahaan. Penilaian sumber daya informasi dilakukan untuk mengukur tingkatan penggunaan sumber daya informasi saat ini di dalam organisasi dan membandingkannya dengan seperangkat standar. Standar ini dapat diperoleh dari capaian masa lampau di dalam organisasi, tolak ukur teknis (technical patokan), norma – norma industri, dan estimasi mengenai ―kelas terbaik‖ dari perusahaan lainnya. Selain penilaian terhadap sistem teknologi informasi itu sendiri, penilaian terhadap manajemen pemakai sistem teknologi informasi dan staf dari organisasi sistem teknologi informasi perlu juga dilakukan penilaian dari sikap (attitude) mereka terhadap pemakaian sistem teknologi informasi juga perlu dinilai. Analisis tentang situasi internal perusahaan digunakan untuk menentukan kemampuan kompetisi dan posisi pasar dari perusahaan, sumber-sumber daya yang dimilikinya, kekuatan dan kesempatan yang dimiliki dan tantangan-tantangan dan kelemahan-kelemahan yang dihadapi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini teknik analisis SWOT dapat digunakan. C. Analisis Keunggulan Kompetitif Sistem teknologi Informasi Untuk menganalisis keunggulan kompetitif (competitive advantage), pertama, perusahaan harus dapat mengidentifikasikan kompetensi – kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi – kompetensi yang dimiliki perusahaan dapat berupa kompetensi – kompetensi inti (core competencies) dan kompetensi – kompetensi unik (distinctive competencies). Kompetensi
inti
memberi
perusahaan
kemampuan
kompetisi
yang
dapat
menjadikannya sebagai kekuatan dan sumber daya perusahaan yang unik. Umumnya kompetensi inti terletak pada aktiva manusia, bukan pada aktiva lainnya yang tercatat di 21 Universitas Sumatera Utara
neraca. Kompetensi ini terletak pada pengetahuan, keahlian dan kemampuan aktiva manusia tersebut. Dalam prakteknya, suatu perusahaan mempunyai beberapa macam tipe dari kompetensi inti aktiva manusia ini, misalnya sebagai berikut: Keahlian untuk menangani jaringan komputer Keahlian membangun sendiri perangkat lunak aplikasi Pengetahuan tentang membuat dan mengoperasikan suatu sistem teknologi informasi di dalam organisasi, seperti misalnya sistem untuk menangani order pelanggan dengan cepat dan akurat. D. Formulasi Strategi a. Menelaah Misi dari Organisasi Sistem Teknologi Informasi Bagian awal dari memformulasi strategi sistem teknologi informasi adalah menelaah (review) kembali misi dari organisasi bisnisnya, karena misi dari departemen sistem teknologi informasi tidak boleh menyimpang atau menentang, tetapi harus mendukung misi dari bisnis. Pernyataan misi dari departemen sistem teknologi informasi menunjukkan mengapa departemen ini diadakan dalam organisasi. Menelaah misi departemen sistem teknologi informasi berarti mempelajari kembali aktivitas-aktivitas dari departemen ini untuk memahami mengapa aktivitas-ktivitas tersebut dilakukan. Misi dari departemen sistem teknologi informasi dapat beragam dari organisasi ke organisasi lain. Beberapa departemen sistem teknologi informasi mempunyai misi untuk meningkatkan efisiensi di dalam perusahaan, yang biasanya dilakukan dengan mengotomasi proses – proses dalam rangka mengurangi biaya – biaya. Beberapa departemen sistem teknologi informasi mempunyai misi yang lain, yaitu menyediakan informasi kepada seluruh tingkatan manajemen supaya mereka dapat mengambil keputusan yang efektif. Banyak juga departemen sistem teknologi informasi yang mulai mempunyai misi membantu organisasi mencapai keunggulan strategik atau kompetisi di pasar. 22 Universitas Sumatera Utara
b. Mengembangkan Visi Sistem Teknologi Informasi Langkah ini menggambarkan apa yang organisasi ingin ciptakan atau inginkan untuk menjadi seperti apa, tetapi tidak menggambarkan bagaimana cara mencapai visi ini. Mendefinisikan suatu visi informasi sebagai suatu ungkapan tertulis dari masa depan yang diinginkan tentang bagaimana informasi akan digunakan dan dikelola di dalam organisasi. Visi informasi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1.
Visi informasi adalah suatu pandangan yang ideal menyangkut masa depan dan bukan rencana mengenai bagaimana untuk berada di sana
2.
Visi informasi harus berfokus pada jangka panjang. Penciptaan visi informasi diderivasi dari visi bisnis. Visi informasi harus mendukung
visi bisnisnya. Penciptaan visi bisnis bermula dari spekulasi atas bagaimana lingkungan bisnis yang kompetitif akan berubah dan bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berubah dan bagaimana perusahaan perlu mengambil keuntungan dari keadaan itu. Sekali visi bisnis ini ditetapkan (ditulis), implikasi bagaimana informasi harus digunakan di dalam perusahaan di masa datang harus diuraikan dengan jelas. Visi informasi untuk organisasi ini kemudian dapat ditulis. 2. Mengembangkan Arsitektur Sistem Teknologi Infrmasi Arsitektur sistem informasi menggambarkan cara sumber – sumber daya informasi perusahaan akan digunakan untuk mengantarkan ke visinya. Arsitektur ini menunjukkan bagaimana teknologi, aktiva sumber daya manusia, dan organisasi sistem teknologi informasi harus dilakukan di masa datang untuk memenuhi visi informasi. Untuk visi informasi, arsitektur sistem teknologi informasi perlu digambarkan, karena teknologi informasi merupakan bentuk fisik yang dapat digambarkan arsitekturnya, sehingga di perencanaan
23 Universitas Sumatera Utara
strategik bisnis, arsitektur tentang bisnis di masa depan sulit untuk digambarkan dalam suatu bentuk. Arsitektur sistem teknologi informasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu: 1.
Komponen teknologi, terdiri dari: perangkat keras, perangkat lunak, jaringan data.
2.
Komponen manusia, yaitu: personel, nilai – nilai atau kultur, sistem manajemen. Komponen teknologi merupakan spesifikasi di masa depan yang diinginkan untuk
perangkat keras, perangkat lunak termasuk sistem operasi dan perangkat lunak aplikasi, jaringan dan data. Komponen manusia mendefinisikan orang – orang yang terlibat, nilai – nilai yang akan diterapkan dan bentuk dari sistem manajemen untuk mengelola sistem teknologi informasi di masa depan. Komponen ini bersama – sama menunjukkan pengelolaan bisnis dari sistem teknologi informasi yang juga menunjukkan bagaimana manajer – manajer bisnis juga terlibat dan bagaimana keputusan tentang sistem teknologi informasi akan diambil. 3. Menentukan Sasaran-sasaran Langkah berikutnya adalah menentukan sasaran – sasaran (settingthe objectives) yang akan dicapai. Menentukan sasaran – sasaran adalah untuk mengkonversikan misi, visi informasi dan arsitektur sistem teknologi informasi ke dalam target – target kinerja yang dapat mengukur kemajuan – kemajuan yang akan dicapai organisasi sistem teknologi informasi. Dua macam sasaran – sasaran kinerja yang harus ditetapkan, yaitu sasaran – sasaran kinerja strategik (strategik performance objectives). Sasaran – sasaran kinerja keuangan berhubungan dengan pencapaian kinerja yang diukur dengan keuangan. Pengukuran keuangan yang digunakan di departemen sistem teknologi informasi tergantung dari bentuk departemennya, apakah berbentuk pusat biaya, pusat laba atau pusat investasi, misalnya adalah Profit Margin, ROA (Return On Asset), ROE
24 Universitas Sumatera Utara
(Return On Equity), ROI (Return On Investment), RONI (Return On Net Investment) dan ROGI (Return On Gross Investment).
4. Mengukir Perencanaan Strategik Sistem Teknologi Informasi Perencanaan strategik sistem teknologi informasi didefenisikan sebagai suatu proses membangun kesesuaian yang cocok antara sasaran – sasaran organisasi dan sumber – sumber dayanya dan perubahan pasarnya dan peluang – peluang dari pemanfaatan teknologi. Tujuan dari usaha perencanaan strategik adalah untuk mengukir sumber daya dan produk perusahaan sedemikian sehingga mereka berkombinasi untuk memberikan hasil – hasil yang diperlukan. Perencanaan strategik sistem informasi harus dibangun dengan mempertimbangkan visi dari penggunaan
informasi di masa depan dan keseluruhan manajemen teknologi
informasi di dalam perusahaan, termasuk peran dari departemen sistem teknologi informasi. Perencanaan strategik sistem teknologi informasi dibutuhkan untuk mengarahkan bagaimana mencapai misi dan visi informasi dengan sasaran – sasaran yang sudah ditentukan. Pembuatan strategi semuanya adalah tentang ―bagaimana‖, yaitu bagaimana mencapai target – target kinerja, bagaimana mencapai keunggulan kompetitif yang bertahan, bagaimana memperkuat posisi jangka panjang , bagaimana membuat visi informasi menjadi kenyataan. 5. Implementasi Strategi Perencanaan Operasi dan Anggaran Sistem Teknologi Informasi Pada tingkatan strategik, perencanaan sistem teknologi informasi strategik belum didefinisikan dengan cukup tepat untuk menjadi proyek – proyek sistem teknologi informasi. Sebagai gantinya, perencanaan sistem teknologi informasi strategik hanya mendaftar perubahan utama yang harus dibuat untuk penyebaran sumber daya informasi organisasi ke beberapa periode waktu, yang pada umumnya tahunan.
25 Universitas Sumatera Utara
Perencanaan operasi dari sistem teknologi informasi dilakukan berdasarkan perencanaan sistem teknologi informasi strategik yang sudah dilakukan. Hasil dari perencanaan operasi sistem teknologi informasi ini adalah suatu agenda kerja atau rancana kerja sistem teknologi informasi. Rencana kerja sistem teknologi informasi adalah seperangkat tujuan panjang dan jangka pendek yang berhubungan dengan rancangan yang akan dilaksanakan oleh departemen sistem teknologi informasi. Rencana kerja ini, yang disebut dengan rencana operasional sistem teknologi informasi, menyertakan proyek-proyek sistem teknologi informasi yang akan dilaksanakan, dan juga anggaran untuk masing-masing proyek di dalam rencana tersebut. Pada pokoknya, rencana operasional sistem teknologi informasi mengkristalkan perencanaan starategik ke dalam satu rangkaian proyek-proyek yang harus dipenuhi. II.4.2 Metodologi Perencanaan Strategis SI Menurut Jhon Ward Konsep pemikiran Perencanaan Strategis SI/TI dari John Ward berangkat dari adanya kondisi investasi SI dan TI di masa lalu yang kurang dapat memberikan manfaat bagi tujuan kondisi organisasi, menangkap peluang bisnis, dan adanya fenomena semakin meningkatnya keunggulan kompetitif organisasi karena mampu memanfaatkan potensi SI dan TI. Keadaan tersebut dapat terjadi karena rencana strategis SI dan Ti yang kurang fokus pada bisnis, dilakukan oleh bagian yang kurang mengerti peluang bisnis, dan hanya membuat strategi karena kebutuhan teknologi semata. Oleh karena itu John Ward membuat kerangka Perencanaan Strategis SI/TI yang didasarkan pada kebutuhan bisnis. Tahapan-tahapan Perencanaan Strategis SI/TI tersebut dibagi ke dalam 2 tahapan yaitu tahapan masukan dan tahapan keluaran. A. Tahapan Masukan Tahapan masukan ini berisi identifikasi dan analisis kondisi bisnis internal dan eksternal dan kondisi SI/TI internal dan eksternal organisasi. Identifikasi dan analisis tersebut
26 Universitas Sumatera Utara
akan menjadi pertimbangan dan bahan dalam menentukan renstra SI. Tahapan masukan ini terdiri dari:
a. Menentukan situasi lingkungan eksternal organisasi Situasi lingkungan eksternal dalam organisasi diidentifikasi melalui: 1. Rencana Bisnis (Business Plan), parameter lingkungan eksternal dalam business plan tersebut adalah: a. Pengaruh ekonomi, politik, ekologi, teknologi, sosial, dan hukum terhadap bisnis pada industri dan organisasi. Parameter tersebut akan menghasilkan value bagi perusahaan b. Pengaruh Stakeholder bagi bisnis dan organisasi. Parameter tersebut akan mengahasilkan objective bagi perusahaan. c. Pengaruh Pressure Groups bagi perusahaan, yang mengahasilkan threat dan opportunity bagi organisasi dan bisnis. 2. Diagram Five Forces Porter dengan parameter berupa pesaing, pendatang baru, produk pengganti, konsumen dan pemasok 3. SWOT (Strength, Weakness, Oppotunity, and Threat) b. Menentukan situasi lingkungan internal organisasi Berdasarkan hasil analisis Five Forces Porter dan SWOT internal yang dilakukan ke dalam organisasi maka manajer mengetahui: 1. Strategi yang digunakan sekarang, tujuan, sumber daya perusahaan, aktifitas, budaya, dan nilai-nilai perusahaan. 2. Alur proses dan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, melalui rencana bisnis yang ada diperoleh pula visi, misi, strategi yang sedang dilakukan. CSF, dan key value organisasi. c. Menentukan situasi lingkungan internal SI/TI Situasi lingkungan internal SI dan Ti yang diperoleh melalui:
27 Universitas Sumatera Utara
1. Portofolio aplikasi mutakhir yang diperoleh melalui Strategic Grid McFarlan. Portofolio aplikasi tersebut dapat memberikan gambaran mengenai sebaran dan pemanfaatan seluruh aplikasi yang telah, sedang, dan akan dibangun. 2. Grafik Remenyl dan Welleck. Grafik tersebut dapat memberikan keadaan metakhir system, komponen SI/TI dan pemroyeksiannya ke depan. d. Menentukan situasi lingkungan eksternal SI/TI Situasi lingkungan eksternal SI dan Ti yang diperoleh berupa: 1. Model perkembangan TI di dunia 2. Perbandingan strategi yang digunakan pesaing dalam segi bisnis dan TI 3. TI yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses bisnis B. Tahapan Keluaran Tahapan keluaran merupakan kegiatan guna menghasilkan suatu dokumen. Dokumen tersebut di hasilkan berdasarkan masukan dari proses renstra SI. Dokumen yang dihasilkan berupa: a. Strategi Manajemen SI/TI Strategi manajemen SI/TI dibuat guna memastikan kebijakan yang tepat untuk mengatur SI/TI dan bisnis agar sesuai dengan tujuan organisasi dan mengatur strategi unit subsistem bisnis agar didukung oleh rencana SI/TI. Strategi manajemen SI/TI berisi: 1. Bentuk organisasi, berupa sumber daya, alokasi, kebijakan, dan wewenang/tanggungjawab terhadap keputusan SI/TI. 2. Kebijakan investasi, berupa aturan yang ditaati guna implementasi dalam berinvestasi SI/TI. 3. Kebijakan bagi vendor, berupa parameter yang digunakan untuk memilih vendor berdasarkan finansial dan kebutuhan teknologi. 4. Kebijakan yang berhubungan dengan SDM dan pelatihan, berupa kumpulan kebijakan dan
28 Universitas Sumatera Utara
panduan untuk mengeloloa SDM. 5. Kebijakan akuntansi, berupa kebijakan intensif mengenai akuntansi dan tarif sumber daya SI/TI. II.5 Penyelarasan Sistem Informasi dengan Strategi Bisnis Penyelarasan antar bisnis strategi dengan teknologi informasi (IT) merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensi. Seringkali keputusan untuk melakukan pengembangan dibidang teknologi informasi hanya didasarkan pada kemampuan sebuah perangkat lunak yang canggih tanpa melihat lebih jauh apakah perangkat lunat tersebut telah sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam jangka panjang. Tentu penggunaan aplikasi yang canggih dapat memberikan keuntungan dalam bersaing (competitive advantage) bagi perusahaan. Tetapi keuntungan yang diberikan dengan cara ini tidak akan dapat berlangsung lama. Apabila ternyata ada perangkat lunak baru dengan kemampuan yang lebih canggih, maka keuntungan yang dimiliki tentu akan ikut hilang bersamaan dengan munculnya perangkat lunak yang baru tersebut. Perusahaan yang berhasil melakukan integrasi antar teknologi dengan strategi bisnis menunjukkan peningkatan pendapatan yang signifikan. IT telah menjadi enabler yang penting bagi strategi bisnis dalam hal kustomisasi masal, diferensiasi kompetitif, peningkatan kualitas, dan peningkatan dan otomatisasi proses. Penyelarasan strategi bisnis dan IT digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, menciptakan hambatan untuk pendatang baru, meningkatkan hubungan dengan konsumen dan suplier, dan menciptakan produk dan solusi bisnis baru. Kegagalan dalam melakukan penyelarasan ini dapat mengakibatkan peningkatan biaya dan kehilangan kesempatan. Dalam tulisan ini akan akan dibahas tentang strategi bisnis, peranan IT dalam mendukung strategi bisnis, hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyelaraskan IT dan strategi bisnis, dan Enterprise Achitecture sebagai framework dalam merencanakan
29 Universitas Sumatera Utara
infrastruktur IT dalam perusahaan. Tulisan ini masih bersifat overview dari masalah penyelarasan yang dihadapi. Diharapkan di masa yang akan datang dapat dilakukan penilaian – penilaian terhadap kasus – kasus penyelarasan IT dan strategi bisnis yang lebih spesifik dalam lingkungan usaha di Indonesia. 1. Strategi Business Strategi sangat penting bagi perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan pasar. Strategi itu sendiri merupakan arahan dan ruang lingkup dari perusahaan dalam jangka panjang yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui penggunaan sumber daya yang ada dalam lingkungan yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan dari para stakeholder. Dalam strategi ada aspek arahan (direction) yang menunjukkan kemana tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka panjang, keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang menunjukkan bagaimana perusahaan akan dapat melakukan kegiatannya dengan lebih baik dari para kompetitornya yang berada dalam pasar yang sama, sumber daya (resource) yang menunjukkan sumber daya apa saja yang ada dan dibutuhkan untuk dapat bersaing, lingkungan (environment) yang menunjukkan keadaan eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk dapat bersaing, serta nilai dan ekspektasi yang dimiliki oleh orang – orang yang berada di lingkungan bisnis (stakeholder). Strategi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan akan membedakannya dengan perusahaan – perusahaan lain. Menurut Micheal E. Porter dalam [5], menjalankan operasi dalam perusahaan secara efektif dan efisien tidak lagi mencukupi untuk disebut sebagai strategi perusahaan. Esensi dari sebuah strategi adalah memilih untuk melakukan aktifitas yang berbeda atau melakukan aktifitas yang sama dengan cara yang berbeda dan memberikan posisi strategis yang lebih baik dari pada para pesaing. Perusahaan dapat memberikan performa yang lebih baik dari para pesaing hanya jika perusahaan dapat menentukan
30 Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang dimilikinya dan mempertahankannya. Perbedaan tersebut harus dapat memberikan nilai yang lebih baik bagi para konsumen atau menciptakan nilai yang hampir sama tetapi dengan biaya yang lebih murah atau bahkan keduannya. Karena perbedaan ini, maka setiap perusahaan tentunya akan memerlukan penggunaan IT secara berbeda sesuai dengan strategi yang diterapkan. Penggunaan aplikasi sistem informasi yang disediakan oleh vendor pihak ketiga sering kali tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam menjalankan proses bisnis. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, pertama proses bisnis perlu dilakukan modifikasi agar sesuai dengan IT yang digunakan, atau kedua melakukan penyesuaian atau kustomisasi terhadap IT. Jika yang pertama yang dipilih, tentunya hal ini akan sangat berpengaruh pada strategi bisnis yang telah ditetapkan. Perubahan proses bisnis yang dijalankan dapat menyebabkan perubahan strategi bisnis, dan dapat mengakibatkan tidak tercapainya aspek arahan dari strategi itu sendiri. Tentunya hal yang paling logis untuk dilakukan oleh sebuah perusahaan adalah untuk melakukan penyesuaian atau penyelarasan dalam konteks ini terhadap penggunaan IT agar sesuai dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan. 2. Peranan IT Saat ini, perusahaan menghadapi tantangan yang besar untuk dapat mewujudkan tujuannya dan menjalankan strategi bisnis yang telah di formulasikan. Informasi yang disediakan memegang peranan penting untuk dapat berhasil. IT memegang peranan penting dalam mewujudkan strategi bisnis. Sebuah organisasi yang telah mengadopsi teknologi informasi ke dalam proses bisnis yang dilakukannya, tentunya akan ikut memikirkan peranan yang akan dilakukan oleh IT. Beberapa perusahaan ada yang menggunakan IT untuk menjalankan operasi sehari – hari agar dapat berjalan dengan baik dan efisien. Ada juga perusahaan yang menggunakan IT sebagai
31 Universitas Sumatera Utara
enabler untuk menciptakan kesempatan – kesempatan baru yang mungkin tidak akan dapat dilakukan tanpa dukungan IT. Serta IT juga digunakan sebagai cara baru untuk mengatur fungsi – fungsi yang ada dalam organisasi. Peranaan IT dalam organisasi ini juga akan mempengaruhi penyelarasan yang terjadi dalam perusahaan. Penetapan peran IT ini juga berpengaruh pada mengembangkan portfolio aplikasi yang dilakukan oleh perusahaan. Ada tiga peranan IT dalam organisasi, Pertama memegang peran konservatif sebagai pendukung dalam organisasi. Perusahaan ini memilih menggunakan teknologi IT yang sudah terbukti dan matang. Kedua memegang peran yang kritis dan penting dalam organisasi. Perusahaan ini memilih menggunakan dan menginvestasikan pada teknologi IT terkini. Ketiga memegang peran sebagai inovator dalam bisnis. Perusahaan ini berkompetisi dalam dunia usaha yang sangat tergantung pada teknologi dan menggunakan IT sebagai alat dalam berkompetisi (competitive weapon). Dari hasil analisis terhadap ketiga peranan IT, ditemukan bahwa perusahaan yang menggunakan IT sebagai peran yang kritis dan inovatif cendrung untuk lebih selaras dari pada perusahaan yang menggunakan IT secara konservatif. Perusahaan seperti itu juga menganggap IT sebagai investasi yang penting yang akan mempengaruhi performa perusahaan di saat ini dan di masa yang akan datang. II.5.1 Penyelarasan (Alignment) Strategi bisnis merupakan bagaimana sebuah perusahaan memposisikan dirinya dan menjalankan bisnisnya dengan cara yang berbeda dengan perusahaan lain. Karena strategi bisnis dijalankan secara berbeda dengan perusahaan lain, maka diperlukan dukungan strategi sistem informasi dan strategi teknologi informasi (TI) yang berbeda pula. Strategi sistem informasi dan strategi IT harus memiliki keselarasan dengan strategi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Dalam melakukan penyelarasan, perlu dilakukan pertimbangan arah strategi bisnis yang jelas, komunikasi, komitmen dan integrasi dari masing – masing fungsi yang ada dalam perusahaan.
32 Universitas Sumatera Utara
Strategi bisnis SI adalah salah satu bentuk hasil /output dari proses perencanaan strategi SI/TI, strategi ini akan menjelaskan bagaimana sistem dan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mendukung setiap kegiatan bisnis perusahaan berkaitan dengan visi dan misi perusahaan serta disesuaikan dengan strategi bisnis yang dimilki perusahaan. II.5.2 Model Penyelarasan Isu tentang penyelarasan antara sistem/teknologi informasi terhadap tujuan bisnis perusahaan telah mengemuka sejak tahun 1980an. Isu tersebut kemudian menjadi concern utama bagi setiap organisasi pada era 1990an. Pada ajang 11th Annual Critical Issues of Information Systems Management Study yang digelar oleh Computer Sciences Corporation di tahun 1998, 72% dari 594 eksekutif sistem/teknologi informasi menyatakan ‖aligning IT and corporate goals‖ sebagai concern utama mereka. Penyelarasan strategik (strategic alignment) sesungguhnya merupakan konsep yang dikembangkan dan diperoleh dari co-variation pada waktu tertentu antara lain: a. atribut
tingkat
kepentingan
strategi
bisnis,
yakni
pilihan
antara
kemitraan
(partnership), dan/atau aliansi strategis, b. atribut tingkat kepentingan strategi sistem/teknologi informasi, yang terdiri dari peran strategis sistem/teknologi informasi, kompetensi sistematis sistem/teknologi informasi, pilihan arsitektur sistem/teknologi informasi, dan pilihan proses sistem/teknologi informasi. Untuk membantu perusahaan dalam memutuskan perspektif yang dapat diadopsi pada suatu situasi dan kondisi tertentu untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam model penyelarasan strategik yang dijabarkan sebagai: (1) domain yang menjadi kekuatan utama (anchor), (2) domain yang menjadi titik lemah (pivot), serta (3) domain yang dipengaruhi, yang merupakan perubahan
yang
diakibatkan
oleh
anchor
dalam
menemukan solusi untuk pivot.
33 Universitas Sumatera Utara
Penyelarasan strategik sendiri diturunkan dari kata ‖penyelarasan‖ (alignment) dan kata ‖strategi‖ (strategy). Penyelarasan (alignment) merupakan ‖co-ordination‖ yang dapat dicapai ketika strategi sistem/teknologi informasi perusahaan diturunkan dari strategi organisasi meliputi: a. content linkage, yang mengacu pada konsistensi antara rencana bisnis dan rencana sistem/teknologi informasi, b. timing
linkage,
mengacu
pada
apakah
rencana
sistem/teknologi
informasi
dikembangkan setelah, beriringan, atau sebelum rencana bisnis dibuat, c. personnel linkage, mengacu pada derajat keterlibatan partisipan yang berbeda pada perencanaan di area sistem/teknologi informasi dan bisnis. Sementara itu, strategi (strategy) dapat diartikan sebagai ”objectives”, “plan” atau “planning” (Teo & King, 1997). Pada pembahasan ini, strategi terdiri dari: a. strategi sistem/teknologi informasi, yakni pilihan-pilihan utama yang memusatkan perhatian pada implementasi dan penggunaan sistem informasi berbasis teknologi pada suatu perusahaan dan b. strategi
bisnis,
yang
merupakan
pilihan-pilihan
utama
yang
menentukan
positioning perusahaan dalam area bisnis (Porter, 1980). Pada literatur yang lain, penyelarasan strategik didefinisikan sebagai: a. Relationship, in which the specific IS objectives need customization according to the organisation objectives. b. Partnership, which is used to describe a working relationship that reflect a long- term commitment, a sense of mutual co-operation, shared risk and benefits, and other qualities consistent with concept and theories of participatory decision making. c. The degree to which the resources being directed to each of the seven dimensions of IS strategy are consistent with the strength of the organisation’s emphasis on each of the
34 Universitas Sumatera Utara
corresponding seven dimension of business strategy: aggressiveness, analysis, defensiveness, futurity, innovativeness, proactiveness, and riskiness . d. The extent to which the IS/IT strategy supports, and supported, by, the business strategy . e. The internal fit and functional integration between business strategy and IS/IT strategy and how this integration is important to gain a competitive advantage . f. The degree to which the IT mission, objectives, and plans supported and are supported by business mission, objectives, and plans . II.5.3 Arti Penting Penyelarasan Strategik Berbagai literatur telah menegaskan arti penting penyelarasan strategik. misalnya, menyebutkan bahwa organisasi perlu membangun, menyelaraskan, dan mengembangkan keunggulan
kompetitif
melalui
pemberdayaan
sistem/teknologi informasi untuk
menjawab tantangan kompetisi global. Penyelarasan strategik adalah linkage antara rencana sistem informasi dengan rencana bisnis (information systems planning- business planning alignment). Idealnya, rencana bisnis dan rencana sistem informasi – baik fungsi produk maupun fungsi perencanaan korporat—seharusnya saling terkait satu sama lain melalui pemetaan langsung strategi sistem informasi terhadap satu atau lebih strategi bisnis dalam konteks untuk memaksimalkan imbalan yang diperoleh organisasi . Melalui penyelarasan antara rencana sistem informasi dan rencana bisnis, sumberdaya informasi akan mendukung tujuan bisnis dan meraih keuntungan dalam meraih peluang guna pemanfaatan strategis sistem informasi . Dengan demikian, peningkatan kinerja dapat dicapai dan keunggulan kompetitif akan diperoleh sehingga perbankan dapat terus bertumbuh serta mampu bertahan dalam kompetisi yang kian sengit. II.5.4 Pengaruh Penyelarasan Strategik terhadap Kinerja Organisasi Berbagai literatur telah menekankan pula pengaruh penyelarasan strategik terhadap kinerja organisasi. Sayangnya, korelasi positif antara penyelarasan strategik
35 Universitas Sumatera Utara
terhadap kinerja organisasi mengemukakan
cenderung
beragam.
Sabherwal
dan
Chan
(2001)
bahwa ‖empirical research on the performance implications of this
alignment has been sparse and fragmented ‖ Senada dengan Brynjolfsson dan Hitt (1998) yang menyatakan, ‖While the average returns to IT investment are solidly positive, there are huge variations across organizations, some have spent vast sums on IT with little benefit, while others have spent similar amounts with tremendeous success ‖. Oleh karenanya, pengujian pengaruh penyelarasan strategik terhadap kinerja organisasi masih terus diperlukan. Bruce (1998) mempertanyakan, ―If alignment is needed to facilitate optimum business benefit, how do we know when we have it? It is important to look at the impact IT is having on business results.‖ Delone dan McLean (1992) juga menyatakan bahwa evaluasi terhadap kinerja sistem/teknologi informasi dalam organisasi masih menjadi salah satu isu penting dalam topik sistem informasi. II.5.5 Strategi Penyelarasan Bisnis dan SI
Gambar 2.1 Proses Strategi Penyelarasan Bisnis dan SI Untuk proses penyelarasan Perusahaan harus menentukan langkah – langkah yang tepat dalam pemanfaatan TI, Sering sekali perusahaan terjebak dalam penggunaan ―T‖ dibandingkan berfokus pada ―TI‖. Setelah pemanfaatan TI dilaksanakan maka keadaan TI 36 Universitas Sumatera Utara
dievaluasi apakah sudah seperti yang diharapkan dan bagimana input yang diperoleh perusahaan apakah sudah sesuai harapan yang diinginkan oleh perusahaan. Dalam pengoperasian bisnis berorientasi global, CIO setiap saat menghadapi tantangan baru. Isu keuangan, persaingan, regulasi, dan lain lain hanyalah beberapa contoh tantangan globalisasi yang sangat mempengaruhi organisasi. Dalam konteks strategi sistem dan teknologi informasi (TI), yang paling penting adalah memastikan bahwa setiap aspek dari organisasi tersebut telah selaras dengan strategi bisnis dan organisasi secara keseluruhan. Saat ini TI tidak lagi harus diposisikan sebagai komponen biaya saja, (sehingga di bawah kendali yang ketat dan menurunkannya bila memungkinkan), akan tetapi adalah bahan bakar pertumbuhan bisnis dengan memungkinkan kemampuan bisnis yang inovatif dan baru. Masalahnya, ketika berhadapan dengan TI kompleksitas sistem menjadi hambatan kuat untuk mencapai keberhasilan. Untuk mengurangi kompleksitas dan mendorong TI sebagai pencipta bisnis yang nyata dan dapat diandalkan nilainya, harus diletakkan fondasi yang kuat dengan lapisan fleksibel yang semuanya selaras dengan tujuan bisnis. Ini yang digambarkan dalam arsitektur perusahaan yang dinamis, mencakup semua tentang: ketat menggambarkan semua vektor kinerja dalam sebuah organisasi, sorot celah potensial antara strategi bisnis dan vektor ini, dan desain cara terbaik untuk mengisi kesenjangan tersebut. Disiplin ini memerlukan pemeriksaan lapisan strategis pertama, sebelum dirinci ke dalam kebijakan, proses bisnis, organisasi, sampai item yang berkaitan dengan TI, seperti aplikasi dan teknologi. Dengan cara ini, dapat dihindari perangkap umum terlalu banyak berfokus pada ―T‖ dari ―TI‖
37 Universitas Sumatera Utara