BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain-lain. Keunggulan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Syahyunan 2004:36). Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah: a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih
Universitas Sumatera Utara
besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut. b. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. c. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Modal kerja mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital yang merupaka keseluruhan dari aktiva lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep, yaitu: a. Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). b. Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
Universitas Sumatera Utara
c. Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama periode tersebut namun tidak seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode berikutnya. Dalam konsep ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.1.2 Elemen Modal Kerja Adapun elemen-elemen pembentuk modal kerja adalah meliputi kas, piutang dan persediaan (Van Horne, 2005:313). a. Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti semakin besar jumlah yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang banyak mencerminkan adanya overinvestment dalam kas atau banyak uang yang menganggur dan berarti bahwa perusahaan kurang efisien dalam pengelolaan kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh profit yang lebih besar namun suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Universitas Sumatera Utara
b. Piutang Dalam rangka usaha memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan baru kemudian pada hari jatuh temponyaterjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka piutang (receivables) merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dari pelaksanaan politik penjualan kredit (Riyanto, 2008: 85). Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang serta evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan. c. Persediaan Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terusmenerus mengalami perubahan (Riyanto, 2008: 69). Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau lokasi modal dalam inventory berpengaruh langsung terhadap profitabilitas pada perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory (persediaan) akan menekan keuntungan. Adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akibat kerusakan dan turunnya kualitas sehingga semua itu akan memperkecil profitabilitas. Demikian juga sebaliknya adanya investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan berakibat menekan profitabilitas karena persediaan. 2.1.3 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Perputaran modal kerja dimulai pada saat arus keluar dana diinvestasikan ke dalam unsur-unsur modal kerja sampai masuk kembali menjadi kas berikutnya. Periode perputaran modal kerja adalah rata-rata dana terikat dalam modal kerja selama satu proses produksi. Periode terikatnya modal kerja tergantung tingkat perputaran modal kerja dan periode perputaran modal kerja merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja perusahaan. Semakin pendek waktu perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerja. Sebaliknya semakin panjang waktu perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja. 2.1.4 Rasio Modal Kerja Menurut Sawir (2005: 144), rasio-rasio modal kerja terdiri dari: a. Kecukupan Aktiva Lancar 1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio) Current Ratio = Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan. 2. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva Current Assets to Total Assets Ratio = Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio
yang tinggi mungkin
mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk atau persediaan yang besar. 3. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan Quick Assets to Revenue Ratio = b. Kecukupan Quick Assets 1. Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick ratio) Quick Ratio = Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya. 2. Rasio quick assets terhadap total aktiva Quick Assets to Total Assets Ratio = Rasio ini menunjukkan besar kas dan piutang dalam bauran total aktivanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio quick assets terhadap penjualan Quick Assets to Revenues Ratio = Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang yang berlebihan bila penjualan menurun. c. Kecukupan Kas 1. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio) Cash Ratio = Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya. 2. Rasio kas terhadap total aktiva Cash to Total Assets = Rasio ini merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. 3. Rasio kas terhadap penjualan Cash to Revenues Ratio = Rasio ini mengukur kecuupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya. d. Arus Dana Dari Persediaan 1. Perputaran persediaan dalam kas (inventory turnover in cash) Inventory Turnover in Cash =
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaannya. Perputaran 12:1 berarti penjualan 1 bulan sama dengan saldo persediaan. 2. Perputaran persediaan dalam unit (inventory turnover in units) Inventory Turnover in Units = Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. e. Exposure Dari Kewajiban Lancar 1. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio) Total Assets to Current Liabilities Ratio = Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai oleh utang jangka pendek. 2. Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar Total Equity to Current Liabilities Ratio = 3. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts payable ratio) COGS to Account Payables Ratio = f. Kecukupan Modal Kerja 1. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih Total Assets to Net Working Capital Ratio =
Universitas Sumatera Utara
Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi. 2. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih Current
Liabilities
to
Net
Working
Capital
Ratio
=
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah. Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi. 3. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Working Capital Turnover = Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan likuiditas yang tinggi. 2.1.5 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
Universitas Sumatera Utara
antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapatkan perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang dipergunakan dalam operasi. Oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupaka ukuran bahwa perusahaan profitable, karena bagi manajemen atau pihak lain profitabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. 2.1.6 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah (Syahyunan, 2004:83): a. Gross Profit Margin Mengukur efesiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. b. Operating Profit Margin Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
c. Net Profit Margin Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. d. Return on Investment Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. e. Return on Equity Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. 2.2
Penelitian Terdahulu Siswanto
(2001)
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur PMA dan PMDN yang Go-Publik di Bursa Efek Jakarta”. Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap model yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat profitabilitas, cash turnover, leverage ratio, working capital turnover dan current ratio antara perusahaan PMA dan PMDN. Di samping itu diperoleh juga hasil bahwa perputaran piutang dan perputaran persediaan terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik. Dari hasil analisis melalui persamaan regresi yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa
enam
variabel
independen
yang
diduga
mempengaruhi tingkat
profitabilitas perusahaan-perusahaan public industri manufaktur selama tahun 1999, ternyata secara simultan berpengaruh signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Dari keenam parameter variabel independen yang dimasukkan model ternyata hanya leverage ratio yang signifikan untuk sampel perusahaan PMA dan PMDN.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pihak
manajemen
perusahaan
mengutamakan jumlah proporsi hutang dan struktur modalnya, karena dengan jumlah hutang yang besar diharapkan akan memperoleh tingkat pengembalian (keuntungan) yang besar pula. Tiga variabel bebas (cash turnover, current ratio, dan leverage ratio) ditemukan berhubungan dengan tingkat profitabilitas perusahaan, walaupun untuk variabel cash turnover dan current ratio tidak cukup tinggi tingkat hubungannya (dengan r = 0,333 dan 0,439). Hal ini memperkuat makna bahwa hanya tingkat hutang yang lebih diutamakan oleh perusahaan PMA maupun PMDN. Dari semua temuan yang didapat pihak manajemen perusahaan PMA dan PMDN sama-sama lebih mengutamakan modal dari luar dalam rangka mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan, tetapi perusahaan PMA mampu lebih efisien dalam kas sehingga mempunyai tingkat likuiditas lebih tinggi. Terbukti dengan mean rank cash turnover dan current ratio (33,04 dan 34,16) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan PMDN (23,96 dan 22,84). Firnady (2007) melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Hubungan Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada PT Pola Indah Gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian hipotesis terhadap variabel working capital turnover, total assets turnover, current ratio membuktikan bahwa variabel ini memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas. Dengan demikian maka dapat diambil
Universitas Sumatera Utara
kesimpulan bahwa bila kemampulabaan PT Pola Indah Gas meningkat, maka working capital turnover, total assets turnover, current ratio juga akan meningkat.
Pengujian
hipotesis
terhadap
variabel
receivables
turnover,
membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas. Koefisien korelasi dari rasio ini bertanda negatif artinya setiap ada kenaikan dari receivables turnover akan mengakibatkan turunnya kemampuan memperoleh laba pada PT Pola Indah Gas dan sebaliknya jika receivables turnover turun, maka ROI akan mengalami kenaikan pada PT Pola Indah Gas. 2.3
Kerangka Konseptual Pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan pengelolaan modal
kerjanya, terutama yang berkaitan dengan kebijaksanaan modal kerja yang efisien. Pihak
manajemen
perusahaan
akan
dihadapkan
pada
keputusan
yang
mengakibatkan adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Hal tersebut merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha dapat diperhatikan. Oleh sebab itu, keputusan untuk menekan modal kerja seefisien mungkin agar tingkat likuiditas terjaga, akan cenderung menurunkan kemampuan profitabilitas
perusahaan.
Sebaliknya,
keputusan
yang
cenderung
untuk
memaksimalkan profitabilitas perusahaan, akan cenderung membuat tidak terjaganya tingkat likuiditas perusahaan. Oleh sebab itu, pengelolaan elemen-elemen aktiva lancar, yang meliputi kas, piutang dan persediaan merupakan hal penting yang harus juga diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
oleh pihak manajemen perusahaan. Efisiensi pengelolaan kas, piutang dan persediaan akan keuntungan.
berpengaruh terhadap
Jumlah
kas
yang
sangat
kemampuan untuk besar
sampai
mendapatkan
melebihi
utang
lancarnyamencerminkan adanya overinvestment dalam kas atau banyak uang yang menganggur dimungkinkan memperkecil profitabilitas. Kebijaksanaan piutang yang salah akan membuat berkurangnya aliran kas yang masuk sehingga berkurangnya dana untuk operasi, yang pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan mendapatkan keuntungan. Adanya investasi persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban tetapi akan memperkecil profitabilitas. Perputaran Modal Kerja: 1. Perputaran Kas (
)
2. Perputaran Piutang (
Return on Investment (Y) )
3. Perputaran Persediaan ( Sumber: Riyanto (2008)
)
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual 2.4
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah
penelitian yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Adapun hipotesis yang diambil berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: “Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara