BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk membeli uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh atau gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan berputar secara terus-menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan. Menurut Riyanto (2001:57) “Terdapat pengertian modal kerja yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional”. Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggangu likuiditasnya, yaitu kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sawir (2005:129) Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. Di samping definisi modal kerja di atas, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Pengertian modal kerja ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan untuk periode tersebut (current income), ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek, melainkan untuk menghasilkan pendapatan periode berikutnya (future income). Modal kerja menurut definisi di atas, hanyalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek saja, yaitu berupa kas, persediaan barang dagang, piutang (setelah dikurangi profit margin), dan penyusutan aktiva tetap.
Universitas Sumatera Utara
Riyanto (2001:58) mengemukakan pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu: 1.
Konsep kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsurunsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar atau sering disebut dengan modal kerja bruto (gross working capital).
2.
Konsep kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
3.
Konsep fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode akuntasi (current income) bukan periode berikutnya (future income). Modal kerja yang baru akan menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang sering disebut dengan modal kerja potensil. Yang termasuk dalam modal kerja potensil adalah: Efek/surat berharga, dan bagian laba dari saldo piutang dagang.Sedangkan dana yang sebagian modal kerja dan sebagian non modal kerja adalah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap.
Berdasarkan konsep diatas, definisi modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Modal kerja ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Fungsi Modal Kerja Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut: a. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai. Dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang menjadi berkurang. c. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti pemogokan, banjir, dan kebakaran. d. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya. e. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar. f. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit. 2.1.1.3 Jenis-jenis Modal Kerja Menurut Sawir (2005:132) Jenis-jenis modal kerja digolongkan kedalam dua golongan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Modal kerja permanen Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan menjadi: a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. b. Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis. 2. Modal kerja variabel Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dapat dibedakan menjadi: a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklus, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah disebabkan fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Sifat umum atau tipe perusahaan. 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. 3. Syarat pembelian dan penjualan. 4. Tingkat perputaran persediaan. 5. Tingkat perputaran piutang. 6. Pengaruh konjungtur (business cycle). 7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek. 8. Pengaruh musim. 9. Credit rating dari perusahaan 2.1.1.5 Sumber Modal Kerja Sumber modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Operasi rutin perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman sementara lainnya. 3. Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tak lancar dan lainnya. 4. Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lainnya. 5. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi dan saham dan penyetoran dana oleh para pemilik perusahaan. 6. Penerimaan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang diperoleh dari Bank atau pihak lain. 7. Pinjaman yang dijamin dengan aktiva tak lancar. Menurut Jumingan (2009:71) modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut: 1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi musim. b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.
2.1.1.6 Perputaran Modal Kerja Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan, dimana
Universitas Sumatera Utara
dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Pendekatan yang praktis dengan memperkenalkan istilah yang digunakan dalam laporan tahunan perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai yang berputar menjadi uang tunai selama satu putaran operasi perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan satu putaran operasi adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengubah uang tunai menjadi persediaan, piutang sampai menjadi uang kembali. Agar modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari, maka perusahaan perlu ada suatu pengendalian terhadap sumber dan penggunaan modal kerja, yang dibuat dalam bentuk suatu laporan perubahan modal kerja. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi berputar dalam normal perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai disaat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut, makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran masing-masing komponen modal kerja tersebut. Modal kerja selalu berputar selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha. Bila setiap perusahaan mengeluarkan dana maka perusahaan berharap dana tersebut dapat kembali berserta keuntungannya melalui kegiatan usaha penjualan barang atau produk. Penerimaan kembali dana atau saldo kas tidak bersamaan dengan waktu
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran. Biasanya diantara pengeluaran dan penerimaan tersebut memerlukan beberapa tahapan. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan dalam jumlah rupiah untuk hal tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:116) “Perputaran modal kerja (working capital turnover) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukan berapa kali modal kerja berputar dalam satu periode yaitu biasanya dalam satu tahun” sedangkan menurut pendapat Suprihanto (1997:32) mengatakan “Arus dana dari kas pertama melalui beberapa tahap dan kembali ke kas kedua disebut perputaran modal kerja (working capital turnover). Menurut pendapat Munawir (2004:80) menyatakan bahwa: “Untuk menghitung tingkat perputaran modal kerja (turnover capital) yaitu dengan membagi antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata. Rasio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap ukuran modal kerja.” Tingkat perputaran modal kerja ditentukan oleh hasil penjualan dan modal kerja rata-rata. Rata-rata modal kerja diperoleh dengan menjumlahkan modal kerja pada awal periode dan akhir periode kemudian dibagi dua. Rumus perhitungan tingkat perputaran modal kerja menurut Munawir (2004:80) adalah: Penjualan Perputaran Modal Kerja =
Rata-Rata Modal Kerja
Universitas Sumatera Utara
Perputaran modal kerja yang rendah menunjukan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya turnover persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. 2.1.1.7 Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang dividen). 2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan) 3. Kerugian perusahaan atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas. 4. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar. 5. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang. 6. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan. Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan bentuk aktiva lancar tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah: 1. Pembelian tunai surat-surat berharga. 2. Pembelian tunai barang-barang dagangan. 3.
Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel.
2.1.1.8 Pengukuran Efesiensi Modal Kerja
Universitas Sumatera Utara
Bentuk dan jumlah komponen-komponen modal kerja bervariasi menurut siklus operasional. Untuk mendapatkan jumlah komponen-komponen yang digunakan dalam aktivitas operasional selama siklus operasional, efisiensi modal kerja di ukur menurut hari modal kerja Days Working Capital (DWC). Nilai DWC didasarkan pada jumlah rupiah dalam setiap penjualan, persediaan, dan utang. DWC mempresentasikan periode waktu antara pembelian hingga penjualan produk kepelanggan, pengumpulan piutang usaha dan penerimaan pembayaran. Adapun pengukuran modal kerja adalah untuk mengelola masing-masing pos aktiva lancar dan hutang lancar sedemikian rupa, sehingga, jumlah Net Working Capital (aktiva lancar dikurangi hutang lancar) yang diinginkan tetap dipertahankan.Yang termasuk unsur-unsur efisiensi modal kerja, antara lain terdiri dari: 1. Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagang atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. 2. Persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk dijual kembali oleh perusahaan. Persediaan adalah salah satu elemen penting didalam usahausaha perusahaan untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan. 3. Utang adalah utang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Dengan demikian, setiap perusahaan harus selalu diawasi, merencanakan, serta menjaga tingkat modal kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau dengan kata lain perusahaan harus melakukan efisiensi modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Likuiditas Likuiditas
adalah berhubungan
dengan
masalah kemampuan
suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar yang belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar. Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayarnya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut adalah likuid, dan
sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Dalam mengukur atau menentukan tingkat likuiditas, suatu perusahaan perlu mempertimbangkan pengukuran yang mapan terhadap modal kerja, karena akibat kesalahan dalam penetapan, perusahaan akan dihadapkan pada hambatan dalam menyelenggarakan aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga agar jumlah modal kerjanya dapat mencukupi kegiatan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
Apabila tingkat likuiditasnya tinggi maka semakin tidak efektif karena aktiva lancar yang terlalu besar akan berakibat timbulnya aktiva lancar yang menganggur, dan menuntut para manajer untuk mengambil tindakan dalam mengalokasikan aktiva lancar yang menganggur, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap perputaran modal kerja. Informasi mengenai sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting, hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat likuiditas yang dapat dicapai pada suatu periode oleh perusahaan Menurut Munawir (2004:31) “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Menurut Munawir (2004:32), Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan likuiditas perusahaan yaitu: 1. Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang meningkat. 2. Volume kegiatan perusahaan. Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang, tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan. 3. Pengendalian aktiva lancar. Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam suatu piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang aan melebihi dari pada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Mengetahui likuiditasnya.
tingkat Menurut
likuiditas Hanafi
perusahaan (2005:79)
dapat
”Rasio
dilihat likuiditas
dari
rasio
mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)”. Rasio-rasio likuiditas banyak sekali jenisnya karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Rasio-rasio likuiditas yang banyak dan sering digunakan antara lain, seperti yang dikemukakan oleh Horne (2005:206), yaitu : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah sekiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya, dengan kata lain rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar Rasio Lancar =
x 100% Utang Lancar
2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid (cepat). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat
=
x 100%
Universitas Sumatera Utara
Utang Lancar 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kas + Efek Rasio Kas
=
x 100% Utang Lancar
2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya inconsistency. Beberapa diantaranya adalah penelitian J. Imelda Simamora (2007) menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas, sedangkan penelitian Sianturi dan Sri Mulyani (2008) menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh signifikan tetapi tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas. Namun penelitian Sriwimerta (2010) menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas serta tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas. Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu No.
1
Nama peneliti dan tahun J. Imelda Simamora (2007)
Judul penelitian Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada
Variabel Penelitian Variabel independen adalah: perputaran piutang.
Hasil penelitian Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut. 2 Asti Pengaruh Lamriama Perputaran Sianturi Persediaan dan Sri terhadap Mulyani Likuiditas pada (2008) Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI. 3 Sriwimerta Pengaruh (2010) Perputaran Kas dan Piutang terhadap likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI Sumber : Data diolah Peneliti, 2012
variabel dependen adalah: likuiditas (rasio lancar) Variabel independen adalah : perputaran persediaan. variabel dependen adalah likuiditas (rasio lancar) Variabel independen adalah : perputaran kas dan piutang variabel dependen adalah likuiditas
Korelasi / hubungan antara perputaran piutang dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah kuat. Menunjukkan bahwa secara parsial Perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi / hubungan antara perputaran persediaan dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah tidak kuat. Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi / hubungan antara dengan likuiditas adalah tidak kuat.
2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu di atas, kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1 Perputaran Kas (X1) Perputaran Piutang (X2)
H2
Likuiditas (Rasio Lancar) (Y)
Universitas Sumatera Utara
H3
Perputaran Persediaan (X3)
H4 Sumber: Data Diolah Peneliti, 2012 Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabelvariabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel terikat. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Menurut Gitosudarmo (2002:61) “Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya”.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali dari kas yang telah diinvestasikan pada kas. Kas yang segera kembali akan menghindarkan kesulitan keuangan, yaitu meminimalkan biaya atau resiko tidak kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi pula sehingga tingkat likuiditas perusahaan menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi likuiditas perusahaan. Menurut Gitosudarmo (2002:83) “Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal dalam piutang dan berarti makin rendah tingkat perputaran piutang dan sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin tinggi. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana yang tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi kas kembali tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali. Kas yang kembali dari pelunasan piutang meliputi unsur pokok pinjaman atau harga pokok penjualan dan jasa pinjaman (bunga) atau laba penjualan. Dengan demikian pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima akan meningkatkan likuiditas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gitosudarmo (2002:97) “Persediaan merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan”. Tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang dagangan adalah tinggi. Dengan demikian resiko serta beberapa biaya yang berkenaan dengan persediaan akan dapat diminimalkan, misalnya biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan serta resiko susut atau kerusakan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang dierima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan menaikkan tingkat likuiditas.
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai suatu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Selain itu, hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diawal, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar pada perusahaan makanan (food) dan minuman (beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
H2 : Perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR) pada perusahaan makanan (food) dan minuman (beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Perputaran persediaan berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR) pada perusahaan makanan (food) dan minuman (beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Perputaran persediaan berpengaruh secara simultan terhadap rasio lancar (CR) pada perusahaan makanan (food) dan minuman (beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara