BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyediaan Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI, 1990). Air bersih merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Sumber air yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah air permukaan (sungai,air laut,waduk/danau dan sebagainya), air tanah dan air hujan. Apabila tidak diperhatikan maka air dari sumber diatas mungkin dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya gangguan penyakit yang disebabkan atau ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan khususnya untuk air minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan (Depkes RI, 1993). Pada dasarnya air bersih harus memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat fisika,kimia,biologi, dan radioaktif. Syarat fisika air bersih yaitu air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. Syarat kimia air bersih yaitu air tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Syarat biologi air bersih yaitu air tidak mengandung mikroorganisme atau kuman-kuman penyakit. Sedangkan syarat radioaktif yaitu air tidak mengandung unsur-unsur radioaktif yang dapat membahayakan kesehatan.
2.2 Sumber Air Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan
“siklus
hidrologi
(hydrologie
cycle)”.Sekalipun
air
jumlahnya
relatifkonstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi.Siklus ini penting, karena ialah yang memasok daratan dengan air. Prinsip dasar siklus hidrologi adalah berupa proses sirkulasi dari penguapan, kondensasi, presipitasi, maupun pengaliran. Sinar matahari sebagai sumber energi akan memanasi permukaan bumi termasuk air permukaan, seperti air sungai, danau dan laut kemudian mengalami penguapan atau evaporasi. Penguapan dari hasil proses biologis seperti hewan, tumbuhan dan manusia juga terjadi disebut transpirasi. Air yang diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain: a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau. d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. e.Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Dalam memenuhi kebutuhan untuk minum dan kebutuhan lainnya,manusia memanfaatkan sumber - sumber air yang ada di sekitarnya. Sumber air yang dapat
kita manfaatkan pada dasarnya dapat dibedakan sesuai dengan dimana letak air diambil, antara lain sebagai berikut (Sutrisno, 2004): a. Air Hujan Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara. Diantara benda-benda yang terlarut di udara tersebut adalah gas (O2, CO2, N2 dan lain-lain), jasad renik dan debu. Kelarutan gas CO2 di dalam air hujan akan membentuk asam bikarbonat (H2CO3) yang akan menjadi air hujan bersifat asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di dalam udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang (SO2) dan oksida nitrogen (NO2). b. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang berada dipermukaan bumi, seperti air sungai, air wadu/danau, air laut dan sebagainya. Air ini pada dasarnya merupakan air hujan yang jatuh ke bumi atau yang berasal dari air tanah. Air permukaan lebih banyak digunakan sebagai sumber air baku untuk sistem sarana penyediaan air bersih di perkotaan maupun pedesaan. Air permukaan sangat mudah mengalami pencemaran, baik oleh aktivitas manusia, hewan maupun karena proses alamiah seperti erosi. c. Air Tanah Air tanah terbentuk dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan meresap kedalam air tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, dan kemudian tertahan pada
lapisan
tanah
membentuk
lapisan
yang
mengandung
air
tanah
(aquifer).Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalamtanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi menjadi 3 yaitu ;(Sutrisno, 2004): 1. Air Tanah Dangkal Terjadi karena daya proses peresapan air di permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas cukup baik. Dari segi kuantitas kurang baik tergantung pada musim. 2. Air Tanah Dalam Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalamhal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa pada kedalaman 100 – 300 meter.Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, sumur ini disebut sumur artesis.Ditinjau dari segi kualitasnya pada umumnya lebih baik dari tanah dangkal. 3. Mata Air Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar ke permukaan tanah secaraalamiah dan biasanya terletak dilereng gunung atau tepi sungai. Berdasarkan munculnya ke permukaan, air tanah terbagi atas 2 yaitu : a. Mata air (gravity spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri padalapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis air tanah tersebut menembuslalu keluar sebagai mata air.
b.
Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air
artesisberusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhisyarat kesehatan, karena ketiga-tiganyamempunyai kemungkinan untuk dicemari.Embun, air hujan, atau salju misalnya yang berasal dari air angkasa, ketika turun kebumi dapat menyerap abu, gas, ataupun materi-materi berbahaya lainnya. (Azwar, 1996). 2.3 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada didunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak (Azwar, 1996). Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan air maka akan menyebabkan dehidrasi berat. Karena orang dewasa perlu mengkonsumsi air 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya(Soemirat, 2002). Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas. Diperkirakan untuk
kegiatan
rumah
tangga
yang
sederhana
dibutuhkan
100L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk (Entjang, 2001)
air
sebanyak
a. Berkumur, cuci mata, sikat gigi, wudhu
:20L/orang/hari
b. Mandi, mencuci pakaian dan alat rumah tangga
:45L/orang/hari
c. Masak, minum
:5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran
:20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan
:10L/orang/hari
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama untuk tiap Negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk setiap Negara dengan Negara lainnya, kota satu dengan kota lainnya, desa satu dengan desa lainnya. 2.4 Peranan Air Dengan Kesehatan Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan.Air terdapat diseluruh tubuh seperti tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, darah dan ginjal 83%, urat saraf 75%, hati 70%, dan 75% dari otot adalah air.Kehilangan air 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Air diperlukan untuk melarutkan dan mengangkut berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh, air juga berperan untuk menjaga suhu tubuh. Karenanya orang dewasa perlu mengkonsumsi air minimal 1,5-2 liter/hari.(Soemirat, 2002) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor : 20 Tahun 1990, air digolongkanmenjadi 4 (empat) golongan yaitu :
1. Golongan A : Air yang dapat digunakansebagai air minum secara langsungtanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B : Air yang dapat digunakansebagai air baku untuk air minum. 3. Golongan C
: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
danpeternakan. 4. GolonganD : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air. Untuk kelangsungan hidup manusia air sangat dibutuhkan terutama airminum.Air yang memenuhi syarat kesehatan tentunya memberi manfaat yang sangattak ternilai.Akan tetapi air yang dikomsumsi oleh masyarakat masih banyak yangbelum memenuhi syarat - syarat kesehatan yang telah ditetapkan, sehingga padaakhirnya air tersebut bukan memberi manfaat, tetapi justru menimbulkan kerugian.
Penyakit - penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat
dikelompokkanmenjadi 4 (empat) kategori yaitu (Kusnoputranto, 2000): 1. Water Borne Disease Penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana kumanpatogen akibat kontaminasi pada manusiamelaui air minum, mandi, mencuci, kegiatan menyiapkan makanan ataupun memakan makanan yang yang telah terkontaminasi saat prose penyiapan makanan. Diantara penyakit- penyakit tersebut antara lain: Kolera, Typoid, Hepatitis Infeksiosa dan Disentri Basiler 2. Water Washed Disease
Penyakit
yang
disebabkan
karena
kekurangan
air
untuk
pemeliharaanhygiene perorangan dan air bagi kebersihan alar-alat terutama alatalat dapur serta alat makan. Terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Jenis penyakit yang dapat ditularkan dengan cara ini antara lain: Infeksi kulit dan mata yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. 3. Water Base Disease Penyakit
yang
ditularkan
olehbibit
penyakit
yang
sebagian
siklushidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Air ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia seperti mandi,mencuci, menangkap ikan, dan sebagainya. Contoh penyakit yang disebabkan dengan cara ini adalah Schistosomiasis. 4. Water Related Insecta Vektors Penyakit yang ditularkan melalui vektor yang berkembang biak di dalamair. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila dilingkungannya terdapat genangan-genangan air seperti gentonganair, pot, dan sebagainya tempat perindukannya. 2.5 Sumur Gali Sumur gali adalah jenis sarana penyediaan air bersih dengan caramenggali tanah sampai mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu. Sumur gali terdiri dari bibir sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air limbah dandilengkapi dengan timba dengan gulungan atau pompa (Depkes, 1998).
Sumur gali adalah salah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai sumber air bersih dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali pada umumnya dibuat untuk mengambil air tanah bebas sehingga dapat dipengaruhi oleh musim. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Menurut Depkes RI, 1990 ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat sumur gali diantaranya : 1. Jarak sumur gali dari pencemaran seperti kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk air kotor minimal 10 meter dan letaknya tidak berada dibawah sumber pencemar tersebut. 2. Dinding sumur (cincin) minimal 3 meter dari permukaan tanah dan terbuat dari bahan yang kedap air. 3. Lebar minimal lantai sumur 1 meter dari tepi bibir sumur dan terbuat dari bahan yang kedap air.
4. Tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dari permukaan tanah. 5. Mempunyai saluran pembuangan air bekas, minimal sepanjang 10 meter dan terbuat dari bahan kedap air. Kualitas fisik sumur yang memenuhi syarat kesehatan bagi penyediaan air bersih adalah sebagai berikut (Entjang, 2001). 1. Lokasi a. Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumber air dan diperkirakan air tanah mengalir ke sumur maka jarak minimal sumur terhadap sumber air adalah 11m b. Jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari sumur gali maka jarak minimal sumur gali tersebut 10 m. 2. Yangtermasuk sumber pencemar adalah jamban, air kotor/comberan,tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan saluran resapan. 3. Lantai Lantai harus kedap air dengan lebar minimal 1 m dari tepi bibir sumur, tidak retak/bocor, mudah dibersihkan,tidak tergenang air, dan kemiringan 1-5% kearah saluran pembuangan air limbah agar air bekas dapat mudah mengalir ke saluran air limbah. 4. Sarana pembuangan air limbah Sarana pembuangan air limbah harus kedap air, minimal sepanjang lebih kurang 10 meter, tidak menimbulkan genangan dan kemiringan minimal 2% kearah pengolahan air buangan/resapan.
5. Dinding sumur Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai atau tanah, dibuat dari bahan kedap air dan kuat (tidak mudak retak/longsor) untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur. 6. Bibir sumur Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur. Sebaiknya bibir sumur diberi penutup agar hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk ke dalam sumur. 7. Lantai sumur harus mempunyai luas dan lebar minimal 1 m dari tepi bibir sumur/dinding sumur dengan tebal 10 cm. untuk kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga air bebas dapat dengan mudah mengalir ke saluran pembuangan air bekas. 8. Bangunan sumur gali harus dilengkapi dengan sarana untuk mengambil dan menimba air seperti timba dengan gulungan atau pompa tangan supaya pengambilan air dapat higienis. 9. Timba Jika pengambilan air dengan timba sebaiknya harus selalu digantung dan tidak diletakkan di lantai sumur. Hal ini untuk mencegah pencemaran air melalui timba. Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun kecelakaan pada saatsumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki tutup sumur yang
kuat dan rapat. Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan padabeberapa hal yaitu: 1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air di dalamtanah 3 meter perhari. 2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3 meter. 3. Kemungkinan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 10meter. 4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi padasaat sumur digunakan maupun tidakdigunakan. 5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. 2.6 Kualitas Air Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi. Analisa kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana. Pemeriksaan di laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setia orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal (Kusnaedi, 2006) 2.6.1 Kualitas Bakteriologis Pengukuran kualitas air secara bakterilogis dilakukan dengan melihat
keberadaan organisme golongan coli (coliform) sebagai indikator karena mudah dideteksi dalam air, lebih tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri (Marsono, 2009) dapat tumbuh baik pada suhu antara 8OC-46OC, dengan suhu optimum dibawah temperature 37OC, dan banyak terdapat dalam tinja (Gani, 2003).Salah satu bakteri golongan Coliform adalah bakteri Escheria coli. Bakteri golongan coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2002).Enterobacter aerogenes adalah sejenis bakteri coliform yang terdapat dalam saluran pecernaan manusia dan hewan, juga terdapat dalam tanah, air, dan produkproduk dairi. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35OC. (Pelezar, 2005) Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990, tentang persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air. Air tidak boleh mengadung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia
(Sutrisno,2004).
Berdasarkan
Kempenkes
RI
Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah
0 (nol). Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artesis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. E. coli jika masuk kedalam tubuh saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba yang normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan, sehingga air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksi. Eschericia coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan; a. E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi. b. E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar.
c. Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik. d.
Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersamasama dengan E. coli dalam air tersebut. Tabel 2.1 Kriteria Mutu Bakteriologis Air Berdasarkan Kelas
Parameter Mikrobiologi Total Coliform Faecal coliform
Satuan Jml/100mL Jml/100mL
Kelas I 1000 100
II 5000 1000
III 10000 2000
IV 1000 2000
Sumber: Kepmen-LH, 2001
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori sebagai berikut: 1. Air bersih kelas A kategori baik mengandung total Coliform kurang dari 50 2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total Coliform 51-100 3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung total Coliform 101-1000 4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total coliform 1001-2400 5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung total Coliform>2400 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bakteriologis (Fardiaz, 2011): 1.
Sumber air Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air tanah yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda.
2.
komponen nutrient dalam air
Air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu seperti air yang mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu Ferrobacillus, mikroorganisme yang mengandung metana, sering ditumbuhi oleh bakteri yang mengoksidasi metana. Mikroorganisme yang bersifat saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air. 3.
Komponen beracun Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air tersebut. 4.
Organisme air Plankton merupakan organisme yang makan bakteri, ganggang dan plankton
lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi jumlah organisme di dalam air. 5.
Faktor fisik Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotic, aerasi, tekanan hidrostatik, dan
sinar matahari. Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Eschericia coli merupakan mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi (mikroba termofi). Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400oC, optimum pada suhu 55-600oC dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750oC.Mikroba
umumnya menyukai pH netral (pH 7). Eschericia coli merupakan mikroba alkalifil yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. 2.6.2 Kualitas Fisik Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990,
menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh dan tidak berwarna. Menurut Kusnaedi (2006), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut: a. Tidak Berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya sebaiknya air minum tidak berwarna untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. b. Tidak Berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme di air. c. Tidak Berasa Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. c.
Kekeruhan Kekeruhan air disebakan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak bagi kekeruhan air,sedangkan zat organik dapat menjadi bakteri, sehingga mendukung pembiakkannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Kadar maksimum yang diperbolehkan 25 NTU. Air yang keruh sulit didisinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebu, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2002) d.
Temperatur normal Air yang baik harus mempunyai temperatur sama dengan udara (3OC). Air
yang mempunyai temperatur diatas dan dibawah tenperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energy dalam air. e.
Tidak mengandung zat padatan Zat padat adalah bahan yang tinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-105OC. Kadar maksimum yang diperbolehkan 1500 mg/L. 2.6.3 Kualitas Kimia Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flurida (F), Calsium (Ca), Mangan (Mn), Derajat Keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia air bersih yang digunakan
sehari-hari
sebaiknya
tidak
melebihi
kadar
maksimum
yang
diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI 416/MENKES/PER/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya Derajat Keasaman (pH) dianjurkan untuk air minum adalah 6,5-9. 2.7 Ternak Sus scrofa (babi) 2.7.1 Klasifikasi Zoologis Ternak Sus Crofa (babi) Sus crofa (babi) masih diternakkan golongan masyarakat tertentu karena produksinya yang berfluktuasi naik dan turun. Dalam sejarah pemasaran Sus scrofa (babi) mengalami peningkatan dan penurunan dengan cepat, seringkali secara mendadak. Namun demikian usaha ini tetap menguntungkan, babi termasuk dalam phylumChordata(vertebrata), kelas Mamalia, ordo Artiodactyl (berjari atau berteracak genap dan merupakan binatang berkuku), family Suidae (non ruminansia), genus Sus, spesies scrofa. Karena Sus scrofa (babi) tidak dapat dikendalikan oleh penduduk yang berpindahpindah sebagaimana sapi, kuda, dan domba maka didomestikasi oleh peternak yang menetap. Mereka seringkali mempunyai kedudukan sosial yang rendah dan hal ini ditambah dengan bau busuk dari peternak Sus scrofa (babi) menyebabkan peternak Sus scrofa (babi) tidak disukai penduduk. Di negara- negara maju usaha peternakan
babi dilakukan dengan teknik produksi yang baik. Manajemen yang lebih baik karena sebagai suatu spesies ternak, Sus scrofa (babi) membutuhkan cara penanganan khusus. Sus scrofa (babi) adalah binatang yang tidak tahan terhadap cekaman panas sehingga sering ditemukan berbaring dilantai, kubangan atau tempat lain yang lebih dibandingkan suhu tubuhnya (Blakely, 1998). Pada peternakan Sus scrofa (babi) yang modern juga sangat memperhatikan masalah sanitasi karena dalam suatu kandang babi terkurung, biasanya terdapat jumlah hewan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ternak lainnya seperti: sapi, domba, dan ayam. Cara yang umum dilakukan adalah dengan membersihkan kandang. Program tata laksana atau pengelolahan penyakit babi juga dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit dan parasit dari peternak babi. Kegiatan ini meliputi isolasi yang cukup memadai pada kandang, serta peralatan, serta program vaksinasi yang terencana (Blakely, 1998). Ternak babi adalah binatang yang memerlukan banyak sekali air karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa babi adalah binatang yang tidak tahan panas, oleh karena itu dalam satu hari Sus scrofa (babi) ini harus dibersihkan kandangnya dan dimandikan. Dengan banyak air yang dipakai untuk memandikan babi maka semakin banyak juga air buangan yang mengandung tinja dan kotoran sisa makanan yang dihasilkan dan semakin besar pula kemungkinan terjadi pencemaran air sumur dangkal yang ada disekitar kandang ternak tersebut.
2.7.2 Kandang Ternak Babi Ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Oleh sebab itu jarak peternakan dari pemukiman harus diperhatikan jarak minimalnya. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan ataupun pusat kegiatan lain.Jarak minimum dari tempat-tempat yang disebut diatas tergantung dari besar usaha atau banyaknya ternak babi yang dipelihara terkurung. Spesies ternak lainpun dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Kandang harus memenuhi tuntutan biologis ternak babi. Ternak babi tergolong hewan
berdarah
panas
yaitu
mekanisme
fisiologisnya
selalu
berusaha
mempertahankan kemantapan keadaan internal tubuh dengan kondisi lingkungan eksternal yang cocok baginya. Lahan kandang harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ketempat penampungan limbah melalui gravitasi. Air permukaan harus diarahkan menjauh dari tempat perkandangan dan penampungan limbah. Tata letak bangunan biasanya disesuaikan dengan keadaan atau topografi lahan, namun harus memenuhi persyaratan teknis kandang ternak babi. Bagi peternak babi dengan usaha sekeluarga, atau beternak babi dipekarangan rumah dapat mendirikan
hanya satu bangunan untuk 10 ekor dengan luas lantai 50 m2. Syarat faktor – faktor fisik bangunan kandang yang memenuhi syarat kesehatan (Dolok Sihombing, 1997) 1. Bahan bangunan yang tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi terhadap sinar matahari. 2. Berkemampuan menyimpan panas yang berasal dari tubuh ternak. 3. Landaian atap cukup dengan kemiringan 30 – 40o sehingga ternak terlindungi dari sinar matahari, hujan dan angin. 4. Langit – langit bangunan cukup tinggi sesuai kebutuhan. 5. Terjamin sirkulasi udara yang baik 6. Luas ruangan bagi ternak cukup memadai sesuai dengan jumlahnya. 7. Dinding terbuat dari batu bata dan diplester dengan semen dengan tinggi 90-125 cm. 8. Lantai terbuat dari bahan yang tahan lama dan ringan pemeliharaannya dengan ketebalan coran 10 cm agar mampu menahan beban tubuh babi. 2.7.3 Manajemen Limbah Ternak Babi Limbah ternak atau peternakan adalah semua yang berasal dari peternakan , yang belum dimanfaatkan dengan baik, bahan padat maupun cair. Yang termasuk dalam limbah ternak adalah tinja atau feses, air kencing atau urin, rambut atau bulu, kuku, sisa pengolahan susu dan sisa-sisa makanan yang tidak habis atau terbuang. Limbah ternak adalah suatu sumberdaya yang bila tidak dimanfaatkan dengan baik, dapat menimbulkan masalah bagi peternakan itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Bila limbah peternakan dikelola dengan baik akan memperbaiki
lingkungan hidup, dan sebaliknya bila tidak dikelola dengan baik akan mencemari atau memperburuk lingkungan.(Dolok Sihombing, 1997) Sifat-sifat limbah ternak babi dibagi menjadi 2 yaitu fisik dan biologis: a. Sifat Fisik Limbah : Limbah babi dapat dianggap sebagai bahan padat (kurang dari 85% air), cairan, tergantung dari konsistensinya dan kadar airnya. Limbah padat tak mengalir dan ditangani dengan alat biasa, seperti lantai berbilah dan dengan alat seperti sekop. b. Sifat Biologis Limbah : Limbah ternak babi terutama terdiri dari bahan organik. Setelah feses dikeluarkan ternak terjadi dekomposisi atau perombakan bahan tersebut oleh mikroorganisme. Bahan – bahan organik dipecah menjadi bahan yang lebih sederhana dan terbentuklah beberapa gas. Bila proses dekomposisi terjadi dengan hadirnya oksigen disebut dengan aerob dan bila proses dekomposisi terjadi tanpa oksigen disebut dengan proses anaerob. Merencanakan tempat penampungan atau pengolahan limbah ternak babi perlu disediakan tempat yang terjamin untuk menampung volume limbah yang dihasilkan dan dalam waktu berapa lama limbah ditahan didalam penampungan. Limbah ternak babi ditampung ditempat penampungan sementara. Lagun adalah kolam dengan sistem manajemen limbah yang praktis mengurangi tenaga kerja dan cukup waktu menampung sebelum digunakan untuk beberapa tujuan seperti tanaman pertanian. Tempat penampungan harus memenuhi syarat: a. Volume penampungan cukup agar tidak tercecer dan berserak. b. Tempat penampungan harus cukup menampung untuk jangka waktu tertentu.
c. Struktur penampungan harus menjamin limbah agar jangan mencemari air permukaan ataupun permukaan air dalam tanah. d. Dari lokasi penampungan limbah harus mudah diangkut. 2.8 Jarak Kandang Ternak dengan Sumur Gali Jarak kandang ternak adalah panjang (meter) antara sumur gali dengan kandang ternak yang diukur dengan meter gulung dan diukur dari dinding kandang ternak yang terdekat dengan sumur gali. Jarak yang berdekatan akan memberikan dampak terhadap sumber air bersih karena limbah hewan yang berupa feses dan urine dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Sumber kontaminasi yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 m sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar keluar sampai kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan, dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis, hanya jarak jangkaunya lebih jauh.(Gotas, dkk 2002). Berdasarkan sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan dalam jarak perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat
bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur (Soeparman, 2002). Jarak aman antara sumber pencemar dengan sumber air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Topografi Tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah. b. Faktor Hidrologi: kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah, lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat. c. Faktor Meteorologi: daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari sumber pencemar. d. Jenis mikroorganisme: karakteristik mikroorganisme antara lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. e. Faktor Kebudayaan: kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur. f. Frekuensi Pemompaan: makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra, 2007). 2.9 Perilaku
Menurut Sarwono(1997),Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segalamacam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujuddalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku dalam penelitian ini merupakanrespon atau reaksi individu terhadap penggunaan sarana sumur gali sebagai sumber air bersih. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertaitindakan). Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis,yaitu : 1.
Perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi ataurangsangan dari luar.
2.
Perilaku dalam bentuk sikap yakni tanggapan batin terhadap keadaan ataurangsangan dari luar diri si subjek.
3.
Perilaku dalam bentuk tindakan yangsudah konkrit berupa perbuatan (action)terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar. Perilaku manusia sebagai reaksi dapat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks. Perilaku lewat suatu proses keputusan yang diteliti dan beralasan, dampaknya terbatas pada norma-norma subjektif atau keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar diperbaiki. Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukan yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan yang berhubungan dengan air bersih yaitu penggunaan air bersih untuk kesehatan. Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat bukan hanya sekedar meningkatkan sarana kesehatan lingkungan dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi harus dibarengi dengan upaya intervensi perilaku masyarakat. Rendahnya pendidikan menyebabkan orang tidak menyadari adanya pencemaran, baik di kota maupun di desa. Orang menjadi terbiasa untuk menggunakan air yang tercemar untuk masak. Kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa bibir, bibir sumur tidak ditutup, mandi dan mencuci dipinggir sumur akan menyebabkan air bekas mandi dan cuci sebagian mengalir kembali kedalam sumur dan menyebabkan pencemaran. Selain itu kebiasaan membuang kotoran manusia juga ikut mempengaruhi (Kusnoputranto, 2000)
.
2.10 Kerangka Konsep Variable Independen
Jarak Kandang TernakSus scrofa (babi) Variabel Dependen Perilaku Masyarakat 1.Pengetahuan 2.Sikap 3.Tindakan
Kualitas Bakteriologis (Total Coliform) Air Sumur Gali
Konstruksi Sumur Gali Permenkes R.I. No. 416/MENKES/PER /IX/1990