BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Modal Kerja Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005 : 129). Martono (2002 : 72 – 73) mengemukakan bahwa modal kerja bisa mengacu pada tiga konsep yaitu : a. Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital). Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, suratsurat berharga (sekuritas), piutang, dan persediaan. b. Konsep Kuantitatif Pada konsep kuantitatif modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti: hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital). c. Konsep Fungsional Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan masa yang akan datang (future income). Berdasarkan konsep fungsional, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan current income.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Syahyunan, 2004 : 36). Manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modak kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efesien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: a. melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar
Universitas Sumatera Utara
b. memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya c. menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi d. memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya e. memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya f. memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efesien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan. Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut: a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: 1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya 2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara: 1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan karena fluktuasi musim 2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur 3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak). (Syahyunan, 2004 : 39)
Dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, pihak manajemen akan membutuhkan dana yang cukup untuk menjamin kontinuitas
Universitas Sumatera Utara
operasinya tersebut. Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Volume Penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Apabila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat, demikian pula sebaliknya. b. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahan besra berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. c. Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan,sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual. d. Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain itu, akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula. e. Sikap Perusahaan Terhadap Likiuditas dan Profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup. (Syahyunan, 2004 : 40)
Untuk menentukan kebijakan modal kerja terutama untuk menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka pendek dan dana jangka panjang, ada 3 kebijakan yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: a. Kebijakan Modal Kerja Untuk membiayai kebutukan aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayar kembali.
b. Kebijakan Modal Kerja Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana hutang jangka panjang atau modal sendiri. Proporsi hutnag jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia untuk pemegang saham karena baiay hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar daripada hutang jangka pendek. c. Kebijakan Modal Kerja Agresif Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen lainnya dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menanggung pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, sehingga risiko fluktuasi bunga hutang jangka pendek juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar. (Syahyunan, 2004 : 41)
Universitas Sumatera Utara
2. Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai disaat dimana kas diinvestasikan dalm komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut, makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran masing-masing komponen modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendanhnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kass yang terlalu besar. Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efesiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover). Working Capital Turnover yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2002:335) merumuskan formula untuk menghitung working capital turnover sebagai berikut:
Working Capital Turnover =
Universitas Sumatera Utara
3. Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini sama dengan rasio solvabilitas. Rasio sovabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Perusahaan yang tidak solvabel yaitu perusahaan yang total utangnya lebih besar dari total asetnya. Rasio ini juga menyangkut stuktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan adalah bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Biasanya, aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham. Menurut Brigham (2006:101), seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage) akan memiliki tiga implikasi penting, yaitu: a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sakaligus membatasi investasi yang mereka berikan b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leveraged) Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain : debt ratio(debt to total asset ratio), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time intersted earned. Namun, penelitian ini hanya berfokus pada debt to assets ratio. Debt to Total Assets menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai
Universitas Sumatera Utara
dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Debt to Total Assets =
(Sawir,2005: 13)
4. Profitabilitas Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan beban. Manurut Brigham (2006 : 95) ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu : Margin laba atas penjualan, Basic Earning Power, Pengembalian atas aktiva(ROA), dan Pengembalian atas ekuitas(ROE). Peneliti membatasi hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio Return On Total Assets untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Return On Total Assets adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik.
Return On Assets =
x 100%
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 No Judul Penelitian
1
Peneliti
Analisis Pengaruh Modal Abdulloh Kerja Terhadap Syafii Profitabilitas PT. Aneka (2008) Tambang Tbk
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
variabel independen: modal kerja
Modal kerja dengan return on assets memiliki hubungan yang positif antara keduanya
variabel dependen: profitabilitas ( ROA)
2
3
Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi
Relani Noverita Br. Sianturi
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan (Survei pada Beberapa Perusahaan pada sektor Industri Barang Konsumsi)
David Okta Kelana
(2009)
(2007)
variabel independen: rasio lancar, rasio cepat, dan perputaran modal kerja,
Rasio lancar dan perputaran modal kerja tidak terlalu berpengaruh terhadap ROI, sedangkan rasio variabel dependen: cepat tidak profitabilitas (ROI) berpengaruh terhadap ROI variabel independen: perputaran modal kerja variabel dependen: profitabilitas
tidak ada hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas.
( ROA)
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Modal Kerja
H1 Working Capital Turnover Profitabilitas
H2 Return On Assets
Leverage Debt to Total Assets
H3
Return On Total Assets adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Tinggi rendahnya Return On Assets dapat berubah sesuai dengan perubahan profit margin atau perputaran aktiva. Dengan penambahan aktiva dalam modal kerja (Working Capital Turnover) maka perputaran aktiva juga meningkat sehingga Return On Assets juga meningkat. Sedangkan tinggi rendahnya Debt to Total Assets ditentukan oleh besar kecilnya total hutang, penambahan hutang lancar dalam perusahaan mengakibatkan modal kerja yang ada
Universitas Sumatera Utara
dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung beban yaitu beban bunga. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang
negatif dan berdampak terhadap
menurunnya
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.
2. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2007 : 4). Hipotesis dari penelitian ini adalah: “modal kerja dan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI”.
Universitas Sumatera Utara