BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam operasional kegiatan keseharian perusahaan, modal memiliki peran utama sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangann, membayar upah buruh dan gaji karyawan, dan biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Menurut Djarwanto (2004:87), terdapat 2 (dua) definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni: a) Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. b) Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitatif karena
Universitas Sumatera Utara
c) menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Di samping dua definisi modal kerja tersebut, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsionil. Menurut konsep fungsionil, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan Houston (2006:131), modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek (kas, sekuritas, persediaan, an piutang). Menurut Keown et al (2000:644) modal kerja merupakan total investasi perusahaan dalam asset lancar atau asset yang diharapkan bisa diubah menjadi kas dalam setahun atau kurang. Sedangkan menurut Brealey et al (2007:139), modal kerja bersih merupakan selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar,
menyediakan gambaran yang sangat
berguna dalam
menentukan kebijaksanaan pembiayaan jangka pendek. Jika modal kerja bersih rendah, keuntungan perusahaan cenderung meningkat, tetapi peningkatan keuntungan ini disaat yang sama juga meningkatkan resiko likuiditas perusahaan. Akibatnya kebijakan pembiayaaan jangka pendek perusahaan berpengaruh pada modal kerja bersih.
2.1.1.2 Peranan Modal Kerja Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus-menerus harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Menurut Djarwanto (2004:89), manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, antara lain: a. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. b. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar. c. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya. e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya. f. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan. g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan. h. Memungkinkan perusahaan utuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Sumber Modal Kerja Menurut Tunggal (2000:104-107), modal kerja dapat bersumber dari berbagai sumber, yakni: a. Pendapatan bersih dari operasi rutin perusahaan b. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya d. Pengembalian atau restitusi pajak dan pos-pos luar biasa lainnya e. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik f. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya g. Kredit dari supplier atau trade creditor
2.1.1.4 Faktor yang Menentukan Besarnya Modal Kerja Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 157-158), besarnya mdal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu: a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat mempengaruhi unsure-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.Besar kecilnya kegiatan usaha atau
Universitas Sumatera Utara
perusahaan (produksi dan penjualan), dimana semakin besar kegiatan perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal lainnya tetap. b. Aktivitas perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaanya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untukmemproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual. c. Volume penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian pula sebaliknya. d. Perkembangan teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi denagan pertambahan penjualan yang besar.
Universitas Sumatera Utara
e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relative mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
2.1.1.5 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Siklus modal kerja atau periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Antar penjualan dan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat (Djarwanto, 2004:159). Ini juga berarti meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerjas, dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni rasio antara penjualan dengan modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan neto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak tersediannya modal kerja yang cukup perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja neto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam betuk surat-surat berharga. Menurut Djarwanto (2004:160), rumus untuk menghitung Working Capital Turnover sebagai berikut:
WCTO =
Net Sales X 1kali Current Assets − Current Liabilities
2.1.2 Aktiva 2.1.2.1 Pengertian Aktiva Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan secara jelas, diukur dalam satuan uang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Siburian (2004:2) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan: : Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”.
2.1.2.2 Unsur-unsur Aktiva Aktiva dapat digolongkan kedalam dua kelompok, lancar dan tidak lancar. a. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan akan dijual, ditagih atau digunakan selama satu tahun atau satu siklus operasi mana lebih panjang. Djarwanto (2004:25), mengemukakan bahwa yang termasuk dalam aktiva lancar (current asset) adalah: 1. Kas (cash) Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Terdiri dari uang logam, uang kertas, check, bank, money order, dan lain-lain yang oleh bank dapat diterima sebagi deposit dan demand deposit pada bank. 2. Investasi Jangka Pendek (temporary investment) Obligasi pemerintah, obligasiperusahaan-perusahaan industri dan surat-surat utang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijial kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
3. Wesel Tagih (notes receivable) tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditanda tangani untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang namanya tercantum surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut). 4. Piutang Dagang (account receivable) meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. 5. Penghasilan yang masih akan Diterima (accrual receivable) penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan
jasa-jasanya
kepada
pihak
lain
tetapi
pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan. 6. Persediaan Barang (inventories) barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada ditangan pada saat penyusunan neraca. 7. Biaya yang Dibayar Dimuka (prepaid expenses) pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain
itu belum
dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.
Universitas Sumatera Utara
b. Aktiva Tidak Lancar Menurut Djarwanto (2004:26): “Aktiva tidak lancar merupakan
harta
kekayaan yang berwujud, yang bersifat relative permane, digunakan dalam operasi regular lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Adapun yang termasuk dalam aktiva tidak lancar, yaitu: 1. Investasi Jangka Panjang Investasi jagka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari dan pinjaman kepada perusahaan lain,; harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan seperti gedung yang disewakan kepada pihak lain; dan yang diperuntukkan untuk tujuan khusus selain pembayaran utang jangka pendek dan pinjaman kepada anak perusahaan. 2. Aktiva Tetap aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 3. Aktiva Tidak Berwujud aktiva tidak berwujud berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan. Hakhak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya. Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan membeli dari penemunya, misalnya hak cipta, franchise, hak paten, good will, dan trademark. 4. Beban Biaya yang Ditangguhkan beban biaya yang ditangguhkan adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya
yang
mempunyai
manfaat
jangka
panjang
dimana
pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode misalnya biaya pemasaran, biaya penelitian. 5. Aktiva Tidak Lancar Lainnya. Misalnya uang kas pada bank tertutup atau di negara asing, investasi lain-lain yang tidak termasuk investasi jangka panjang atau jangka pendek.
2.1.2.3 Perputaran Total Aktiva Menurut Sugiyarso dan winarni dalam Silitonga (2005:117), Perputaran total aktiva (total asset turnover) menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Dengan demikian perputaran total aktiva dapat dicari dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) total assets turnover menunjukkkan efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam meghasilkan penjualan. Perhitungan total assets turnover dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
TATO =
Net Sales x1kali Tota lAsset
2.1.3 Return on Assets Menurut Harahap (2008:305): “Return on assets merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjulan”. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Pengembalian atas aktiva (ROA) pada bentuk yang paling sederhana dihitung sebagi berikut: (Sjahrial, 2006:47))
ROA =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
ROA dapt dipisahkan menjadi komponen yang memiliki makna relative terhadap penjualan. Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan (sjahrial, 2006:47). Pemisahaan komponen ROA adalah sebagai berikut:
Penjualan Laba Laba = x Aktiva Penjualan Aktiva Rasio pertama yang mengidentifikasikan laba sebagai persentase dari penjualan sering disebut margin laba bersih. Rasio tersebut merupakan ukuran yang baik dan digunakan hampir secara universal dalam memantau profitabilitas perusahaan. Rasio kedua yang memperhatikan total penjualan yang dicapai perusahaan dalam hubungannya dengan total aktiva, merupakan ukuran yang kurang ditekankan untuk menilai kinerja perusahaan. Walaupun demikian,
Universitas Sumatera Utara
kontribusi rasio ini terhadap Return on Assets sama kuat dengan rasio margin laba. Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (profit margin). Perusahaan dengan margin laba yang rendah seringkali menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi membutuhkan pendanaan investasi pada aktiva untuk mendanai penjualan, jika tidak maka produksinnya tidak lagi menghasilkan uang. Terdapat kecendrungan untuk melihat margin laba sebagai tanda kualitas laba yang tinggi. Perusahaan perlu menekankan pentingnya pengembalian atas investasi modal sebagi pengujian profitabilitas utama. Profit margin dipengaruhi oleh laba yaitu penjualan sesudah dikurangi seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tingginya profit margin semakin baik operasi
suatu
perusahaan
karena
menampakkan
keberhasilannya
dalam
meningkatkan penjualan yang dibarengi dengan peningkatan yang sangat besar dalam pengorbanan biaya.
2.2 Penelitian Terdahulu Siregar (2008), melakukan penelitian dengan judul: “ Analisis Hubungan Manajemen Modal kerja dengan Rentabilitas pada PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Hubungan Manajemen Modal kerja dengan Rentabilitas pada PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Medan. Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa pergerakan current ratio dan receivable turnover searah dengan Return on Investment (ROI). Berdasarkan analisis statistik current
Universitas Sumatera Utara
ratio dan receivable turnover memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan ROI sedangkan working capital turnover memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan ROI. Silitonga (2011), melakukan penelitian dengan judul: “ Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Working Capital Turnover tidak berhubungan secara positif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI), Total Asset Turnover berhubungan secara positif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI) dan rasio hutang berhubungan secara negatif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI).
2.3 Kerangka Konseptual Setiap perusahaan berusaha meningkatkan labanya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dari segala tantangan yang dihadapinya, oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari profitabilitas . Efektivitas dari dana yang diinvestasikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas. Berdasarkan hubungan antara penjualan neto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah
Universitas Sumatera Utara
(Djarwanto 2004:159). Semakin tinggi working capital turnover maka semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuddin (2004:48) yang mengatakan bahwa semakin tinggi perputaran (turnover) dana yang diperoleh maka semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya sehingga semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan laba atas dana yang ditanam. Untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan dapat dinilai dengan rasio Total Asset Turnover (TATO). Menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) total assets turnover menunjukkkan efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam meghasilkan penjualan. TATO yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup banyak volume penjualan dalam bisnis. Perusahaan sebaiknya melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan penjualan dengan cara menjual beberapa asset, atau kombinasi dari keduanya (Brigham dan Houston, 2006:100), selain itu perusahaan juga dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa atau leasing peralatan dan mesin dan dengan total aktiva yang optimal diharapkan tercapai efektivitas penggunaan aktiva yang diperlihatkan melalui perputaran aktiva yang pada akhirnya berdampak terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Perputaran modal kerja (X1) ROA (Y) Perputaran total aktiva (X2) Sumber: Djarwanto (2004), Syamsudin (2004), Horne dan Wachowicz (2005) dan Brigham dan Houston (2009) dimodifikasi
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.4
Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan
adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan kerja dengan
yang signifikan antara variabel perputaran modal
return on asset pada perusahaan kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel perputaran total aktiva dengan return on asset pada perusahaan kosmetik dan barang keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia
Universitas Sumatera Utara