BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1
Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang (Francis, 1991:1). Menurut Jones (2004:3) investasi adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001:3). Sebagai contoh, seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah investasi dalam aset finansial yaitu deposito dengan jenis deposito berjangka. 13
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Tujuan investasi Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.1.1.3 Return dan Risiko Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001:47).
14
Universitas Sumatera Utara
Disamping
memperhitungkan
return,
investor
juga
perlu
mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan (Tandelilin, 2001:48).
2.1.2
Deposito
2.1.2.1 Pengertian deposito Deposito merupakan salah satu dari aktivitas investasi yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Deposito ini merupakan salah satu kegiatan menghimpun dana yang dilakukan oleh perbankan, selain tabungan dan giro.Bank memerlukan dana yang besar untuk kelangsungan hidup perbankan yaitu dengan menghimpun dana melalui simpanan deposito, kemudian dana tersebut dapat disalurkan kembali sehingga bank memperoleh pendapatan melalui bunga. Pengertian deposito menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Deposito berbeda dengan tabungan dan giro, seperti pengertian diatas bahwa deposito memiliki jangka waktu (jatuh tempo) penarikan. Begitu juga dengan suku bunga yang dimiliki oleh deposito lebih besar bila dibandingkan dengan dua jenis simpanan tadi. Jatuh tempo artinya masa berakhirnya simpanan deposito, artinya apabila nasabah menyimpan uangnya ke bank dalam bentuk deposito untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut dapat dicairkan setelah jangka waktu tiga bulan.
15
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Deposito Berjangka Deposito berjangka (time deposit) merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya. Bunga yang diperoleh dari deposito tersebut merupakan return (pendapatan) yang diperoleh karena telah menanamkan sejumlah dana dalam suatu bank. Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan berbagai insentif atau rangsangan. Insentif biasanya diberikan untuk jumlah nominal yang besar, baik berupa bunga khusus (special rate) maupun insentif, seperti hadiah atau cendera mata lainnya. Insentif juga dapat diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut. Artinya, deposito berjangka dengan nominal besar dan terus dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2.1.3
Inflasi
2.1.3.1 Pengertian Inflasi Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal Bank Indonesia berdasarkan Undang-undang no. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dasar pemikiran dari tujuan tunggal Bank Indonesia tersebut adalah bahwa kestabilan harga melalui upaya mempertahankan tingkat 16
Universitas Sumatera Utara
inflasi yang rendah merupakan dasar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Kestabilan harga merupakan hal yang sangat penting baik bagi kalangan rumah tangga terutama masyarakat yang berpendapatan tetap, maupun bagi sektor usaha. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya kemampuan daya beli masyarakat. Demikian pula bagi sektor usaha, inflasi yang tinggi menyulitkan melakukan perencanaan yang baik yang pada gilirannya akan mempengaruhi pengelolaan perusahaan dan secara jangka panjang akan memperburuk kegiatan perekonomian. Inflasi (inflation), yaitu kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terusmenerus, memengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah (Mishkin, 2008:12). Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 2001: 155). Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:381), inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Dari defenisi-defenisi inflasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga secara umum yang terjadi secara terus-menerus dan mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barangbarang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu
17
Universitas Sumatera Utara
diingat. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi. 2.1.3.2 Macam-macam inflasi Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi, yaitu terdiri dari: a.
Berdasarkan parah tidaknya inflasi tersebut. Inflasi dibedakan menjadi beberapa macam: - Inflasi ringan( dibawah 10% setahun) - Inflasi sedang ( antara 10-30%) - Inflasi berat ( antara 30-100% setahun) - Hiperinflasi ( diatas 100% setahun)
b.
Berdasarkan sebab akibat awal dari inflasi. Inflasi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: - Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation. - Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation.
c.
Berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan menjadi: - Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetkan uang baru, panen yang gagal, dsb. - Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita. 18
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Teori inflasi Beberapa teori mengenai inflasi: a.
Teori Kuantitas Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan hargaharga . inti dari teori ini adalah yang pertama, inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan volume uang yang beredar baik itu uang kartal ataupun uang giral. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti misalnya, gagal panen hanya akan menaikkan hargaharga untuk sementara waktu saja. Yang kedua, laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
b.
Teori Keynes Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya yang akhirnya terjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia(timbulnya inflationary gap). Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Golongan masyarakat ini mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut mungkin juga pengusaha swasta yang ingin 19
Universitas Sumatera Utara
melakukan
investasi-investasi
baru
dan
memperoleh
dana
pembiayaannya dari kredit bank. Golongan tersebut bisa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji bagi anggotaanggotanya melebihi kenaikan produktivitas buruh. Apabila jumlah dari permintaan-permintaan dari semua golongan masyarakat tersebut melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat maka inflationary gap timbul. Karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. c.
Teori Strukturalis Teori strukturalis adalah teori inflasi βjangka panjangβ karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu
lambat
dibandingkan
dengan
perumbuhan
kebutuhannya,
sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain, sehungga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diobati hanya dengan mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus diatasi dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor.
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
BI-rate
2.1.4.1 Pengertian BI-rate BI-rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
2.1.4.2 Fungsi BI-rate BI-rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktorfaktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2.1.4.3 Jadwal penetapan Pada dasarnya perubahan BI-rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia terhadap prakiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. 21
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bank Indonesia, penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG(Rapat Dewan Gubernur) Bulanan dengan cakupan materi bulanan: a)
Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya
b)
Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi.
c)
Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
2.1.5
Pertumbuhan Ekonomi
2.1.5.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
sebagai
suatu
ukuran
kuantitatif
yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat beberapa defenisi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi GDP potensial atau output nasional negara (Samuelson dan Nordhaus, 2004:249). Menurut Kuznets (1996), pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan 22
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang di perlukan. Pertumbuhan
ekonomi
adalah
terjadinya
pertambahan/perubahan
pendapatan nasional (produksi nasional/GDP/GNP) dalam satu tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya (Mahyudi, 2004:1). Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam
sektor
ekonomi
yang
secara
tidak
langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi (Sirojuzilam, 2015:10). Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan kemampuan suatu negara dalam satu tahun tententu untuk menyediakan barang kepada penduduknya dalam berbagai sektor ekonomi. Pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dan secara konseptual nilai tersebut dinamakan produk domestik bruto (PDB). Nilai tersebut dapat dihitung menurut harga yang berlaku (yaitu pada harga-harga yang berlaku pada tahun dimana PDB dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku pada tahun dasar (bese year). Rumus menghitung laju pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
g=
πΊπΊπΊπΊπΊπΊ 1βπΊπΊπΊπΊπΊπΊ 0 πΊπΊπΊπΊπΊπΊ 0
x 100% 23
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2 Pandangan Adam Smith Adam
Smith
merupakan
ahli
ekonomi
pertama
yang
banyak
menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Mengenai faktor yang menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Smith mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif dan pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang terjadi bersamasama dengan kenaikan dalam pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak.
2.1.5.3 Pengukuran Pendapatan Nasional Dengan Tiga Metode a. Metode Pengeluaran Metode pengeluaran adalah keseluruhan pengeluaran agregat, berupa penjumlahan dari konsumsi nasional (C), investasi nasional (I), government expenditure (G), export (X), import (M). b. Metode Penerimaan 24
Universitas Sumatera Utara
Metode penerimaan adalah keseluruhan penerimaan setiap warga negara pemilik
faktor
produksi
tanah,
tenaga
kerja,
modal,
keahlian/kewirausahaan yang berupa kompensasi sewa, upah, bunga, laba pada tahun tertentu. c. Metode Produksi Metode produksi adalah pengukuran keseluruhan produksi nasional dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah (value added), biasanya terdiri atas 10 s/d 11 sektor/ lapangan usaha pada waktu tertentu.
2.1.6
Suku Bunga LIBOR ICE LIBOR is designed to reflect the short term funding costs of major
banks active in London, the worldβs most important wholesale financial market. βICE LIBOR dirancang untuk mencerminkan biaya pendanaan jangka pendek dari bank-bank besar yang aktif di London, seluruh pasar keuangan terpenting di dunia.β London Interbank Offered Rate (LIBOR) adalah tingkat bunga rata-rata dimanabankterkemuka meminjam dana dengan jumlah yang cukup besar dari bank lain di pasar London. LIBOR adalah patokan atau suku bunga acuan yang paling banyak digunakan untuk suku bunga jangka pendek. Suku bunga rata- rata LIBOR dihitung dari biaya dana (cost of funds) dana jangka pendek tanpa agunan (unsecured) yang harus dibayar bank anggota asosiasi perbankan Inggris untuk memperoleh dana jangka pendek dari bank-bank lain. Cost of Fund (biaya dana) adalah suku bunga yang dipikul atas dana yang dikumpulkan bank. 25
Universitas Sumatera Utara
LIBOR digunakan sebagai referensi (benchmark) untuk suku bunga jangka pendek praktis di seluruh dunia. Kebanyakan produk-produk finansial, derivatif, dan bermacam-macam sekuritas, kontrak-kontrak keuangan, seperti kartu kredit, pinjaman, hipotek, dan sebagainya, menggunakan LIBOR sebagai acuan. Setiap hari bank-bank terpilih ini menyerahkan laporan perkiraan cost of funds masing-masing. Kelompok ini beranggotakan 16 bank raksasa, seperti Norinchukin (Jepang), West LB (Jerman), UBS (Swiss), RBS (Inggris), RBC (Kanada), Rabobank (Belanda), JP Morgan (AS), HBOS (Inggris), HSBC (Inggris), Lloyds (Inggris), Deutsche Bank (Jerman), Credit Suisse (Swiss), Citibank (AS), Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU) dari Jepang, Bank of America, dan Barclays (Inggris).
2.1.7
ROA (Return On Asset) ROA (Return On Asset) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak
selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama atau dihitung dengan rumus:
π
π
π
π
π
π
=
ππππππππ π π π π π π π π π π π π π π ππππππππππ π₯π₯ 100 % π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ ππππππππ
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari sisi pengelolaan aset.Dalam kerangka
26
Universitas Sumatera Utara
penilaian kesehatan bank, BI akan memberi skor maksimum 100 apabila bank memiliki ROA sebesar 1,50 %.
2.1.8
LDR ( Loan To Deposit Ratio) LDR ( Loan To Deposit Ratio) adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Rumus untuk mencari LDR adalah sebagai berikut:
πΏπΏπΏπΏπΏπΏ =
π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ ππππππππππ π₯π₯ 100 % π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ ππππππππππππππ
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan up) sehingga bank tidak likuid dan akan kesulitan dalam membiayai operasional dan juga bank akan kesulitan menghadapi nasabah yang akan dibayarkan bunga simpanannya. Oleh karena itu, bank menaikkan tingkat suku bunga deposito agar bank mendapat dana segar. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Dengan tersedianya dana yang siap untuk dipinjamkan tersebut, maka bank harus mengontrol tingkat bunga yaitu dengan menurunkan tingkat suku bunga deposito agar tidak terlalu banyak masyarakat yang menyimpan uangnya dalam bentuk deposito. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi.
27
Universitas Sumatera Utara
Perlu digaris bawahi kata relatif diatas, dalam menilai dan menafsirkan angka LDR suatu bank sebetulnya tidak perlu mempersoalkan nilai LDR itu dibawah 100%, sama dengan 100%, ataupun diatas 100%. Yang paling penting kita perlu melihat unsur-unsur apa yang digunakan dalam perhitungan itu. Untuk itu kita perlu tahu apa sebetulnya tujuan penghitungan LDR. Tujuan penghitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk menngetahui tingkat kerawanan suatu bank. Sebagai contoh, jika dana deposito pada suatu bank dalam jumlah relatif besar hanya dimiliki oleh seorang atau beberapa orang tertentu, hal ini dapat membahayakan posisi likuiditas bank tersebut, sekalipun LDR bank yang bersangkutan di bawah 100%.
2.1.9
CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah sebagai berikut: a. 8%
(delapan
persen)
dari
Aset
Tertimbang
Menurut
Risiko
(ATMR)untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1 (satu);
28
Universitas Sumatera Utara
b. 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua); c. 10% (sepuluh persen) sampai dengan kurang dari 11% (sebelas persen) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3 (tiga); atau d. 11% (sebelas persen) sampai dengan 14% (empat belas persen) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau peringkat 5 (lima). Ketentuan CAR tersebut secara tidak langsung juga mempengaruhi volume uang dan kredit yang beredar di masyarakat. Sebab jika bank harus memenuhinya maka dana yang seharunya dapat dipakai oleh masyarakat harus diendapkan menjadi bagian dari modal/aset. Untuk menghitung CAR, dapat digunakan rumus berikut ini:
πΆπΆπΆπΆπΆπΆ =
π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ ππππππππππ π₯π₯ 100% π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ π΄π΄π΄π΄π΄π΄π΄π΄
Keterangan: Total ATMR: Total Aset Tertimbang Menurut Resiko 2.2
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang tingkat suku bunga deposito berjangka,
antara lain: a.
Yacob, Kumaat, Niode (2015) meneliti pengaruh LDR, ROA, dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka di Sulawesi Utara. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka dan variabel bebas adalah LDR, ROA, dan inflasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan inflasi, LDR, ROA 29
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Sedangkan secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. b.
Tambunan (2007) meneliti analisis pengaruh suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito dan variabel bebas adalah suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi. Hasil dari penelitian ini adalah suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.
c.
Almilia Dan Utomo (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka dan variabel bebas adalah CAR, ROA, LDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi, likuiditas perekonomian. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan CAR, ROA, LDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi, likuiditas perekonomian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Tetapi secara parsial pada tingkat suku bunga deposito 3 bulan, inflasi, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito sedangkan, pada tingkat bunga 6 bulan, ROA dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku 30
Universitas Sumatera Utara
bunga deposito, dan pada tingkat bunga 12 bulan, ROA dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito. d.
Sianipar (2006) meneliti determinan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka dan variabel bebas adalah tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Secara parsial tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka.
e.
Simanullang (2006) meneliti analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito bank-bank umum di Indonesia. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito dan variabel bebas adalah tingkat suku bunga SBI dan inflasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitan Terdahulu Peneliti
Pratami (2013)
Dewi (2012)
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh inflasi,suku bunga sertifikat Bank Indonesia, ROA (return on asset), dan LDR(loan to deposit ratio) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank pembangunan daerah di Indonesia tahun 20092011.
Dependen: Tingkat suku bunga deposito
Analisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), dan Retrurn on asset (ROA) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka (pada Bank
Dependen: Tingkat suku bunga deposito
Teknik Analisis Data Regresi linear berganda
Independen: -Inflasi -SBI -ROA -LDR
Independen -CAR -LDR -ROA
Regresi linear berganda
Hasil Penelitian
Secara simultan inflasi, SBI, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Secara parsial inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, SBI berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, dan LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Secara simultan CAR, LDR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. secara parsial CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, LDR berpengaruh positif tidak signifikan 32
Universitas Sumatera Utara
Cetral Asia, Tbk. tahun 2001-2010)
Yacob, Kumaat, dan Niode (2015)
Tambunan (2007)
Almilia dan Utomo (2006)
Pengaruh LDR, ROA, dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka di sulawesi utara
Dependen: Tingkat suku bunga deposito
Analisis pengaruh suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia
Dependen: Tingkat suku bunga deposito
Regresi linear berganda
Independen: -LDR - ROA - inflasi
Regresi linear berganda
Independen: - LIBOR - SBI - inflasi
Dependen: Tingkat suku bunga deposito Independen: - CAR - ROA - LDR - Inflasi - Pertumbuhan
Regresi linear berganda
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, dan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Secara simultan inflasi, LDR, ROA berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Suku bunga libor, suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito
Secara simultan CAR, ROA, LDR, inflasi, pertumbuhan ekonomi, likuiditas perekonomian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 33
Universitas Sumatera Utara
Ekonomi Likuiditas Perekonomian
Simanullang (2006)
Sianipar (2006)
Analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI dan inflasi terhadap tingkat suku bunga deposito bank-bank umum di Indonesia Determinan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia
Dependen: Tingkat suku bunga deposito
Regresi linear berganda
Independen: - SBI - inflasi
Dependen: Tingkat suku bunga deposito Independen: -LIBOR - SBI - inflasi
Regresi linear berganda
12 bulan. Secara parsial: Bunga 3 bulan, inflasi, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito sedangkan, bunga 6 bulan, ROA dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito, dan bunga 12 bulan, ROA dan LDR berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito. Tingkat suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.
Secara simultan tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito. Secara parsial tingkat suku bunga LIBOR, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. 34
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang
mempengaruhi dan dipengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual, dimana variabel yang dipengaruhi (terikat) adalah tingkat suku bunga deposito. Variabel yang mempengaruhi (bebas) merupakan faktor eksternal dan faktor internal, dimana faktor eksternal adalah inflasi, BI-Rate, pertumbuhan ekonomi, dan LIBOR, sedangkan faktor internal adalah ROA, LDR, CAR. Dalam kesempatan ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat: 1.
Pengaruh faktor eksternal terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian terdahulu, diantaranya penelitian Amilia dan Utomo (2006) dalam penelitiannya yang mengambil judul faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia. Penelitian luciana dan anton menyimpulkan bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan pada deposito dengan jangka waktu 3 bulan, tetapi pada jangka waktu 6 dan 12 bulan, tingkat inflasi kurang memiliki pengaruh secara nyata. Menurut Bank Indonesia BI-Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter, pergerakan di suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito. Sehingga dapat disimpulkan 35
Universitas Sumatera Utara
bahwa BI-rate memiliki pengaruh terhadap penetapan suku bunga deposito berjangka. Menurut penelitian Sianipar (2006), yang melakukan penelitian dengan judul determinan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di Indonesia. Variabel dependen adalah tingkat suku bunga deposito dan variabel independen adalah SBI, LIBOR, dan Inflasi. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa SBI, LIBOR, dan Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank umum di indonesia. 2.
Pengaruh faktor internal terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka Menurut penelitian Amilia dan Utomo (2006), menyimpulkan bahwa faktor internal yang paling berpengaruh terhadap penetapan suku bunga deposito berjangka adalah ROA dan LDR, dimana kedua variabel tersebut mempengaruhi secara signifikan tingkat suku bunga deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Sedangkan CAR menurut penelitian luciana dan anton kurang mempengaruhi tingkat suku bunga deposito berjangka. Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan skema sebagai berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
Faktor Eksternal: Inflasi BI-rate Pertumbuhan Ekonomi LIBOR
Tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
Faktor Intenal: ROA LDR CAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual 2.4
Hipotesis Hipotesis merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori,
dalil, hukum, dan sebagainya yang sudah ada sebelumnya yang kebenarannya masih diragukan. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: a.
Inflasimemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
b.
BI-rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
c.
Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
37
Universitas Sumatera Utara
d.
LIBORmemiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
e.
ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
f.
LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
g.
CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito 3 bulan.
38
Universitas Sumatera Utara