BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Investasi dan Pasar Modal a. Investasi Menurut William F Sharpe, dkk (1997:17) Investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dollar sekarang untuk pada masa yang akan datang. Sedangkan menurut Tandelilin (2001: 3) “Investasi adalah suatu tindakan melepaskan uang, modal atau dana pada saat sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Menurut Sri Handaru Yuliati, dkk (1996: 23) Investasi adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara atau menaikan nilai dan/atau memberikan hasil (returns) yang positif “Serta menurut Sunariyah (2004: 4), secara sederhana investasi dapat diartikan “suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai“. Menurut Suad Husnan (2001: 47), investasi bukanlah sesuatu yang selalu menguntungkan investor, karena hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko (risk), maka dari itulah para pemodal tidak tahu pasti berapa keuntungan yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Investor hanya bisa memperkirakan berapa keuntungan yang
9
10
diharapkan dari investasi dan seberapa jauh deviasi yang akan terjadi dari return yang di harapkan. Secara garis besar resiko dalam berinvestasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu, resiko sistematis (systematic risk) dan resiko tidak sistematis (unsystematic risk). Systematic risk, adalah resiko yang dapat mempengaruhi semua perusahaan tanpa kecuali, sebab resiko ini bersifat universal, seperti pengaruh dari pertumbuhan GNP (Gross National Product), suku bunga, kurs, Inflasi dan lain sebagainya, karena resiko ini dapat mempengaruhi semua bidang usaha, maka resiko ini juga dapat disebut dengan resiko pasar. Unsystematic risk adalah resiko yang hanya mempengaruhi satu atau sekelompok kecil perusahaan yang mempunyai usaha sejenis, seperti tingkat volume penjualan (market share), ratio modal dengan hutang (debt to equity ratio), tingkat keuntungan per lembar saham (earning per share) kebijakan manajemen dan lain sebagainya, karena resiko ini juga sering disebut dengan resiko spesifik. Investor yang mempunyai perencanaan yang matang sebelum melakukan investasi, maka investor itu akan sukses dalam investasinya, begitu juga sebaliknya, investor akan gagal dalam berinvestasi kalau tidak mempunyai perencanaan yang matang. Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 4-5), Investasi yang berpeluang berhasil adalah jika dilakukan dengan perencanaan matang dan tentu saja disiplin. Perencanaan yang paling penting adalah menyiapkan tiga langkah prainvestasi, yakni tetapkan terlebih dahulu tujuan investasi. Dan ini menjadi dasar
11
dari pola investasi apakah berjangka pendek atau berjangka panjang. Kemudian menetapkan target keuntungan yang akan diraih dalam melakukan investasi. Setelah itu baru menentukan jenis investasi apa yang akan di pilih, jika seorang investor telah melakukan ketiga langkah diatas sebelum berinvestasi dengan benar, maka peluang untuk berhasil dari investor tersebut sangat besar dibandingkan kegagalannya. b. Pasar Modal Menurut Suad Husnan (2001: 4), pasar modal mempunyai peranan besar dalam perekonomian negara karena pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu : fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi
karena
menyediakan
fasilitas
atau
wahana
yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana, sehingga dengan demikian yang memiliki dana akan dapat menginvestasikan dananya dengan harapan akan memperoleh imbalan (return), sedangkan yang memerlukan dana (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal membuka kemungkinan dan kesempatan bagi pemilik dana untuk memperoleh imbalan (return), sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilihnya. Selain itu menurut Sunariyah (2004: 13), dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Pasar Modal bahwa di dalam pasar modal dibagi menjadi : jenis pasar perdana
dan pasar sekunder. Yang dimaksud dengan pasar perdana
12
adalah penawaran efek (saham) dari suatu perusahaan kepada masyarakat (publik) oleh suatu sindikasi penjaminan, sebelum efek (saham) tesebut diperdagangkan di bursa efek, atau dengan kata lain bahwa pasar ini adalah Initial Publik Offering (IPO). Sedangkan pasar sekunder adalah penawaran efek (saham) suatu perusahaan dilaksanakan di bursa efek. Di dalam pasar sekunder dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu adanya pasar reguler dan pasar non reguler. Yang dimaksud dengan pasar reguler adalah pasar yang harga, jumlah efek (saham) itu berdasarkan mekanisme pasar. Sedangkan pasar non reguler adalah pasar yang harga dari efek (saham) ditentukan secara negosiasi dan tidak dihitung dalam penghitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). C. Pasar Modal Efisien Menurut Sri Handaru Yuliati, dkk (1996: 125) pengertian dari pasar yang efisien (efficient market) pada dasarnya terdapat dua jenis efisiensi pasar modal, yakni efisiensi internal (internal effciency) dan efisiensi eksternal (external efficiency). Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu pasar modal, semakin tinggi derajat efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Pasar modal akan semakin memiliki efisiensi internal apabila biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas (transaction costs) semakin rendah. Jadi efisiensi dikaitkan dengan besarnya biaya untuk melakukan pembelian atau penjualan sekuritas. Sementara itu derajat efisiensi eksternal akan ditentukan
13
oleh kecepatan penyesuaian biaya sekuritas di pasar modal, terhadap informasi baru (antara lain dapat menyangkut penawaran dan permintaan sekuritas, perubahan faktor-faktor fundamental perusahaan dan keadaan perekonomian makro), dengan kata lain, apabila harga sekuritas –sekuritas dipasar modal mencerminkan semua informasi yang ada. Maka pasar modal akan memiliki efisiensi eksternal yang semakin tinggi. Dari pengertian efisiensi eksternal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jenis efisiensi akan dikaitkan dengan informasi. Artinya efisiensi pasar modal akan diukur secara informasional (Informationally efficient market). Menurut Suad Husnan (2001: 264) bahwa di dalam pasar modal sering dipergunakan istilah pasar modal yang efisien, yang dimaksud dengan pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi baru yang mencerminkan harga sekuritas semakin efisien pada pasar modal tersebut. Sehingga dengan demikian para pemodal akan sangat sulit untuk memperoleh keuntungan yang direalisir lebih tinggi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Suad Husnan (2001: 269) mengklasifikasikan menjadi tiga type yaitu : 1) Past price change (informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu yang lalu) adalah keadaan dimana harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga diwaktu yang lalu. Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi harga diwaktu yang lalu. Atau disebut bentuk efisiensi yang
14
lemah (weak from efficiency). Penelitian tentang random walk menunjukan bahwa sebagian besar pasar modal paling tidak efektif dalam bentuk ini. 2) Public information ( informasi yang tersedia kepada publik) adalah keadaan dimana harga-harga bukan hanya mencerminkan harga-harga diwaktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi setengah kuat (semi strong). Dengan kata lain para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal memanfaatkan public information. Para peneliti telah membuktikan bahwa public information ini sangat cepat tercermin dalam harga saham. 3) Public and private information (informasi yang tersedia kepada publik maupun tidak) adalah dimana harga tidak hanya mencerminkan semua informasi yang bisa diperoleh dari analisa fudamental tentang perusahaan dan perekonomian. Keadaan seperti ini disebut dengan bentuk efisiensi yang kuat (strong forms). Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan rumah lelang yang ideal; harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham. 2. Saham Fungsi saham pada dasarnya adalah untuk menghimpun dana dari investor, yang modal tersebut dipergunakan untuk menjalankan usaha dari
15
perusahaan tersebut, akan tetapi tidak semua saham dapat diperdagangkan secara umum, karena disebabkan perusahaan terlalu kecil atau perusahaan itu di kendalikan oleh keluarga. Saham yang dapat diperdagangkan secara umum adalah saham perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal (capital market) atau Bursa Efek (Stock Exchange). Di Indonesia terdapat dua bursa yaitu Bursa Efek Jakarta (Jakarta Stock Exchange) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya Stock Exchange). Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang telah go public atau telah menjadi perusahaan terbuka dengan kode yang biasa digunakan yaitu Tbk. Dengan demikian masyarakat luas dapat menjadi pemilik dari perusahan tersebut baik di pasar (Intial Public Offering) atau di pasar sekunder (di Bursa Efek). Menurut Sentanoe Kartonegoro (1995: 121), pada saat ini banyak para investor yang memilih instrumen investasi saham, karena investasi saham memberikan beberapa keuntungan yaitu berupa deviden, capital gain dan bonus. Deviden adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemilik saham berdasarkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, akan tetapi kalau perusahaan mengalami kerugian maka pemilik saham tidak akan memperoleh deviden. Dalam pembayaran deviden tergantung dari laba perusahaan dan pembagiannya ditetapkan oleh direksi perusahaan, setelah mengevaluasi hasilhasil operasi dan keadaan keuangan perusahaan, dalam hal ini laba perusahaan diukur dalam laba per saham (earning per share/ EPS), yaitu besarnya laba
16
yang tersedia bagi pemegang saham, dan dihitung dengan menggunakan rumus: EPS
= Laba bersih setelah pajak – Deviden saham preferen Jumlah saham biasa yang beredar
Capital gain adalah keuntungan yang di peroleh dari selisih harga antara waktu pembelian dengan penjualan saham. Sedangkan bonus adalah hak tambahan atau pemasukan potensial yang dapat bernilai cukup besar yang diberikan pemilik saham yang antara lain berupa right (prioritas) baik yang dapat di perjualbelikan atau yang tidak dapat diperjualbelikan. a. Jenis-jenis saham Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagihan atau klaim, saham dapat dibedakan sebagai berikut (Sunariyah : 2004, 125-132) 1) Saham biasa (common stock) adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa, saham biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen dibayar dan memperoleh deviden sepanjang perusahaan memperoleh keuntungan. 2) Saham preferen (preferen stock) adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden lebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap. Apabila perusahaan dilikuidasi, maka pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham setelah para kreditur, dan kemungkinan memperoleh
17
penghasilan tambahan dalam pembagian laba perusahaan. Disamping penghasilan tetap yang dijamin kontinuitas serta besarnya deviden tidak dapat dipengaruhi oleh laba perusahaan. Saham preferen ini terdiri dari beberapa jenis : a. Comulative preferen stock. Saham preferen ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya komulatif dalam suatu presentasi atau jumlah tertentu yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak membayar deviden sama sekali, maka akan dapat diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya, sampai saat dapat dibagikan deviden. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika terdapat saldo laba ditahan. b. Non-comulative preferen stock. Mendapat prioritas dalam pembagian deviden hingga suatu presentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, yaitu ndeviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun berikutnya. Jadi jika akan membagi deviden untuk pemegang saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar deviden saham preferen untuk tahun tersebut. c. Participating preferen stock. Disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga diberi hak untuk memperoleh bagian deviden yang sama dengan jumlah tetap yang diperoleh saham preferen. d. Non-participating preferen stock. Pemegang jenis saham ini setiap tahunnya memperoleh deviden terbatas sebesar tarif devidennya.
18
e. Convertible preferen stock. Saham jenis ini mempunyai prefensi untuk ditukarkan dengan surat berharga lainnya. Hak konversi umumnya meliputi penukaran saham preferen dengan saham biasa. Dalam hal-hal tertentu, saham preferen mungkin dapat dikonversi dengan obligasi, sehingga para investor mempunyai kebebasan untuk merubah posisi mereka dari pemegang saham menjadi kreditur. b. Menurut Sentanoe Kartonegoro (1995:136), bahwa berdasarkan kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan sebagai berikut : •
Saham Penghasilan (Income Stock) Yaitu, saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.
•
Saham Pertumbuhan (Growth Stock) Yaitu, saham yang telah mengalami laju pertumbuhan yang tinggi secara konsisten dalam operasi dan laba.
•
Saham Spekulatif (Speculative Stock) Yaitu, saham yang menawarkan harapan bahwa harganya akan naik, dan tidak memiliki pengalaman sukses, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa yang akan datang walaupun belum tentu dapat direalisasikan.
19
•
Saham Siklikal (Cyclical Stock) Yaitu, saham yang penghasilannya berhubungan erat dengan tingkat kegiatan usaha umum, harga saham ini mencerminkan keadaan ekonomi secara umum, saham ini menarik pada saat ekonomi membaik dan dihindari bila keadaan ekonomi melemah.
•
Saham Defensif (Defensive Stock) Yaitu, saham yang harganya tetap stabil bila kegiatan ekonomi menurun. Emiten ini biasanya bergerak dalam bidang produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
b. faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam bentuk saham. Dalam pengambilan keputusan investasi, baik yang eksplisit atau implisit
disadari atau tidak disadari, secara sistematis ataupun tidak. Ada
beberapa unsur yang dapat mempengaruhi investasi yaitu ; •
Kondisi Pemodal, yang mana kondisi keuangan dan sikap resiko. Proses psikologis seorang investor dalam mengolakasikan dana yang dimilikinya biasanya memiliki urutan-urutan yang sama, seperti untuk memenuhi kebutuhan dasar dimana kebutuhan tersebut : sandang, pangan, papan, pendidikan dan rekreasi.
•
Motif Investasi, investor pada umumnya mempunyai motif investasi yang tidak sama dan intensitas motif-motif seperti: keamanan, pendapatan, fasilitas pajak, dan spekulasi berbeda dari investor yang satu dengan yang lainnya.
20
•
Media investasi, dalam media ini ada beberapa pilihan yaitu di antaranya
real
assets
dan
financial
assets.
Berkembangnya
perekonomian, cenderung menggeser obyek investasi dari real assets baik di pasar uang maupun di pasar modal. •
Tehnik dan model analisis, ada dua aliran dalam teknik ini yaitu : fundametal analysis dan technical analysis. Yaitu : - Fundamental analysis ini beranggapan bahwa setiap setiap pemodal adalah mahluk rasional, mereka mencoba mempelajari hubungan antara nilai saham mewakili nilai perusahaan. Selain dari itu kondisi perusahaan mereka juga mempelajari tentang kondisi sebagainya. Dan
perekonomian,
politik dan lain
- Technical analysis hal ini beranggapan bahwa
pemodal adalah mahluk irrasional. Seorang individu yang bergabung ke dalam suatu massa, bukan hanya kehilangan rasionalitasnya tapi juga sering melebur identitas pribadi kedalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan di pengaruhi oleh permintaan dan
penawaran.
Pada
gilirannya
permintaan
dan
penawaran
merupakan cerminan dari kondisi psikologis pemodal. c. Strategi investasi dalam bentuk saham Saham sebagai salah satu instrumen invetasi dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama yaitu :(Tandelilin :2001, 199).
21
Pertama, sebagai gudang nilai yang mana para investor mengutamakan keamanan yang principal sehingga mereka akan mencari saham unggulan (blue chip) dan saham non spekulatif. Kedua, untuk pemupukan modal berarti para investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham penghasilan untuk mendapatkan deviden/ keuntungan. Ketiga, sebagai sumber penghasilan berarti para investor mengandalkan pada penerima deviden, sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, ada beberapa jenis strategi yang dikembangkan oleh ahli, antara lain adalah : Beli dan tahan (buy-and-hold), yaitu dengan menempatkan uang pada wahana investasi saham yang aman dan melihatnya berkembang dari waktu ke waktu. Dalam resiko ini dijaga tetap rendah, pendekatannya konservatif dan penghasilan yang rendah tetapi untuk jangka panjang. 1.
Penghasilan tinggi (high income), dimana investor mengejar tingkat penghasilan berjalan tinggi, dengan saham yang memberikan deviden dan terus meningkat di masa depan, oleh karena itu wahana investasi yang
cocok dalam strategi ini adalah saham penghasilan yang
bermutu.
22
2.
Pertumbuhan jangka panjang yang bermutu (quality long-term qrowth), di mana investor mengejar capital gain sebagai sumber hasil utama sebagai sumber hasil utama, saham yang cocok dalam strategi ini adalah saham pertumbuhan yang menawarkan prospek perkembangan dan peningkatan harga. Oleh sebab itu strategi ini mengandung resiko tinggi, maka di perlukan diversifikasi yang cukup.
3.
Manajemen saham agresif (aggressive stock management), yang mana strategi ini mencari penghasilan melalui manajemen portofolio dan perdagangan saham yang agresif untuk mendapatkan deviden dan capital gain, resiko pada strategi ini cukup besar, perdagangan lebih aktif, jangka waktu lebih pendek sehingga memerlukan pencurahan waktu dan ketrampilan investasi.
4.
Spekulasi dan perdagangan jangka pendek (speculation and short-term), dalam strategi ini menganut strategi yang spekulatif dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan capital gain dalam jangka pendek. Strategi ini juga mengandung proses yang terus-menerus berganti dari satu posisi saham ke posisi saham yang lain sesuai peluang investasi yang dianggap baik. Demikianlah beberapa strategi investasi yang telah dikembangkan oleh
para ahli, sekarang tergantung kepada investor strategi mana yang akan dipilih dalam berinvestasi. Di dalam menentukan strategi yang akan dipakai seorang investor harus memperhatikan dan meneliti startegi mana yang cocok bagi
23
dirinya dan juga harus menyesuaikan dengan karakter investor itu sendiri, apakah ia seorang risk taker, risk netral atau risk avoider. d. Indeks Harga Saham Menurut Vonny Dwiyanti (1999 : 54), Indeks Harga Saham ini berfungsi sangat penting karena dapat memberikan ukuran yang bisa membantu kita melihat situasi yang terjadi di pasar modal, jika Indeks Harga Saham terus naik dapat dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik, bursa efek sedang maju dan situasi pasar yang seperti inilah yang menunjukkan kondisi perekonomian, sosial dan politik yang sedang sehat. James H. Peter Dodd dan Mary Hamilton Kimpton (1995), menyatakan bahwa “ Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomenafenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini Indeks Harga Saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir “. Menurut J. Supranto (2004: 113), dalam bukunya Statistik Pasar Modal menyatakan bahwa : ”Para investor sering menggunakan Indeks Harga Saham sebagai patokan dalam berinvestasi, karena dengan Indeks Harga Saham tersebut para investor dapat menentukan apakah saat yang tepat untuk berinvestasi sudah tiba, dan kapan saat investasi dihentikan. Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan
dihitung
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
dipergunakan
untuk
24
membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu.” Menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55), bahwa untuk melihat Indeks Harga Saham dapat digunakan rumus sebagai berikut :
IHS =
ΣΗ 1 × 100% ΣΗo
IHS
= Indeks Harga Saham
Ho
= Seluruh jumlah harga saham terakhir
Hı
= Jumlah harga pada waktu dasar
Atau :
IHS =
NilaiPasar × 100 NilaiDasar
Nilai Pasar = Jumlah saham tercatat x harga terakhir Nilai Dasar = Jumlah saham tercatat x harga Di Bursa Efek Jakarta terdapat beberapa Indeks Harga Saham, yaitu Indeks Harga Saham Individu (IHSI), Indeks Harga saham Sektoral (IHSS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII). 3. Uang
Uang secara umum didefinisikan sebagai alat ukur, oleh karena itu segala sesuatu
yang dapat bertindak sebagai alat ukur umum dan dapat
diterima sebagai alat penyelesaian utang dapat dianggap sebagai uang.
25
Pengertian
uang
(Komaruddin:1991,78) :
jika
ditinjau
Pertama
dari
segi
likuiditasnya,
yaitu
Mı adalah uang yang terdiri dari uang
kertas, uang logam dan simpanan dalam bentuk rekening Koran (demand deposit). Kedua M2
adalah uang yang terdiri uang yang termasuk dalam kategori Mı,
tabungan dan deposito berjangka (time deposit) yang terdapat pada bank umum. Ketiga M3 adalah uang terdiri dari uang yang termasuk dalam kategori M2, tabungan dan deposito berjangka yang terdapat pada lembaga-lembaga keuangan bukan bank. Dari ketiga jenis diatas maka Mı lah yang paling likuid dibandingkan dengan M2 dan M3, karena Mı mempunyai proses yang mudah untuk menjadikannya didalam bentuk uang kas dan tidak terdapat kerugian. Dibandingkan dengan M2 dan M3 yang mempunyai likuiditasnya lebih rendah karena keduanya mempunyai jangka waktu untuk mencairkannya. a. Kurs valuta asing
Tajul Khalwaty (2000:161) mengungkapkan bahwa valuta asing adalah : “Mata uang asing (foreign exchange) yang digunakan sebagai alat pembayaran
dalam
transaksi
keuangan
dan
ekonomi
internasional
berdasarkan kurs resmi yang ditetapkan oleh bank sentral suatu negara. Sedangkan Sri Handaru dan Handoyo Prasetyo (1998) mengatakan valuta asing itu adalah : “Harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas (seperti emas dan perak) atau mata uang negara lain”.
26
Dari pengertian valuta asing tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa valuta asing tersebut adalah mata uang asing atau alat pembayaran yang dipergunakan untuk membayar transaksi ekonomi antar negara. Dalam perkembangan ekonomi dan keuangan internasional secara garis besar sistem kurs itu dibagi 3 bagian, yaitu: (Purnomo Yusgiantoro :2004,15-16) 1. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate), adalah kalau pemerintah ikut campur dalam mengatur nilai tukar mata uang. 2. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), adalah nilai tukar mata uang diserahkan kepada pasar tanpa campur tangan pemerintah. 3. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate), adalah apabila suatu negara menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau sekelompok negara besar yang mana nilai mata uang bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang yang ditambatnya. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam kurs valuta asing, yaitu : devaluasi, depresi, soft dan hard currency. •
Devaluasi adalah turunnya nilai mata uang suatu negara yang menggunakan sistem tertambat (pegged) atau sistem kurs tetap terhadap nilai mata uang negara lain.
•
Depresi adalah turunnya mata uang suatu negara yang menggunakan sistem kurs mengambang terhadap nilai mata uang negara lain.
27
•
Soft currency adalah apabila nilai mata uang suatu negara yang mengalami devaluasi atau depresi terhadap nilai mata uang negara lain, sehingga tidak laku atau jarang sekali digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam perdagangan internasional. Dalam mata uang ini terdiri dari mata uang negara-negara yang sedang berkembang yang sifatnya sensitif terhadap gejolak politik, perubahan kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah yang bersangkutan serta perubahan-perubahan kondisi sosial ekonomi internasional.
•
Hard currency adalah nilai mata uang yang diharapkan mengalami revaluasi atau apresiasi relatif terhadap sebagian besar mata uang dunia, mata uang ini diterima sebagai alat pembayaran perdagangan internasional karena relatif stabil. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa valuta asing ini adalah
sebagai alat pembayaran perdagangan internasional, yaitu terdiri dari ekspor dan impor baik barang maupun jasa, transaksi investasi dan keuangan internasional. Seluruh transaksi tersebut dicatat dalam Neraca Pembayaran Internasional suatu negara. b. Pengaruh kurs valuta asing terhadap indeks harga saham
Valuta asing merupakan sesuatu yang sudah terintegrasi dalam perekonomian internasional, sebab valuta asing tersebut merupakan alat pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional.
28
Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS maka akan dapat berpengaruh terhadap perekonomian negara. Karena ekspor dan impor menggunakan dollar AS, dan akhirnya juga akan mempengaruhi tingkat harga saham. Melemah dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar dapat berpengaruh terhadap harga saham di Indonesia, karena dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang akan dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan peralatan yang belum dapat diproduksi di dalam negeri, untuk menutupi biaya tersebut terpaksa memakai dana yang lain sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi laba perusahaan dan akhirnya dapat menurunkan harga saham perusahaan, dan secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi Indeks Harga Saham. 4. Suku Bunga
Suku bunga merupakan instrumen yang sangat strategis dalam menentukan pertumbuhan perekonomian suatu negara karena suku bunga merupakan fungsi dari tabungan dan investasi. Semakin tinggi suku bunga maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung dan menarik dananya dari investasi karena dengan menabung mereka akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan resiko yang kecil dibandingkan dengan investasi. Menurut Mulia Nasution (1998: 181), dalam bukunya Ekonomi Moneter, Uang dan Bank menyatakan bahwa : ”Tingkat suku bunga merupakan fungsi dari investasi, semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kecil minat masyarakat untuk mengadakan investasi, karena keuntungan yang diharapkan
29
dari investasi tersebut akan lebih kecil
dari tingkat suku bunga (biaya
penggunaan pinjaman tersebut)”. Bila terjadi kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada dorongan untuk meningkatkan atau dorongan untuk turun, maka akan dicapai untuk keseimbangan antara tabungan dan investasi. Dengan kata lain dorongan masyarakat untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk berinvestasi. Menurut Farid Harianto dan Siswanto Sudomo (1998:79) menyatakan bahwa di dalam investasi, tingkat suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemodal dan juga merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena menggunakan dana dari pemodal. a. Jenis-jenis suku bunga
Dalam dunia investasi suku bunga dapat terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu antara lain : 1. Suku bunga dasar Suku bunga dasar adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Sentral atas kredit yang diberikan kepada perbankan dan tingkat suku bunga yang diterapkan Bank Sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil alih oleh Bank Sentral.
30
2. Suku bunga efektif Suku bunga efektif adalah tingkat suku bunga yang sesungguhnya dibebankan kepada debitur dalam jangka waktu satu tahun apabila suku bunga nominal akan sama dengan suku bunga efektif. 3. Suku bunga nominal Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. 4. Suku bunga padanan Suku bunga padanan adalah tingkat suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pinjaman (kredit) atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas akan memberikan penghasilan bunga dengan jumlah yang sama. b. Pengaruh suku bunga terhadap indeks harga saham
Tinggi atau rendahnya suku bunga sangat menentukan sekali dalam pertumbuhan ekonomi dalam bidang sektor rill yang banyak menyerap tenaga kerja, begitu juga dengan pertumbuhan investasi yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara proporsional. Perubahan suku bunga khususnya di Indonesia adalah kebijakan moneter pemerintah, yaitu dengan cara penentuan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), bila suku bunga SBI naik maka secara tidak langsung suku
31
bunga deposito dan suku bunga kredit juga naik sehingga dapat menurunkan aktivitas pertumbuhan perekonomian dalam sektor rill. Naik atau turunnya suku bunga, maka investasi dalam bentuk saham akan berkurang sehingga dapat berpengaruh terhadap harga saham. Karena dengan naiknya suku bunga maka para pemodal akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya dalam bentuk tabungan atau deposito, sebab keuntungan yang akan diperoleh pemodal lebih besar dan mempunyai resiko yang lebih kecil dari investasi di saham. Karena pemodal lebih banyak yang menginvestasikan dananya dalam bentuk tabungan, deposito atau obligasi, maka secara tidak langsung akan menyebabkan transaksi di Bursa Efek akan terlihat sepi dan sekaligus akan dapat mempengaruhi Indeks Harga saham. 5. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Salah satu pandangan yang paling fundamental dalam teori makro ekonomi adalah bahwa tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu waktu tertentu tergantung kepada pengeluaran berbagai golongan masyarakat pada waktu tersebut, fungsi pengusaha hanyalah untuk menyediakan barang-barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat oleh sebab itu tingkat produksi mereka ditentukan oleh tingkat pengeluaran seluruh masyarakat. Apabila permintaan dalam perekonomian bertambah, para pengusaha akan menambah produksi mereka sebaliknya apabila permintaan berkurang, maka pengusaha akan mengurangi kegiatan mereka. Reaksi para pengusaha dalam menghadapi perubahan dalam permintaan masyarakat tersebut akan menentukan tingkat pendapatan nasional dan perubahannya dari masa ke masa. Apabila permintaan
32
sangat tinggi, semua pengusaha akan menambah produksi mereka yang selanjutnya akan mempertinggi pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja. Permintaan yang terus menerus bertambah pada akhirnya akan menciptakan tingkat kesempatan kerja penuh. Apabila permintaan masyarakat masih terus bertambah lagi, permintaan tersebut akan melebihi kemampuan perekonomian itu untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa keadaan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga atau inflasi (Sadono Soekirno : 1982, 252). Menurut Anto Dajat (1993 : 225-226) secara periodik, BPS menggunakan Indeks Harga Konsumen dari beberapa kota penting tertentu di Indonesia dalam indikator ekonomi yang diterbitkan sebagai buletin bulanan, Indeks Harga Konsumen adalah merupakan indeks yang menggambarkan perubahan barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh konsumen di kota-kota. Umumnya indeks ini merupakan ukuran statistik perubahan harga eceran barang-barang dan jasa-jasa konsumtif, indeks ini bukanlah indeks gaya hidup dalam arti yang sebenarnya karena indeks ini tidak mengukur perubahan dalam jumlah dan macam barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh konsumen atau jumlah pengeluaran total guna biaya hidup konsumen tersebut. Dalam penyusunan IHK harga eceran barang-barang serta jasa-jasa selalu harus digunakan, jenis barang dan jasa dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok-kelompok seperti (1) makanan, (2) perumahan, (3) sandang dan (4) aneka barang dan jasa. Sudah tentu kelompok makan, perumahan dan seterusnya masih dapat dibagi pula ke dalam sub kelompok agar dapat
33
memberikan perincian yang jelas seperti jenis barang yang digunakan bagi penyusunan indeks harus diklasifikasikan dalam sektor-sektor tertentu dan pada setiap sektor dapat dibagi pula dalam sub sektor misalnya indeks harga perdagangan besar dibagi dalam sektor-sektor tertentu seperti sektor pertambangan dan penggalian dengan sub sektornya antara lain: (1) batubara, (2) aspal, (3) batu kali, (4) pasir, (5) kerikil dan lain sebagainya. Jadi jika kita membicarakan Indeks Harga Konsumen kita juga harus membicarakan inflasi. Karena jika terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen secara terus menerus yang pada gilirannya akan berakibat pada inflasi. Dapat disederhanakan antara Indeks Harga Konsumen dan inflasi beriringan. Pengertian inflasi menurut Ralph T. dan Gerald W.Stone (1989), mereka mengungkapkan sebagai berikut : “ most people view increases in any the prices they pay for goods or service as inflationary. For the purpose of microeconomic analysis, we are concerned with change in the level of absolute price because these changes represent inflation. Inflation occurs when the average level of price rises while deflation occurs when price fall an the average. An increase in the price of single goods is not necessarily inflation. “ Dari pengertian inflasi yang diungkapkan mereka dapat diartikan bahwa inflasi tersebut merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kenaikan hargaharga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang
34
cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga tersebut. a. Jenis – jenis inflasi
Menurut Tajul Khalwaty (2000:210), inflasi merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks, karena banyak sumber yang menyebabkan terjadinya inflasi ini sehingga inflasi ini dapat melumpuhkan perekonomian dan industri suatu negara. Sedangkan jenis-jenis inflasi yang dapat di kelompokan berdasarkan sudut pandang sebagai berikut : asal inflasi, intensitas inflasi dan bobot inflasi. Ditinjau dari segi asal terjadinya inflasi dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Domestic Inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negri, kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) di dalam negeri, baik karena prilaku masyarakat maupun prilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakankebijakan yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga secara absolute, sehingga semakin meningkatnya laju inflasi. 2. Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri yang disebabkan oleh kenaikan harga di luar negeri, sehingga menyebabkan kenaikan harga-harga di dalam negri terutama barang-barang import atau bahan baku industri yang belum dapat di produksi di dalam negeri.
35
b. Ditinjau dari segi intensitas inflasi terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Inflasi merayap (Creeping Inflation) Adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan ekonomi berlangsung lambat/ merayap, hal ini juga dapat dikatakan dengan inflasi sedang, karena kenaikan harga berlangsung secara perlahan-lahan. b. Inflasi sangat berat (Hyper Inflation) Adalah inflasi ini dimana terjadi sangat berat dikarenakan adanya kenaikan harga umum yang berlangsung sangat cepat. Inflasi ini sangat berbahaya karena dapat merusak struktur perekonomian suatu negara. c. Pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham
Menurut Tajul Khalwaty (2000: 233), sebagai suatu fenomena ekonomi, inflasi sering terjadi karena sangat sensitif terhadap musim, arus distribusi, rumor, stabilitas politik dan krisis kepercayaan masyarakat
terhadap
pemerintah. Dalam keadaan inflasi, harga-harga naik relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga, sehingga menyebabkan daya beli masyarakat semakin melemah dan menyebabkan kelesuan hampir di segala sektor rill yang diikuti dengan pemutusan hubungan kerja atau dengan kata lain semakin menambah jumlah penganguran. Di sektor industri penerima laba menurun cukup drastis, sehingga dapat menurunkan
36
harga saham perusahaan publik dan bahkan tak jarang investor asing melakukan divestasi karena resiko yang menghadang terlalu besar. Untuk lebih jelasnya, bagaimana pengaruh inflasi terhadap harga saham lebih baik dijelaskan dengan mempergunakan teori terbentuknya inflasi, yaitu demand pull inflation dan cost push inflation (Herlambang : 2002:78) Demand pull inflation pemicu terjadinya adalah peningkatan dari sisi permintaan, maka secara otomatis sesuai dengan mekanisme pasar yang berlaku, sisi penawaran akan berusaha untuk menyeimbangi sisi permintaan tersebut, sehingga dalam volume produksi akan terjadi peningkatan kapasitas produksi demi menutupi excess demand, sehingga akan terjadi peningkatan penjualan yang mengakibatkan laba perusahaan akan bertambah. Sedangkan cost push inflation disebabkan karena terjadinya kenaikan dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan harga barang akan naik, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran yang mana apabila harga naik, maka jumlah permintaan akan mengalami penurunan. Dengan demikian secara otomatis perusahaan akan mengurangi kapasitas produksinya sehingga menyebabkan turunnya volume penjualan yang menyebabkan turunnya pendapatan laba perusahan dan pada akhirnya dapat menurunkan harga saham perusahan tersebut, dan sekaligus akan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham.
37
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hasil Penelitian Pengaruh Variabel Makroekonomik Pada Laba Pasar Saham Dalam Mengembangkan Pasar.
Penelitian tentang pengaruh variabel makro ekonomi pada laba pasar saham dalam mengembangkan pasar banyak dilakukan oleh para peneliti diantaranya; Chung S. Kwon, Tai S. Shin, dan Frank W. Bacon (1997). Mereka melakukan penelitian tentang hubungan antara laba pasar saham dan variabel makroekonomi pada pasar saham Korea dimana ditemukan bahwa pasar saham Korea menggabungkan informasi pada variabel makroekonomi dalam laba saham (stock returns). Faktor-faktor yang signifikan adalah dividend yield, laju mata uang asing (foreign exchange rate), harga minyak, dan penyaluran uang. Persepsi para investor terhadap laba saham pada pasar Korea sangat berbeda dengan persepsi para investor Jepang dan Amerika, dimana mereka menunjukan bawa pasar Korea lebih sensitif terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi yang riil dari pada variabel-variabel tingkat bunga atau inflasi. Penelitian yang dilakukan oleh Chung S. Kwon, Tai S. Shin, dan Frank W. Bacon (1997) menyatakan secara tidak langsung bahwa pasar saham Korea merefleksi makro-informasi pada stock market returns (laba pasar saham). Bagaimanapun, implikasi yang paling penting berasal dari penemuanpenemuan yang merupakan persepsi investasi pada pasar finansial Korea sangat berbeda dari persepsi yang dijumpai pada pasar Jepang dan Amerika. Pasar saham Jepang dan Amerika sangat sensitif dengan variabel-variabel inflasi
38
seperti perubahan pada inflasi yang tidak diharapkan (unexpected inflation), inflasi yang diharapkan (expected inflation), risk-premium dan term structure [Chen, Roll dan Ross, (1986), Burmeister and Wall (1986), Hamao (1988), and Chen (1991)]. Pasar saham Korea lebih sensitif terhadap nilai mata uang asing (foreign exchange rates), saldo perdagangan (trade balance), money supply, dan indeks produksi (production index), yang menandakan bahwa pasar Korea lebih sensitif terhadap aktivitas perdagangan internasional dari pada variabel suku bunga atau inflasi. Penemuan-penemuan tersebut juga menandakan bahwa strategi-strategi yang berbeda diperlukan untuk melakukan investasi dengan sukses pada pasar bursa saham Korea. Data yang digunakan adalah laba bulanan nilai perimbangan Korea Composite Stock Price Index (KOSPI) selama periode Januari 1980 hingga Desember 1992 (156 observasi bulanan), yang dipilih dari berbagai permasalahan Securities Statistics Yearbook. KOSPI memasukkan semua saham yang terdaftar pada Korea Stock Exchange. Harga saham merupakan harga penutup dari hari perdagangan yang lalu pada tiap-tiap bulan. KSE juga menerbitkan bermacam-macam indeks. Penelitian ini akan menggunakan indeks-indeks sebagai berikut: (1) KOSPI (2) Indeks dengan pilihan, (3) Indeks-indeks dengan ukuran kapital (Large-size stock, Medium-size stock, and Small-size stock), dan (4) Indeks-indeks industri (16 sub grup diluar 34 klasifikasi industri). Jumlah indeks pada akhir tiap-tiap bulan digunakan untuk menghitung laba bulanan.
39
Variabel-variabel makro ekonomi yang digunakan adalah data bulanan untuk periode yang sama seperti data pasar saham (Jan. 1980 - Des. 1992), yang dipilih dari berbagai permasalahan Buletin bulanan yang diterbitkan oleh Bank of Korea. Semenjak tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi variabelvariabel makroekonomik yang mana secara signifikan dan secara konsisten mempengaruhi laba pasar saham, maka penelitian ini memilih macroeconomic state variables yang berhubungan dengan variabel-variabel yang digunakan oleh Chen, Roll, and Ross (1986), berdasarkan teori ekonomi asset pricing. Penelitian ini juga mempertimbangkan faktor-faktor yang secara dekat berhubungan dengan ekonomi negara Korea, dimana secara berat bergantung pada faktor-faktor perdagangan internasional, seperti saldo perdagangan, valuta asing dan harga-harga minyak. Ada tiga model regresi yang dibangun untuk menguji hubungan antara laba pasar dan variabel-variabel makroekonomik pada kerangka kerja Chen, Roll, and Ross (1986, CRR), dan lainnya yang dipilih variabel-variabel yang diasumsikan sesuai dengan pasar saham negara Korea. Perusahaan-perusahaan dikumpulkan
dalam
portofolio
dengan
ukuran
dalam
upaya
untuk
mengidentifikasi pengaruh pada laba pasar saham, dan berkorelasi dengan laba yang diharapkan. 2. Harga Saham, Laba Yang Diharapkan dan Inflasi
Steven A. Shape (1999) telah menguji pengaruh dari inflasi yang diharapkan pada harga saham dan long-run returns. Estimasi long-run return yang diharapkan berasal dari kerjasama estimasi harapan investor pada cash
40
flow korporat yang akan datang kedalam suatu varian model rasio harga deviden Campbell-Shiller. Pada model ini, log-earnigs-price ratio dinyatakan sebagai suatu fungsi linear dari expected-return yang akan datang, laju pertumbuhan pendapatan yang diharapkan, dan log of the current dividendpayout-ratio. Harapan para investor pada pertumbuhan pendapatan diambil dari ramalan pendapatan para analis ekuitas; harapan inflasi diambil dari survei ramalan profesional. Steven A. Shape (1999) menemukan hubungan negatif antara penilaian ekuitas dan inflasi yang diharapkan yang merupakan hasil dari dua efek : suatu kenaikan pada inflasi yang diharapkan serupa dengan (i) pertumbuhan pendapatan riil yang diharapkan lebih rendah dan (ii) return rill yang diharuskan lebih tinggi. Saluran pendapatan tidak hanya semata-mata suatu refleksi dari properti yang menandakan resesi inflasi; sebaliknya suatu porsi pengaruh penilaian negatif kelihatannya menjadi hasil hubungan yang negatif antara inflasi pada laba saham riil yang diperlukan dan merupakan suatu yang substansial. Peningkatan satu point persentase dalam inflasi yang diharapkan diperkirakan menaikan laba saham riil yang diperlukan kira-kira satu point persentase, yang mana sama dengan kira-kira turun 20 persen pada harga saham. Pada saat yang sama, komponen yang berhubungan dengan inflasi pada laba saham riil yang diharapkan mempunyai tingkatan komonalitas dengan komponen yang berkaitan dengan expected real long-term bond yield. Pada analisis kontroversi mereka tentang inflasi dan penilaian ekuitas, Modigliani dan Cohn (1979) membuktikan suatu hubungan negatif yang serupa
41
antara rasio P-E dan inflasi. Suatu regresi pada data kuartal diatas tahun 19531977, mereka menemukan bahwa kurs inflasi yang paling lazim mempunyai suatu pengaruh marjinal yang negatif pada penilaian ekuitas, bahkan setelah mengontrol pengaruh negatif dari hasil obligasi nominal. Sambil mereka mengakui kemungkinan logis bahwa suatu hubungan dapat merefleksi suatu premi risk yang berhubungan dengan inflasi pada saham-saham yang berhubungan dengan obligasi. Mereka berargumentasi bahwa besarnya pengaruh sulit dirasionalkan. 3. Inflasi dan Laba Saham
Pierre L Siklos, Ben Kwok (1999) meneliti suatu kointegrasi VAR yang tidak terbatas yang digunakan untuk menguji implikasi dinamis dari 3 penjelasan yang bersaing terhadap hubungan negatif inflasi-laba saham (stock return-inflation). Hasil test ditetapkan yang mana dimanfaatkan untuk penelitian lanjutan dalam menguji kausalitas Grenger. Satu implikasi adalah pengujian kausalitas Granger yang menggunakan prosedur baru menghasilkan suatu interpretasi yang berbeda dari hubungan antara laba saham dan inflasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa Geske dan Roll’s hanyalah teori dengan suatu struktur dinamis yang tidak ditolak oleh contoh data kuartal Amerika dari tahun 1990 hingga 1992, walaupun hasil-hasil tersebut tidak semuanya tidak konsisten dengan hipotesis Fama. Hanya hipotesis Benderly dan Zwick yang makro ekonomi. secara jelas ditolak dengan data tersebut. Hasilnya juga memberikan fakta-fakta yang disesuaikan pada hubungan dinamis antara kunci variabel-variabel makro ekonomi
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Saham merupakan salah satu instrumen investasi keuangan yang diperdagangkan di Pasar Modal atau Bursa Efek. Salah satu yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah
kurs dollar. Melemah atau
menguatnya kurs dollar tersebut akan sangat berpengaruh terhadap harga saham di Indonesia. Karena dengan melemahnya rupiah terhadap dollar yang akan dapat merningkatkan biaya impor bahan baku dan peralatan yang belum dapat diproduksi di dalam negeri, untuk menutupi biaya tersebut terpaksa memakai dana yang lain, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi laba perusahaan, dan akhirnya dapat menurunkan harga saham perusahaan tersebut. Naik atau turunnya suku bunga akan berpengaruh terhadap harga saham, karena dengan naiknya suku bunga, maka para pemodal akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya dalam bentuk tabungan atau deposito sebab keuntungan yang akan diperoleh lebih besar dan mempunyai resiko yang lebih kecil dari investasi di saham. Naik-turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh fluktuasi IHK, suku bunga, dan kurs dollar akan dapat mempengaruhi Indeks Harga Saham, karena angka tersebut berasal dari gabungan jumlah harga saham.
43
Maka di bawah ini didapatkan suatu gambaran kerangka pemikiran sebagai berikut :
Inflasi
Suku bunga
IHSG dan Sahamsaham Pertambangan
Kurs dollar
Gambar 6 : Paradigma Penelitian B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Ada
pengaruh secara signifikan Indeks Harga Konsumen (IHK), suku
bunga dan kurs dollar baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap IHSG. 2. Ada
pengaruh secara signifikan Indeks Harga Konsumen (IHK), suku
bunga dan kurs dollar baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap saham-saham pertambangan yang terdiri dari Aneka Tambang (ANTM), Bumi Resources (BUMI), Citatah Tbk. (CTTH), Internasional Nickel Indonesia Tbk. (INCO), Medco Energi Internasional Tbk. (MEDCO) dan Timah Tbk. (TINS).
44
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berasal dari berbagai sumber. Untuk data yang berhubungan dengan nilai kurs dollar dan suku bunga diambil dari Biro Pusat Statistik, sedangkan data yang berhubungan dengan IHK diambil dari publikasi Bank Indonesia. Data yang berhubungan dengan IHSG dan saham-saham sektor pertambangan yang terdiri dari Aneka Tambang (ANTM), Bumi Resources (BUMI), Citatah Tbk. (CTTH), Internasional Nickel Indonesia Tbk. (INCO), Medco Energi Internasional Tbk. (MEDCO) dan Timah Tbk. (TINS) diambil dari data Jakarta Stock Exchange (JSX) Monthly Statistic yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ). Periode penelitian antara Januari 1999 sampai dengan Desember 2004. D. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu kondisi IHK (X1), suku bunga (X2), kurs dollar (X3) dan IHSG (Y1) dan saham-saham sektor pertambangan yang terdiri dari Aneka Tambang (ANTM), Bumi Resources (BUMI), Citatah Tbk. (CTTH), Internasional Nickel Indonesia Tbk. (INCO), Medco Energi Internasional Tbk. (MEDCO) dan Timah Tbk. (TINS) sebagai variabel dependen (Y2). Variabel penelitian dan definisi operasional: •
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah Suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok saham yang tercatat di suatu bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah
45
kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut. •
Suku Bunga Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga deposito berjalan satu bulan pada bank-bank pemerintah yang dinyatakan dalam satuan persen.
•
Kurs Dollar adalah adalah nilai tukar negara yaitu dollar AS terhadap rupiah.
•
Indeks Harga Konsumen (IHK) ádalah Indeks yang menunjukkan harga barang-barang konsumsi.
E. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data semua harga saham sektor pertambangan dengan syarat bahwa saham-saham tersebut telah melakukan transaksi perdagangan (Listing) pada periode Januari 1999. Sahamsaham tersebut antara lain: Aneka Tambang (ANTM), Bumi Resources (BUMI), Citatah Tbk (CTTH), Int’l Nickel Indonesia (INCO), Medco Energi Internasional (MEDC), Timah Tbk (TINS). Semula ada 10 emiten yang bergerak dalam bidang pertambangan per Desember 2004 akan tetapi setelah ditarik kebelakang ternyata ada 4 emiten yang baru listing selama rentang penelitian yaitu Central Koporindo Internasional (CNKO) Listing Januari 2002, Apexindo Pratama Duta (APEX) Listing Agustus 2002, PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) Listing Desember 2002, dan Energi Megah Persada (ENRG) Listing Juni 2004 sehingga data-data dimaksud dikeluarkan dari penelitian.
46
F. Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat dan memberikan gambaran perkembangan harga saham-saham sektor pertambangan dari periode Januari 1999-Desember 2004. Rata-rata adalah suatu ukuran pemusatan yaitu adalah suatu nilai yang mewakili suatu himpunan (Spiegel, Murray R, 1994). Rata-rata digunakan untuk melihat pemusatan harga saham-saham sektor pertambangan. n
X =
∑X i =1
i
n
simpangan baku dipergunakan untuk mengukur rata-rata jarak antara atau selisih masing-masing nilai individu dari suatu kelompok nilai terhadap rata-ratanya (Spiegel, Murray R,1994). n
S=
∑(X i =1
i
− X )2
n −1
Dalam hal ini simpangan baku digunakan untuk mengukur rentang dari fluktuasi harga saham-saham sektor pertambangan. Koefisien Variasi adalah suatu ukuran sebaran relatif yang merupakan rasio antara simpangan baku dengan rata-rata (Spiegel, Murray R, 1994). CV =
S X
47
Koefisien variasi digunakan untuk memperbandingkan seberapa besar fluktuasi terjadi antara saham-saham sektor pertambangan. D. Analisis Regresi Berganda Metode yang digunakan untuk melihat keterkaitan antara harga saham dengan Indeks Harga Konsumen, suku bunga dan kurs dollar adalah model regresi berganda. ln y = ln a + b1 ln x1 + b2 ln x 2 + b3 ln x3 Keterangan : ln a
= intercept
y
= Harga Saham
x1
= Indeks Harga Konsumen (IHK)
x2
= Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)
x3
= Kurs Dollar
bi
= sensitivitas faktor ke-i
Dalam analisis regresi berganda ada beberapa asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebelum model tersebut digunakan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain (Supranto,1995): 1. nilai rata-rata kesalahan penggangu nol, yaitu E (ei ) = 0 , untuk i =1,2,3,…,n.
48
2. Varian untuk semua kesalahan pengganggu adalah sama, Var (ei ) = σ 2 , asumsi mengenai homokedastisitas. 3. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti kovarian
(ei , e j ) = 0, i ≠ j. 4. Variabel bebas X 1 , X 2 ,..., X k , konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan penganggu ei 5. Tidak ada kolinearitas ganda (multicollinearity) diantara variabel bebas X. 6. ei ~
N (0; σ 2 ), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi
normal dengan rata-rata normal nol dan varian σ 2 . Analisis regresi berganda menggunakan program SPSS versi 12.0. dengan menggunakan kombinasi antara enter methods (semua variabel bebas masuk dalam model baik yang berpengaruh maupun yang tidak berpengaruh) dan stepwise methods (metode ini memasukkan variabel bebas yang mempunyai korelasi paling kuat dengan variabel dependent, kemudian setiap kali pemasukan variabel bebas yang lain dilakukan pengujian untuk tetap memasukkan variabel bebas atau mengeluarkannya), (Santoso: 1999,294). Pengujian-pengujian asumsi model regresi berganda 1. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas. Dampak adanya multikolinearitas adalah:
49
Standard error akan cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat kolinearitas antara variabel bebas juga meningkat.
Interval keyakinan untuk parameter dari populasi juga cenderung melebar.
Probabilita untuk menerima hipotesis, padahal hipotesis itu salah (type II error) menjadi besar nilainya.
Selama kolinearitas ganda tidak sempurna, masih mungkin untuk menghitung perkiraan koefisien regresi akan tetapi standard errornya menjadi sangat sensitif.
Apabila kolinearitas ganda tinggi seseorang akan memperoleh nilai R2 (koefisien determinasi berganda) yang tinggi, akan tetapi tidak ada atau sedikit sekali, koefisien regresi yang signifikan secara statistik. Kalau koefisien regresi suatu variabel bebas signifikan, maka variabel bebas yang bersangkutan mempunyai pengaruh terhadap Y. Untuk mengetahui adanya multikolinearitas dilakukan dengan melihat
besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance (Santoso, 2002). Pedoman model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar 1 dan mempunyai tolerance mendekati 1. Cara-cara mengatasi multikolinearitas, antara lain (Supranto, 1995, 24):
Adanya informasi sebelumnya (a priori information).
Menggabungkan Cross section dan time series data.
50
Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan kesalahan spesifikasi (kesalahan dalam menentukan spesifikasi model yang dipergunakan dalam analisa, maksudnya salah dalam menentukan variabel yang tepat dalam model regresi).
Transformasi variabel-variabel.
Penambahan data baru.
2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan permasalahan dalam regresi berganda dimana varians untuk kesalahan pengganggu tidak sama Var (ei ) ≠ σ 2 . Heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada analisa data “cross section” dari pada data “time Series”. Konsekuensi bila terjadi Heteroskedastisitas antara lain (Supranto, 1995, 52):
Penduga regresi menjadi tidak efisien.
Varians tidak lagi minimum dan penduga untuk varians menjadi bias.
Interval keyakinan untuk penduga semakin lebar dan uji signifikan kurang kuat.
Uji t dan uji F memberikan kesimpulan yang salah. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot antara
nilai sisa (SResid) dengan nilai prediksi (ZPred), ketika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
51
melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002). 3. Uji Kenormalan Asumsi kenormalan dalam regresi berganda adalah dimana kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians σ 2 . Uji dilakukan dengan melihat Normal Probability Plot, (Santoso,2002). Dasar pengambilan keputusan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 4. Uji Otokorelasi Otokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti data deret waktu) atau ruang (seperti dalam cross sectional data). Akibat terjadinya otokorelasi dalam model regresi yaitu (Supranto,1995,95): •
Penduga menjadi tidak efisien dan menyebabkan interval keyakinan menjadi lebar serta uji signifikan kurang kuat (less powerful).
•
Kalau kita sama sekali tidak memperdulikan persoalan otokorelasi dan melanjutkan menggunakan model tersebut (berdasarkan asumsi bahwa tidak terjadi otokorelasi), konsekuensinya menjadi lebih serius yaitu
52
sebagai berikut: pertama varians kesalahan pengganggu S2 akan “underestimate” σ 2 , kedua penggunaan uji t dan uji F tak lagi syah atau valid dan apabila terpaksa dipergunakan akan menyesatkan didalam pengambilan kesimpulan terutama tentang signifikan tidaknya secara statistik bagi setiap koefisien regresi yang diuji. •
Akan memberikan gambaran yang distorsi mengenai nilai parameter sebenarnya. Prosedur pengujian untuk otokorelasi dengan melihat statistik d Durbin-
Watson dengan rumus n
d=
∑ (e − e t =2
t −1
t
n
∑e
)2
2
t =1
Nilai d antara 0 sampai 4, jika nilai d kurang dari 2 maka ada otokorelasi positif dan jika nilai d lebih dari 2 maka ada otokorelasi negatif, jadi nilai d yang diharapkan adalah sekitar 2 (Makridakis, 1995). Cara mengatasi permasalahan otokorelasi
Oleh karena adanya korelasi serial mengakibatkan pemerkira Ordinary Least Square (OLS) yang biasa tak efisien, maka perlu untuk mencari jalan keluarnya. Cara pemecahannya sangat tergantung kepada pengetahuan apa yang kita miliki tentang ketergantungan diantara kesalahan pengganggu tersebut (Supranto,1995,117).
53
1. Struktur otokorelasi ( ρ ) diketahui Oleh karena kesalahan pengganggu atau residual tak diketahui sifat dari otokorelasi biasanya merupakan suatu spekulasi atau tuntutan praktek. Dalam praktek biasanya ada anggapan atau asumsi bahwa kesalahan pengganggu et mengikuti otoregresi order pertama, yaitu: et = ρ et −1 + µ t …………………………….(1) Keterangan
ρ < 1 dan
dimana
µt
mengikuti
asumsi
OLS
dengan
E ( µ t ) = 0, var(µ t ) = σ 2 dan tak ada otokorelasi, E( µ t , µ t −1 ) = 0. Dengan asumsi bahwa persamaan (1) benar, persoalan korelasi serial dapat dipecahkan dengan hasil yang memuaskan kalau ρ = koefisien otokorelasi sebenarnya diketahui. Dengan cara sebagai berikut: Yt = a + bX t + et …………………………………………(2) Apabila model (2) benar untuk tahun t, maka benar juga untuk tahun (t1), jadi berlaku hubungan berikut: Yt −1 = a + bX t −1 + et −1 ……………………………………...(3) Kemudian model (3) dikalikan dengan ρ hasilnya:
ρ Yt −1 = ρ a + ρ bX t −1 + ρ et −1 ………………………….………(4)
54
Sekarang model (2) dikurangi dengan model (4) (Yt − ρ Yt -1 ) = a (1 − ρ ) + bX t − ρ bX t -1 + (et − ρ e t -1 ) (Yt − ρ Yt -1 ) = a (1 − ρ ) + b( X t − ρ X t -1 ) + µ t ………………………(5) dimana µ t = (et − ρ e t -1 ) Oleh karena µt memenuhi asumsi OLS, maka kita dapat menggunakan OLS untuk model (5) dan memperoleh pemerkira dengan segala sifat-sifat baiknya, seperti tak bias, varian yang minimum, dan lain sebagainya. Regresi (5) disebut “generalized difference equation”. Artinya regresi Y terhadap X tidak pada bentuk aslinya akan tetapi pada selisihnya (Difference), yang diperoleh dengan jalan mengurangkan suatu proporsi (= ρ ) nilai variabel sebelumnya dari nilai variabel yang bersangkutan. Di dalam prosedur pengurangan ini, kita kehilangan satu observasi pertama tak ada yang mendahuluinya. Untuk mencegah hilangnya observasi ini, observasi pertama pada Y dan X dirubah bentuknya sebagai berikut: Y1 1 − ρ 2 dan X 1 1 − ρ 2 2. Struktur Otokorelasi ( ρ ) tak diketahui. Penyelesaian permasalahan otokorelasi bila struktur korelasi tidak diketahui yaitu dengan menduga nilai ρ dengan dasar statistik d DurbinWatson.
55
∧
d = 2(2 − ρ )…………………………………………………….(6) rumus (6) merupakan suatu nilai perkiraan dan mungkin tidak berlaku untuk sampel kecil. Untuk sampel yang kecil Theil dan Nagar merumuskan suatu persamaan sebagai berikut: d n 2 (1 − ) + k 2 2 ρ= ………………………………………………..(7) 2 n −k2 ∧
keterangan,
Setelah nilai
n
= banyaknya observasi (sample size)
d
= statistik d Durbin-Watson
k
= banyaknya koefisien termasuk titik (intercept) ∧
ρ
diperkirakan, dilakukan transformasi variabel dengan
menggunakan persamaan selisih umum (generalized difference equation) dan menggunakan OLS untuk memperkirakan koefisien A dan B. Untuk observasi pertama diduga dengan Y1 1 − ρ 2 dan X 1 1 − ρ 2 dan observasi selanjutnya diubah dengan menggunakan rumus: Yt = Yt − ρ Yt -1 dan X t = X t − ρ X t -1 . *
*
Pengujian Hipotesis Koefisien Regresi Parsial
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga, kurs dollar dan Indeks Harga Konsumsi terhadap harga saham secara individu (parsial) digunakan statistik t. Ho: bij = 0 {tak ada pengaruh faktor ke-j (suku bunga, kurs dollar dan Indeks Harga Konsumsi) terhadap harga saham}
56
Ha: bij ≠ 0 {ada pengaruh faktor ke-j (Indeks Harga Konsumen, suku bunga, dan kurs dollar) terhadap harga saham}
Statistik t
: to =
bij − Bij se(bij )
dimana se(bij) = standar eror koefisien regresi bij. Keputusan tolak Ho jika t o > tα , n − 2 artinya ada pengaruh faktor ke-j (Indeks 2
Harga Konsumen, suku bunga, dan kurs dollar terhadap harga saham. Pengujian Hipotesis Koefisien Regresi secara Menyeluruh (Simultan)
Untuk melihat pengaruh variabel Indeks Harga Konsumen, suku bunga, dan kurs dollar terhadap harga saham secara menyeluruh dengan menggunakan Uji F. Ho: bi1 = bi2 =…= bij = 0 (variabel Indeks Harga Konsumen, suku bunga, dan kurs dollar tidak mempengaruhi harga saham} Ha: bi1 ≠ bi2 ≠…≠ bij ≠ 0 (variabel Indeks Harga Konsumen, suku bunga, dan kurs dollar mempengaruhi harga saham)
Statistik F
: Fo =
SSR SSE
k
n − k −1
Keterangan : SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi).
57
n
∧2
∧
SSR = ∑ y i = b i
2
i =1
n
∑x i =1
2 i
SSE = Sum Square Error (Jumlah Kuadrat Kesalahan) n
SSE = ∑ ei2 i =1
k = jumlah variabel regresi n = jumlah observasi Keputusan tolak Ho jika Fo > Fα ,k ,n − k artinya paling sedikit satu variabel yang mempengaruhi harga saham. Kemudian dilakukan uji kebaikan-suai (goodness of fittest) dari persamaan regresi dengan menggunakan koefisien determinasi R2, yaitu memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas yang dijelaskan oelh variabel bebasnya, (Gujarati,1978). R2 =
SSR Sum Square Regression = TSS Total Sum Square n
R2 = 1−
SSE = 1− TSS
∑e i =1 n
2 i
∑y 2 i =1
i