BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Pasar Modal Investasi
adalah
mengorbankan
asset
yang
dimiliki
sekarang
untuk
mendapatkan asset pada masa yang akan datang dengan jumlah yang lebih besar (Amnah, 2011). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2007 dalam PSAK investasi merupakan suatu aktiva yang dikelola oleh perusahaan yang meningkatkan nilai investasi dan manfaat lebih lainnya bagi perusahaan. Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal yang terdapat risiko dalam setiap pengambilan keputusannya, karena keputusan yang diambil akan berimbas kepada return yang akan diterima oleh investor. Untuk meminimalisir risiko dalam berinvestasi maka diperlukan informasi yang dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya terjadi agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana. Pasar modal memberikan kepada pihak yang mempunyai surplus dana dalam masyarakat (investor) kepada pihak yang memerlukan dana (perusahaan). Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan masa yang akan datang dimana investor menganggap prospek suatu investasi menguntungkan. Masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian, oleh
11
karena itu investor memerlukan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi.
2.1.2 Teori Efisiensi Pasar Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan kualitas pasar modal adalah efisiensi pasar modal. Efisiensi pasar modal semakin berkualitas jika tingkat efisiensinya semakin tinggi. Efisiensi pasar menggambarkan bahwa semua informasi yang ada dan relevan mengenai suatu saham tercermin dalam harga saham itu sendiri (Jogiyanto, 2009). Terobosan pentingnya perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient-Market Hypothesis) (Fama,1970). Menurut Scoot (2009), pasar modal yang efisien adalah pasar dimana semua informasi yang tersedia tentang saham secara umum tercermin dari harga saham yang diperjualbelikan di pasar. Adapun hipotesis pasar efisien adalah informasi masa lalu tidak dapat digunakan untuk mengestimasi harga dimasa yang akan datang dan harga saham sekarang menggambarkan informasi yang tersedia. Kondisi yang harus dipenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien, yaitu: 1) Investor secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisis, menilai dan melakukan perdagangan saham. 2) Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang mudah dan murah. 3) Informasi yang tersedia bersifat acak. 12
4) Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Investor yang mempunyai informasi dan rasional akan menuntut informasi mengenai saham, akan tetapi tidak ada jaminan kalau orang secara individu akan menginterpretasikan hal yang sama dan investor akan menginterpretasikan secara berbeda-beda. Untuk menjelaskan korelasi antara harga saham yang efisien, risiko yang dihadapi, serta return yang diharapkan maka perlu kita gunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM) model Sharpe-Lintner. CAPM didasari oleh teori portofolio menurut Markowitz (1952) yaitu investor akan mendiversifikasikan portofolionya dan memilih portofolio yang optimal. Untuk menguji apakah informasi yang disampaikan mengandung kandungan informasi, maka dilakukan pengujian kandungan informasi untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga saham dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga saham atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2009). Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika abnormal return yang timbul direaksi dan diserap pasar secara cepat untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru.
13
Dalam penelitian ini digunakan pengujian atas efisiensi pasar bentuk setengah kuat untuk melihat kecepatan pasar atas publikasi informasi tersebut.
2.1.3 Return Para investor tentunya termotivasi untuk melakukan investasi dengan harapan untuk mendapatkan kembalinya investasi yang sesuai. Menurut Wismar’ein (2004) return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan. Menurut Jogiyanto (2009, 199) return merupakan hasil yang diperoleh dari invetasi. Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa datang. Return realisasi dihitung
berdasarkan data- data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan (Marisca, dkk, 2013). Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian sifatnya belum terjadi.
2.1.4 Return Realisasi Dalam teori pasar modal, tingkat pengembalian yang diterima oleh seorang investor dari saham yang diperdagangkan di pasar modal disebut dengan return. Pasar modal tidak dapat menjanjikan tingkat pengembalian return yang pasti. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi (realized 14
return) dan return ekspektasian. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai dasar penentu kinerja keuangan. Return realisasi diukur dengan menggunakan return total, relative return, kumulatif return (Jogiyanto, 2009).
2.1.5 Expected Return Return ekspektasian merupakan return yang digunakan untuk mengambil keputusan investasi (Jogiyanto, 2009). Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Return ekspektasian diukur dengan menggunakan model disesuaikan pasar (Market Adjusted Model). Dalam model ini digunakan karena untuk meyakinkan penelitian bahwa reaksi pasar yang terjadi adalah akibat dari suatu peristiwa yang sedang diamati. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
2.1.6 Abnormal Return Sularso (2003) mendefinisikan abnormal return selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Menurut Jogiyanto (2009) abnormal return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan oleh
15
investor). Dengan demikian, return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return yang sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian. Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, pemilihan umum, stock split, penawaran perdana saham, dan lainlainnya.
2.1.7 Studi Peristiwa Metode event study adalah study tentang kejadian yang kerap kali dilakukan oleh peneliti dibidang keuangan terutama mereka yang meneliti tentang pasar modal (Setyawasih, 2007) metode yang digunakan secara luas untuk menilai pengaruh yang berbeda untuk harga saham (Czewonka, 2009). Menurut Jogiyanto (2009, 536) study event merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi ditunjukan dengan adanya perubahan dari harga sekuritas yang bersangkutan. Perubahan dari harga sekuritas akan memberikan return kepada investor, jika terjadi selisih antara return yang dihitung dengan return normal maka adanya abnormal return yang diperoleh. 16
2.1.8 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
Nurhaeni (2009) yang berjudul “Dampak Pemilihan
Umum Legislatif Indonesia Tahun 2009 Terhadap Abnormal Return”, hasilnya terjadi perbedaan abnormal return yang signifikan, tetapi berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Haymans (2006) yang berjudul “Pengaruh Peristiwa Politik (Pengumuman Hasil Pemilu Legislatif, Pengumuman Hasil Pemilihan Presiden, Pengumuman Susunan Kabinet, Reshuffle Kabinet)”, hasilnya sangat bervariatif terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan untuk sektor keuangan, sektor perdagangan, jasa dan investasi, serta sektor konstruksi, properti dan real estate namun untuk sektor pertanian, sektor transportasi dan sektor infrastruktur tidak mengalami perbedaan abnormal return yang signifikan. Penelitian yang dilakukan Martins et al (2013) menyatakan terdapat abnormal return yang signifikan pada tahun 2008 saat pengangkatan anggota dewan dengan pengalaman politik terhadap harga saham dan pada perusahaan. Penelitian Kristina (2005) menyatakan bahwa peristiwa pemilu legislatif 5 April 2004 dan peristiwa pemilu presiden dan wakil presiden 20 September 2004 menghasilkan abnormal return yang signifikan. Wahyu (2007) memperoleh hasil yang sama bahwa terdapat average abnormal return yang positif dan signifikan terhadap pengumuman reshuffle anggota kabinet. Hasil berbeda dalam penelitian Noviansyah (2005) menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum dan sesudah pemilihan presiden putaran II tanggal 20 September 2004. 17
Penelitian yang dilakukan oleh Primastono (2006) yang berjudul ”Analisis Perbandingan Peristiwa Pengumuman Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Indonesia Bersatu” terdapat abnormal return pada saat pengumuman kabinet gotong royong namun dilihat dari perbedaan sebelum dan sesudah pengumuman setelah dirata-ratakan ternyata abnormal return tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian ini juga serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Marwan Asri dan Faizal Arief Setiawan (1998) yang berjudul “Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (event study pada peristiwa 27 Juli 1996) tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan. Namun hasil berbeda diperoleh Treisye (2002) dalam penelitian yang berjudul “Reaksi Pasar Modal terhadap Peristiwa Pergantian Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 menyatakan terdapat perbedaan signifikan abnormal return pada saat pergantian presiden. Penelitian Oehler et al (2013) menyatakan hasil yang negatif untuk terhadap abnormal return untuk kemenangan kandidat demokrat. Penelitian yang dilakukan Fuss (2008) menyatakan terdapat tingkat mengembalian return pada usaha kecil pada saat terjadinya pemilu di Jerman. Hengky dkk (2014) menyatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return secara signifikan baik sebelum dan sesudah pemilu presiden tahun 2004 dan 2009. Hal sependapat juga dikemukan oleh Trisnawati (2011) bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return. Meidawati dan Harimawan (2004) serta Harhanto (2008) menyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa politik hal serupa juga dikemukan Alkaff (2010) bahwa tidak ada perbedaan 18
abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa politik. Namun berbanding terbalik dengan hasil penelitian Lamasigi (2002) mengenai reaksi pasar modal terhadap peristiwa pergantian presiden Juli 2001, serta penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) menyatakan bahwa terdapat abnormal return yang positif pada peristiwa politik yang terjadi.
2.2 Rumusan Hipotesis 2.2.1 Reaksi Pasar Modal Ketika Pencalonan Jokowi Menjadi Presiden Abnormal return merupakan return yang diperoleh dari selisih return ekspektasian terhadap return normal. Abnormal return dapat terjadi karena adanya sebuah peristiwa yang memberikan dampak terhadap pasar modal dimana pasar modal memberikan respon terhadap peristiwa tersebut. Hung (2013) menyatakan dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat tidak memberikan dampak signifikan pada cumulative abnormal return (CAR). Nezerwe (2013) menyatakan terdapat dampak positif dari tingkat return yang diperoleh ketika terjadi pemilihan presiden. Dalam peristiwa pencalonan Jokowi menjadi presiden Republik Indonesia, pasar modal bergerak positif dimana harga saham yang di cerminkan dengan IHSG menguat dan diikuti penguatan rupiah terhadap dollar. Hal ini disebabkan karena efek Jokowi yang disambut dengan antusias oleh investor. H1 : Terdapat reaksi pasar modal terhadap peristiwa pengumuman pencalonan Jokowi menjadi presiden Republik Indonesia yang diukur dari abnormal return.
19
H2 : Terdapat perbedaan reaksi pasar modal sebelum dan sesudah
peristiwa
pengumuman pencalonan Jokowi menjadi presiden Republik Indonesia yang diukur dari abnormal return.
20