II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Investasi Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan
tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013). Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan investasi, investor menggunakan pendekatan fundamental dan teknikal.
11
12
Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisa pada suatu anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik yang dihasilkan. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebut dikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang kecil. Investasi ada dua macam yaitu investasi tetap (Outonomous Invesment) dan investasi
terpacu (Inoced Invesment). Investasi
tetap umumnya
digunakan
untuk memperoleh faktor - faktor produksi yang bersifat tetap seperti: mesin, bangunan, tanah, atau investasi untuk mendirikan usaha. Investasi ini tidak ditentukan dengan
pendapatan, tetapi
nasional. Investasi terpacu adalah
dapat
investasi
meningkatkan yang
pendapatan
besarnya tergantung
pendapatan nasional artinya jika pendapatan meningkat maka nilai investasi akan meningkat pula (Anissa, 2013). Perhitungan perhitungan dalam
Investasi
pendapatan
perhitungan
yang dilakukan harus konsisten dengan
nasional yang diperoleh. Karana yang dimasukkan
investasi adalah
barang
modal,
bangunan/kontruksi,
maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal periode tertentu atau
selama
siklus
produksi yang sudah dilakukan. Investasi akan
mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
13
2.2
Kelayakan Investasi Sofyan (2003) mengemukakan
kelayakan investasi
merupakan suatu
konsep yang dikembangkan dari konsep menajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahan. Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang telah direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang tidak terlalu menguntungkan, dengan kata lain mencegah terbuangnya dana yang sia – sia (Afandi, 2015), dalam studi kelayakan tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1.
Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan beroprasi atau layak untuk dilaksanakan.
2.
Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek yang akan ditangani sendiri atau diserahkan kepada pihak lain.
3.
Evaluasi terhadap aspek – aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk mengidentifikasi faktor – faktor keberhasilan usaha.
4.
Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas – fasilitas pendukung.
5.
Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya – biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
6.
Memperhitungkan akibat – akibat
yang
ditimbulkan baik itu yang
berdampak positif maupun negatif dari dilaksakannya suatu proyek tersebut (ekonomis dan sosial).
14
7.
Memperhitungkan
langkah
–
langkah
yang
diperlukan
dalam
mendirikan/memulai suatu proyek. Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point, payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan
perhitungan
perbandingan
dengan
menggunakan
discount factor 12% dan discount factor 19%.
2.2.1
Non discounting Non discounting merupakan
analisis kelayakan investasi yang tidak
mempergunakan suku bunga compounding
factor maupun discount factor.
Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek
yang
termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu: 1.
Break even point Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan
laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
15
produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point biasanya digunakan
untuk
mengetahui hubungan antar beberapa variabel di
dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta
pendapatan
yang diterima
perusahaan dari kegiatannya. Keadaan
pulang
pokok
merupakan
keadaan
dimana
penerimaan
pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada persamaan penjualan dengan total biaya (Anwar dan Asmawarn, 2013). Adapun rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut: BEP Harga jual : R FC VC
PxQ FC VC FC VC P* Q P * AFC AVC BEP Kuantitas : R FC VC
PxQ FC VC PxQ FC AVCxQ PxQ AVCxQ FC Q( P AVC ) FC FC Q* P AVC Dimana: FC VC P P* AFC AVC Q Q*
= Biaya tetap = Biaya variabel total = Harga jual = Harga pada saat break even point = Rata-rata biaya tetap = Rata-rata biaya variabel = Kuantitas penjualan = Kuantitas pada saat break even point
16
Apabila: a) b) c)
P*< Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan. P*> Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian. P*= Ppasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun Kerugian.
2.
Payback period Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan
cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002: 19). Perhitungan didapat dari perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Keterangan: t b c
= Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1 = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)
2.2.2
Discounting Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan
suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan lamanya periode
17
investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori perhitungan discounting yaitu : 1.
Net present value Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya
menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation adalah proses penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang, untuk mengintepretasikan kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV. Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka investasi ditolak atau tidak layak. Menurut Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai netto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan
besarnya
tingkat
pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan
mengalami kerugian. Rumus
yang digunakan dalam perhitungan net
present value adalah sebagai berikut: n
NPV t 0
Bt Ct Ko (1 i ) t
Dimana: NPV Bt Ct n t Ko
= = = = = =
Nilai sekarang netto Benefit Cost Umur ekonomis Tahun, mulai tahun 1 (pertama) Modal pada tahun ke 0
18
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV adalah sebagai berikut: a) b) c)
Apabila NPV > 0, maka usaha ternak babi proyek diterima, Apabila NPV < 0, maka usaha ternak babi ditolak, dan Apabila NPV = 0, kemungkinan usaha ternak babi akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
2.
Net benefit/cost ratio Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap
total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama B/C ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut: Untuk Bt – Ct > 0 Untuk Bt – Ct < 0
Dimana: Net B/C Net Bt-Ct N T
: Rasio benefit cost : Dalam nilai mutlak : Umur ekonomis : 0 sampai n tahun
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan net benefit/cost ratio, yaitu: a) b)
Net B/C Ratio > 1, maka usaha ternak babi layak dilaksanakan. Net B/C Ratio < 1, maka usaha ternak babi tidak layak atau tidak dapat dilakukan.
19
c)
Net B/C Ratio = 1, maka usaha ternak babi impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
3.
Gross benefit/cost ratio Merupakan rasio perbandingan antara penerimaan (benefit) yang diperoleh
dari tahun ke tahun setelah didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto, yang dikorbankan selama umur ekonomis suatu proyek. Rasio ini menunjukan kemampuan inputs (biaya) untuk menghasilkan penerimaan selama umur ekonomis (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunkan untuk menghitung gross benefit/cost ratio dapat digunakan rumus sebagai berikut: n
Bt
(1 i)
B Gross B/C C C (1 i) -
t 1 n
t
t
t 1
t
Dimana: a) b) c)
Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
4.
Internal rate of return (IRR) Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama
dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of
20
capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut: IRR = i1 (
NPV1 )(i2 i1 ) NPV1 NPV2
Dimana: NPV1 NPV2 i1 i2
= = = =
Jumlah nilai NPV yang bertanda positif. Jumlah nilai NPV yang betanda negatif. Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif. Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif
5.
Analisis sensitivitas Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter - parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015). Alasan
dilakukannya
analisis
sensitivitas
adalah
untuk
mengantisipasi
adanya perubahan-perubahan berikut: a)
Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga dapat meningkatkan nilai net present value.
b)
Mengurangi resiko kerugian dengan
melakukan beberapa tindakan
pencegahan yang mesti diambil. c)
Melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis yang dilakukan.
d)
Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.
e)
Penurunan produktivitas siklus produksi.
f)
Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek / siklus produksi.
21
Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.
2.2.3 Batas maksimal proyek menghasilkan keuntungan Perhitungan
perbandingan dilakukan dengan menggunakan discount
factor 12% dan discount factor 19% untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan. Penelitian ini juga mempergunakan analisis non finansial untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang meliputi aspek teknis,
aspek
pemasaran,
aspek
manajemen, aspek
legal/hukum,
dan aspek lingkungan.
2.2.4 Deskriptif kualitatif Data kualitatif
adalah data yang tidak dalam bentuk angka tetapi
merupakan uraian maupun penjelasan yang tidak dapat dihitung. Data kualitatif ini sifatnya menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. 1.
Aspek teknis Membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Penilaian terhadap aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti masalah
penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan
peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan
hasil
analisis
ide
bisnis
dapat
dibangun
dan
dijalankan
22
(dioperasionalkan) dengan baik.
Kelengkapan kajian aspek operasi sangat
tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri (Suliyanto, 2010). 2.
Aspek pemasaran Membahas tentang menganalisis jenis produk yang akan diproduksi,
banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing dan menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efesien dibandingkan pesaing (Suliyanto, 2010). 3.
Aspek manajemen Membahas tentang pelaksanaan suatu pekerjaan melalui orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan - tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata. Keberhasilan suatu
proyek/kegiatan
dikembangkan,
yang
sangat
telah
dipengaruhi
dinyatakan oleh
layak
peranan
(feasible) manajemen
untuk dalam
pencapaian tujuan proyek/kegiatan. Orang yang melaksankan manajemen disebut sebagai manajer. Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut fungsi– fungsi
manajemen secara umum/makro, yang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Zaini, 2014). 4.
Aspek legal/hukum Membahas tentang ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan suatu usaha. Ketentuan hukum untuk setiap ijin usaha berbeda – beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah
23
menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah satu dan lainya berbeda – beda. Suatu ide bisnis dikatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010). 5.
Aspek lingkungan Membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi atau
proyek jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Sebelum usaha dijalankan
perlu
dilakukan
studi tentang
dampak
lingkungan untuk
mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk mengatasinya, studi ini dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Keberadaan bisnis/proyek dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik
lingkungan
masyarakat
maupun
lingkungan
ekologi
tempat
bisnis/proyek yang akan dijalankan (Suliyanto, 2010).
2.3
Peternakan Babi Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek.
24
Menurut Sihobing (1997) sejarah peternakan babi di indonesia tidak diketahui secara pasti, karana catatan – catatan mengenai hal itu tidak ditemukan. Namun yang pasti tujuan utama dari usaha peternakan babi adalah memperoleh keuntungan
yang
memuaskan dari penjualan bibit babi, babi sapihan, babi
potong atau hasil daging dan pupuk dari pengolahan limbah babi. Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil persilangan antara pejantan large white dengan induk / betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha besar, daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di daerah tropis seperti indonesia. Untuk peternakan babi yang terdapat di negara indonesia paling banyak dikembangkan masyarakat Bali selain karana sosial budaya masyarakat Bali, juga disebabkan oleh Bali merupakan sebagai daerah tujuan wisata, dan berkembangnya usaha kuliner menggunakan bahan baku daging babi, segi ekonomis peternakan babi di Bali antara lain: 1.
Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua bahan makanan bisa diubah menjadi daging, dan lemak dengan sangat efesien, untuk
proses pembentukan 1 Kg daging rata – rata diperlukan
3,5 Kg makanan.
25
2.
Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak seokor indukan babi dapat menghasilkan 6 – 12 ekor dan setiap induk mampu beranak 2 kali dalam waktu setahun.
3.
Kandungan fat atau lemak pada daging babi paling tinggi dibandingkan daging hewan ternak lainnya.
4.
Babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian peralatan kandang seperti tempat makan dan minum yang otomatis, sehingga efesien biaya. Peternak babi rakyat secara umum menjual ternaknya dalam bentuk ternak
hidup, bukan dalam bentuk daging olahannya. Ternak babi sudah bisa dijual pada umur 6 – 8 bulan dengan berat hidup 100 kg –150 kg/ekor. Penjualan ternak babi dilakuakan melalui Gabungan Usaha Perternak Babi Indonesia (GUPBI)/Rekan Bisnis (Rumah Pemotongan Hewan), pedagang atau tengkulak yang membeli langsung ke lokasi peternakan atau langsung ke pembeli. Penjualan yang melalui kelompok, peternak cukup melapor ke seksi pemasaran dan mereka yang akan mengkordinir untuk mencarikan pembeli. Cara pembayaran dari gapoktan ke peternak secara tunai, sedangkan dari pedagang atau tengkulak, ada yang secara tunai ada juga yang secara tempo (hutang). Harga babi dan daging babi berfluktuasi tergantung berbagai faktor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi harga jual daging babi yakni jumlah persediaan babi yang akan dijual akan berpengaruh terhadap jaminan pasar yaitu dalam hubungan produksi dan kebutuhan. Jika pasar mengalami kebanjiran produksi, maka akan terjadi penurunan harga per satuan produksi, sebaliknya apabila permintaan pasar meningkat, sedangkan jumlah produksi tidak mengikutinya,
maka
akan
terjadi
kenaikan
harga persatuan produksi.
26
Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan yang berkualitas dan berkelanjutan. Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan menyesuaikan
yaitu
dengan
cara
mengurangi
jumlah babi yang akan
dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi usahanya, selain
itu
harga
dipasaran
juga
dipengaruhi
oleh adanya
peningkatan permintaan pasar pada saat hari – hari besar (Hari Raya Galungan dan Kuningan). Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi untuk kebutuhan upacara
keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha
penggemukan dan peternakan babi di Bali.
2.4
Manajemen Limbah Peternakan Babi Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar,
perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu 25 - 50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial, terutama di Indonesia
agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam
peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi menejemen limbah peternakan babi:
27
1.
Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan
besar
usaha
peternakan, selain
untuk
peruntukan bagi
peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang layak agar memudahkan
dalam proses pendistribusian hewan, yakni
mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan. 2.
Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang untuk meningkatkan
pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan
baku kotoran dari peternakan babi. 3.
Topografi
lahan,
lahan
harus
dipilih
yang
bertopografi
yang
memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal
perkandangan
dapat
disalurkan
limbah
ternak
ke
tempat
penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan. 4.
Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.
28
5.
Jarak
kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan
dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun
bising
oleh
suara
ternak.
Dari
sebab
itu jarak
peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.
2.5
Penelitian Sebelumnya Pengkajian terhadap hasil – hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu: Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP), net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio (Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan memperoleh hasil Net Present Value bernilai positif sebesar Rp 32.668.709,00
29
Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback Period selama 13 bulan apabila asumsi yang direncanakan terpenuhi, Profitability Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional 5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan. Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return, payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk alternatif satu biaya sebesar Rp. 2000 dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV < 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp. 3.500, nilai NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%, dan payback period pada tahun 2022. Pada penelitian ini pemerintah direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang akan dilaksanakan ini layak secara finansial.
30
Agus Suryadi dkk. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan usaha ternak babi sancaya ditinjau dari metode net present value di Br. Ponggang, Payangan, Gianyar. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Usaha Ternak Babi Sancaya di Br. Ponggang, Payangan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu (1) Usaha Ternak Babi Sancaya di Banjar Ponggang, Payangan layak dikembangkan karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol (0) yaitu sebesar Rp. 121.575.614,00. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama – sama menganalisis aspek finansial dengan metode kelayak finansial yang meliputi break event point, payback periode, net benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return dan analisis sensitivitas. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan pada penelitian ini juga dibahas mengenai aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal /hukum, dan aspek lingkungan, selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD. Sindi Mandiri.
2.6
Kerangka Pemikiran Daging babi menjadi salah satu komonditas yang penting ditinjau dari
sosial budaya masyarakat Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha peternakan babi di Desa Bongan, dalam menjalankan usaha ternaknya peternak memegang peranan penting dalam mengelola dan pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha ternak babi agar sesuai rencana dan tujuan
31
yang sudah ditetapkan. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha ternak babi, harga pakan ternak yang mengalami kenaikan namun tidak diikuti meningkatnya harga jual ternak dipasaran yang membuat harga daging babi berfluktuasi di pasaran. Serta adanya serangan virus dan penyakit terhadap hewan ternak dan kurang luasnya pangsa pasar untuk menjual ternak babi juga mempengaruhi berkembang atau tidaknya usaha ternak babi di Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, untuk mengetahui kelayakan usaha ternak babi UD Sindi Mandiri
di Desa Bongan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran,
keuangan, titik
impas,
dan
keuntungan, dengan
menggunakan
analisis
finansial dan analisis non finansial. Analisis finansial yang meliputi aspek non discounting yang terdiri dari break event point dan payback period sedangkan aspek
discounting
yang
terdiri
dari
net present value, net
benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of returns, dan analisis sensitivitas, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan
perhitungan
perbandingan
dengan
menggunakan
discount factor 12% dan discount factor 19%. Sedangkan analisis non finansial
meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek
legal/hukum, dan aspek lingkungan. Metode wawancara dan obeservasi digunakan untuk mengetahui kendala – kendala
yang
dihadapi
dalam
menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Alur kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1
32
Peternak
Usaha Ternak Babi UD. Sindi Mandiri
Produksi Teknis Peternakan
Analisis Finansial Non Discounting 1. BEP 2. Payback Period Discounting 1. NPV 2. Net B/C ratio 3. Gross B/C ratio 4. IRR 5. Analisis Sensitivitas
Analisis Non Finansial 1. Aspek Teknis 2. Aspek Pemasaran 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Legal/Hukum 5. Aspek Lingkungan
Metode Analisis Finansial
Kendala 1. Kenaikan Harga pakan Ternak
Metode Analisis Deskriptif Layak / Tidak
Saran Kebijakan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Prospek Pengembangan Usaha Ternak Babi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan