BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Saham 2.1.1 Definisi Harga Saham Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa. Menurut Darmadji dan Fachruddin (dalam Syaidati, 35:2009), harga saham terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri yaitu: 1. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya. 2. Open atau opening price menunjukkan harga saham pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan. 3. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Last price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. 5. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga yang terakhir terjadi. 6. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu saham.
2.1.2 Valuasi Harga Saham. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik(intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut: a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki; b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual; c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pendekatan Penilaian Saham Untuk menentukan harga saham diperlukan adanya suatu model perhitungan yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan harga saham. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan harga saham yaitu: 1. Analisis Fundamental Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya yaitu dengan dua pendekatan: a. Pendekatan Deviden Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat pembayaran deviden dapat menjadi informasi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab deviden jugadianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibagikan;
Universitas Sumatera Utara
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. 2. Analisis Teknikal Analisis ini dimulai denga cara memperhatikan perubahan harga suatu saham dari waktu ke waktu. Model analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model analisis ini adalah: a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand; b. Supply dan demand dipengaruhi banyak faktor baik yang rasional maupun irasional; c. Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu; d. Tren tersebut dapat berubah mengikuti pergeseran supply dan demand; e. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram perilaku pasar; f. Pola–pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Indeks Harga Saham Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian – kejadian ekonomi, bahkan kejadian non ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan.Dengan demikian IHS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara.
2.2 Economic Value Added 2.2.1 Pengerian Economic Value Added Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. EVA merupakan suatu konsep penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dikembangkan oleh Stewart dan Stren yaitu seorang analisis keuangan dari perusahaan Sten Stewart dan Co pada tahun 1993 Sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Di Indonesia metode EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). Konsep EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari sturktur modal awal yang ada. Menurut Tunggal (dalam Iramani dan Febrian, 2005:3), EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Warsono (2001: 46 ), EVA adalah perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA merupakan suatu estimasi laba estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Menurut Tandelilin (2001:195), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Berdasarkan
pendapat-pendapat
di
atas,
maka
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur. Menurut Utama (dalam Dati, 2009:13 ) penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut: •
Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
•
Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
•
Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah. Laba Tidak dapat ditentukan, namun jika pun ada laba, tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tujuan dan Perhitungan EVA EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Perhitungan
Economic Value Added (EVA) yang diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri. Menurut Tunggal (Dalam Iramani dan Febrian, 2005:3) Terdapat beberapa manfaat EVA bagi suatu perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan : 1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan dengan
menggunakan
perusahaan
sejenis
atau
menganalisis
kecenderungan (Trend) 2. Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Menurut Iramani dan Febrian (dalam Dati, 2012:21) Eva sebagai penilai kinerja perusahaan yang mempunyai keunggulan dan kelemahan :
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan : •
Memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
•
EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
•
Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
•
Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilain pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan Stakeholders Satisfication Concepts.
•
Pengaplikasian EVA yang mudah Menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Kelemahan EVA •
EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitasaktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
Universitas Sumatera Utara
•
EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu.
2.2.3 Model Economic Value Added (EVA) Berikut adalah Model Economic Value Added (EVA) :
EVA
= NOPAT – Capital charges
NOPAT = Laba rugi usaha setelah bunga – pajak Capital charges = WACC– Invested capital WACC = ((D x rd)-(1-tax)+(Exre)) D=
𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻 𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉
𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻 𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉 & 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆
Cost of debt (rd) =
x 100%
𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃
𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯 𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
Tingkat modal (E) = Cost of equity (re) =
𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻 𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬𝑬
x 100%
𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻 𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉𝒉 & 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆
x 100%
𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
Tingkat pajak (Tax) =
𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻𝑻 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆
𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
x 100%
𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳𝑳 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
x 100%
Invested Capital = (Total hutang + ekuitas)- hutang jangka pendek
2.3 Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor
Universitas Sumatera Utara
yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapt melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (Profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, disamping mellihat laporan keungan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Home dan Wachowics (2005 : 222) menjelaskan rasio profitabilitas adalah ‘’rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusahaan’’. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas badan usaha dalam menghasilkan laba. Rasio ini menggambarkan kinerja operasional, risiko, dan pengaruh tuas (leverage). Ratio profitabilitas (profitability ratio) terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (Operating Asset). Kasmir ( dalam Lumban 2010:3) menyatakan bahwa hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penellitian ini Rasio profitabilitas yang peneliti gunakan dalam menganalisis perubahan harga harga suatu saham adalah GPM (Gross Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), dan ROI (Return on Investment).
2.3.1 Gross Profit Margin (GPM) GPM digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok dan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio GPM (Gross Profit Margin) menggambarkan efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya. Rumus yang digunakan sbb:
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
2.3.2 Net Profit Margin (NPM) NPM digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Rumus yang digunakan sbb:
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
NPM yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sedangkan NPM yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Jadi apabila NPM semakin meningkat maka kinerja perusahaan semakin membaik dan berdampak pada peningkatan harga saham perusahaan. Dengan meningkatnya NPM perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut di pasar modal juga semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Home
dan
Wachowicz
(dalam
Nugraha,
2009:9)
mengemukakan bahwa “Net profit margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari 1 dollar penjualan”. Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya. Rasio margin laba (profit margin) menurut Sofyan (dalam Nugraha 2009:9) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut
Marjin Laba (Profit Margin) =
Pendapatan Bersih Penjualan
Lukman Syamsudin (dalam Nugraha, 2009:9) menyatakan bahwa “Net profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit)
yaitu
penjualan
pajak
sesudah
dikurangi
dengan
seluruh
expense
termasuk
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”. Rumus NPM dapat ditulis sebagai berikut : Net Profit Margin =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 ) 𝑆𝑆𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bambang Riyanto (dalam Nugraha, 2009:10) net profit margin diartikan sebagai keuntungan netto per rupiah penjualan. Menurut beliau, rumus perhitungan net profit margin dapat ditulis sebagai berikut : Net Profit margin =
𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 (𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸) 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Tidak jauh berbeda dengan definisi para ahli sebelumnya, Helfert (dalam Nugraha, 2009:10)
mengartikan bahwa “Net profit margin adalah
hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan”. Menurut pendapat beliau net profit margin menunjukan kemampuan manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan harga pokok barang dagang atau jasa, beban operasi (termasuk penyusutan) dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan kemampuan manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko. Dari pendapat di atas, net profit margin menunjukan seberapa besar imbal jasa atau kompensasi yang sanggup diberikan perusahaan terhadap investor.
2.3.3 ROI (Return on Investment) ROI
digunakan
untuk
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan atau untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaa pendanaan ekuitas dan utang. Dibawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli di bidang ekonomi yang menjelaskan tentang pengertian Return On Invesment (ROI). Lukman Syamsudin (dalam Rijah, 2009:8)
menyatakan
bahwa
“Return On Investmen (ROI) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia diperusahaan.” Sedangkan menurut Riyanto (dalam Rijah, 2009:8) menyatakan bahwa
“Return On Investment sama dengan laba bersih terhadap
total aktiva. Rasio ini mencoba mengukur efektivitas sumber daya perusahaan. Uraian ini khususnya dapat diterapkan dalam mengukur kinerja masing-masing segment atau divisi dari suatu perusahaan.” Dari pengertian yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Investment (ROI) menunjukan seberapa banyak laba bersih yang bisa dihasilkan dari seluruh pemanfaatan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Sehingga dipergunakan angka laba setelah pajak dan kekayaan perusahaan. Analisis rasio Return On Investmen (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting karena merupakan salah satu tekhnik analisis yang bersifat menyeluruh (comprehensive). Analisis rasio Return On Investment (ROI) merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Menurut Riyanto (dalam Rijah, 2009:9) besarnya Return On Investment (ROI) dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Net Profit After Tax Return On Investment
=
× 100% Total Asset
Universitas Sumatera Utara
Uraian dari rumus diatas adalah: a.
Net Profit After Tax Merupakan pendapatan bersih hasil usaha yang merupakan suatu pos dalam income statement (laporan rugi laba).
b.
Total Assets Yang termasuk ke dalam total asset adalah keseluruhan assets yang ditanamkan perusahaan dalam kegiatannya, yaitu yang terdiri dari : Current Assets, yaitu kas dan assets lainnya yang diharapkan dapat dikonversikan ke dalam kas, dijual atau dikonsumsikan baik dalam satu tahun atau dalam suatu siklus operasi. Adapun yang termasuk dalam current assets adalah : marketable securities, account receivable, inventories. Long Term Investment, umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu: -
Investasi dalam saham seperti obligasi, capital stocks atau longterm notes.
-
Investment tanggible fixed assets yang tidak secara langsung digunakan dalam operasi, seperti misalnya tanah yang dibeli dengan modif spekulasi.
-
Investasi dalam dana khusus seperti dana pensiun atau dana perluasan pabrik, juga termasuk disini adalah dana asuransi.
Property, plant equipment, dan intangible assets yaitu terdiri dari peralatan fisik seperti tanah, bangunan, mesin, alat-alat, dan sumber daya seperti hutan dan mineral.
Universitas Sumatera Utara
Other Assets yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah biaya-biaya yang ditangguhkan (Deffered changes) misalnya : biaya-biaya organisasi yaitu biaya-biaya yang terjadi pada saat pertama berdirinya perusahaan.
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Latar belakang dalam penelitian ini selain dari rasa ingin tahu peneliti tentang pengaruh EVA dan Profitabilitas terhadap harga saham, namun juga ada beberapa faktor lain yaitu adanya penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan objek penelitian yang berbeda yang menyebabkan penulis semakin ingin tahu apakah ada perbedaan dari setiap penelitian tersebut. Berikut ini ada beberapa peneliti terdahulu yang dijelaskan secara singkat dan jelas ke dalam bentuk tabel:
No
1
Nama dan tahun penelitian Zadollah Fathi (2012)
Table 2.4. Daftar Peneliti Terdahulu Judul Variabel
Hasil penelitian
Relationship EP, EPS, the correlation results, using Economic EVA, MV, person index between two Value Added ROA indices, the economic value (EVA) with added index and the index of Stock Market stock market value, show that Value (MV) at 1% level, these two variables and are correleted, and the Profitability correlation is positive. Also, Ratios the results of the panel regression estimation indicate a positive and significant relationship between two indices of the economic value added and stock market.
Universitas Sumatera Utara
2
3
4
5
Widyatmini Penagruh dan Michel Economic (2008) Value Added (EVA) dan Analisis Fundamentel terhadap Harga Saham.
Dependen: harga saham Independen: EVA, CR, QR, TAR, ITR, GPM, NPM,ROA, RER,DR, DER,LR, EPS,dan PER) Syaidati Analisis Dependen: (2012) pengaruh harga EVA dan saham Rasio Independen: Profitabilitas EVA, ROA, ROE, dan terhadap Harga Saham EPS pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai 2011 Indah Analisis Dependen: Nurmalasari Pengaruh Harga (2008) Rasio Saham Profitabilitas terhadap Independen: Harga Saham ROA, Emiten LQ45 ROE, NPM, yang terdaftar dan EPS di Bursa Efek Indonesia tahun 20052008 Alfitriady, Pengaruh Dependen: Amries & EVA, ROA, Harga Edfan ROE, ROS, saham (2010) EPS, BEP terhadap Independen: harga saham EVA, ROA, di perusahaan ROE, ROS,
EVA, CR, QR, TAR, ITR, G PMR, NPM, ROA, RER, DR, DER, LR, EPS, dan PER) secara bersama-sama seluruhnya berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan, tetapi secara parsial hanya Net Profit Margin Ratio dan Earning Per Share yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan ROA dan EPS tidak berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan ROE dan EVA berpengaruh positif terhadap harga saham.
ROA dan EPS berpengaruh Positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan ROE dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham peusahaan
return on asset, return on sales tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan return on equity, earning per share, Basic Earning Power dan Economic Value Added
Universitas Sumatera Utara
Perbankan EPS, BEP dan Asuransi di Bursa Efek Indonesia (2007-2009)
memiliki signifikan saham.
pengaruh terhadap
yang harga
2.5 Kerangka Konseptual Untuk memperjelas kerangka dari penulisan ini maka dibuatlah suatu kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 2.5 Kerangka Konseptual
Economic Value Added (𝑋𝑋1 ) Gross Profit Margin (𝑋𝑋2 ) Net Profit Margin (𝑋𝑋3 )
Harga Saham (Y)
Return on Investment (𝑋𝑋4 )
Universitas Sumatera Utara
2.6 Hipotesis Hipotesis adalah prediksi tentang fenomena atau dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan fakta yang ada (Jogiyanto, 2004:44). a. EVA, GPM, NPM dan ROI berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar BEI.
Universitas Sumatera Utara