BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Alwi, dkk(2003:912) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon. Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani ”sym-ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hartoko dan Rahmanto, 1998 : 133). Ada pula yang menyebutkan symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto, 2000 : 10). Penelitian mengenai simbol-simbol dan tanda-tanda verba dalam kehidupan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya Sryana (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Simbol Ulos Sebagai Representasi Identitas Batak Toba”. Dalam skripsi tersebut, Sryana membahas makna-makna yang terkandung didalam ulos Batak Toba. Selain membahas makna–makna yang terkandung dalam ulos Batak Toba, skripsi tersebut juga membahas fungsi yang mampu diberikan ulos sebagai hasil karya kebudayaan Batak Toba. Mulyana (2003:77) mendeskripsikan simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari manusia. Respon manusia terhadap simbol itu adalah dalam pengertian makna dan nilainya. Suatu simbol disebut siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikan respon yang sama seperti yang juga akan muncul pada
individu yang dituju. Poerwadarminta (1989:490) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau yng mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih merupakan simbol kesucian. Whitehead (dalam dilistone, 2001:18) mengatakan bahwa simbol berfungsi apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, mengenai komponen-komponen lain dalam pengalamannya. Perangkat komponen terdahulu adalh simbol-simbol dan perangkat komponen demikian membentuk makna simbolik. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan simbol kepada maknaitu akan disebut referensi. Pendapat Saussure (dalam sobur, 2004:46) tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penandan dan petanda seakan-akan bersifat arbitner. Seperti simbol tato sebagai petanda yang merupakan aspek material, yaitu bunyi atau coretan yang bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol tato itu sendiri. Penada dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi helai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Konsep Peirce (sobur, 2004:156) tentang simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang ditandakan dengan adanya sifat yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakaiannya menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu dan maknanya. Berger (2000:23) berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tidak
pernah benar-benar menghasilkan makna baru dalam setiap konteks yang berbeda. Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kendaraan atau kereta.
2.2 Konsep Woodruff (admin,1987) menjelaskan pengertian konsep menjadi 3 yaitu: 1. Konsep dapat didefenisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative sempurna dan bermakna. 2. Konsep merupakn suatu pengertian tentang suatu objek. 3. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda tertentu melalui pengalamannya (setelah melalui persepsi terhadap objek atau benda). Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam eksistensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik . Pengertian konsep sendiri adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap eksistensinya. Konsep juga diartikan sebagai pembawa arti. Konsep bisa dinyatakan dengan ‘hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol. Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehinnga bisa dijadikan pedoman dalam melangkah kedepan. Konsep biasanya dipakai untuk mendekripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik merupakan gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu, konsep alam tumbuhan, konsep makna filosofis, konsep etnis Tionghoa.
2.2.1 Alam Tumbuhan Berdasarkan dari beberapa sumber data yang ditemukan oleh penulis maka tumbuhan secara umum adalah jenis makhluk hidup yang mampu mengolah senyawa anorganik menjadi organik atau dengan kata lain tumbuhan adalah jenis makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengolah makanannya sendiri dengan bantuan energi matahari atau dalam bahasa ilmiahnya disebut fotosintesis. Dengan demikian alam tumbuhan secara umum dapat disimpulkan sebagai kumpulan segala jenis makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis yang terdiri dari beberapa klasifikasi golongan, yang diantaranya adalah klasifikasi golongan pohon-pohonan dan bunga-bungaan. 2.2.2 Makna Filosofis Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan katakata dan istilah yang membingungkan. Makna selalu menyatu dengan tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Pateda, 2001:82) mengemukakakn bahwa makna adalah hubungan antara makna dan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure
(dalam Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian
makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Dalam kamus linguistik, pengertian makna dapat dijabarkan menjadi : 1. Maksud pembicara. 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia . 3. Hubungan antara kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan .
4. Cara menggunakan lambang- lambang bahasa ( Harimurti, 2001:132). Bloomfied (Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur penting situasi dimana si penutur mengujarkannya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Dari pengertian para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakaian bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. Makna filosofis, secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani philosofia, yang terdiri dari kata philos yang berarti kesukaan dan kecintaan terhadap sesuatu, Sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan dan kebijasanaan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan yang memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold, secara sempit filsafat dapat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dalam arti luas filsafat mencoba mengintegerasikan pengetahuan manusia
yang
berbeda-beda
dan
menjadikan
suatu
pandangan
yang
komperehensikan tentang alam semesta, hidup dan makna hidup. Sebenarnya pengertian filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir dan Munir, 2003:3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat seabagi berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal). 2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sanag kita junjung tinggi (arti formal). 3. Fisafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil dari bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif). 4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dari konsep . corak filsafat yang demikian dinamakan logosentris. 5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna filosofis adalah hasil dari konsep pemikiran manusia dalam menilai suatu objek tertentu secara arif dan bijaksana. 2.2.3 Fungsi Fungsi adalah, istilah fungsi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan ilmiah sering digunakan dalam arti yang berbeda. Fungsi dapat diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Dalam kamus besar Indonesia salah satu pengertian fungsi adalah kegunaan suatu hal. Jadi bisa diartikan sebgai hubungan kegunaan sesuatu hal dengan sesuatu tujuan tertentu 2.2.4 Etnis Tionghoa Tionghoa (dialek Hokkien dari kata 中 华 [ 中 華 ], yang berarti Bangsa Tengah; dalam bahasa mandarin ejaan pinyin, kata ini dibaca "zhonghua") merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Cina di Indonesia. Kata ini dalam bahasa Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata "Cina" yang kini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. Kata ini juga dapat merujuk kepada orang-orang keturunan Cina yang tinggal di luar Republik Rakyat Cina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan.
Terdapat banyak mitologi dan cerita tentang asal-mula kebudayaan Tionghoa serta tokoh legendarisnya seperti Kaisar Kuning (Huang Ti) yang membuat senjata dari batu giok, istrinya memperkenalkan cara pemeliharaan ulat sutera, dan Yu terkenal karena berhasil mengatasi banjir-banjir besar. Menurut cerita, Yu mendirikan dinasti Tiongkok yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira abad ke-21 sampai abad ke-17 S.M. Dinasti Hsia ini kemudian diganti oleh dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11 S.M., dan dinasti Shang merupakan dinasti Cina historis yang pertama karena ada tulisan, perunggu dan tulang-tulang ramalan yang secara ilmiah telah ditentukan berasal dari periode ini (Lie Tek Tjeng, 1977: 270-274). Budaya dan kepercayaan Cina kuno seperti juga masyarakat di lingkungan Asia dan Pasifik lainnya berawal dari animisme, kepercayaan yang beranggapan tiap benda atau mahluk memiliki jiwa. Baik bebatuan, tumbuhan, hewan,arwah leluhur, gejala alami dst. Timbulah tokoh mitologi naga, topeng roh jahat, yang mirip dengan totemisme bagimasing masing suku. Kemudian (500BC) muncul ajaran Konfusius, LaoTze dan Budha yang pengaruhnya bercampur membentuk budaya dan kesenian Tionghoa. Masa dinasti Han (202 BC- 221 AD) banyak timbul karya seni yang kemudian kita kenal sekarang sebagai budaya Tionghoa, sutera dan tulisan. Muncul juga simbol bertemakan harimau, kura-kura, bangau, macan, rusa dll, hewan-hewan mitologi phoenix, kirin, naga yang kita kenal sekarang
yaitu
bertanduk,
berekorpanjang,
berkaki,
bersisik,
berduri
punggungnya. Ketika dinasti Tang (AD 618-906) karya seni banyak dipengaruhi Budhisme. Muncul simbol bergambarkan: malaikat, Bodhisatva, penjaga gerbang,
roh jahat, juga tokoh perorangan yangdianggap suci. Pada periode dinasti Song (AD 960 – 1279) didapat karya yang sangat indah dan halus mutunya, berupa keramik dan lukisan sangat menonjol; bersifat naturalis, burung, unggas, ikan, bunga, tumbuhan dan gunung. Pada masa ini sering disebut periode munculnya karya puncak dari kebudayaan Tionghoa. Menurut sejarahnya huruf tulisan Tionghoa berasal dari gambar (pictographic symbols) setiap huruf mewakili suatu objek. Simbol berkembang menjadi huruf yang kita kenal sekarang (abstract ideographic writing). Cara membacanya haruslah diingat dan dihafal. Tidak ada ejaan untuk membentuk suatu bunyi suara seperti pada alfabet (phonetic alphabet). Ini lebih membentuk budaya komunikasi Tionghoa menjadi cenderung "komunikasi mata" berbeda dengan kita yang terbiasa "komunikasi kuping". Tulisan mereka hakekatnya merupakan susunan simbol-simbol. Huruf ini disebut sebagai hanzi, huruf yang dipakai oleh suku bangsa Han yang merupakan mayoritas penduduk di Cina. Lafal yang disebut mandarin adalah lafal baca warga sekitar Beijing yang menjadi pusat pemerintahan. (kata mandarin berasal dari bahasa Portugis, mandrim: pejabat. Maka bahasa mandarin berarti bahasa resmi pemerintahan). Huruf yang sama dapat dilafalkan berbeda-beda menurut dialek berbagai tempat. Lukisan yang dihasilkan juga sering berupa simbol, membawakan pesan tersirat yang harus ditafsirkan oleh penerima. Sebagai pengantar kadang-kadang disertakan suatu kutipan dari bagian tulisan sastra kuno. Untuk dapat mengerti pesan-pesan tersirat ini secara tepat, mutlak perlu mengetahui secara lengkap karya yang dikutip, serta sejarahnya dan dalam kerangka apa saat diciptakan. Penggunaan simbol dalam budaya etnis Tionghoa banyak juga digunakan huruf dengan bunyi yang sama (homophone). Kata yang
berbunyi sama ini lalu dituangkan dalam bentuk huruf kaligrafi, ornamen, dan lukisan. Dalam bahasa Mandarin ‘yu’ atau ikan merupakan kata yang homofon dengan kata ‘yu’ yang berarti berlebihan. Ada motif yang disebut ‘Lianlian youyu’ di mana seorang anak digambarkan memegang ikan emas dengan latar belakang bunga lotus. Kata lotus atau teratai dalam bahasa mandarin disebut ‘Lian’ yang homofon dengan kata ‘lian’ yang berarti berturut-turut atau berkaitan. Mengenakan kalung berbandul ikan dipercaya akan membuat seseorang mendapatkan rejeki setiap hari.
2.3 Landasan Teori Mengawali penulisan ini, penulis menggunakan teori semiotika teori fungsional. Teori semiotika digunakan untuk membedah simbol-simbol yang terdapat pada jenis-jenis pohon-pohon dan bunga-bungaan yang telah diuraikan jenisnya diadalm pembatasan masalah. Semiotik atau ada yang menyebutnya semiotika berasal dari kata Yunani ‘semeion’ yang berarti ‘tanda’. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Zoest, 1991:1). Ada beberapa pendapat para ahli ilmuwan tentang semiotika, yaitu: Leech (2001 : 191) mengatakan semiotika adalah teori tentang petanda dan penanda dalam perkembangan semiotika modern. Muncul dua ahli yang menjadi pelopor dalam bidang kajian semiotika yaitu Ferdinand de Saussure (1857 - 1913) dan Charles Sanders Pierce (1839 - 1914).
Ferdinand de Saussure (1991 : 1) mengatakan semiotika adalah ilmu tentang tanda yang ada dalam kehidupan masyarakat. Semiotika memiliki dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek peristiwa kebudayaan sebagai tanda. Tanda-tanda yang ada bisa berupa apapun yang ada dalam kehidupan manusia, karena tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain (nurgiyantoro, 2005:40). Malinowski
mengajukan
sebuah
orientasi
teori
yang
dinamakan
fungsionalisme, yang beranggapan aau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat diman unsure itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam suatu unsure kebudayaan bersangkutan. Menurut malinowsky fungsi dari suatu unsure budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), meras enak badan (bodily comfort ), keamanan , kesantaian, gerak dn pertumbuhan. Malinowsky percaya, bahwa pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pengertian akan hal tersebut diatas dapat
dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Malinowsky menerangkan sebgai berikut “nilai yang praktis dari teori tersebut adalah bahwa teori ini mengajarkan kita tentang kepentingan relative dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu; bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya. Teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri , namun teori ini tidak mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan yang berbeda-beda memiliki unsure-unsur budaya yang berbeda dan mengapa terjadi perubahan dalam kebudayaan.