BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
Uraian yang terdapat pada bab dua yaitu terdiri dari tinjauan pustaka, konsep dan landasan teori tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat Tionghoa.
2.1
Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki
atau mempelajari (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon (KBBI, 2003:912). Jadi, tinjauan pustaka yaitu hasil meninjau, pandangan, pendapat terhadap buku-buku maupun jurnal-jurnal yang
sudah diselidiki atau
dipelajari sebelumnya. Jurnal 中国白酒文化的剖析 Zhongguo baijiu wenhua de pouxi (Zhang Guo Hao, dkk, 2008). Terjemahan jurnal tersebut adalah Analisis Budaya Arak Putih. Dalam jurnal ini, peneliti membahas arak putih dari aspek sejarah, ekonomi dan psikologi. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa penjelasan singkat mengenai sejarah arak putih di Cina.
Jurnal 传统文化元素—白酒文化的助推器 Chuantong wenhua yuanxubaijiu wenhua de zu tuiqi (Wu Xin Ran, 2008). Terjemahan jurnal ini adalah Unsur Tradisi Budaya- Alat Pedoman Budaya Arak Putih. Jurnal ini menganalisa minuman arak putih Cina dan mencari tahu kisah sukses dari budaya arak putih
yang
menggunakan unsur-unsur budaya tradisional. Selain itu juga menjelaskan beberapa masalah yang mempengaruhi perkembangan merek minuman arak putih. Tulisan ini memberikan kontribusi tentang sejarah singkat dan perkembangan arak putih di Cina. Buku 中国酒文化 Zhongguo jiu wenhua (Lijingping, 2007). Terjemahan buku tersebut adalah Budaya Minuman Keras Cina. Dalam buku ini, penulis menulis tentang sejarah arak, jenis-jenis arak, tradisi dan upacara arak, nama-nama penyair yang terkenal erat dengan arak dan lain-lain. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa paparan jenis-jenis arak putih di Cina. Dari uraian diatas, penelitian terhadap Fungsi dan Makna Arak Putih Dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan teori Fungsionalisme dan teori Semiotik.
2.2
Konsep Konsep merupakan suatu pernyataan singkat tentang fenomena. Konsep juga
dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir 2010) .
(Hamidi,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Oleh karena itu konsep yang ada dalam penelitian ini adalah mengenai : 2.2.1 Fungsi Dalam pengertian sehari-hari, fungsi adalah guna atau manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:323) fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat. Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap pola kelakuan, setiap kepercayaan dan sikap menjadi suatu kebiasaan. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai suatu
pedoman hubungan
antar manusia atau kelompok, wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya, pembimbing kehidupan manusia dan sebagai pembeda antar manusia dan binatang. (Soekanto, 2009:155)
2.2.2 Makna Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703), makna adalah : 1. Arti atau maksud.
2. Pengertian yang diberikan kepada benda kebahasaan. 3. Aktif makna emotif, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses dan kegiatan. Makna secara budaya yaitu arti yang terkandung dalam budaya tersebut. Dimana setiap tradisi memiliki arti atau maksud tertentu. Makna kebudayaan adalah arti dari setiap tradisi atau kebiasaan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat.
2.2.3 Arak Arak merupakan salah satu minuman keras yang memiliki kandungan etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Dalam bahasa mandarin kata arak yaitu 酒 (baca: jiǔ) artinya kata yang digunakan untuk semua jenis minuman yang mengandung alkohol. Hamami Amiek (2005:3) menyatakan pembuatan minuman keras sebagai berikut: “Berdasarkan pembuatannya, minuman keras terbagi atas 2 golongan yaitu minuman keras hasil fermentasi dan minuman keras hasil destilasi atau penyulingan. Fermentasi dalam bahasa Indonesia artinya peragian yaitu proses pemecahan zat gula dalam bentuk cair menjadi alkohol dan CO2 dengan bantuan ragi. Hasil fermentasi mempuyai kadar alkohol maximum 15%. Sedangkan minuman keras hasil destilasi atau penyulingan adalah dari proses pemanasan dan pendinginan kembali. Maksudnya untuk memperoleh kadar alkohol yang
lebih tinggi karena itu untuk maksud tersebut sering dilakukan dua atau tiga kali penyulingan, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan tinggi sekali ”
Asal usul minuman beralkohol dari fermentasi biji-bijian belum dapat ditelusuri dengan pasti. Arak merupakan salah satu jenis minuman budaya masyarakat Tionghoa. Arak sejak dulu selalu dikaitkan dengan penyajian makanan atau perayaan dan upacara tradisional seperti perkawinan dan kematian. Arak juga digunakan sebagai alat rekreasi karena sifat perangsang yang dimilikinya. Salah satu contohnya adalah sekelompok penyair yang minum sampai mabuk untuk merangsang kecakapan kreatifnya. Mereka disebut penyair Naga Mabuk. (Boye De Mente, 1991:255) Arak juga berhubungan dengan pergaulan, membina baik yang berhubungan dengan pribadi, politik dan dagang. Ada beberapa kisah tentang perkembangan kehidupan, kekuasaan maupun kehancuran kaisar dan menteri pada zaman Cina kuno karena pengaruh arak. Demikian juga dengan fakta tentang terjadinya kehancuran kehidupan usaha ekonomi. Budaya minum arak mempunyai sejarah yang panjang di Cina. Arak telah diproduksi
dan
digunakan
sejak
zaman
kuno
dan
sering
menyebabkan
kesalahpahaman yang besar karena pengaruh alkohol yang menyebabkan mabuk. Boye De Mente, dalam buku Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina (1991:255) menjelaskan : “Pembuatan, penjualan dan pemakaian arak berulang-ulang dilarang dan diizinkan sebanyak empat puluh satu kali selama 2400 tahun antara Dinasti Chou dan Dinasti Mongol. Pada tahun 1127, seorang penerbit mempublikasikan petunjuk penyulingan yang lengkap untuk segala jenis anggur dan minuman keras yang dibuat di negeri Cina.”
Arak merupakan minuman yang penting pada acara santai maupun perjamuan resmi. Pada saat acara perjamuan, masyarakat Tionghoa cenderung menganggap makan itu tidak nikmat tanpa sajian minuman arak. Itulah sebabnya pada waktu makanan disediakan di atas meja terdapat tiga gelas disamping piring yaitu: satu untuk bir yang paling bagus (large bir) yang umumnya bisa memabukkan tetapi tidak begitu keras, satu untuk anggur (tipe vermut atau di Cina ada yang manis seperti sirup anggur yang diproduksi sendiri) dan gelas yang kecil untuk minuman keras seperti maotai yang dibuat dari sorghum dengan kadar 65%-70%. Maotai pada umumnya dipakai untuk toas, dalam Bahasa Inggris disebut “cheers”. Persamaan mengenai cheers di Cina adalah mengucapkan selamat sambil angkat gelas untuk toas. Dalam bahasa mandarinnya disebutkan “gānbēi” 干杯 yang arti literaturnya adalah gelas kering (Helmut Morsbach 1993:75-76). Setiap orang Tionghoa minum arak dan mengatakan toas maka terlihat mereka langsung meminumnya sampai habis atau gelasnya terlihat kosong. Maotai adalah salah satu jenis arak putih yang terkenal. Arak memiliki banyak jenis yaitu arak putih (báijiǔ 白酒 ), arak kuning (huángjiǔ 黄酒 ), bir (píjiǔ 啤酒 ), arak buah (guǒjiǔ 果酒 ) dan pèizhì jiǔ 配制酒 (Lijingping, 2007:48).
2.2.3.1 Arak Putih Di berbagai negara, seni membuat arak dan penyulingannya sangat rumit. Hal ini dikarenakan asalnya bervariasi. Teknik membuat arak putih sampai saat ini masih terus berkembang. Larutan alkohol murni tidak memiliki aroma dan rasa, tetapi minuman keras arak putih memiliki aroma, rasa yang unik dan warna. Hal ini karena di dalam arak putih tidak hanya mengandung alkohol tetapi juga mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan berbagai vitamin. Salah satu keistimewaan Cina adalah penyulingan arak
putih.
Arak
putih dibuat
dari biji-bijian
yang
difermentasikan dengan ragi lalu disuling. (Lijingping, 2007:49). Arak putih memiliki banyak jenis. Salah satu arak putih Cina yang umum dipakai adalah maotai. Maotai merupakan minuman resmi pemerintah Cina yang paling terkenal yang dibuat dari sorghum. Kadar alkoholnya berkisar 140-150 cc per liter. Tidak semua pedagang atau pejabat Cina kebal terhadap pengaruhnya seperti sering terjadi. Banyak yang menggantinya dengan air atau cairan lain yang tidak berwarna. Itu adalah suatu taktik yang harus selalu diingat oleh penguasa asing (Boye De Mente, 1991: 258). Fungsi arak putih yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, pelunak makanan yang dibakar (seperti ikan bakar, daging panggang atau barbeque).
2.2.4 Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari Bahasa Sanskerta buddahyah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal (Koentjaraningrat, 2002:181). Adapun istilah culture, yang berasal dari kata Latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut yaitu colere kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto, 2003:172). Defenisi kebudayaaan menurut E.B Tylor (1871:1) adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:113) juga mengemukakan pendapat bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Soerjono Soekanto (2003:173) menjelaskan mengenai karya, rasa dan cipta sebagai berikut, “Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Didalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan antara lain yang menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta merupakan baik yang
berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:432), kebudayaan adalah : 1.
Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan dan adat- istiadat.
2.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaaan dapat berubah seiring perkembangan, dalam arti dinamis.
2.2.5 Masyarakat Tionghoa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu yang mengikuti aturan-aturan yang ada untuk menuju kepentingan dan tujuan bersama. Defenisi masyarakat menurut Selo Soemardjan (1997:29) ialah orang orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koenjaraningrat, 2002:146).
Tionghoa adalah salah satu etnis yang telah lama tinggal di Indonesia. Etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas yang jumlahnya sedikit di Indonesia dan merupakan etnis pendatang yang berasal dari bagian tenggara Cina. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan masyarakat Tionghoa ini mulai diakui oleh masyarakat asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya libur Nasional untuk Hari Raya Imlek. Masyarakat Tionghoa memiliki berbagai jenis kebudayaan yang unik dan menarik. Masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia sebagian besar menetap di Pulau Jawa. Selain daerah tersebut, masyarakat Tionghoa juga menetap dalam jumlah besar di daerah perkotaan seperti di Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan.
2.3
Landasan Teori Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena.
Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori merupakan rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan. Adapun teori yang penulis gunakan adalah teori fungsionalisme dan teori semiotik.
2.3.1 Teori Fungsionalisme Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi (pranata-pranata)
dan
kebiasaan-kebiasaan
pada
masyarakat
tertentu.
Teori
fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Dalam Warsani (1978:111), Malinowski mengemukakan, “Setiap kebudayaan yang hidup merupakan kesatuan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, tidak ubahnya sebagai suatu tubuh yang hidup dimana setiap bahagian mempunyai fungsi yang berhubungan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dipelajari dan dipahami, kalau tidak dihubungkan dengan kebudayaan sebagai keseluruhan”.
Malinowski beranggapan bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Beliau menjelaskan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Penulis menerapkan teori ini karena penulis ingin melihat bahwa arak putih memiliki fungsi yang saling mendukung dalam beberapa budaya masyarakat Tionghoa. Dimana arak putih itu memiliki fungsi yang bermacam-macam terhadap budaya Cina yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur,
sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, membawa sukacita, melupakan kekhawatiran, memperpanjang usia, pelunak makanan yang dibakar. Dan pada dasarnya penulis ingin melihat fungsi sebagai obat dalam budaya masyarakat Tionghoa.
2.3.2 Teori Semiotik Dalam membahas makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa secara lebih mendetail, penulis menggunakan teori Semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu popular. (Endaswara, 2008:64) Menurut Barthes (Kusumarini, 2006), denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Oleh karena itu, penulis juga menggunakan teori semiotik untuk membahas makna arak putih terhadap masyarakat Tionghoa.