BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 456) mengatakan, “ …Konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Penulis akan menggambarkan objek yang diteliti secara abstrak, yang berkaitan dengan struktur upacara menempati rumah baru pada masyarakat Tionghoa aliran Taoisme di Medan.
2.1.1 Struktur Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) mengatakan, “ …struktur diartikan sebagai susunan antara seluruh bagian-bagian dari sesuatu. Struktur juga dapat diartikan sebagai susunan yang saling berhubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh”. Struktur adalah pola hubungan antara manusia dan kelompok manusia. Dengan demikian sebuah struktur dapat dilihat dalam kehidupan sosial masyarakat yang sering disebut struktur sosial. Struktur sosial sebagai pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok masyarakat. Hubungan terjadi ketika manusia memasuki pola interaksi yang relatif stabil dan berkesinambungan atau saling ketergantungan yang menguntungkan, Komblum (1998). Berdasarkan
13 Universitas Sumatera Utara
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur upacara menempati rumah baru adalah susunan, tata cara atau tahapan yang akan dilakukan dalam sebuah upacara menempati rumah baru yang tersusun rapi dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Pada penelitian ini struktur yang akan diteliti adalah struktur atau tahapan-tahapan yang terjadi pada upacara menempati rumah bagi pada masyarakat Tionghoa aliran Taoisme di Medan.
2.1.2 Upacara Upacara ialah aktivitas yang dilakukan di waktu-waktu tertentu. Upacara dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejadian, upacara merupakan kebudayaan yang bersifat sosial. Dalam hal ini, upacara merupakan salah satu simbol kebudayaan yang diciptakan bersama sehingga pelaksanaannya sudah ditentukan aturan-aturan secara bersama seperti tata cara, etika-etika dan ucapanucapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1386) mengatakan, “ …upacara juga dapat diartikan sebagai perbuatan/perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubung dengan peristiwa penting. Upacara adalah rangkaian tindakan/perbuatan yang terikat kepada aturanaturan tertentu menurut adat/agama. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara labuhan, upacara camas pusaka dan sebagainya. Semua upacara adat tidak terlepas dari unsur sejarah.
14 Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Menempati Rumah Baru Menempati rumah baru adalah melangkahkan kaki di rumah baru yang sudah menjadi hak milik sendiri dari hari itu juga. Menempati rumah baru sering dilakukan oleh berbagai suku. Upacara menempati rumah baru merupakan upacara budaya yang berasal dari Tiongkok dan dilakukan ketika memasuki rumah baru. Upacara menempati rumah baru menandai hari dan tempat baru, dimana pemilik rumah baru memulai kehidupan dan aktivitas yang baru. Menempati rumah baru sudah menjadi budaya yang mendarah daging bagi masyarakat Tionghoa aliran Taoisme. Tradisi ini masih berlangsung sampai saat ini, karena masyarakat Tionghoa selalu melestarikan yang namanya budaya. Proses penempatan rumah baru dilakukan supaya sebelum menempati rumah, sudah terlebih dahulu menerima berkat dan doa dari sekitarnya. Hal ini dilakukan supaya kelak penghuni rumah baru merasa nyaman dan aman di rumah baru mereka. Proses menempati rumah baru ini selalu ditandai dengan adanya sembahyang rumah empat sudut, sebagai wujud penghormatan dan keseimbangan. Selain itu juga, makan kue hwat (kue kembang) yang bermakna semoga kelak mendapatkan perkembangan dalam kesehatan dan rezeki.
2.1.4 Aliran Taoisme Taoisme merupakan suatu ajaran filosofis yang didirikan oleh Lao Tzu pada abad keenam sebelum masehi. Filsafat Taoisme terdiri dari aliran Chuang Tzu dan Huang Lao. Dia adalah seorang ilmuwan berbakat yang hidup sekitar 26 abad yang lalu dan bekerja sebagai Penjaga Arsip Kerajaan selama pemerintahan Dinasti Chou. Dalam ajaran awal ini, Tao dipandang sebagai sumber yang unik
15 Universitas Sumatera Utara
dari alam semesta dan menentukan semua hal bahwa semua hal di dunia ini terdiri dari bagian yang positif dan bagian yang negatif. Buku awal yang memuat tentang ajaran Tao ini berjudul Classic of Great Peace yang dianggap tulisan tangan dari Lao Tzu. Lao Tzu seringkali dianggap Dewa karena memiliki banyak julukan, diantaranya saint Ancestor Great Tao Mysterious Primary Emperor. Tao Te Ching merupakan kitab suci di dalam agama Tao, terpandang kitab suci tertipis di antara seluruh kitab suci berbagai agama di dunia. Terdiri atas 81 buah sajak-sajak singkat, disertai prosa-prosa singkat. Terdiri dari 25 halaman yang kemudian diberi komentar oleh pelbagai ahli filsafat sehingga menjadi kitab yang sangat tebal. Sekalipun Tao Te Ching itu tipis tetapi isinya mencakup hampir keseluruhan aspek kehidupan. Meskipun kata yang digunakan sederhana akan tetapi kandungan maknanya berisikan banyak paradox, Yu-lan (2007).
Kitab ini ditulis oleh Lao Tse pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wuwei merupakan perintah termasyhur bagi penganut Taoisme yang dijadikan pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh jalan untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan.
Kitab tersebut menyimpan suatu pengertian yang ajaib (misterius) yaitu yang tersirat dalam kata “TAO”. Taoisme cenderung membawa tradisi Tiongkok
16 Universitas Sumatera Utara
kuno ke dalam bentuk keagamaan dan filsafat. Dengan demikian Lao Tze menjadikan
Taoisme
sebagai
faham
yang
dapat
mengimbangi
paham
Konfusianisme yang terkenal sebagai paham kuno dan yang berusaha mempertahankan tradisi Tiongkok dalam bnentuk baru, tapi berada pada jalan yang sama dengan yang dilalui Taoisme. Di samping kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya dan kitab Leizi yang berisi kumpulan-kumpulan cerita dan hiburan dalam filsafat, Milawati (2016).
2.2 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti buku, skripsi, jurnal, tesis dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal ini. Tinjauan pustaka merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti. Sesuai dengan pendapat diatas, maka penulis akan memaparkan beberapa tinjauan pustaka seperti: Herlina, (2015) menulis dalam skripsi yang berjudul “Nilai Tradisi Naik Rumah Baru pada Masyarakat sungai Beringin Kecamatan Renggat kabupaten Indargiri Hulu”. Aspek yang dibahas di dalam skripsi ini tentang tradisi menempati rumah baru sesuai dengan adat dan kebiasaan masyarakat di Sungai Beringin. Karya tulis ini memberikan kontribusi kepada peneliti untuk mengetahui bagaimana tradisi menempati rumah baru di Sungai beringin membandingkan dengan tradisi menempati rumah bagi pada masyarakat Tionghoa di Medan.
17 Universitas Sumatera Utara
Rahayu, Novi (2011) dalam Artikel yang berjudul “Pindah Rumah Menurut Tradisi China”. Artikel ini menguraikan tentang proses pindahan rumah dengan tradisi dan adat Tionghoa. Penulis menggunakan karya tulis ini sebagai bahan referensi, bagaimana tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa pada saat melakukan pindah rumah baru oleh masyarakat Tionghoa dan pantangan pada saat upacara. Siagian, Rotua Yati (2015) dalam skripsi yang berjudul “Struktur dan Makna Upacara Manyue pada suku hokkian di kota Medan”. Skripsi ini memberikan kontribusi penting bagi penulisan dalam pengaplikasian teori. Dalam skripsi ini menggunakan teori upacara dan teori semiotik. Pada proposal penulis juga menggunakan kedua teori tersebut. Penulis menggunakan skripsi ini sebagai bahan referensi untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian teori dalam pembahasan. Sinaga, Richard (2011) menuliskan dalam jurnal “Ulaon Adat Batak Memasuki Rumah Baru”. Jurnal ini mengulas tentang struktur tradisi menempati rumah baru masyarakat Batak, dari upacara awal pemberkatan sampai pada ulaon adat (upacara adat). Karya tulis ini memberikan kontribusi penting bagi penulis untuk mengetahui bagaimana tradisi menempati rumah baru masyarakat Batak membandingkan dengan tradisi menempati rumah bagi pada masyarakat Tionghoa di Medan. Sofiani, Winda (2010) menuliskan dalam skripsi yang berjudul “Fungsi dan Makna Makanan Tradisional pada Perayaan Upacara Budaya Masyarakat Tionghoa”. Skripsi ini memberikan kontribusi penting bagi peneliti karena mengulas tentang makna makanan dalam setiap perayaan-perayaan yang
18 Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Pada proposal skripsi penulis juga membahas makna makanan pada perayaan upacara memasuki rumah baru.
2.3 Landasan Teori Teori adalah pendapat yang ditemukan peneliti terdahulu yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. William Doherty (1993:20) mengatakan, “… teori adalah proses sistematik dalam merumuskan dan mengorganisasi ide menjadi sebuah fenomena tertentu yang dapat dipahami. Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan secara teoritis. Dalam rangka mendeskripsikan upacara menempati rumah baru bagi masyarakat Tionghoa penulis menggunakan teori upacara dan teori semiotik. 2.3.1 Teori Upacara Istilah upacara selalu dikaitkan dengan upacara budaya. Budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam rangka mendeskripsikan upacara menempati rumah baru masyarakat Tionghoa penulis menggunakan teori upacara. Upacara memasuki rumah baru adalah upacara rasa syukur keluarga kepada Tuhan atau Sang Pencipta
19 Universitas Sumatera Utara
atas rezeki yang sudah diterima dalam berlangsungnya hidup. Selain itu, sebagai ucapan terimakasih kepada sanak saudara dan kerabat atas semua dukungan dan doa dari mereka. upacara memasuki rumah baru masyarakat Tionghoa merupakan kebudayaan sakral diman orang-orang bisa berkumpul bersama untuk memberi doa dan harapan kepada pemilik rumah yang baru. Dalam rangka mendeskripsikan upacara memasuki rumah baru masyarakat Tionghoa penulis menggunakan teori upacara. Pelaksanaan upacara memasuki rumah baru ini bermaksud menjawab dan menginterpretasikan permasalahan dalam kehidupan sosial untuk memenuhi kebutuhan bersama melestarikan budaya Tionghoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1981:241), mengatakan “ ... setiap upacara keagamaan dapat dibagi dalam empat komponen yaitu: Tempat upacara, Saat upacara, Benda-benda dan alat upacara, Orang yang melakukan dan memimpin upacara”. Berdasarkan teori ini akan dibahas tentang dimana pelaksanaan upacara, bagaimana keadaan saat upacara dan alat upacara yang digunakan serta pemimpin dalam upacara memasuki rumah baru masyarakat Tionghoa.
2.3.2 Teori Semiotik Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semeion yang berarti tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Berlo (1960:50) mengatakan, “…melalui teori semiotik seseorang dapat menganalisis makna yang tersirat di balik penggunaan lambang dalam kehidupan manusia yaitu penggunaan lambang, pemaknaan pesan, dan cara penyampaiannya”.
20 Universitas Sumatera Utara
Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa analisis semiotik terdiri dari tiga aspek penting sehingga sering disebut dengan segitiga makna atau triangle of meaning (Littlejohn, 1998). Tiga aspek tersebut adalah : 1. Tanda Dalam kajian semiotik, tanda merupakan konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis di mana di dalam tanda terdapat makna sebagai bentuk interpretasi pesan yang dimaksud. Secara sederhana, tanda cenderung berbentuk visual atau fisik yang ditangkap oleh manusia. 2. Acuan tanda atau objek Objek merupakan konteks sosial yang dalam implementasinya dijadikan sebagai aspek pemaknaan atau yang dirujuk oleh tanda tersebut. 3. Pengguna Tanda (interpretant) Konsep
pemikiran
dari
orang
yang
menggunakan
tanda
dan
menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda (Kriyantono, 2007 : 263). Teori semiotik ini akan membahas tanda, objek dan pengguna objek. Upacara memasuki rumah baru masyarakat Tionghoa menggunakan beberapa simbol yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Berdasarkan teori ini akan dibahas simbol dan makna dari simbol tersebut serta pandangan masyarakat terhadap hal tersebut.
21 Universitas Sumatera Utara