BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia
(2005: 588),
konsep
didefenisikan sebagai berikut, 1. Rancangan dan buram surat dsb, 2. Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua yang berbeda dan 3. Ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain. Dari defenisi di atas, penulis menilai bahwa defenisi ketiga adalah yang paling tepat untuk mengambarkan konsep dalam skripsi ini yaitu, gambaran mental dari objek , proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian, konsep digunakan sebagai kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, atau pun memaparkan suatu objek atau topik pembahasan. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran dari objek berupa novel berjudul Tea for Two yang akan dibedah dalam suatu pembahasan skripsi yang berjudul Analisis KDRT pada Novel Tea for Two Karya Clara Ng yang dianalisis dari tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi ini akan melibatkan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu:
17
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. kesimpulan dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Grebstein (dalam Damono,1984: 4-5) menjelaskan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara menyeluruh dan tuntas jika dipisahkan dari budaya masyarakat yang menghasilkannya. Dengan demikian, kesamaan permasalahan antara sosiologi dengan sastra adalah sama-sama berurusan dengan manusia dan masyarakat. Namun, seorang sosiolog hanya dapat melihat fakta berdasarkan kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan sastrawan mampu mengungkapkan kenyataan melalui imajinasinya. Uraian di atas dipertegas oleh pendapat Ratna (2004: 399) yang mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah “Analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat”. Jadi, sosiologi adalah kajian terhadap suatu karya sastra dengan
mempertimbangkan
aspek-aspek
kemasyarakatannya
baik
yang
berhubungan dengan penciptanya, gambaran masyarakat dalam karya itu, maupun pembacanya. 2.1.2
Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin, yakni configure yang bermaksud
saling memukul. Dari sudut sosiologi konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, boleh juga dalam kumpulan/organisasi di mana salah satu
18
Universitas Sumatera Utara
pihak berusaha menyingkirkan pihak yang lain. Konflik berlaku disebabkan perbedaan pendapat oleh individu dalam interaksi. Perbedaan tersebut ialah berkaitan dengan fisik, kepandaian, pengetahuan, adat dan budaya, keyakinan, agama dan sebagainya, (http://rakansiswa 01.wordpress.com).
2.1.3
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) KDRT merupakan fakta sosial yang bersifat universal karena dapat terjadi
dalam sebuah rumah tangga tanpa pembedaan budaya, agama, suku bangsa, dan umur pelaku maupun korbannya. Karena itu, ia dapat terjadi dalam rumah tangga dari keluarga sederhana, miskin dan terbelakang maupun rumah tangga dari keluarga kaya, terdidik, terkenal, dan terpandang. Tindak kekerasan ini dapat dilakukan oleh suami atau istri terhadap pasangan masing-masing, atau terhadap anak-anak, anggota keluarga yang lain, dan terhadap pembantu mereka secara berlainan maupun bersamaan. Perilaku merusak ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan rumah tangga dengan sederetan akibat di belakangnya, termasuk yang terburuk seperti tercerai-berainya suatu rumah tangga. Menurut Budiary 2008 KDRT adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh salah satu anggota dalam rumah tangga misalnya suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri, (http://liputankita.com).
Dari uraian di atas banyak contoh-contoh KDRT yang sering terjadi di dalam rumah tangga. Hal tersebut memberi pelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup dan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
19
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Novel Tea for Two Novel adalah salah satu jenis karya sastra. Pada umumnya novel merupakan hasil daya cipta seorang pengarang akan pengalaman hidupnya serta bentuk-bentuk kehidupan masyarakat. Masyarakat sering mengatakan bahwa novel merupakan wadah untuk mengungkapkan kehidupan manusia dari berbagai aspek karena mengungkapkan berbagai macam perasaan di dalamnya misalnya latar belakang kehidupan masyarakat itu menjadi dasar penciptaan sebuah karya sastra. Misalnya pada novel Tea for Two banyak menceritakan lika-liku kehidupan dalam berumah tangga. Makna Tea for Two dalam Kamus Inggris Indonesia adalah kata tea memiliki arti teh, for bermakna untuk, sedangkan two bermakna dua. Jadi Tea for Two adalah teh untuk dua. Maksud dari pengertian tersebut pada novel ini adalah di mana penulis ingin menceritakan dua orang yang tidak saling mengenal bertemu di suatu tempat perjodohan sembari minum teh. Awal pertemuan tersebut berlanjut hingga ke pernikahan dan mengambarkan segala liku-liku kehidupan. Dari pertemuan tersebut mengambarkan perjalanan hidup tokoh utama Sassy dari awal pertemuan dengan Alan hingga pada pernikahan yang penuh dengan kebohongan. Hal tersebut dapat ditemukan pada novel Tea for Two karya Clara Ng.
20
Universitas Sumatera Utara
2.2
Landasan Teori Dalam penelitian ini membutuhkan landasan teori yang mendasari, karena
landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan hendaknya mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan. Dalam analisis ini penulis akan menggunakan teori sosiologi sastra untuk menganalisis data-data yang diperlukan sebagai penunjang atas keberhasilan analisis ini. Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak belakang dari orientasi kepada semesta, namun dapat juga bertolak dari orientasi kepada pengarang
dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra
dilihat hubungannya dengan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Menurut Ratna (2004: 332) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut. 1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat. 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. 3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah kemasyarakatan.
21
Universitas Sumatera Utara
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan adat-istiadat dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek tersebut. 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif, pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, persepektif biografi pengarang yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan kehidupan pengarang dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra. Sosiologi karya sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Di samping itu, permasalahan yang diangkat dalam karya sastra biasanya masih relevan dalam kehidupan masyarakat. Sastra dapat dikatakan sebagai cermin masyarakat, atau diasumsikan sebagai salinan kehidupan, tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya dapat tergambar dalam sastra. Yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan berperan sebagai mikrokosmos sosial. Seperti lingkungan bangsawan, penguasa, gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya.
22
Universitas Sumatera Utara
Selain sosiologi sastra penulis juga akan membicarakan tentang konflik yang terjadi pada tokoh-tokoh di dalam novel tersebut. Teori sosiologi berhubungan erat dengan konflik. Kedua hal inilah yang digunakan penulis. Karena menganalisis sebuah karya sastra itu selalu berhubungan dengan ilmu-ilmu lain yang mendukung dalam pengkajian tersebut. Salah satunya adalah sosiologi. Penulis ingin mengkaji dilihat berdasarkan konflik yang terdapat dalam novel Tea for Two karya Clara Ng, untuk mengkajinya penulis menghubungkannya dengan teori sosiologi sastra. Menurut
Kamus
Merriam
Webster
dan
Advance
(Ubaydillah,
http://www.e-psikologi.com : 2007) Konflik adalah : 1. Perlawanan mental sebagai akibat dari: kebutuhan, dorongan, keinginan atau tuntutan yang berlawanan 2. Tindakan perlawanan karena ketidakcocokan / ketidakserasian 3. Berkelahi, berperang, atau baku hantam
Salah satu contoh konflik sosial adalah KDRT. KDRT adalah penganiayaan yang terjadi di dalam rumah tangga. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 (2007: 4) Bentuk-bentuk KDRT itu ada 4 macam yakni: 1) Kekerasan Fisik Kekerasan Fisik adalah segala perbuatan suami yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada istri. Para korban mengaku ada yang dipukul, ditendang, diseterika, disundut dengan rokok, kepala dibotakin sampai disiram air keras. 2) Kekerasan Psikis Kekerasan Psikis adalah tindakan suami yang mengarah pada kondisi istri (korban) merasakan ketakutan. Istri menjadi tertekan, lalu depresi, karena ruang geraknya jadi terbatas dan tak lagi merasakan kebebasannya sebagai individu.
23
Universitas Sumatera Utara
Contohnya pernyataan suami pada istrinya, "Kamu kan hidup menumpang". Atau suami mengancam istri untuk tidak ke luar rumah, dan kalau melanggar, harus menanggung akibatnya. 3) Kekerasan seksual Kekerasan Seksual adalah lebih ke arah pemaksaan hubungan seks. Apalagi sekarang banyak yang mengajarkan cara atau teknik berhubungan seks melalui VCD atau media lain. Akibatnya, suami ingin menerapkannya tanpa kesepakatan dengan sang istri lebih dulu. Akibatnya, istri mengalami tekanan batin. Di satu sisi, mereka merasa jijik, tapi di sisi lain takut ditinggalkan suami jika menolak. 4) Kekerasan ekonomi Kekerasan Ekonomi adalah bentuk kesulitan ekonomi yang dialami oleh istri karena suami tidak memberi nafkah. Misalnya, setiap hari istri dijatah Rp 10 ribu untuk keperluan rumah tangga. Cukup nggak cukup, harus cukup. Bahkan, ada yang tiap bulan harus bikin laporan keuangan, berapa pemasukan dan pengeluaran keluarga. Biasanya, apa yang dilakukan suami semata-mata karena latar belakang keluarganya. Salah satu contoh, ibu sang suami sangat royal, sehingga sang ayahlah yang mengontrol keuangan keluarga. Nah, ia sering mendengar keluhan ayahnya tentang sifat perempuan yang boros dan suka menghambur-hamburkan uang. Inilah yang kemudian diterapkan pada istrinya. Hal lain yang masuk kategori ini adalah larangan untuk bekerja. Jika ini disepakati bersama, tidak ada masalah. Yang jadi masalah, sebelum menikah, calon suami sudah memberi syarat, jika sudah menikah, istri harus berhenti bekerja dan mengurus keluarga saja. Ketika rumah tangga mengalami kesulitan
24
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, suami tetap bersikukuh istri tidak boleh bekerja dalam kondisi apa pun, istri memiliki hak untuk bekerja, apalagi jika ia memiliki keahlian. Dilihat dari semua bentuk-bentuk KDRT tersebut. Penulis ingin mengkaji novel Tea for Two karya Clara Ng dilihat berdasarkan bentuk KDRT berdasarkan kekerasan fisik dan psikis. Tetapi pada novel ini lebih banyak mengkaji secara kekerasan psikis dan dihubungkan dengan sosiologi yang mempengaruhinya. 2.3
Tinjauan Pustaka Novel Tea for Two karya Clara Ng ini sebenarnya adalah novel yang
sangat menarik sekali untuk dikaji, diteliti, dan diulas dalam beberapa forum diskusi
di
internet
seperti
http://www.rakansiswa01.wordpress.com,
www.goodreads.com, karena isi dari novel tersebut terdapat masalah-masalah kehidupan yang tidak asing lagi bagi pembaca. Novel Tea for Two ini sebenarnya sudah pernah dibahas sebelumnya oleh Caroline. Caroline adalah salah satu pengemar novel Tea for Two karya Clara Ng. Pembahasan mengenai novel ini masih hanya seputar kritik para pembaca yang dituangkan dalam bentuk forum diskusi maupun resensi mengenai pemikiran dan gaya bercerita Clara Ng dalam karya-karyanya yang terbilang sederhana. Hal ini disebabkan pengarang menggunakan bahasa pandai merangkai kata-kata di dalam novel tersebut. Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada yang meneliti novel ini secara khusus dalam rupa skripsi. Selain itu, pembahasan yang sudah ada mengenai novel ini juga cenderung membahas masalah kehidupan rumah tangga tokoh utama yakni Sassy, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis kali ini lebih cenderung kepada konflik sosial yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga Sassy sebagai tokoh utama di dalam novel Tea for Two karya Clara
25
Universitas Sumatera Utara
Ng. Pembahasan yang telah membicarakan novel Tea for Two ini masih hanya sebatas komentar atau forum diskusi di dunia maya antara lain. 1. Tea for Two : Gaya penceritaan Clara Ng sebagai seorang pengarang, Caroline adalah salah satu pembaca novel Tea for Two. Mengawali komentar, disebutkan bahwa novel Tea for Two terbitan Kompas yang diberi label cerita bersambung. Dikomentari lebih lanjut, Buku ini bagus untuk membuka mata kita akan KDRT. Ceritanya sih gak melulu soal ketakutan atau kecemasan akan KDRT, bukan itu. Malahan, kalau dapat dibilang, porsi-nya gak banyak. Selain itu, ceritanya seolah-olah dibikin dua model. Satu dari sisi pengarang (menggunakan sudut pandang orang ketiga) dan di sisi lain dari sudut pandang Sassy, tentang apa yang dia rasakan dan pikirkan. Di bagian ini, mau tidak mau kita menjadi lebih mengerti, mengapa seorang perempuan seperti Sassy dapat terjebak dalam pernikahan KDRT. Gaya bahasa dan penulisannya. Entah baru di buku ini aja atau di bukubuku lain juga, karena gue baru paham. Clara Ng ini benar-benar menggunakan bahasa Indonesia yang baik (meskipun belum tentu benar). Nyaris tidak ada istilah bahasa Inggris, kecuali memang istilah yang belum ada padanan bahasa Indonesianya atau mungkin yang masih terasa asing, tetapi bukan berarti bahasa percakapannya menjadi kaku, enggak. Terasa lebih Indonesia aja :). Di saat nyaris seluruh fiksi kategori Chicklit atau Metropop menggunakan bahasa Inggris ke dalam bahasa percakapan sehari-hari, membaca buku Clara Ng yang minim bahasa Inggris dalam percakapan, ternyata menyegarkan juga :). Mungkin karena Clara Ng dapat menempatkan terjemahan kalimat kalimat tersebut ke dalam kalimat-kalimat yang terdengar wajar, www.blogspot.com ditulis pada tanggal 28 February 2010. 2. Sekilas tentang Clara Ng by Dito Gendut Dito Gendut, salah satu pembaca setia karya-karya Clara Ng. Dito mengagumi semua karya-karya Clara Ng. Baginya Clara Ng sangat pandai dalam menggunakan kata-kata di dalam karyanya. Dikomentari lebih lanjut, Tulisan
26
Universitas Sumatera Utara
Clara Ng itu bebas. Kata-katanya benar-benar bebas. Semua yang ada di sekitar kita, yang selama ini kita acuhkan, meskipun kita sadari keberadaannya, semua hal yang kita anggap tabu, Clara Ng dengan berani menuliskannya dengan katakata yang indah dan jujur, apa adanya. Buku-bukunya yang tidak pernah lepas dari kehidupan metropop dan wanita karir, sungguh sangat menginspirasiku untuk menjadi sesukses para wanita khayalan dalam bukunya itu. Tapi, ada juga yang aku sayangkan dari buku-buku yang ditulis oleh Clara Ng, yaitu unsur percintaannya yang nggak dapat lepas dari namanya hubungan intim, atau lebih jauh lagi kita sebut ML (making love). Meskipun aku akui, Clara Ng dapat meramu kata-katanya dengan baik sehingga jadi tidak terlalu vulgar banget. Clara Ng selalu dapat menggambarkan kehidupan kota besar dengan sangat mengagumkan, kalau aku bilang, (www.wordpress.com dituliskan pada tanggal 28 February 2009). Penelitian dengan menggunakan Teori Sosiologi Sastra telah banyak dilakukan oleh para penikmat sastra sebelumnya, khususnya para mahasiswa sastra yang ingin meraih gelar sarjananya. Namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian dengan menggunakan Teori Sosiologi Sastra terhadap Novel Tea for Two ini belum pernah ada. Penelitian yang menggunakan teori Sosiologi Sastra adalah berupa skripsi mahasiswi, salah satunya antara lain: Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata : Analisis Sosiologi Sastra Skripsi ini disusun oleh mahasiswa Fakultas Sastra USU angkatan tahun 2005 bernama Listi Mora Rangkuti. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah aspek- aspek atau nilai-nilai Sosiologi yang terdapat pada diri pengarang dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.
27
Universitas Sumatera Utara
Penelitian diawali pada pembahasan aspek intrinsik sastra yang dianggap perlu seperti plot, perwatakan, alur dan tema. Kemudian dilanjutkan pada pembahasan ekstrinsik yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi yakni: 1. Kesadaran sosial (keinginan untuk memperoleh pendidikan, dorongan, untuk mewujudkan cita-cita, pengaruh kekuatan cinta, pengaruh kekuatan reigi). 2. Sistem sosial (sistem kemasyarakatan, pengaruh teknologi) 3. Kelas sosial (mata pencaharian) Analisis struktural dan sosiosastra dilakukan karena karya memoar Andrea Hirata ini merupakan cermin masyarakat yang dapat dijadikan sebagai dokumen sosial budaya. Berdasarkan tinjauan tersebut maka diputuskan untuk membedah dan menemukan akar permasalahan novel Tea for Two tersebut dengan menggunakan teori Sosiologi Sastra sebagai pisau bedahnya.
28
Universitas Sumatera Utara