BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1
Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran adalah uraian,
keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal. 2.1.2 Hakikat Nilai Persahabatan Pengertian nilai persahabatan terbentuk dari kata nilai dan persahabatan. Nilai adalah segala sesuatu tentang baik dan buruk yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting dan berguna bagi kemanusiaan. Dengan adanya nilai, manusia dapat merasakan kepuasan baik kepuasan lahiriah maupun batiniah (Varia 2011:51). Seperti yang diutarakan Waluyo dan kawan-kawan (2012:84) bahwa nilai berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting, berguna bagi kemanusiaan, dan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Istilah persahabatan atau friendship berasal dari kata ”philein” atau ”philia” dan sering juga dikaitkan dengan kata suka atau cinta (love). Aristoteles berpendapat bahwa sahabat itu dapat dipandang sebagai gambaran diri sendiri atau ”another self”. Kesuksesan atau kegagalan seorang itu dapat disamakan dengan kesuksesan atau kegagalan sahabat karibnya karena mereka saling terpengaruh yang satu dengan yang lain, sedangkan Al-Ghazali mengatakan bahwa persahabatan seperti sebuah keluarga. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi (dalam Ibrahim dkk, 2013:25).
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian nilai dan persahabatan yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai persahabatan merupakan hal-hal baik atau buruk yang cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam hubungan persahabatan. Seperti yang terdapat pada artikel Wikipedia, dikatakan bahwa nilai dalam persahabatan merupakan hal-hal yang sering dihasilkan ketika seorang sahabat menunjukkannya secara konsisten, seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati dan empati, kejujuran, dan saling pengertian.
2.2
Landasan Teori Gambaran nilai persahabatan merupakan uraian, keterangan, atau penjelasan
mengenai hal-hal baik atau buruk yang cenderung dihasilkan atau ditunjukkan dalam hubungan persahabatan. Nilai-nilai itu timbul ketika dua orang atau lebih telah menjalin hubungan tersebut. Penelitian difokuskan pada data yang berupa kalimat dari pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan gambaran latar yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Dengan demikian untuk menggambarkan nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, teori yang digunakan adalah sebagai berikut.
2.2.1
Unsur-Unsur Intrinsik Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat naratif dan
dibangun oleh unsur-unsur, salah satunya adalah unsur intrinsik. Pada umumnya, para ahli membagi unsur-unsur tersebut, antara lain: tokoh dan perwatakan; tema; alur; latar (setting); sudut pandang; dan gaya bahasa. Menurut Pradopo (2002:77-78), dalam karya sastra terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu. Tokoh utama terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis. Adapun tokoh tambahan merupakan tokoh yang berfungsi untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan masalah dan penyelesaian masalah dan konflik-konflik tokoh utama. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memiliki watak yang baik dan positif, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang biasanya memiliki watak buruk dan negatif. Menurut Saad (dalam Pradopo 2002:79), teknik perwatakan dapat digolongkan sebagai perwatakan analitik, yakni perwatakan yang dapat dianalisis dari lukisan bentuk lahir atau jasmani tokoh dan analisis watak secara langsung; dan perwatakan dramatik dapat dianalisis dari (1) lukisan jalan pikiran atau apa yang melintas dalam pikiran tokoh, (2) reaksi terhadap peristiwa, (3) lukisan sekitar tokoh, dan (4) reaksireaksi pelaku lain terhadap tokoh. Tema merupakan unsur yang mendasari karya sastra. Tema dapat dipahami dengan terlebih dahulu memahami nilai-nilai kemanusiaan karena tema merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang berkaitan dengan masalah kemanusiaan dan masalah lain yang bersifat universal. Tema biasanya tersirat dalam karya sastra, tidak terdapat dalam satu dua kalimat, tetapi dapat tersebar di balik unsur-unsur karya sastra (Brooks dalam Aminuddin, 2000:92). Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk dari tahapan-tahapan peristiwa. Tahapan-tahapan peristiwa tersebut dibedakan atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.
Tahap pengenalan
merupakan tahap
memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Kemudian, terjadi ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan dalam cerita tersebut yang disebut konflik. Tahap komplikasi merupakan tahap di mana konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan kepentingan yang berbeda. Klimaks dari sebuah cerita dapat dilihat dari puncak ketegangan, yang diikuti oleh krisis. Krisis merupakan bagian alur yang mengawali penyelesaian yang ditandai oleh perubahan alur menuju
Universitas Sumatera Utara
selesainya cerita. Tahap leraian merupakan tahap peristiwa yang menunjukkan perkembangan ke arah tahap akhir suatu cerita, di mana pada tahap ini semua masalah diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, dan rahasia dibuka (Siswanto, 2008:159-160). Latar dalam karya sastra bukan hanya mengacu pada tempat, tetapi dapat juga berwujud waktu-waktu tertentu, cuaca, atau suatu periode sejarah. Latar terkadang dapat berpengaruh pada karakter-karakter dan dapat menjadi contoh representasi tema. Suasana cerita yang dimunculkan oleh latar dikenal dengan istilah ’atmosfer’, merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa tokoh-tokoh atau bagian luar dari diri tokoh (Stanton, 2007:35-36). Sudut pandang dalam karya sastra dibagi atas empat tipe utama. Pertama, sudut pandang ’orang pertama pelaku utama’ yaitu tokoh utama bercerita dengan katakatanya sendiri. Kedua, ’orang pertama-sampingan’, di mana cerita dituturkan oleh satu tokoh sampingan. Ketiga, sudut pandang ’orang ketiga-terbatas’, di mana orang ketiga tersebut hanya menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang tokoh saja. Terakhir, sudut pandang ’orang ketiga-tidak terbatas’, di mana pengarang menceritakan semua tokoh dan membuat beberapa tokoh dapat melihat, mendengar, atau berpikir ketika tidak ada satu tokoh pun hadir (Stanton, 2007:53-54). Unsur intrinsik perlu dibahas, terutama tokoh dan perwatakan, dalam melakukan penelitian tentang gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karena pada dasarnya, nilai berhubungan dengan prilaku manusia atau watak tokoh dalam karya fiksi. Seperti pendapat Gordon Allfort (dalam Hufad dan Sauri, 2007:44) yang mengatakan bahwa nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya karena tindakan dan perbuatan tersebut adalah proses psikologi, termasuk sikap, hasrat, keinginan, dan motif.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Sosiologi Sastra Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan nilai persahabatan dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Menurut Wellek dan Warren (1989:111-112), telaah sosiologi memunyai tiga klasifikasi, sebagai berikut: a.
Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang sebagai penghasil sastra;
b.
Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaahan adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;
c.
Sosiologi pembaca yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Penelitian yang dilakukan terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea, yakni
gambaran nilai persahabatan dalam novel tersebut merupakan bagian dari telaah sosiologi karya sastra karena nilai persahabatan adalah salah satu amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra. 2.2.3 Nilai Persahabatan Nilai dalam persahabatan cenderung ditunjukkan melalui prilaku dan interaksi. Menurut Veeger, perilaku dan interaksi sosial dianggap sebagai ciri khas objek sosiologis, yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan yang lain. Perilaku dan interaksi sosial merupakan akibat dan bagian sistem sosial yang berhubungan dengan lingkungan sosial. Perilaku dan interaksi sosial bertumpu pada kualitas konvensi dan tradisi, yang dasarnya telah tersedia dalam kenyataan sosial,
Universitas Sumatera Utara
yang secara tidak sadar telah dimanfaatkan dan dimapankan dalam kehidupan seharihari (dalam Ratna, 2003:123). Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam artikel Wikipedia, dikatakan bahwa ciri-ciri dua orang atau lebih yang menjalin hubungan persahabatan dapat dilihat dari cara sahabat menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain. Selera mereka biasanya sama dan sering bertemu. Mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka suka. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Orang yang terlibat hubungan persahabatan adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Ciri-ciri persahabatan menurut Kurth (1970:140-141) sebagai berikut: a.
Persahabatan terjalin atas dasar kesukarelaan.
b.
Persahabatan merupakan hubungan yang unik.
c.
Persahabatan memiliki tingkat kedekatan dan keintiman yang lebih besar dibandingkan dengan pertemanan.
d.
Hubungan persahabatan harus dipelihara agar tetap baik. Dalam hubungan persahabatan, sesama sahabat dituntut untuk memelihara dan
menjaga kelangsungan interaksi. Apabila pemeliharaan interaksi tersebut diabaikan, biasanya dapat mengganggu kelangsungan persahabatan. Orang-orang yang semula teman biasa berkembang menjadi persahabatan karena adanya nilai-nilai persahabatan yang tertanam dalam diri mereka masing-masing. Nilai-nilai dalam persahabatan menurut Yager (2006:21-29) antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1)
Rasa percaya. Rasa percaya dalam persahabatan dapat membantu sesama sahabat membuka pikiran dan berbagi informasi yang dianggap rahasia.
2)
Empati. Empati adalah kemampuan memahami sudut pandang seseorang, merasakan, menyayangi, dan menunjukkan simpati kepada seseorang. Empati kepada sesama sahabat tentu berakar dari dari emosi yang dalam dan merupakan kemampuan dasar mendengarkan dan benar-benar peduli apa yang dialami sahabat.
3)
Kejujuran. Kejujuran berhubungan dengan bisa atau tidaknya sesama sahabat berbagi perasaan, termasuk pemikiran, opini, dan cita-cita. Harus ada suatu asumsi bahwa sesama sahabat dapat berbicara terbuka dan jujur tanpa ada rasa takut ditertawakan atau menerima akibat yang tidak diinginkan.
4)
Kerahasiaan. Kemampuan menyimpan rahasia merupakan cara berbagi informasi rahasia dan pribadi, baik tentang kehidupan sahabat atau hal-hal yang tidak perlu diketahui orang lain. Mengeluarkan kerahasiaan dengan cara berbagi kepada sahabat, bisa memberikan efek melegakan yang bermanfaat.
5)
Kebersamaan. Kebersamaan merupakan perasaan bahwa sesama sahabat memiliki sesuatu, pengalaman, ide, dan keyakinan yang sama. Kebersamaan akan tumbuh dan menjadi kuat melalui berbagi minat, aktivitas, dan percakapan.
6)
Kecemburuan. Kecemburuan terhadap kesuksesan sahabat memang ada, namun kemampuan menguasai rasa cemburu ketika seorang sahabat berhasil merupakan wujud dari nilai persahabatan. Kecemburuan tersebut dapat mendorong individu untuk mencapai hal yang mereka irikan atau cemburui.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Pertama dilakukan oleh Rangkuti dengan judul penelitian ”Sang Pemimpi Novel Karya Andrea Hirata: Analisis Sosiosastra”. Penelitian tersebut dilakukan untuk memeroleh gambaran tentang nilai-nilai sosiosastra dengan menguraikan struktur novel terlebih dahulu. Kemudian ditelaah dengan analisis sosiosastra. Rangkuti mengatakan bahwa tema dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah tentang pendidikan yang diperoleh dengan perjuangan para tokohnya dan nilai- nilai sosiologi yang tercermin dari novel tersebut antara lain: nilai pendidikan, nilai cinta, nilai cita-cita, mata pencarian, sistem kemasyarakatan, teknologi, dan religi. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Rasman dengan judul penelitian ”Analisis Majas dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Keterampilan Menulis di Kelas XI SMA”. Dari hasil penelitiannya, Rasman menemukan majas perbandingan, majas perulangan, majas pertentangan, dan majas penegasan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata tersebut. Relevansi penggunaan majas dalam novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA dengan pembelajaran menulis terdapat pada aspek kebahasaan dan keefektifan majas dalam novel tersebut. Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga pernah diteliti oleh Parmini dan kawan-kawan dengan judul penelitian ”Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan dalam novel Sang Pemimpi terkandung nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian mengenai gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sejauh ini belum ada ditemukan. Walaupun penelitian terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sudah banyak dilakukan baik dari segi struktural, stilistika, ataupun sosiosastra, namun sejauh ini belum ada yang mengkaji khusus nilai persahabatan dalam karya novel tersebut. Oleh karena itu, penulis akan mencoba mendalami kajian tentang gambaran nilai persahabatan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Universitas Sumatera Utara