BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata communication yang bearti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Dengan kata lain komunikasi akan terjadi secara efektif apabila setiap orang yang terlibat dalam komunikasi dapat menyerap makna yang sama dari suatu pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Jika hal ini tidak terjadi maka komunikasi gagal berlangsung dengan baik (Zuhdi 2011:16). Komunikasi
merupakan
hal
yang
mengikat
kesatuan
organisasi.
Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisai, mengkoordinasikan aktivitas orgganisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Menurut Roger dalam Suranto (2005:15) menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah prilakunya 2.1.2 Elemen-Elemen Komunikasi Elemen-elemen yang ada dalam setiap tindakan komunikasi Devito (2011:24):
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber – Penerima Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar). 2. Enkoding – Dekoding Enkoding merupakan tindakan menghasilkan pesan. Misalnya, berbicara atau menulis, dengan menuangkan gagasan kedalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas maka seseorang telah melakukan enkoding. Dekoding merupakan tindakan menerima pesan. Pembicara atau penulis sebagai enkoder. Pendengar atau pembaca sebagai dekoder. 3. Pesan – Saluran Pesan adalah apa yang ingin disampaiakan setiap individu kepada orang lain baik dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis) maupun secara nonverbal (tanpa kata). Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran melainkan menggunakan dua, tiga atau empat saluran secara simultan. 4. Umpan Balik Merupakan informasi yang dikirim kesumbernya.
Umpan balik dapat
berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. 5. Gangguan (Noise) Merupakan gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dan menerima pesan dan sumber dalam mengirim pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi
Universitas Sumatera Utara
bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapoat berupa gangguan fisik (ada orang lain yang berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). 2.1.3. Pengertian Kompetensi Komunikasi (Kemampuan Komunikasi) Kompetensi komunikasi (Kemampuan Komunikasi) adalah tingkat keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah sikap, pendapat atau prilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2006:20). Menurut Devito (2011:26) kemampuan komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
Kemampuan ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungang (konteks) dalam mempengaruhi hubungan (kontent) dan bentuk pesan komunikasi.
Misalnya,
pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu dilingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dilingkungan lain. Menurut Wibowo (2007:86)”Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk malaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu tersebut”. Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya (Barcal 2001:85)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Payne (2005:375), mendefinisikan kompetensi komunikasi yang dirumuskan oleh Jablin dan Sias yaitu: The set of abilities henceforth, termed,resources, which a communicator has availables for use in the communication process. Kompetensi Komunikasi diartikan sebagai seperangkat kemampuan seorang komunikator untuk menggunakan berbagai sumber daya yang ada di dalam proses komunikasi. Dengan kata lain kompetensi komunikasi adalah pengetahuan yang dimiliki pegawai untuk berkomunikasi dengan baik dimana menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif. 2.1.4 Dimensi-Dimensi Komunikasi Menurut Mas’ud (2004:114) bahwa dimensi-dimensi yang digunakan dalam mengukur tingkat kemampuan komunikasi dalam organisasi sebagai berikut: 1. Bijaksana dan Kesopanan Merupakan sikap seseorang dalam mengambil tindakan atau keputusan yang objektif, dengan memperhatikan etika, sopan santun, dan tata krama. 2. Penerimaan Umpan Balik Merupakan kesiapan diri dalam menrima umpan balik dari bawahan, atasan dan rekan kerja. 3. Berbagi Informasi Kemauan seseorang memberi dan menerima informasi dari berbagai pihak tentang bagian dimana ia bekerja
Universitas Sumatera Utara
4. Maskulinitas Cara seeorang menunjukan prilaku sehari-hari sebagai pola prilaku dalam kelompok bebagai hal, seperti: tentang kesuksesan yang dicapai dari orang lain, keinginan bawahan, atasan dan rekan kerja. 2.1.5 Indikator-Indikator Pengukuran Tingkat Kompetensi Komunikasi Menurut Payne (2005:115) dimensi-dimensi dari komunikasi adalah antara lain sebagai berikut: 1. Motivasi Komunikasi sering kali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati atau menghindari interaksi dengan yang lain. Sekala motivasi dirancang untuk mengukur kesediaan seseorang untuk memperluas empati, mengatur interaksi, dan menyesuaikan komunikasi di dalam organisasi. 2. Pengetahuan Komunikasi Untuk membuat rencana tindakan, sering kali desebut sebagai skenario. Para komunikator yang kompeten memiliki pengetahuan prosedural untuk menyusun dan menjalankan skenario ini didalam situasi sosial. pengetahuan prosedural adalah “mengetahui bagaimana bukan isi dari mengetahui bahwa atau mengetahuai apa”. Pengetahuan ini diraih melalui pendidikan, pengalaman, dan dengan pengamatan apa dalam disebut prototipe dari kompetensi interpersonal – sebuah role model. Sekaligus mengetahui standar organisasi untuk komunikasi. 3. Keterampilan Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Mencakup kinerja aktual dari prilaku. Hal ini sering kali merupakan bagian sulit bagi komunikator untuk mengubah motivasi rencana menjadi
tindakan.
Individu
sering
kali
termotivasi
untuk
berkomunikasi dan memiliki pengetahuan, namun kurang memiliki keterampilan
dalam
mengkomunikasikannya
secara
aktual.
Keterampilan yang dibutuhkan oleh organisasi termasuk pembinaan hubungan, menyimak dan mengikuti instruksi, memberikan umpan balik, bertukar informasi, mencari umpan balik, dan menyelesaikan masalah. 2.2 Budaya Organisasi 2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi Menurut Robbins (2001:525), budaya organisasi merupakan sistem makna bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi 2.2.2 Fungsi Budaya Perusahaan Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah 1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jels antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi. 3. budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu. 4. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial. 5. Budaya sebagai mekanisme pmbuat makna dan kendali yang memandu sera membentuk sikap dan perilaku karyawan. 2.2.3. Elemen-elemen Budaya Perusahaan Terdapat beberapa elmen dasar budaya perusahaan, Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:15) mengelompokan elemen-elmen budaya perusahaan sebagai berikut : 1. Artifacts Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika sesorang berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti produk, jasa, dan tingkah laku anggota kelompok 2.
Espoused Values
Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan. Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang didukung kembali kepenemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi. 3. Basic Underlying Assumption Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali
Universitas Sumatera Utara
melalui asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi meyakini ketepatan tindakan tersebut. 2.2.4Karakteristik Budaya Perusahaan Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk itu budaya perusahaan harus memiliki beberapa karakteristik sebagai wujud nyata keberadaannya. Masing-masing karakteristik tersebut pada penerapannya akan mendukung pencapaian sasaran perusahaan. Menurut Surya Dharma dan Haedar Akib (2005:25) mengemukakan 10 (sepuluh) karakteristik budaya perusahaan sebagai berikut : 1. Identitas Anggota ; derajat dimana pekerjaan lebih mengindentifikasi organisasi secara menyeluruh daripada dengan tipe pekerjaan atau bidang keahlian profesionalnya. 2. Penekanan kelompok; derajat dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok dari pada individu. 3. Fokus orang; derajat dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang dihasilkan terhadap pekerjaan dalam organisasi. 4. Penyatuan unit; derajat dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terorganisasi atau bebas. 5. Pengendalian; derajat dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk mengawasi dan pengendalian perilaku pekerja. 6. Toleransi resiko; derajat dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko.
Universitas Sumatera Utara
7.
Kriteria ganjaran; derajat dimana ganjaran seperti peningkatan pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja pekerja daripada senioritas, favoritisme atau faktor non pekerja lainnya.
8. Toleransi konflik; Derajat dimana pekerja didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka. 9. Orientasi sarana-tujuan; derajat dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut. 10. Fokus pada sistem terbuka; derajat dimana organisasi memonitor dan merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sedangkan menurut Robbins (2001: 16) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya organisasi atau budaya perusahaan sebagai berikut: 1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk taking) 2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail) 3. Berorientasi Kepada hasil (Outcome orientation) 4. Berorientasi kepada manusia (People orientation) 5. Berorientasi tim ( Team orientation) 6. Aggresif (Aggressiveness) 7. Stabil (Stability) 2.2.5 Faktor-faktor Pembentukan Budaya Perusahaan Menurut Krisdarto (2001:53) faktor-faktor yang membentuk budaya perusahaan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Observed behavioral regularities when people interact Yaitu bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan dan tradisi yang ada, dan ritual para karyawan dalam menghadapi berbagai macam situasi. 2.
Group Norms Yaitu nilai dan standar baku dalam organisasi.
3.
Exposed Values Yaitu nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi yang ingin dicapai, misalnya kualitas produk, dan sebagainya
4. Formal Philosophy Yaitu kebijakan dan prinsip ideologis yang mengarahkan perilaku organisasi terhadap karyawan, pelanggan, dan pemegang saham. 5. Rules of the Game Yaitu aturan-aturan dalam perusahaan (the ropes), hal-hal apa saja yang harus dipelajari oleh karyawan baru agar dapat diterima di organisasi tersebut. 6. Climate Yaitu Perasaan yang secara eksplisit dapat terasa dari keadaan fisik organisasi dan interaksi antar karyawan, interaksi atasan dengan bawahan, juga interaksi dengan pelanggan atau organisasi lain. 7. Embedded Skills Yaitu kompetensi khusus dari anggota organisasi dalam menyelesaikan tugasnya, dan kemampuan menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke generasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
8.
Habits of thinking, mental models, and/or linguistec paradims Yaitu adanya suatu kesamaan “frame” yang mengarahkan pada persepsi (untuk dapat mengurangi adanya perbedaan persepsi), pikiran, dan bahasa yang digunakan oleh para karyawan, dan diajarkan pada karyawan baru pada awal proses sosialisasi.
9. Shared Meanings Yaitu rasa saling pengertian yang diciptakan sendiri oleh karyawan dari interaksi sehari-hari. 10. Root Metaphors or Integrating Symbols Yaitu ide-ide, perasaan, dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai karakteristik organisasi yang secara sadar ataupun tidak sadar tercermin dari bangunan, lay out ruang kerja, dan materi artifacts lainnya. Hal ini merefleksikan respon emosional dan estetika anggota organisasi, disamping kemampuan kognitif atau kemampuan evaluatif anggota organisasi. 2.2.6 Unsur-unsur Pembentukan Budaya Perusahaan Beberapa unsur pembentukan budaya perusahaan menurut Krisdarto (2001:71), yaitu : 1.
Lingkungan usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai kebrhasilan.
2.
Nilai-nilai (values); merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
Universitas Sumatera Utara
3.
Panutan/keteladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.
4.
Upacara-upacara
(rites
diselenggarakan
oleh
dan
ritual);
perusahaan
acara-acara
dalam
rangka
ritual
yang
memberikan
penghargaan pada karyawannya. 5.
Network jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
2.2.7
Proses Terbentuknya Budaya Perusahaan Eugene McKenna dan Nic Beech (2000:60) membagi budaya organisasi
atau budaya perusahaan atas beberapa komponen pembentuk, yaitu : 1. Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang berkenaan dengan karyawan ataupun klien. 2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi. 3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja. 4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi. 5. Tingkah
laku
khas
tertentu
dalam
berinteraksi
yang
rutin
dilakukan.Perasaan atau suasana yang diciptakan dalam organisasi.
Dengan menggali komponen-komponen pembentuk ini, diharapkan akan memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah deselesaikan didalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Indikator-Indikator Budaya Perusahaan Menurut Fuad Mas’Ud(2004:39), indikator-indikator dalam penilaian budaya perusahaan adalah sebagai berikut. 1.
Profesionalisme
2.
Arah Manajemen
3.
Kepercayaan Pada Tim kerja
4.
Keteraturan
5.
Integritas
2.3 Kinerja Karyawan 2.3.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2009: 60). Menurut Mangkunegara (2005:9) menyatakan kinerjakaryawan sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas yang sering dihubungkan dengan produktivitas. Selanjutnya Mangkunegara (2005:9) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan tersebut. Kinerja individual merupakan hubungan dari ketiga faktor antara lain kemampuan (ability), usaha (effort), dan dukungan (support).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Faktor yamg mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam
Mangkunegara (2008:67) yang merumuskan bahwa: Human Performance
= Ability X Motivation
Motivation
= Attitude X Situation
Ability
= Knowledge X Skill
Penjelasan: a. Faktor Kemampuan (ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (The right man on the right place, the right man the right job). b. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Mangkunegara (2005:67) faktor-faktor kinerja terdiri darifaktor internal dan faktor eksternal.
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kemempuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. b. Faktor Eksternal yait faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti prilaku sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi 2.3.3 Tujuan Penilaian (Evaluasi Kinerja) Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Mangkunegara (2005:10) adalah: 1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja 2. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi terdahulu. 3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang dikembangkan sejkarang 4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali alasan masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya
Universitas Sumatera Utara
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah. 2.4. Penelitian Terdahulu Widya Indah Rizky, 2002 Penelitian yang berudul “Pengaruh Kompetensi Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Asset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Berdasarkan uji F diperoleh nilai sebesar 101.086 lebih besar dari F tabel yakni 2,78, artinya variabel bebas (kompetensi komunikasi) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).
Melalui pengujian koefisien korelasi (R)
diperoleh nilai sebesar 0,846, artinya koefisien bersifat positif dan ada keterkaitan anatara kompetensi komunikasi dan kinerja karyawan. Dalimunte, 2009 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Informasi Komunikasi Dan Pengolahan Data Elektronik Kota Medan”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanutkan dengan menganalisa data, maka terdapat hubungan yang cukup kuat antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sebesar 0,578 hal ini bearti koefisien bersifat positif, sehingga hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai dapat diterima. Nasution, Agus Rizaldi, 2011 melakukan penelitian yang berudul “Pengaruh Kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi terhadap kinera karyawan Pada Badan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara” berdasarkan analisis dan evaluasi dapat diperoleh kesimpulan yaitu hasil analisis data menunjukan bahwa kompetensi komunikasi (X1), kecerdasan emosional (X2), budaya organisasi
Universitas Sumatera Utara
(X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara. Variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan sebesar 62,7% oleh kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi sedfangkan sisanya 37,3% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak diteliti oleh penelitian ini. 2.5. Kerangka Konseptual
Secara umum kinerja didefinisikan sebagi tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kinerja pegawai mempengaruhi seberapa
banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi, kontribusi itu dapat diukur dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, efektifitas kerja, kemandirian dan komitmen kerja. Efektifitas kinerja yang dihasilkan dalam suatu tugas dalam organisasi ditentukan oleh penciptaan efesiensi tugas dan relasi antar pribadi hal inilah yang menadi dasar terbentuknya kompetensi dalam komunikasi. Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuan dari prilaku berkomunikasi yang tepat dalam situasi waktu Jubaedah (2009:375), secara kontekstual kompetensi komunikasi penilaian atas komunikasi yang berhasil dimana tujuan dari mereka yang berinteraksi dipenuhi dengan menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif didalam konteks organisasi tersebut. Budaya organisasi dimaksudkan sebagai keterkaitan antara organisasi dan lingkungan, teknologi, tugas serta strategi dengan menentukan desain struktur organisasi termasuk koordinasi antara aktivitas dan motivasinya. Namun disisi lain juga menentukan nilai budaya dan norma yang baik dalam membantu pegawai organisasi dan pengelompokan prilaku pegawai. Penggabungan struktur
Universitas Sumatera Utara
dan nilai serta norma ini secara bersama-sama akan mempengaruhi tingklat kinera dari organisasi dan kelompok serta individu yang ada dalam organisasi (Tampubolon, 2008:226 Kompetensi Komunikasi Dan Kinerja Karyawan Edwardin(2006:18) beralasan bahwa komitmen efektif terhadap orang lain diperlukan untuk komunikasi yang positif, dengan demikian semakin kohesif suatu tim kerja, semakin positif dan menguntungkan pula upaya-upaya komunikasi tim. Lebih lanjut, Wong dan Law (2002:42) menemukan bahwa komunikasi yang positif diperlukan untuk menunjang keberhasilan dalam lingkungan kerja. Dengan kata lain, komunikasi yang efektif yaitu seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi berpengaruh untuk meningkatkan upayaupaya koordinasi, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja tim. Berdasarkan uraian diatas, kompetensi komunikasi memberikan pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan Tampubolon (2008:226) menyatakan tentang konsep dari suatu budaya organisasi adalah informalisasi dari satuan nilai dan norma, sebagai alat kontrol bagi langkah-langkah pegawai di dalam organisasi untuk bertindak secara agresif, cepat, dan mudah dengan yang lainnya serta dengan orang diluar organisasi. Budaya organisasi dimaksudkan sebagai keterkaitan antara organisasi dan lingkungannya, teknologi, tugas serta strategi dengan menentukan desain struktur organisasi termasuk koordinasi antara aktivitas dan motivasinya. Namun disisi lain juga menentukan nilai budaya dan norma yang baik dalam membantu
Universitas Sumatera Utara
pegawai dalam organisasi dan pengelompokan prilakui pegawai. Penggabungan struktur dan nilai serta norma ini secara bersama-sama akan mempengaruhi tingkat kinerja dari organisasi dan kelompok serta individu yang ada dalam organisasi. Berdasarkan
uraian
diatas,
Budaya
Organisasi
memberikan
pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka model kerangka konseptualdari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kompetensi Komunikasi (XI) Kinerja (Y) Budaya Organisasi (X2)
Sumber: Robbins (2008:67),Goleman (2005:44)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.6. Hipotesis Berdasarkan Perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Kompetensi Komunikasi berpengaruh Positif danSignifikan terhadap Kinerja karyawan 2. Budaya Organisasi berpengaruh Positif danSignifikanterhadap kinerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara