BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “Communication” yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi dalam proses komunikasi, haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Semua makhluk hidup berkomunikasi baik itu manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan. Mereka berkomunikasi baik dengan makhluk lain dengan caranya sendiri.3 Pengertian komunikasi menurut Hovland adalah proses mengubah perilaku orang lain. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, dalam komunikasi yang efektif maka setidaknya harus diketahui bentuk-bentuk komunikasi. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas apa-apa penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan 3
Webster’s New Collegiate diambil dari Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999, hl.7
9
10
objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan politik memainkan peran yang sangat penting. Bahkan dalam devinisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals).4 Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radiio, televisi dan film. Komunikasi massa menurut Severin, Tan dan Wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh heterogen dan menimbulkan efek-efek tertentu.5 Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarluaskan pesan kepada publik secara luas. Komunikasi massa juga berarti sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.6 Komunikasi massa juga diartikan sebagai keterampilan. Pendapat Werner I Severin dan James W Tankard, Jr dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan secara tepat pengertian komunikasi massa sebagai berikut : Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni,
4
Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1984, hl. 10 Jalaluddin Rakhmat, Teori Komunikasi Massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hl. 56 6 Elvinaro Ardianto & Lukiatkomaki Erdinaya, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hl. 31 5
11
dan sebagian ilmu. Dia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoprasikan tape recorder atau mencatat ketika melakukan wawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangantantangan kreatif seperti menulis script untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estesis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita.7 Menurut Onong, ciri-ciri komunikasi massa adalah : 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication), ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan atau tidak langsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga, media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisator 3. Pesan komunikasi massa bersifat umum. Karena pesan yang disampaikan atau disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), di tujukan kepada umum dan mengenai kepantingan umum, jadi tidak di tujukan kepada perorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi menimbulkan serempakan, karena kemampuannya dapat menimbulkan keserempakan pada khalayak dalam menerima pesanpesan yang disebarkan 5. Komunikasi massa bersifat heterogen, dimana khalayak keberadaannya terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan 7
Onong, Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja rosdakarya, Bandung 2001, hl. 21
12
tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal seperti jenis kelamin, usia, agama, ideology, keinginan cita-cita dan sebagainya.8 Secara konseptual karakteristik dari komunikasi massa diantaranya :9 1. Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan ke khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar, serta tidak mengenal batas geografis kultural. 2. Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. 3. Pola penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografis maupun kultural. 4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) lazimnya tertunda. 5. Kegiatan komunikasi dilakukan terencana, terjadwal dan terorganisir 6. Penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
8 9
Ibid. hl. 22 Sendjaja, Sasa Djursa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 2003. Hl. 7
13
1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Fungsi menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama. Khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan lain sebagainya. 2. Fungsi mendidik (to educate) Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sebagai khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara emplisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analisis. 3. Fungsi menghibur (to entertain) Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat. 4. Fungsi mempengaruhi (to persuasive) Fungsi ini menyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak.10 Fungsi komunikasi massa menurut pendapat Harold D. Lasswell antara lain: 1. Surveillance of the environment Yang berarti bahwa media massa bertindak sebagai pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai informasi atas hal-hal yang tidak dapat terjangkau khalayak.
10
Jalaluddin, op.cit.,hl. 56
14
2. Correlation of parts of society in responding to the environment Berarti bahwa media massa itu lebih menekankan kepada pemilihan, penilaian, penafsiran tentang apa yang patut disampaikan kepada khalayak, dengan demikian media massa dapat di nilai sebagai “Gatekeeper” dari arus informasi. 3. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya sebagai penerus atau pewaris sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya.11 Komunikasi massa dibedakan pada jenis komunikasi massa yang dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagain khusus populasi. Komunikasi massa mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikan dapat mencapai pada saat yang sama pada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. Komunikasi massa merupakan komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, televisi, tabloid, radio dan film.
2.2 Film 2.2.1 Pengertian Film Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya, agar kita dapat
11
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT.Grasindo, Jakarta, 2000, hl.11
15
melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus yang biasa kita kenal dengan kamera. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang atau benda (termasuk fantasi dan figura palsu) dengan kamera dan atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya sesuai dengan perkembangan teknologi). Butiran silver halide yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halide yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).12 Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini, yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tingkah laku.13 Seiring dengan terus berjalannya waktu, media massa terus mengalami perkembangannya baik dari segi jumlah maupun teknologinya termasuk juga film. Film kini tidak hanya bisa dinikmati di gedung-gedung bioskop melainkan bisa ditonton dihampir semua saluran televisi, karena stasiun-stasiun televisi menayangkan khusus program-program film baik dari dalam maupun luar negeri. Film merupakan salah satu bentuk hiburan hasil jangkauan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia modern. Hingga saat ini, film masih juga terus berproses untuk mencapai kesempurnaan yang lebih baik. Di negara kita, film baru dikenal dan diperkenalkan pada tahun 1960 dan tidaklah mengalami proses pengembangan yang mendasar dan rumit, tetapi sekedar mengalami proses
12 13
http://bahasfilmbareng.blogspot.com/2008/04/pengertian-film.html/galih Elvanio, loc.cit.,
16
pengembangan lanjutan sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Banyak karya filmis hasil garapan seniman bangsa kita dapat dinikmati masyarakat luas.14 Dari beberapa pengertian diatas dapat disumpulkan bahwa, sejarah film merupakan kisah ratusan tahun dari sebuah perubahan, sehingga pembuat film berusaha menerjemahkan cerita-cerita ke dalam gambar bergerak. Kenyataannya film selalu mengandalkan teknologi sebagai sebuah bentuk seni yang berkenaan dengan teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan teknologi terus mengalami kemajuan yang terus meningkat dan tak henti-hentinya. Komputer dan proses digital secara relatif merupakan perkembangan baru serta teknologi digital telah menawarkan fasilitas untuk menciptakan gambar-gambar, efek-efek yang berbeda dan memudahkan bagi penggunanya. Untuk membuat sebuah film ada proses yang harus dilalui, salah satu dari rangkaian proses pembuatan film tersebut adalah tahap editing yang dikerjakan pada tahap pasca produksi, editing bagian yang dapat berdiri sendiri seperti pada bagian-bagian lainnya dan editing merupakan
keharusan dalam pembuatan
sebuah film, film tidak akan menarik jika tidak ada proses editing maka proses editing ini adalah salah satu penentu juga terhadap sebuah film. Komunikasi yang tercipta melalui media film hanya berjalan satu arah, yakni kepada komunikan atau penonton. Untuk menyampaikan pesan film tersebut, dibutuhkan suatu media. Oleh karena itu terdapat tiga faktor utama yang mendasari bahasa film antara lain :
14
Askurifai, loc. cit.,
17
1. Gambar atau visual. Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama.
Oleh
karena
itu,
andalkan
terlebih
dahulu
kemampuan
menyampaikan melalui media gambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri di luar alur cerita, tidak mustahil bila pemain yang bagus lebih bisa mempertajam atau menarik perhatian penonton, disamping set, property dan tata cahaya yang mempesona sebagai pendukung suasana. 2. Suara atau audio. Keberadaan suara berfungsi sebagai saran penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak disampaikan melalui bahasa gambar. Hal tersebut dikarenakan sarana gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien, selain itu juga kurang realistis. Sound effect dan ilustrasi musik akan sangat berguna untuk menciptakan suasana kejiwaan dan memperkuat informasi. 3. Keterbatasan waktu. Faktor keterbatasan waktulah yang mengikat dan membatasi penggunaan kedua sarana bahasa film diatas. Oleh karena keterbatasan waktu itulah, perlu diingat bahwa hanya informasi yang penting saja yang diberikan. Penonton terbiasa menanggapi bahwa segala sesuatu yang ditampilkan pastilah merupakan informasi yang tidak penting, penonton akan tetap menganggapnya penting sehingga akan membingungkan imajinasi.15
15
M Bayu Widagdo, Wianstwan Gora S, Bikin Film Indie Itu Mudah, Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2007, hl. 2-3
18
2.2.2 Fungsi film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahuan 1979, bahwa media edukasi untuk membina generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981 : 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.16
2.2.3 Film sebagai Media Massa Film merupakan salah satu dari sekian media massa, dalam film melekat ciri-ciri media massa. Film diproduksi secara kolektif, diperuntukan khalayak yang menyebar dan heterogen. Bisa berfungsi menghibur, mendidik, memberi informasi. Sebagai suatu bentuk komunikasi massa, film dikelola menjadi suatu komuditi. Di dalamnya memang kompleks, dari produser, pemain hingga seperangkat kesenian lain yang sangat mendukung seperti musik, seni rupa dan seni suara. Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya. Bersama dengan radio dan televisi, film termasuk kategori media massa prodik. Artinya, kehadirannya tidak secara terus menerus tetapi berperiode dan termasuk media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesanya sangat
16
Elvanio, op.cit.,hl. 145
19
bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal.17
2.2.4 Jenis-Jenis Film Berdasarkan panjang pendek durasi, film bisa dibedakan ke dalam dua bagian yaitu : 1. Film Cerita Pendek (Short Films). Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. 2. Film Cerita Panjang (Feature-Lenghat Film). Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.18 Adapun cerita dapat dikelompok ke dalam beberapa jenis. Setiap jenis tentunya memiliki cirinya masing-masing. Beberapa jenis itu adalah :
17 18
Askurifai, op.cit., hl.1-3 Heru Effendy,Mari Membuat Film, Panduan, Jakarta, 2002, hl. 13
20
1. Drama Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Jenis drama masih diklasifikasi menjadi beberapa jenis lagi di antaranya : a. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara, kesedihan dan kematian b. Drama Komedi Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi : 1) Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain melainkan karena situasinya. 2) Komedian Slapstik, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya atau dengan gerak vulgar dan kasar. 3) Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. 4) Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. c. Drama Misteri Jenis ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian : 1) Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur ketegangan atau suspense, dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan. Si pelaku biasanya akan menjadi misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis
21
ini, beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton. 2) Horor, misteri yang bercerai tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus atau makhluk yang menakutkan, semacam setan. Skenario jenis ini harus mampu membuat penonton merasa takut, ngeri dan tegang. 3) Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan atau unsur gaib. Dalam hal ini, obsevasi menjadi satu hal yang perlu dilakukan oleh penulis skenario, jika memang tidak paham tentang masalah klenik ini. d. Drama laga atau Action 1) Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. 2) Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. e. Melodrama Cerita jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. f. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya.
22
2. Dokumenter Dokumenter berisi kisah non fiksi atau non drama, biasanya jenis ini menampilkan sebuah kisah nyata dan dibuat ditempat aslinya, apa adanya tanpa rekayasa. Adapun jenis-jenisnya : a. Adat Istiadat Cerita ini berbicara seputar adat istiadat. Bisa yang bersifat keagamaan, hukum adat dan sebagainya. b. Tempat Bersejarah Cerita ini mengangkat cerita seputar tempat-tempat bersejarah c. Biografi Biografi bercerita tentang perjalanan seorang tokoh beserta kisah yang sesungguhnya, tanpa diberikan pemanis. 3. Propaganda Kisah ini bertujuan untuk mempromosikan sesuatu. Isi harus bisa mempengaruhi orang agar tertarik mengkonsumsi pereodik yang ditawarkan. Adapun jenisnya adalah : a. Layanan Masyarakat Berisi
propaganda
yang
memuat
hal-hal
berkaitan
masalah
kemasyarakatan. Bahasa yang digunakan lebih sederhana, lugas dan mudah dipahami oleh orang banyak. b. Layanan Niaga, berisi penerangan atau promosi suatu produk Dari berbagai jenis cerita tersebut, bukannya tidak mungkin di buat sebuah skenario yang merupakan penggabungan dari beberapa cerita.
23
Misalnya, cerita komedi-misteri, misteri-laga, legenda-misteri, tragedikomedi, komedi-laga, dokumenter-drama atau yang lainnya.19
2.2.5 Produksi Film Manajemen produksi film, merupakan semua aktifitas untuk mewujudkan sebuah karya film sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan manajemen produksi umumnya, sebab film adalah hasil panduan antara unsur kesenian dan teknologi. Jadi disamping mengurusi hal fisik juga berhubungan dengan usaha penciptaan atau kreatifitas, artistik, teknologi dan manusia. Semua lagkah atau proses manajemen akan menggeluti semua unsur tersebut. Adapun langkah-langkah atau proses manajemen produksi film adalah sebagai berikut : 1.
Merancang produk film, aktifitas merumuskan pesan, bentuk, karakter, cara atau teknik mewujudkan.
2.
Merancang
proses
pembuatan
(produksi)
produk
film,
aktifitas
merumuskan segala kegiatan dalam rangka mewujudkan rancangan produk film. 3.
Menjadwalkan proses pembuatan produk film, menyusun waktu yang akan di gunakan untuk melaksanakan pembuatan.
4.
Menyususn pembiayaan atau budget, menyususn biaya yang di perlukan untuk pembuatan produk yang telah di tetapkan.
19
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, PT. Gramedia Widi Sarana, Jakarta, 2004, hl.35-40
24
5.
Melaksanakan pembuatan produk, melaksanakan persiapan, melaksanakan shooting, processing I, editing, rekaman suara, processing II.
6.
Melacak kemajuan, membuat laporan shooting, processing, editing, rekaman suara dan processing II.
7.
Merevisi rencana, melakukan shooting ulang, memperbaiki anggaran biaya, memperbaiki editing dan sebagainya. Ada yang menyebutkan proses 1,2,3,4 adalah pre production, sedangkan
shooting disebut production sedangkan processing, editing dan recording disebut post production.20 Produksi adalah seluruh kegiatan shooting atau pengambilan gambar baik didalam maupun diluar studio. Adapun shooting format, kita dapat memilih antara dua format, yakni film dan video. Saat ini setidaknya ada tiga macam ukuran film yang diproduksi secara massal, yakni 35 mm, 16 mm, 8 mm. angka-angka tersebut menunjukkan lebarnya pita seluloid. Semakin lebar pita seluloid, semakin baik pula kualitas gambar yang dihasilkan. Namun, semakin lebar pita seluloid, semakin langka pula alat perekam dan alat proyeksi yang tersedia. Video merupakan format berbahan dasar pita magnetic. Pita magnetic ini bisa merekam gambar dan suara sekaligus, sementara film hanya mampu merekam gambar saja. Untuk suara digunakan medium lain, semisal DAT (digital audio tape). Seperti juga film, video mempunyai berbagai jenis untuk berbagai keperluan, seperti U Matic, Betacam SP, Digital Betacam, Betamax, VHS, S-VHS, Mini DV, DV, DVCAM dan DVCPRO.
20
Bustal Nawawi, Manajemen Produksi Film, Yayasan Citra, Jakarta, 1992, hl. 5-6
25
Hingga 1980-an, perbedaan format memunculkan dua kelompok-kelompok film dan kelompok video yang tak saling berurusan satu sama lain. Kelompok film pengguna pita seluloid nyaris tak pernah menyentuh ranah video. Sementara itu kelompok video menghasilkan karyanya tanpa pernah mengenal film. Selama dua puluh terakhir, format video mengalami perkembangan pesat sehingga saat ini dimungkinkan kedua kelompok melebur jadi satu dalam memproduksi film. Format film maupun video, keduanya sama-sama bisa dinikmati oleh publik televisi maupun bioskop.21
2.3 Drama Thriller 2.3.1 Pengertian Drama Thriller Thriller berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan secara bebas sebagai “petualangan yang mendebarkan”. Tipe alur ceritanya biasanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang dan mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.22
2.3.2 Karakteristik Drama Thriller Tokoh yang bermain dalam Drama thriller biasanya adalah orang-orang berwatak keras yang terbiasa menghadapi bahaya, namun terkadang orang biasa yang terbawa pada bahaya secara tidak sengaja. Biasanya orang yang 21 22
Heru. Op.cit., hl. 19-25 http://wapedia.mobi/id/Thriller
26
memerankan drama thriller adalah pria namun sekarang wanita menjadi semakin lumrah belakangan ini. Cerita-cerita thriller seringkali sangat mirip dengan cerita-cerita misteri, tapi dapat dibedakan lewat struktur alur ceritanya. Dalam sebuah thriller, seorang tokoh harus menggagalkan rencana seorang musuh dari pada membuka tabir sebuah tindakan kriminal yang telah terjadi. Thriller juga berlangsung dalam skala yang lebih besar, seperti : tindakan-tindakan kriminal yang harus digagalkan atau dihentikan adalah pembunuhan berantai atau massal, terorisme, pembunuhan orang-orang penting atau usaha-usaha untuk menggulingkan pemerintahan suatu negara. Konfrontasi yang penuh bahaya dan kekerasan adalah elemen alur cerita thriller yang standar. Kalau sebuah cerita misteri berakhir ketika misteri tersebut dibongkar, sebuah cerita thriller berakhir ketika pemeran utama akhirnya berhasil mengalahkan sang penjahat, menyelamatkan dirinya sendiri dan nyawa orang lain. Dalam thriller yang dipengaruhi oleh film noir dan tragedi, jagoannya sering kali kehilangan nyawan dalam usahanya tersebut. Belakangan ini, ketika thriller semakin banyak dipengaruhi oleh tampilantampilan horror dan horror-psikologi dalam budaya pop, sebuah elemen yang menakutkan atau menjijikan telah menjadi hal yang wajar untuk meningkatkan ketegangan. Thriller tidak ditentukan dari inti perkaranya tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Banyak cerita thriller yang melibatkan petualangan mata-mata dan agen rahasia, tapi tidak semua cerita mata-mata adalah cerita
27
thriller. Sebaliknya, banyak cerita thriller yang mencampuri tipe cerita lainnya yang biasanya memiliki sedikit atau tidak ada elemen thriller sama sekali.
2.3.3 Macam-Macam Drama Thriller Berikut ini merupakan macam-macam drama Thriller : 1. Action Thriller, karya tipe ini seringkali berupa situasi berpacu dengan waktu, menampilkan banyak adegan kekerasan dan seorang tokoh antagonis yang jelas. Film-film tipe ini menggunakan banyak senjata, ledakan dan perlengkapan yang sangat banyak untuk merekam adeganadegannya. Film-film ini seringkali memiliki elemen film misteri dan film kriminal, tapi elemen-elemen ini tidak ditonjolkan. 2. Conspiracy Thriller, karya tipe ini menampilkan seorang tokoh yang menghadapi sebuah kelompok musuh yang berkuasa di mana suatu kebenaran dari perjuangannya itu hanya tokoh tersebut yang tahu. 3. Crime Thriller, karya tipe ini adalah gabungan dari Thriller dan film kriminal yang menampilkan cerita tegang dari sebuah atau beberapa tindakan kriminal yang sukses atau gagal. Film-film ini lebih berfokus pada tokoh penjahatnya dari pada pihak polisi. Tipe ini biasanya menekankan faktor adegan aksi dari pada aspek psikologis. Topik utama dari film-film ini termasuk pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pengejaran, baku-temabak dan pengkhianatan. 4. Disaster Thriller, karya tipe ini menceritakan konflik yang terjadi karena bencana yang disebabkan oleh alam manapun oleh manusia, seperti banjir,
28
gempa bumi, badai, letusan gunung berapi dan bencana alam lainnya atau bencana nuklir sebagai bencana yang disebabkan oleh manusia. 5. Drama Thriller, karya tipe ini memiliki elemen thriller dan film drama. Film-film tipe ini biasanya berjalan lebih lambat dan melibatkan banyak pengembangan karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh kejutan. 6. Eco-
Thriller,
dalam
karya
ini
sang
tokoh
protagonist
harus
menghindarkan atau memperbaiki sebuah bencana alam atau bencana biologis, disamping harus berhadapan dengan musuh-musuh atau tantangan-tantangan yang ada dicerita thriller lainnya, komponen lingkungan hidup seringkali menjadi pesan utama atau tema dari cerita. 7. Erotic Thriller, tipe ini menggabungkan unsur erotis dan thriller. Tipe ini menjadi laris sejak era 1980-an dan berkembangnya penetrasi pasar VCR (salah satu tipe perangkat pemutar kaset video) 8. Horror Thriller, dalam tipe ini konflik antara tokoh-tokoh didalamnya terjadi secara mental, emosional dan fisik, yang paling membedakan Horror Thriller adalah elemen ketakutan yang dijunjung sepanjang cerita. Tokoh-tokoh utamanya tidak hanya berhadapan dengan musuh yang lebih kuat, tapi pada akhirnya mereka menjadi korban setelah merasakan ketakutan yang luar biasa akibat menarik perhatian sang musuh atau moster. 9. Legal Thriller, para pengacara tokoh berhadapan dengan musuh-musuh mereka dalam tipe thriller ini, baik didalam maupun diluar ruang
29
persidangan, baik membahayakan kasus yang mereka perjuangkan maupun nyawa mereka sendiri.
2.4 Editing 2.4.1 Pengertian Editing Editing adalah proses penyambungan gambar dari banyak shot tunggal sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh. Editor menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah scene, kemudian dari penyusunan scene-scene tersebut akan tercipta sequence sehingga pada akhirnya akan tercipta sebuah film yang utuh. Ibarat menulis sebuah cerita, sebuah shot bisa dikatakan sebuah kata, scene adalah kalimat, sequence adalah paragraph. Sebuah cerita akan utuh bila terdapat semua unsur tersebut, begitu juga dengan film. Seorang editor harus tahu bagaimana berturut cerita yang baik, dia bertanggung jawab dalam pengerjaan akhir sebuah film. Tanpa proses editing yang baik, sebuah produksi yang telah mengorbankan uang dan tanaga menjadi sia-sia. Memang benar, seorang editor hanya bisa menghasilkan film yang baik, sebaik materi yang dia terima. Hanya saja, seorang editor yang baik dan kreatif mampu menutupi semua kekurangan yang dialami ketika proses pengambilan gambar, sehingga penonton tidak pernah tahu dimana letak ketidak sempurnaan itu.23 Seorang editor untuk membuat keputusan setiap saat, dia menentukan shot mana yang akan dipakai, berapa lama shot itu akan dipakai, kapan sebuah shot harus dipotong, bagaimana urutan shot yang disusun dan sebagainya. Sebuah awal
23
http://dikiumbara.wordpress.com/2007/02/01/whats-editing-mean/ Ahsan Adrian
30
adegan bisa saja di mulai dengan Establish Shot sebuah tempat kejadian, tapi bisa juga dimulai dengan Close Up aktor. Sebuah materi yang sama bisa menghasilkan banyak kemungkinan. Apalagi dikerjakan oleh editor yang berbeda. Jangan ragu untuk bereksperimen dalam menyusun shot-shot tersebut. Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari inggris. Editing berasal dari bahaasa latin editus yang artinya “menyajikan kembali”, editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audiovisual, termasuk film editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect dan musik sedah mencukupi. Inti dari pengertian editing merupakan perwujudan dari sebuah teks menjadi sebuah kesatuan gambar yang utuh sedangkan editor adalah seorang editor tidak perlu menjadi penulis akan tatapi dia harus memahami komposisi gambar dan kesesuaian sudut pandang dan bagaimana penampilan aktor atau suaranya terkesan dramatik atau komedi. Teknologi komunikasi terus mengalami perkembangan. Industri penyiaran film dan televisi terus pesat laju perkembangannya. Masing-masing production house juga stasiun televisi terus selalu berbenah baik dari segi infra struktur maupun supra strukturnya. Ragam film dan program yang di produksi semakin beragam dan cara penyajiannya pun terus memerlukan inovasi-inovasi baru demi meningkatkan kualitasnya. Begitupun dalam hal kemasan program atau editing,
31
dari waktu ke waktu mengalami kemajuan dari segi teknologi, gaya, tampilan. Ini semua demi memberikan nilai lebih pada film atau program yang diproduksinya. Dengan demikian kalau kita tinjau dari pelaksanaan dan bahan bakunya, editing dapat dibedakan menjadi :24 a) Editing yang dilaksanakan pada saat itu juga, dimana pelaksanaannya melalui vision maxer. b) Editing yang dilaksanakan saat Post production dan pelaksanaannya menggunakan meja editing elektronik. c) Editing yang bahan bakunya berupa film.
2.4.2 Tahapan Editing Film akan lebih menarik setelah proses editing namun sebelum editing itu berlangsung maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui diantaranya :25 1.
Logging Mencatat dan memilih gambar yang akan kita pilih berdasarkan timecode yang ada dalam masing-masing kaset.
2.
Ng Cutting Memisahkan shot-shot yang tidak baik (NG atau Not Good).
3.
Asswmbly Menyusun gambar sesuai dengan skenario.
4.
Rough Cut Hasil edit sementara, sangat dimungkinkan terjadinya perubahan.
24
Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Multi Media Training Center, Yogyakarta, 1994, hl. 129 25 http://dikiumbara.wordpress.com/2007/02/01/whats-editing-mean/Ahsan
32
5.
Fine Cut Hasil edit akhir, setelah mencapai tahapan ini susunan gambar sudah tidak bisa lagi berubah.
6.
Visual Graphic Penambahan unsur-unsur graphic dalam film, seperti teks, animasi, color grading dll.
7.
Sound Editing atau Mixing Proses editing dan penggabungan suara. Suara meliputi dialog, musik dan efek suara.
8.
Married Print Proses penggabungan suara dan gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan.
9.
Master Edit Hasil akhir film.
2.4.3 Fungsi Editing Fungsi editing video mencakup capture video, editing dan outputting. Pada capture video, hasil video shooting yang masih dalam bentuk tape ditransfer ke dalam bentuk file komputer melalui proses video capture. Meskipun mungkin diketahui bahwa banyak hasil shooting yang tidak sesuai dengan tuntutan skenario (misalnya karena adegan gagal atau tes shooting), adalah kelaziman untuk mengcapture dulu semua hasil rekaman ke komputer untuk di edit kemudian, di peruses editing video inilah dilakukan pemotongan, pemilihan dan penyusunan
33
ulang gambar, agar sesuai dengan tuntutan scenario. Setelah dilengkapi dengan pekerjaan sound, animasi, visual efek dll dan dianggap selesai, proses editing pun diakhiri dengan outputting, yaitu ekspor ke format file tertentu yang diinginkan untuk proses selanjutnya.26
2.5 Proses Editing Proses editing dimulai dengan menandai bagian gambar yang terdapat pada pita kaset bahan mentah yang akan dicopy ke master tape. Caranya adalah dengan memberikan batas awal (mark in) dan batas akhir (mark out) pada bagian yang akan dicopy.27 Seorang editor dalam bertugas akan dihadapkan pada durasi gambar versi edit yang dibatasi dan durasi proses edit yang juga dibatasi oleh deadline, dimana hasil pekerjaan editor harus siap untuk ditayangkan. Editor juga harus mengingat berbagai gambar penyela atau cutaway, gambar penyela akan membantu editor ketika akan menyambung dua gambar yang mempunyai masalah dengan kontinuitas, hal ini bertujuan untuk mempercepat kerja dalam proses editing.28 Tim liputan harus menyediakan cukup gambar penyela atau cutaway ketika merekam gambar dilokasi untuk membantu editor ketika melakukan proses editing, editor terlebih dahulu menyediakan cutaway jika akan menunjukkan perpindahan lokasi atau tempat.
26
http://captun.net/?p=20/tahap paska produksi/November 24th,2009/by Buce Morissan, op.cit., hl. 237 28 Ibid. hl. 239-240 27
34
Dalam melaksanakan tugasnya editor mempunyai aturan dan hal yang tidak boleh dilakukan untuk menghasilkan tayangan yang baik untuk penontonnya. Berikut hal-hal yang dilarang editor dalam proses editing :29 a. Memotong gambar seseorang atau sesuatu yang sedang melakukan aksinya, maksudnya prinsip yang penting dan mendasar yang harus dimiliki setiap editor gambar adalah pemahaman terhadap peraturan yang mengatakan, setiap gambar terhadap suatu objek orang atau sesuatu yang bergerak harus mengikuti garis aksinya editor tidak boleh memotong gambar tersebut ditengah aksi yang sedang dilakukan karena akan membingungkan penonton. b. Tidak boleh sembarangan meletakkan gambar penyela atau cutaway, cutaway yang dipilih harus sesuai dengan tema berita yang akan ditayangkan. Apabila hal tersebut dilakukan akan menyebabkan jump cut.
2.6 Teknik Editing Bebarapa dasar teknik editing diantaranya :30 1). Cut Perpindahan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara mendadak atau tanpa intrupsi, oleh karena itu perlu diperhatikan komposisi serta
kontinuitasnya
dari
gamabr
yang
akan
digabungkan
atau
dihubungkan. Cut dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan
29 30
Ibid. hl. 241-242 Setyawan, Diktat Editing, AKINDO, Yogyakarta , 2004, hl. 3
35
pengembangan dari suatu kejadian. Penjelsan berarti mempertunjukan kepada penonton suatu kejadian yang sejelas-jelasnya. Misalnya : Long Shot orang yang sedang membaca buku untuk membantu penonton untuk melihat buku apa yang sedang dibaca, ditampilkan judul buku dengan pengambilan secara Close Up. Pengembangan berarti mempertajam situasi kejadian. Misalnya Long Shot seorang yang sedang ditodong dengan pistol, kemudian shot berikutnya adalah Medium Shot yaitu memperlihatkan penodongan dengan pistol atau Medium Close Up wajah orang yang sedang ditodong. Fungsi Cut adalah untuk menunjukkan : a. Keseimbangan action, apabila suatu kamera tidak mampu mengikuti suatu action karena halangan objek lain, misalnya : kita potong shot tersebut dan diganti dengan shot lain yang meneruskan shot tersebut. b. Detail objek, misalnya dari Long Shot ke Medium Close Up. c. Perubahan tempat dan waktu, cut dari indoor (interior) ke outdoor (exterior), misalnya : menunjukan dalam rumah kemudian ke jalan d. Peningkatan atau penurunan kejadian, Cut to Close Up menunjukkan peningkatan, sedangkan Cut to Long Shot menunjukkan penurunan. Jenis penyambung Cut di antaranya: a. Jump Cut, suatu pergantian shot di mana kesinambungan waktunya terputus karena lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya b. Cut In, insert suatu yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk mewujudkan detail dari shot utama
36
c. Cut Away, Intercut, Reaction Cut, Shot action yang menunjukkan atau menggambarkan reaksi terhadap shot lain yang bisa dimasukan sebagai selingan. Selain harus memahami kontinuitas gambar, seorang editor juga harus memahami kontinuitas arah, yaitu pada saat menghubungkan dua buah shot setiap pergerakan harus dijaga agar menuju kesatuan arah yang sama. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka akan melanggar suatu peraturan dasar dalam dunia pertelevisian, yaitu melewati garis imaginasi. Untuk bisa memadukan gambar dengan baik, editor harus selalu memperhatikan gambar (visual) pada saat melakukan “Cut”, yaitu : 1.
Dalam melakukan cutting dari satu shot ke shot yang lain, penonton harus tidak merasakan terjadinya perpindahan antar gambar.
2.
Cut untuk memperlihatkan kepada penonton apa yang ingin dilihatnya, sehingga cutting harus dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan pada saat yang tepat.
3.
Dalam cutting keputusan pertama yang harus dilakukan adalah untuk menetukan “apakah perlu untuk dilakukan cutting”.
4.
Pastikan bahwa shot berikut yang akan di cut mengandung sesuatu yang baru didalamnya (jangan cut to cut orang yang sama).
5.
Jangan cut dari VLS (Very Long Shot) ke sebuah BCU (Big Close Up) objek yang sama, karena penonton akan bingung tentang apa yang ingin ditonjolkan.
37
6.
Pada saat melakukan cutting dari VLS ke MS (Medium Shot) atau MS ke CU hendaklah dirubah sudut pengambilan gambarnya (sudut kameranya). Apabila shooting didalam studio dengan multi kamera, hal ini seharusnya tidak terjadi. Selain harus memperhatikan gambar pada saat melakukan cut, editor juga
harus memahami kapan waktunya harus melakukan cutting, sehingga tidak mengganggu konsentrasi penonton. 1.
Cutting on Action a. Cutting antara dua buah shot yang mengandung sebuah subjek yang sama, di pilih pada saat terdapat pergerakan (duduk, berdiri dll) b. Reaction shot yaitu salah satu shot yang mempunyai motivasi untuk melakukan cut c. Cutting pada titik Interest. 2). Dissolve Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara perlahan-lahan
(tanpa
blank).
Teknik
ini
dipergunakan
untuk
menghaluskan teknik pemindahan gambar sesuai dengan karakter dan kebutuhan sebuah program yang diproduksi. Penggunaan dissolve ini lebih leluasa dibandingkan dengan cut. Pada umumnya dissolve dipergunakan untuk jembatan penghubung dari shot action, pergantian tempat dan waktu dan menunjukkan hubungan yang erat antara dua shot, misalnya pergantian dari Long Shot ke Close Up seorang penari yang akan nampak luwes dengan menggunakan dissolve.
38
Scene yang namapk melompat sambungannya karena disebabkan perpindahan mendadak dari pusat perhatian (Center of Interest) boleh disambungkan dengan dissolve. Panjang dari dissolve dapat bermacammacam sesuai dengan tempo dramatik yang cocok. Berikut adalah macam-macam Dissolve : a. Matched Dissolve Dimana dua scene yang berkaitan saling bersamaan dalam bentuk gerakan atau isinya dapat digunakan untuk memberikan kesan lebih lunak atau untuk mengamankan laju penuturan dengan membantu pergantian gambar tidak begitu mendadak. Bentuk yang sama seperti bunga dengan perhiasan, kesamaan gerak seperti roda dan propeller, kesamaan isi seperti nyala ranting dengan kebakaran hutan adalah kombinasi-kombinasi
yang
baik.
Pembuatan
matched
dissolve
janganlah terlalu ganjil karena dapat mengganggu perhatian penuturan cerita, kecuali gambar-gambarnya berasal dari cerita itu sendiri, shotshot yang sudah cocok janganlah dipergunakan untuk dissolve. b. Dissolve yang di Distorsikan Pemburuan gambar bergoncang, berteriak, bergetar, berputar dari fokus ke out fokus atau keremangan boleh digunakan untuk menunjukan kejadian pergantian mendadak pada kesadaran pemain, retropeksi, tidak seimbang secara mental, mabuk atau keadaan tidak normal lainnya. Dissolve serupa ini sering kali diiringi dengan suara yang mengerikan digunakan untuk memberitahu akan munculnya flashback.
39
Dissolve sebaiknya digunakan untuk menandai flashback atau fastforward, tetapi tidak selalu unutk menandai ke cerita awal. Cara yang digunakan sekarang lebih sedikit menggunakan dissolve, yang terpenting adalah penonton terkejut, atau untuk memberikan perhatian atau penekanan pada adegan tertentu seperti cerita yang bergerak ke depan atau ke belakang. c. Frozen Dissolve Dissolve membeku dimana freme terakhir dari scene pertama dan frame pertama dari scene kedua membuka selama dissolve, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu tidak berubah antara scene. Sangat variasi pikturial yang dapat digunakan untuk disambungkan secara tepat dengan lukisan atau gambar coretan. Gambar video yang bergerak dibekukan dan di dissolve dengan lukisan. Untuk mendapatkan hasil dissolve yang maksimal dan tidak mengganggu konsentrasi penonton, editor harus memahami kapan waktunya harus melakukan dissolve. a. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu. b. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar. c. Untuk membuat transisi yang halus dan menarik dari long shot ke close up atau dari close up ke long shot yang tidak mungkin dilakukan dengan cutting
40
1.
Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu.
2.
Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar.
3). Fade Pergantian antara gambar yang satu dngan gambar yang lainnya dengan melalui blank, fade dibagi menjadi dua jenis yaitu, fade in dan fade out. Fade in adalah suatu shot atau visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan muncul gambar (visual) hingga normal. Sedangkan fade out adalah dari gambar terang (normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap. Biasanya fade ini digunakan secara sepasang, fade in diikuti dengan fade out, tetapi ini bukanlah peraturan harga mati. Suatu sequence, beberapa sequence atau satu film lengkap, dapat dirangkum oleh fade. Fade dapat juga digunakan untuk memisahkan berbagai unit cerita. Sequence yang dipisahkan oleh fade adalah mirip dengan buku atau babak pada sandiwara. Fade antara sequence yang berlangsung ditempat yang sama dapat menunjukkan berlakunya waktu, seperti dari satu hari ke hari berikutnya atau sekian minggu atau sekian bulan kemudian. Fade dapat digunakan untuk menunjukan beralihnya ke setting lain. Fade harus digunakan secara hemat, karena dapat menimbulkan kesan terpotong-potong atau efek episodic, yang dapat merusak kelancaran penuturan cerita. Fade hanya boleh digunakan pada awal dan akhir gambar, kecuali materi subjek yang terpisah-pisah tempatnya.
41
4). Wipe Fungsi wipe sebenarnya sama dengan fungsi dissolve. Wipe adalah efek perpindahan gambar dimana atau frame disapu oleh frame berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar monitor dan digantikan oleh shot berikutnya. Wipe bisa jika digunakan untuk mengawali suatu adegan. Pola wipe dapat berkesinambung atau terpecah menjadi sejumlah bentuk dalam bingkai umpamanya seperti sejumlah lingkaran yang membesar dan memunculkan scene yang baru. Wipe adalah transisi secara mekanis, wipe sering digunakan pada program acara yang ada kaitannya dengan musik, khususnya video klip atau film musikal, untuk film cerita transisi ini jarang digunakan. Namun akhir-akhir ini wipe banyak dipergunakan untuk trailer sebuah film atau iklan televisi. 5). Superimpose Yang dimaksud dengan superimpose adalah perpaduan antar dua gambar atau lebih ke dalam satu fame gambar. Citra-citra yang ada di duperimpose boleh digunakan dalam penuntingan untuk menghubungkan dua gagasan atau lebih. Sejumlah shot-shot yang berbeda-beda dapat ditempatkan pada layar secara sendiri-sendiri dalam berbagai pola. Layar dapat dibagi menjadi empat atau lebih atau citra yang dipusatkan yang dikelilingi oleh sejumlah gambar lainnya. Selain teknik dasar yang telah dijelaskan sebelumnya maka ada juga teknik-teknik yang lain, dintaranya :31
31
Morissan, op.cit., hl. 240-241
42
1.Live On Tape Adalah teknik editing yang dilakukan secara langsung pada program acara yang diproduksi secara live dan alat yang digunakan adalah vision mixer. 2.Retakes Adalah teknik edit dengan mengulang pengambilan gambar yang telah dilakukan, untuk menggantikan gambar yang salah dengan gambar yang lebih baik untuk meningkatkan mutu teknik maupun artistiknya. 3.Rekaman bagian demi bagian Adalah teknik edit dengan merekam sequence per sequence sesuai dengan breakdown script yang telah dibuat. 4.Single Source Recording Adalah teknik edit menggunakan gambar yang dihasilkan dari beberapa kamera, penyelesaiannya dilakukan saat pasca produksi. 5.Editing Intercat Adalah teknik pemotongan gambar dari berbagai kejadian yang terjadi serentak ditempat yang sama atau tempat yang berbeda. 6.Editing Analitis Adalah teknik edit yang menggunakan gambar-gambar yang mempunyai jenis ukuran yang berbeda. 7.Editing Kontinuitas Adalah teknik edit untuk mengikuti suatu peristiwa melalui satu tolak ukur tertentu.
43
8.Editing Pandangan Adalah teknik edit yang membangun hubungan antara 2 temapt yang berbeda 9.Picturization Picturization adalah teknik menghubungkan gambar satu dengan lainnya, sehingga menjadi satu seri gambar yang menarik, ini merupakan suatu kunci keberhasilan dari rangkaian gambar disetiap acara televisi. Ada pun teknik editing lain seperti :32 a. Editing Intercat (Intercutting Editing), yaitu teknik pemotongan gambar dari berbagai aksi yang terjadi secara serentak di lokasi yang sama atau lokasi berbeda. Teknik editing ini mulai digunakan tahuan 1906 dan digunakan untuk meningkatkan kecepatan cerita atau ketegangan dalam cerita. b. Editing Analitis (Analytical Editing), yaitu teknik edit yang menggunakan beberapa gambar yang memiliki ukuran yang berbeda. c. Editing Kontiguitas (Contiguity Editing), yaitu teknik edit untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. d. Editing Pandangan (Point-of-View Editing), yaitu teknik edit yang membangun hubungan antara dua tempat yang berbeda.
32
Morissan, op.cit., hl. 240
44
2.7 Metode Editing Secara umum proses editing dibedakan menjadi dua metode, yakni : 1. Continuity Cutting Metode ini merupakan, metode editing film yang berisi penyambungan dari dua adegan yang mempunyai kesinambungan. 2. Dynamic Editing Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan. Adapun teknik editing
film
dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu : a. Parallel Editing Yaitu kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkaikan silih berganti. b. Cross Cutting Yaitu beberapa adegan yang diselang atau penyulingan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan. c. Contras Editing Yaitu susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih. d. Montage Trope Yaitu sistem editing atau penyuntingan yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton.33
33
Askurifai, op.cit., hl. 88
45
2.8 Sistem Editing Berdasarkan sistem yang digunakan, secara teknis sistem editing digolongkan ke dalam dua bagian di antaranya :34 1) Linear Editing Kebanyakan stasiun televisi di Indonesia menggunakan teknologi yang linier. Cara kerjanya adalah merekam atau mengkopi gambar yang berbeda pada satu kaset ke kaset lainnya, jadi mirip seperti kita merekam lagu dengan menggunakan tape recorder. Kelemahan cara ini adalah gambar yang sudah direkam tidak dapat disusun ulang atau dipindah-pindahkan tanpa merekam kembali semua gambar dari awal. Sistem linear ini natinya berangsur-angsur akan digantikan oleh sistem berdasarkan komputer yang nonlinear. Perangkat pokok alat editing linear terdiri dari : Sebuah alat pemutar player untuk menjalankan kaset bahan mentah. Satu alat perekam (recorder) untuk merekam gambar dari player Dua monitor televisi untuk melihat gambar dari player dan recorder Satu alat control editing untuk menjalankan player dan recorder Sebuah alat pencampuran suara (sound mixer) untuk mengontrol suara yang akan direkam. 2) Non linear Editing Dengan sistem ini, materi mentah akan dipindahkan atau disimpan terlebih dahulu ke dalam komputer yang memiliki software editing gambar.
34
Morissan, op.cit., hl. 240-241
46
Keuntungan dari teknik non linear ini adalah hasil pengambilan gambar bisa diatur ulang kapan saja sebelum pemotongan terakhir direkam ke dalam kaset. Kelemahan cara ini adalah proses pemindahan gambar (capture) dari materi mentah ke dalam komputer memerlukan waktu relatif lama. Materi mentah dengan durasi satu jam memerlukan waktu satu jam pula untuk membuatnya menjadi digital. Apapun jenis editing yang dipakai, prinsip bagaimana mengedit gambar yang baik adalah sama. Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut :35 1. Logging, artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat dalam time code ini (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab hal-hal prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, nomor take, baru
35
http://belajarnge.blogspot.com/2008/09/editing-video.html/kuliah
47
disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu, setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu. 2. Digitizing yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di logging ke hard disk komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini. 3. Editing film, pada tahap ini editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang di edit. Namun dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik seperti Avid, on line dan off line dapat dilakukan sekaligus. 4. Redigitize proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list (edl). Jika anda menggunakan mesin untuk off line berbeda dengan menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam suatu line yang menyebabkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
2.9 Teknik Memotong Gambar Penonton akan mampu mengikuti suatu sekuen yang terdiri atas sejumlah gambar jika penyunting gambar dapat memotong gambar secara tepat dan
48
menyambungkannya dengan gambar berikutnya mulus. Dengan cara ini penonton tidak akan menyadari perpindahan antara satu gambar dengan gambar berikutnya. Hal ini dapt terjadi jika editor dapat memilih titik potong (cutting point) yang tepat.36 Keahlian dan kecakapan penyuntingan gambar menjalani berbagai gambar dalam proses editing akan menghasilkan rangkaian gambar yang berjalan mulus. Penonton menyaksikan suatu gambar yang seolah-olah tidak teputus. Penonton menyaksikan suatu gambar yang seolah-olah tidak teputus. Penonton hampirhampir tidak menyadari perpindahan yang terjadi antara suatu gambar kepada gambar berikutnya. Berbagai gambar itu mengalir dengan lancar terkesan alami dan logis. Kemampuan seorang editor gambar adalah berbeda-beda mulai dari tingkat dasar yang baru sekedar memotong- motong gambar dan merangkaiannya sehingga pada kemampuan untuk mengedit film cerita yang dilengkapi dengan berbagai variasi dan efek.37 Dalam proses pengambilan gambar seorang cameramen harus mengenal dua hal penting dalam memahami gambar, yaitu apa yang disebut dengan Shot dan Sekuen. Shot adalah satu kali perekaman gambar yang diambil dari satu posisi tertentu, juru kamera akan menekan tombol recorder pada kameranya ketika ia merasa sudah mendapatkan posisi pengambilan gambar dan komposisi yang diinginkan. Ketika mengambil gambar, juru kamera biasanya akan mengambil sejumlah shot. Juru kamera tidak boleh mengambil shot tanpa dasar yang jelas 36 37
Morissan, Jurnalistik televisi mutakhir, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta , 2008, hl. 225 Ibid, hl. 227
49
karena antara satu shot dengan shot selanjutnya harus memiliki keterkaitan, rangkaian dari sejumlah shot dari satu kegiatan ini disebut dengan sekuen. Sekuen adalah rangkaian shot yang memiliki cerita yang dapat dimengerti oleh orang yang melihat tanpa perlu harus dijelaskan lagi dengan kata-kata (narasi).38
2.9.1 Jenis Sekuen Seorang juru kamera harus sudah paham mengenai prose pengambilan gambar Karena setiap shot akan diolah menjadi sebuah sekuen. Dalam proses pembentukan sekuen ini ada teknik atau metode penyusunan sekuen gambar yang terdiri dari tiga bagian.39 a. Sekuen Naratif, yaitu sekuen yang digunakan untuk menceritakan suatu peristiwa yang kuat. Sekuen ini menggambarkan rangkaian kegiatan dari subjek. Ciri dari sekuen ini adalah menggunakan gambar pertama yang menarik rasa ingin tahu penontondengan cara ini penonton merasa penasaran dan bertahan untuk terus mengikuti jalan ceritanya. b. Sekuen Deskriptif, rangkaian gambar yang digunakan untuk menopang narasi yang merupakan informasi latar belakang. Sekuen deskriptif sebenarnya berfungsi sebagai selingan yang disisipkan sebagai rangkaian wawancara dengan subjek atau partisipasi lainnya. c. Sekuen Penjelasan (explanatory), sesuia dengan namanya, maka sekuen penjelasan adalah sekuen yang bersifat menjelaskan sesuatu, apakah itu konten ceritanya, fakta-fakta mengenai orang-orang didalam cerita (partisipan) atau 38 39
Morissan. “Jurnalistik Televisi Mutakhir”, Ramadina Prakarsa, Jakarta. 2005, hl. 195 Ibid, hl. 203
50
fakta-fakta mengenai suatu peristiwa yang menjadi fokus cerita atau penjelasan terhadap suatu ide. Sekuen penjelasan ini sangat membantu untuk mengakhiri suatu cerita dan menarik kesimpulan atau menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai peristiwa dari beberapa peristiwa yang telah diceritakan. Masing-masing sekuen yang disebutkan di atas harus pula ditopang dengan shot atau teknik pengambilan gambar yang sesuai. Jadi suatu sekuen naratif memerlukan shot yang juga bersifat naratif, begitu pula dengan sekuen deskriptif yang memerlukan shot deskriptif dan sekuen penjelasan memerlukan shot penjelasan.
2.10 Prinsip Editing Cara bagaimana penyuntingan gambar menyusun rangkaian gambar adalah hal yang fundamental dalam editing. Setiap gambar memiliki aspek ruang dan waktu yang harus diperhitungkan dan disusun sedemikian rupa dengan cara yang paling efisein. Rangkaian gambar itu harus mampu menyajikan informasi atau cerita yang diperlukan untuk mendukung argument yang dikemukakan. Tansisi atau sambungan antara gambar tidak boleh bertentangan dengan logika kontinuitas yang dimiki penonton. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut :40 a. Kontinuitas Aksi : aksi yang terdapat pada suatu gambar dengan gambar berikutnya tidak mengalami perubahan mendadak dalam hal kecepatan gerakan dan arah gerakan
40
Ibid, hl. 244
51
b. Gambar Mata : garis mata yang dilihat dari seseorang yang melihat ke suatu arah haruslah sesuai dengan arah yang dipercaya penonton merupakan tempat apa yang dilihat orang itu. Jika seseorang melihat ke suatu arah dengan garis mata yang sejajar dengan matanya, maka implikasinya objek yang dilihat orang itu harus memiliki tinggi yang sama.
2.11 Strategi 2.11.1 Pengertian Strategi Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dalam manajemen untuk mencapai suatu tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi ini harus mampu arah bagaimana operasionalnya secara praktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.41 Strategi memiliki banyak definisi untuk memperjelas definisi strategi sebagaian orang mencoba membedakan antara strategi dan taktik, yaitu strategi sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan jangka panjang sedangkan cara-cara untuk mencapai jangka pendek disebut sebagai taknik. Istilah strategi berasal dari bahasa yunani “strategia” yang berarti kepemimpinan (leasership). Strategi adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh orang dimasa depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang
41
Onong, op.cit., hl. 300
52
diinginkan tersebut (rute).42 Strategi juga merupakan keseluruhan tindakan yang ditempuh organisasi untuk mencapai sasarannya atau dengan kata lain strategi merupakan pengelolaan yang memungkinkan satu perusahaan mencapai sasaran, hal ini juga berlaku untuk perusahaan media strategi perusahaan merupakan kekuatan dari sebuh team work. Konsep strategi secara historis memang berasal dari militer seperti yang diungkapkan oleh Van Neumon dan Morgentren dalam tulisannya “Theory of Games” yang mengandung teori dan konsep strategi. Dari sinilah konsep tersebut kemudian diaplikasikan dalam dunia bisnis dan dalam kehidupan lainnya seperti politik. Thomas Schelling mengembangkan studi dengan judul “ The Strategy of Conflict” yang mengungkapkan berbagai unsur strategi yang pada umumnya ditemui dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam situasi kompetisi. Dalam perkembangan selanjutnya terutama dalam era globalisasi strategi merupakan instrument manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari, tidak hanya untuk bertahan dan memenangkan
persaingan
tapi
juga untuk
tumbuh
dan
berkembang.43 Manajemen adalah proses mengintrepretasikan, mengkordinasikan sumber daya, sumber dana dan sumber-sumber untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui
tindakan-tindakan
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating), pengawasan (controlling) atau evaluasi.44
42
Tedjo, op.cit., hl. 18 Onong, loc. Cit., 44 Djuroto, Totok, Manajemen Penerbitan Pers, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hl. 96 43
53
Dalam proses pelaksanaannya manajemen mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang mutlak harus dilaksanakan agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan efektif dan efisiensi.45 Manajemen dibutuhkan oleh semua orang karena tanpa manajemen semua usaha akan berakhir sia-sia dan pencapaian tujuannya akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen antara lain :46 1. Untuk mencapai tujuan Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan orang-orang dan pribadi 2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan dan sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. 3. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi Suatu kerja orang dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda salah satu yang utama adalah efektifitas dan efisiensi. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematika atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai yang telah ditetapkan.
45
Chozanah, Nunung dan Ating Tedja Sutisna, Dasar-Dasar Manajemen, Amrico, Bandung, 1996, hl. 22 46 Handoko, Hani, Manajemen (edisi kedua), BPFE, Yogyakarta, 1999, hl. 6
54
Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai “motor penggerak” organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran.47 Proses dan tahapan manajemen dalam suatu organisasi pada dasarnya memiliki empat kegiatan utama yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Walupun sesungguhnya banyak sekali pengertian dan pemahaman yang beragam dari berbagai ahli mengenai tahapan-tahapan manajemen itu sendiri.48 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan berarti kegiatan dalam menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Yang termasuk dalam kegiatan perencanaan diantaranya yaitu pemilihan atau penetapan tujuan, penentuan strategi, kebijaksanaan, program, prosedur, sistem dan standar yang diungkapkan dan pembuatan keputusan. Pada dasarnya setiap mata acara yang disajikan harus melalui proses perencanaan yang matang, apakah materi itu peroleh dari hasil produksi sendiri maupun dibeli dari rumah produksi. Para perencanaan siaran memiliki tanggung jawab moral dan etika terhadap masyarakat. Perencanaan yang baik akan memperlancar proses produksi dan penyiaran, serta memberikan mekanisme control. Evaluasi baru dapat dilakukan bila ada perencanaan. 47
J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hl. 40 48 Handoko, T.Hani, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995. hl 9
55
2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan kegiatan mengkoordinir sumber daya, tugas dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai
dengan
cara
yang
efektif
dan
efisien.
Dalam
tahap
pengorganisasian juga terdapat kegiatan staffing atau penyusunan personalia
yaitu
kegiatan
penarikan
(recruitment),
latihan
dan
pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan. Organisasi sebagai wadah bersifat statis, tetapi sebagai proses bersifat dinamis. Struktur organisasi adalah mekanisme untuk mencapai tujuan dengan penerapan pembagian tugas atau pekerjaan dari unsur-unsur atau fungsi-fungsi yang ada menurut bidang masing-masing disertai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab. 3. Pengarahan (Directing) Pengarahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan tahapan ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. 4. Pengawasan (Controlling) Pengawasan merupakan tahap terakhir dalam manajemen yang bertujuan untuk melihat dan memonitor apakah kegiatan organisasi sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
56
Dalam dunia penyiaran, sistem control yang dilakukan dalam bentuk pengawasan atau pengendalian sangat penting mengingat output siaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat. Kesalahan dapat diketahui secara dini dan diperbaiki sebelum materi siaran itu disiarkan. Harus di sadari bahwa dunia penyiaran, ralat sangat tidak efektif karena sifatnya yang sekilas.
Menurut J.B Wahyudi, kegiatan pengawasan perlu dilakukan berdasarkan 3 tahapan, yaitu : 1. Pengawasan Pereventif Pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, apakah segala langkah persiapan telah dilakukan dengan sempurna. Di dunia penyiaran lebih diartikan sebelum pelaksanaan siaran. 2. Pengawasan Pengendalian Pengawasan yang dilakukan pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan, karena pengawasan ini bertujuan untuk mengendalikan yang dilakukan melalui kegiatan bimbingan. 3. Pengawasan Umpan Balik Merupakan langkah evaluasi pelaksanaan suatu program (output), beberapa temuan penyimpang atau kekurangan digunakan untuk menyempurnakan langkah selanjutnya atau yang bersifat tengah berjalan.49
49
Ibid