BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kinerja 2.1.1.Pengertian Kinerja Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari suatu tindakan (Tangen 2004: 726 – 737.). Tindakan yang dimaksud adalah tindakan masa lalu. Pengukuran kinerja adalah bagian dari analisa atau diagnosa terhadap proses untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki. Menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja adalah untuk memonitor kinerja bisnis dan mendiagnosa penyebab dari masalah. Dikaitkan dengan manajemen operasional, Radnor dan Barnes (2007) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses mengkuantifikasi input, output, dan tingkat aktivitas dari suatu proses. Karim (2008) menyebutkan bahwa penentuan prioritas kompetisi merupakan elemen kunci dalam strategi manufaktur.
Prioritas kompetisi
menunjukkan keunggulan kompetitif dan mewakili tujuan yang seharusnya dicapai. Untuk menentukan prioritas kompetisi perusahaan manufaktur ukuran kinerja didasarkan pada kualitas dan volume output (Dewayana, 2012:1). Berdasarkan pengalaman implementasi pada beberapa perusahaan di Indonesia ditinjau dari aspek kepraktisan dan nilai tambah yang diberikan, Wibisono (2006:235) menyatakan bahwa pendekatan yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia dalam menentukan variabel kinerja yang akan diukur
8
adalah dengan melakukan identifikasi variabel kinerja dari 3 perspektif yaitu 1) keluaran organisasi (business results), 2) proses internal (internal business processes), dan 3) kemampuan atau ketersediaan sumber daya (resources availability). Terdapat tiga kecenderungan umum dalam pengukuran kinerja yaitu 1) keluasan dari unit analisis (level individu, stasiun kerja, lini produksi, unit bisnis, perusahaan), 2) kedalaman ukuran kinerja (keterkaitan variabel kinerja), 3) peningkatan range ukuran kinerja (misalnya dari efisiensi menjadi efisiensi dan efektivitas). Berbagai ukuran kinerja dapat
diidentifikasi sesuai dengan
kebutuhan. Faktor-faktor penentu produktivitas yaitu 1) tenaga kerja, 2) modal, dan 3) manajemen. Namun, dalam pengukuran produktivitas dapat digunakan satu (single) atau lebih dari satu (multi) faktor. Untuk meningkatkan kinerja dapat digunakan indikator non finansial berupa volume, waktu siklus, dan kapasitas yang dimiliki. (Dewayana, 2012:1) Kerangka kerja proses pengukuran kinerja perlu diperbaiki secara kontinu dengan mempertimbangkan berbagai model pengukuran kinerja yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi (Nenadal 2008). Beheshti dan Lollar (2008) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan keputusan penting yang sering menggunakan informasi subyektif. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengukuran kinerja sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dan pengukuran kinerja adalah bagian dari analisa atau diagnosa terhadap proses untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki.
9
2.1.2.Kinerja Keuangan Menurut Sutrisno (2009:53) menjelaskan tentang kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Menurut Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah “Suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan ”Kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan”. Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah “Suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan
benar”. Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah “penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya”. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting
10
agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Dari sejumlah pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal 2.1.3.Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan Menurut Sucipto (2003) penilaian kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal – hal sebagai berikut: a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses tersebut dinamakan planning. b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian. Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai berdasarkan kinerjanya. c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi
11
dan memilih program pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka. e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Adapun
manfaat
dari
penilaian
kinerja
adalah
sebagai
berikut
(Dwiermayanti, 2009:2) : 1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. 2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang. 4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. 5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
12
2.2.Economic Value Added (EVA) 2.2.1.Pengertian EVA Menurut Young dan O’Byrne (2001: 18) EVA merupakan “alat komunikasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal”. Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuangan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh menejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan. EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan. Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan – harapan setiap penyedia dana (kreditur dan
13
pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Handriyanto, 2012). Economic Value Added (EVA) adalah “Keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba”. Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut (Handriyanto, 2012). Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan unntuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan – harapan para pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added (EVA) merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic Value Added (EVA) lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional. Metode Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan Konsep Economic Value Added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyedian dana dalam menentukan
14
hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan metode Economic Value Added (EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan – keputusan strategis. Analisis Economic Value Added (EVA) ini mencoba melihat dari segi ekonomis dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan adil atas dasar konsep kepuasan stakeholder (seluruh anggota perusahaan), bentuknya adalah dengan mempertimbangkan harapan – harapan karyawan, pelanggan, dan pemberi modal (investor/pemegang saham). Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya modal rata – rata tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar. EVA adalah sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yaitu laba operasi bersih sesudah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian yang dituntut investor.
15
2.2.2.Manfaat EVA Manfaat dari penerapan EVA antara lain : a. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation). b. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham. c. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. d. EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan. e. EVA
sebagai
motivator
perusahaan
untuk
lebih
memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya. f. EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal. 2.2.3.Langkah-langkah Menentukan EVA Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut (Rousana, dalam Bagus, 2010) : a. Menghitung biaya modal utang (Cost of Debt) b. Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity)
16
c. Menghitung struktur permodalan dari neraca. Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga dicari: Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal Komposisi utang = rasio modal saham terhadap jumlah modal d. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) e. Menghitung EVA EVA = laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) – biaya modal.
2.2.4.Tolak Ukur Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA Tolak ukur analisis EVA menurut Singgih (2008) dalam jurnalnya penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan: a. Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. Dalam hal ini, karyawan berhak mendapat bonus, kreditur tetap mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam. b. Jika EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapat bonus hanya gaji. c. Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. Dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya saja kreditur tetap
17
mendapat bunga dan pemilik saham tidak mendapat pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam. 2.3.Manajemen Keuangan 2.3.1.Pengertian Manajemen Keuangan Pengertian Manajemen Keuangan menurut Prawironegoro (2007) adalah “Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba”. Pengertian Manajemen Keuangan menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Dodo, H. Dan Herman, W. (2001 : 6) yaitu “Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan, dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas”. Adapun tiga bidang keuangan adalah: a. Pasar uang dan pasar modal, yang terkait dengan pasar sekuritas dan lembaga keuangan. b. Investasi, yang menfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor individual dan instusional dalam memilih sekuritas untuk portfolio investasi. Manajemen keuangan, atau keuangan perusahaan, yang mencakup semua keputusan dalam perusahaan.Pengertian Manajemen Keuangan menurut Weston dan Copeland yang diterjemahkan oleh Jaka, W. dan Kirbrandoko (2002) yaitu “Manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut
18
keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan”. Manajemen keuangan menurut Riyanto (2001:4), mengemukakan bahwa: “Manajemen
keuangan
sebagai
keseluruhan
aktivitas
perusahaan
yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan adalah merupakan aktivitas-aktivitas yang menyangkut perencanaan, pencarian dan pemanfaatan dana perusahaan sebijaksana mungkin demi tercapainya tujuan perusahaan. 2.3.2.Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen menurut para ahli secara umum memiliki kesamaan semisal fungsi manajemen menurut Fayol (Nico, 2015:1-2) , ada 4 fungsi yang utama dari sebuah manajemen yaitu Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian. a. Planning (Fungsi Perencanaan) Planning merupakan suatu aktivitas menyusun, tujuan perusahaan lalu dilanjutkan dengan menyusun berbagai rencana-rencana guna mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditentukan. Planning dilaksanakan dalam penentuan tujuan organisasi scara keseluruhan dan merupakan langkah yang terbaik untuk mencapai tujuannya itu. pihak manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum pengambilan tindakan kemudian menelaah rencana yang terpilih apakah
19
sesuai dan bisa dipergunakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan adalah proses awal yang paling penting dari seluruh fungsi manajemen, karena fungsi yang lain tak akan bisa bejalan tanpa planning. Ada beberapa aktivitas dalam fungsi perencanaan : 1) Menetapkan arah tujuan serta target bisnis 2) Menyusun strategi dalam pencapaian tujuan dan target tersebut 3) Menentukan sumber daya yang dibutuhkan 4) Menetapkan standar kesuksesan dalam pencapaian suatu tujuan dan target bisnis Berikut syarat syarat perencanaan yang baik, selayaknya memenuhi beberapa hal berikut : 1) Mempunyai tujuan yang jelas 2) Sederhana, tidak terlalu sulit dalam menjalankannya 3) Memuat analisa pada pekerjaan yang akan dilakukan 4) Fleksibel, bisa berubah mengikuti perkembangan yang terjadi 5) Mempunyai keseimbangan, tanggung jawab dan tujuan yang selaras ditiap bagian 6) Mempunyai kesan sesuatu yang dimliki tersedia dan bisa dipergunakan dengan efektif serta berdaya guna
20
b. Organizing (Fungsi Pengorganisasian) Organizing adalah suatu aktivitas pengaturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dan mencapai tujuan utama perusahaan. Dalam bahasa yang lebih sederhana organizing merupakan seluruh proses dalam mengelompokkan semua orang, alat, tugas tanggung-jawab dan wewenang yang dimiliki sedemikian rupa hingga memunculkan kesatuan yang bisa digerakkan dalam mencapai tujuan. Organizing dapat membuat manajer mudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan personil yang diperlukan untuk menjalankan tugas yang sudah dibagi bagi. pengorganisasian bisa dijalankan dengan menetukan tugas apa yg harus dikerjakan, siapa personil yang menjalankannya, bagaimana tugasnya dikelompokkan, siapa yang harus bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. dibawah ini adalah aktivitas aktivitas yang ada dalam Organizing (fungsi pengorganisasian) 1) Mengalokasikann sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-tugas serta menetepkan prosedur yang dibutuhkan 2) Menetapkan strukutur perusahaan
yang menujukan adanya garis
kewenangan serta tanggung-jawab 3) Aktivitas perekrutan, menyeleksi orang, pelatihan serta pengembangan tenaga kerja 4) Aktivitas penempatan tenaga kerja dalam posisi yang pas dan paling tepat.
21
c. Directing (Fungsi Pengarahan) Directing alias fungsi pengarahan merupakan fungsi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja dengan optimal dan menciptakan suasana lingkungan kerja yang dinamis, sehat dan yang lainnya. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada fungsi pengarahan: 1) Mengimplementasikan suatu proses kepemimpinan, penbimbingan, dan memberikan motivasi kepada pekerja suapay bisa bekerja dengan efektif serta efisien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan 2) Memberi tugas serta penjelasan secara rutin tentang pekerjaan 3) Menjelaskan semua kebijakan yang sudah ditetapkan
d. Controlling (Fungsi Pengendalian / Pengawasan) Controling merupakan kegiatan dalam menilai suatu kinerja yang berdasarkan pada standar yang sudah dibuat perubahan atau suatu perbaikan apabila dibutuhkan. aktivitas dalam fungsi pengendalian ini misalnya: 1) Mengevaluasii keberhasilan dalam proses mencapai tujuan dan target mengikuti indikator yang sudah ditetapkan 2) Menempuh langka klarifikasi serta koreksi atas terjadinya penyimpangan yang ditemukan 3) Memberi alternative solusi atas masalah yang terjadi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
22
2.4.Penelitian Terdahulu Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu Nama peneliti
Judul penelitian
Gulo (2011)
Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan PT SA
Khadaffi (2014)
Financial Performance Analysis Using Economic Value Added In Consumption Industry In Indonesia Stock Exchange
Risky Fidianti (2011)
Analisis penilaian kinerja keuangan dengan Pendekatan EVA pada PT. Sumber batu gowa Di Makassar
Terry Corie Pangkong David P.E. Saerang Jullie J. Sondakh (2013)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyusunan laporan Keuangan pemerintah daerah di kabupaten biak numfor
Hasil penelitian Analisis Kinerja Keuangan dengan menggunakan Metode EVA, PT SA pada tahun 2008 memiliki nilai EVA yang positif yang berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomi kepada investornya Kinerja Keuangan Perusahaan yang diukur dengan menggunakan EVA di industri manufaktur rata-rata Negatif, Hanya PT Ades Waters Indonesia Tbk yang memiliki nilai EVA positif. Dari hasil analisis pendekatan EVA, terjadi hasil yang positif berarti perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari setiap jasa kontraktor Hasil penelitian membuktikan bahwa secara parsial variabel Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Biak Numfor
2.5.Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:
23
Fungsi Perencanaan (X1)
Fungsi Pelaksanaan (X2)
Fungsi Pengendalian dan Pengawasan (X3)
H1
H2
Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added (EVA) (Y)
H3
H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.6.Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono 2004:51). Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka penelitian hipotesis sebagai berikut: H1 :
Fungsi Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Konsep Economic Value Added
H2 :
Fungsi Pelaksanaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Konsep Economic Value Added
H3 :
Fungsi Pengendalian dan Pengawasan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Konsep Economic Value Added
24
H4 :
Fungsi Perencanaan, Fungsi Pelaksanaan serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Konsep Economic Value Added
25