perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Mardiyah (2002), teori keagenan menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajemen selaku agen dan pemilik serta entitas lain dalam kontrak (misal kreditur) selaku prinsipal. Dalam hubungan keagenan, terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (prinsipal), dengan pihak lain, yaitu agen. Dalam kontrak, agen terikat untuk memberikan jasa bagi pemilik. Berdasar pendelegasian wewenang pemilik kepada agen, manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana prinsipal memerintah agen untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan terbaik bagi prinsipal. Dalam teori keagenan, prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktifitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawababan dari agen (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut prinsipal dapat menilai kinerja manajemen. Namun yang seringkali terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk mengurangi atau meminimalkan
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih dapat dipercaya, maka diperlukan pengujian dan dalam hal itu pengujian tersebut hanya dapat dilakukan oleh pihak ketiga yaitu auditor independen (Mardiyah, 2002). Auditor sebagai pihak ketiga mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Agency theory membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami adanya konflik kepentingan yang muncul antara agen dan prinsipal. Prinsipal selaku investor bekerja sama dan menjalin kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan. Diharapkan dengan adanya auditor independen, tidak ada kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga dihasilkan informasi yang relevan dan berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Teori keagenan membantu auditor untuk memahami konflik kepentingan yang muncul antara principal dan agen. Principal selaku investor bekerja sama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat
oleh
manajemen.
Pengguna
informasi
laporan
keuangan
akan
mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah memberi kredit atau pinjaman, investasi, merger, akusisi, dan lain sebagainya. Pengguna informasi laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
keuangan akan lebih mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor yang kredibel. 2.1.2 Auditing 2.1.2.1 Pengertian Auditing Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaiann antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Auditing merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti terkait informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang atau lebih yang berkompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke, 2007). Menurut Sukrisno (2004) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan
untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditing secara umum memiliki unsur-unsur penting yang diuraikan berikut ini (Mulyadi, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
1.
Audit adalah suatu proses sistematik, auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
2.
Audit untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, proses tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
3.
Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi disini adalah hasil proses
akuntansi.
Akuntansi
merupakan
proses
pengidentifikasian,
pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan biaya pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan. 4.
Menetapkan tingkat kesesuaian, pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif. 5.
Kriteria yang telah ditetapkan, kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa: peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen, serta prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
6.
Penyampaian hasil, sering disebut dengan atestasi (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit.
7.
Pemakai yang berkepentingan, adalah para pemakai informasi keuangan seperti:pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.
2.1.2.2 Tujuan Audit Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setisp unsur yang disajikan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
1.
Asersi Keberadaan atau Keterjadian, berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
2.
Asersi Kelengkapan, berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.
3.
Asersi Hak dan Kewajiban, berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang meruipakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4.
Asersi Penilaian atau Alokasi, berhubungan dengan apakah komponenkomponen aktiva, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
5.
Asersi
Penyajian
atau
Pengungkapan,
berhubungan
dengan
apakah
komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkap semestinya. Menurut Mulyadi (2002) pelaksanaan audit harus memperhatikan faktorfaktor sebagai berikut ini: 1.
dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut,
2.
penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor,
3.
bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4.
kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
2.1.2.3 Auditor Auditor adalah seseorang yang menguasai keahlian dalam bidang audit yang diperolehnya melalui jenjang pendidikan resmi dan non resmi, baik diluar negeri maupun dalam negeri, kursus, akademi, institut, dan universitas. Bahkan ada yang memperolehnya dari pengalaman di lapangan (Mulyadi, 2002: 20). Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen, orang yang dimaksudkan adalah auditor atau akuntan publik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor adalah seseorang yang kompeten dan independen dalam melakukan proses auditing. Kompeten, dalam hal ini adalah seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan auditing (Arens dan Loebbecke, 2007), memiliki kemampuan untuk memahami kriteria yang digunakan, serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang diambilnya. Menurut Arens dan Loebecke (2007) auditor dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut ini. 1. Akuntan publik, yaitu auditor yang bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka. 2. Auditor Internal Pemerintah, merupakan auditor yang bekerja untuk Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) guna melayani kebutuhan pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
3. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan, adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia. 4. Auditor Internal, yaitu auditor yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit untuk DPR. Auditor independen memberikan jasa-jasanya untuk suatu pembayaran tertentu. Auditor merupakan akuntan profesional yang diberi ijin oleh negara untuk berpraktek sebagai auditor swasta (Soemarso, 2000). 2.1.2.4 Jasa-jasa yang Diberikan Akuntan Publik Menurut Mulyadi (2002), profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat, yang dapat digolongkan ke dalam dua kelompok sebagai berikut ini. 1. Jasa atestasi, merupakan suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang signifikan, dengan kriteria yang telah ditetapkan, jasa atestasi ini meliputi auditing, pemeriksaan, review dan prosedur yang disepakati. Setiap penyelidikan atau penilaian secara sistematis terhadap prosedur atau suatu operasi dengan tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kriteria yang telah ditetapkan, pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh akuntan intern. Jasa-jasa atestasi dapat dikelompokan sebagai berikut ini. a.
Audit
atas
laporan
keuangan
menghasilkan
laporan
auditor
yang
mengungkapkan pendapat mengenai sesuai atau tidaknya laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. jasa audit mencakup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Dalam menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif (positive assurance) atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis. Keyakinan (assurance) menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh auditor bahwa simpulannya yang dinyatakan dalam laporan adalah benar. Tingkat keyakinan yang dapat dicapai oleh auditor ditentukan oleh hasil pengumpulan bukti. Semakin banyak jumlah bukti kompeten dan relevan yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat keyakinan yang dicapai oleh auditor. Jasa ini merupakan jasa profesi akuntan publik yang paling dikenal dalam masyarakat dan seringkali disebut sebagai jasa tradisional profesi akuntan publik. b.
Review, hampir sama dengan audit dengan perbedaan dalam hal luasnya pemeriksaan dan jaminan keakuratan yang diberikan. Review lebih sempit dan kurang akurat apabila dibandingkan dengan audit. jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Dalam menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur berikut ini: inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan keterangan, penyusutan (tracing), pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan ulang (reperforming), dan analisis. Dengan hanya dua prosedur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
(permintaan keterangan dan prosedur analitik) yang dilaksanakan dalam jasa review, akuntan publik memberikan keyakinan negatif atas asersi yang dibuat oleh manajemen, sehingga tingkat keyakinan yang diberikan oleh akuntan dalam laporan hasil review lebih rendah dibanding dengan tingkat yang diberikan dalam jasa audit dan pemeriksaan. c.
Jasa atestasi lain, antara lain jasa atestasi atas laporan keuangan proyeksi/prospektif. pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam
menghasilkan
jasa
pemeriksaan,
akuntan
publik
memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat oleh manajemen. Pemeriksaan oleh profesi akuntan publik selain terhadap laporan keuangan historis, seperti misalnya terhadap informasi keuangan prospektif, disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan publik yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut dengan praktisi. Dengan demikian istilah audit dan auditor khusus digunakan jika jasa profesi akuntan publik berkaitan dengan atestasi atas asersi yang terkandung dalam laporan keuangan historis. 2. Jasa non atestasi, yaitu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya ia tidak memberikan pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan jasa perpajakan, dan jasa konsultasi. Jenis jasa non atestasi yang dihasilkan oleh auditor adalah sebagai berikut ini. a.
Jasa kompilasi, dalam jasa kompilasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi bagi kliennya, seperti pencatatan (baik dengan manual maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
dengan komputer) transaksi akuntansi bagi kliennya sampai dengan penyusunan laporan keuangan. b.
Jasa perpajakan, meliputi bantuan yang diberikan oleh akuntan publik kepada kliennya dalam pengisian surat pemberitahuan pajak tahunaan (SPT) pajak penghasilan, perencanaan pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi masalah perpajakan.
c.
Jasa konsultansi, diatur dalam Standar Jasa Konsultansi. Jasa konsultansi dapat meliputi memberikan konsultasi atau saran profesional (professional advice) yang memerlukan respon segera, berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi klien, dan tujuan bersama berbagai pihak.
2.1.2.5 Peran dan Tanggungjawab Auditor Menurut Mulyadi (2002) ada dua tanggungjawab yang harus dipikul oleh akuntan fisik dalam menjalankan pekerjaan profesionalnya adalah sebagai berikut ini. 1. Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan publik selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan kepada pihak ketiga, kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki akuntan publik mengungkapkan informasi
yang diperolehnya
berkewajiban
untuk
selama
mengungkapkan
penugasannya. informasi
mendapatkan persetujuan dari kliennya.
commit to user
Akuntan
tersebut
tanpa
publik harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2. Menjaga mutu pekerjaan profesionalnya setiap akuntan publik harus bisa mempertanggungjawabkan mutu pekerjaannya atau pekerjaan lain pada saat bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpanan obyektivitas/ ketidak konsistenan dalam pekerjaannya. 2.1.3 Pergantian Auditor Pergantian auditor (auditor switching) merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Bukti teoritis didasarkan pada teori agensi dan informasi ekonomi. Dalam kedua kasus, permintaan layanan audit muncul terutama dari adanya asimetri informasi. Dalam teori agensi, audit independen berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada variabel seperti ukuran perusahaan, gearing, dan kepemilikan saham manajemen. Dalam informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran manajemen (Nasser et. al., 2006). Pergantian auditor merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor. Pergantian auditor bisa disebabkan oleh kewajiban rotasi yang diatur oleh pemerintah (mandatory) atau pergantian secara sukarela (voluntary). Auditor switching saat ini merupakan hal yang umum dilakukan oleh suatu perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.423/KMK.06/2002 dan perbaharuan Keputusan Menteri Keuangan
publik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
menegaskan bahwa audit umum atas laporan keuangan yang masih bias dilakukan oleh kantor akuntan (akuntan publik) yang telah mencapai batas waktu lima (tiga) tahun berturut-turut adalah sampai dengan tahun buku 2003. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang dilakukannya antara lain sebagai berikut ini: 1) pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP menjadi paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturutturut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1); 2) akuntan publik dapat menerima penugasan kembali setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang sama (pasal 3 ayat 2); dan 3) jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah satu tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut (pasal 3 ayat 3). Penyebab perusahaan melakukan pergantian auditor maupun KAP bukan hanya karena adanya peraturan pemerintah (mandatory), tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran perusahaan klien (Nasser et.al., 2006), pertumbuhan perusahaan (Mardiyah, 2002 dan Nasser, et.al., 2006), masalah keuangan perusahaan klien (Mardiyah, 2002 dan Nasser et.al., 2006), ukuran KAP (Nasser et.al., 2006), dan opini audit (Gudono dan Irawaty, 2004). Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang saham) dan agent (manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai pengaruh kedua belah pihak (agent and principle) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (Wijayani dan Januarti, 2011). 2.1.4 Opini Audit Opini audit merupakan pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor. Opini harus didasarkan atas pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan dan atas temuan-temuannya. Hasil pemeriksaan akuntan tertuang dalam suatu laporan yang menyatakan bahwa apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Opini audit ada lima, yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat (Mulyadi, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, maka auditor harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001). Pemberian opini audit dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholders perusahaan karena memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan keuangan. Mulyadi (2002) mengemukakan bahwa terdapat lima jenis pendapat auditor adalah sebagai berikut ini. 1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi sebagai berikut ini:
a. semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
b. dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor, c. bukti
cukup
dapat
dikumpulkan
oleh
auditor,
dan
auditor
telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan, d. laporan
keuangan
disajikan
sesuai
dengan
prinsip
akuntansi
yang
berterima umum di Indonesia, dan e. tidak ada keadaan yang mengaruskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory languege) Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas
atau bahasa pejelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraph pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi katakata dalam laporan audit baku adalah sebagai berikut ini: a.
ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum,
b.
keraguan besar tentang kelangsungan hidup suatu entitas,
c.
auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
d.
penekanan atas suatu hal, dan
e.
laporan audit yang melibatkan auditor lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
3.
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan
secara wajar laporan keuangan, dalam semuahal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima secara umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan sebagai berikut ini. a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap ruang lingkup audit. b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berteriam umum di Indonesia, yang berdampak material , dan ia brkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. 4.
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 5.
Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Auditor
menyatakan
tidak
memberikan pendapat jika dia
tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.5 Pergantian Manajemen Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan. Jadi, jika terdapat pergantian manajemen akan secara langsung atau tidak langsung mendorong auditor switching karena manajemen perusahaan yang baru cenderung akan mencari KAP yang selaras dalam pelaporan dan kebijakan akuntansinya. Schwartz dan Menon (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005). Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et. al., 2000). Pergantian manajemen juga disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengganti manajemen yang baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Adanya CEO yang baru mungkin akan adanya perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2007). 2.1.6 Reputasi Auditor Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi
yang
bermanfaat
bagi
pengambilan
keputusan
klien
biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review (Junaidi dan Hartono, 2010). Reputasi KAP digunakan untuk menentukan besar kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik. Penggolongan reputasi besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor akuntan publik tersebut berafiliasi dengan Big four. Sedangkan reputasi kantor akuntan publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan Big four (Arens dan Loebbecke, 2007). DeAngelo (1981) dalam Ebrahim (2001) menjelaskan bahwa kualitas audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik dapat dinilai dari ukuran KAP yang melaksanakan proses audit. KAP besar atau KAP Big four dipandang akan melaksanakan proses audit dengan lebih berkualitas jika dibandingkan dengan KAP kecil atau KAP Non-Big four. Hal ini disebabkan karena KAP Big four mempunyai lebih banyak klien dan lebih banyak sumber daya sehingga KAP Big four tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja. Selain itu karena KAP Big four memiliki reputasi yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan KAP Big four akan melakukan audit dengan lebih berhati-hati. Namun dengan terjadinya kasus-kasus akuntansi yang disebutkan pada pendahuluan, yang terutama dilakukan dengan memanipulasi tampilan kinerja atau laba yang dipublikasikan sehingga saham perusahaan terlihat menarik dan menguntungkan bila dibeli oleh investor di pasar modal mengakibatkan publik terutama investor mempertanyakan kembali kualitas audit yang telah dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
oleh suatu KAP, terutama KAP Big four yang telah memiliki nama dan reputasi baik. Berdasarkan penelitian terdahulu proksi reputasi auditor dinilai dengan menggunakan skala ukuran Kantor Akuntan Publik. Seperti yang dikemukakan McKinley et.al., (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005) ketika sebuah Kantor Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu nama besar mereka. 2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
menjadi
salah
satu
hal
yang
perlu
dipertimbangan bagi investor untuk membuat keputusan terhadap investasinya. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak mengalami stagnancy. Pada beberapa penelitian (Nasser et al., 2006) pertumbuhan perusahaan ini seringkali diukur dengan presentase kenaikan sales. Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno dkk., 2006). 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menganalisis factor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan pergantian auditor. Mardiyah (2002) menemukan fakta bahwa manajemen dan reputasi auditor merupakan salah variabel signifikan yang mempengaruhi auditor changes. Kuatnya kecenderungan manajemen baru untuk melakukan tindakan pergantian KAP karena bergantung pada kekuatan yang berupa harapan untuk lebih dapat bekerja sama dengan KAP yang baru. Lubis (2002) menguji hubungan dua arah antara pergantian akuntan dan opini audit, serta saling mempengaruhi antara keduanya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualifikasi audit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap terjadinya pergantian akuntan. Perusahaan yang akan melakukan
pergantian
akuntan
cenderung
commit to user
memperoleh
kualifikasi
jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pergantian akuntan. Terdapat hubungan dua arah antara opini audit dengan pergantian akuntan. Nasser, et.al., (2006) yang menganalisis pengaruh faktor-faktor pergantian auditor dengan variabel dependennya auditor switching dan variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan klien, pertumbuhan perusahaan klien, masalah keuangan perusahaan klien, dan ukuran KAP. Hasilnya adalah variabel ukuran klien, ukuran KAP, dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Kartika (2006) meneliti variabel klien dalam auditor changes dengan variabel ukuran KAP, persentase perubahan ROA, reputasi auditor dan persentase perubahan EPS. Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa ukuran KAP, reputasi auditor, dan persentase perubahan ROA yang signifikan terhadap Auditor Changes. Sheng dan Wang (2006) dalam Soeprihadi (2011) melakukan penelitian dalam pasar audit China. Variabel yang digunakan adalah opini audit, lokal proteksionisme dan faktor geografis, ukuran klien, dan fee audit. Data yang digunakan merupakan laporan tahunan perusahaan dari tahun 2003 sampai 2004 dengan analisis model Logistik. Hasil penelitian menemukan bahwa opini-opini audit yang berkualitas dan faktor asing (lokal proteksionisme dan faktor geografis) yang mempengaruhi auditor switching. Nagy (2005) melakukan penelitian terhadap pergantian KAP dan menemukan bahwa ukuran KAP dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pergantian KAP. Penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2007) menggunakan variabel fee audit, ukuran KAP, pergantian manajemen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, dan presentase ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel fee audit dan ukuran KAP yang mempengaruhi perusahaan publik di Indonesia untuk melakukan auditor switching. Sinarwati (2010) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP pada perusahaan manufaktur di Indonesia, dengan menggunakan variabel opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan kesulitan keuangan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa opini going concern tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Pergantian manajemen yang diproksikan dengan pergantian presiden direktur berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Reputasi auditor yang diproksikan dengan afiliasi the big four tidak berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP. Kesulitan keuangan yang diproksikan dengan debt to equity (DER) berpengaruh positif terhadap pergantian KAP. Suparlan dan Andayani (2010) memberikan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi perpindahan Kantor Akuntan Publik. Ukuran corporate governance digunakan untuk memprediksikan dampak perpindahan Kantor Akuntan Publik yang dilakukan perusahaan. Jadi penelitian ini hanya berfokus pada sisi klien. Variabel yang digunakan adalah kepemilikan publik, kepemilikan institusional, penambahan jumlah saham, dewan komisaris, pergantian manajemen, Leverage, ROE (Return on Equity), dan ukuran klien. Hasilnya adalah variabel kepemilikan publik, penambahan jumlah saham, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
ukuran klien mempengaruhi perusahaan melakukan perpindahan Kantor Akuntan Publik. Wijayani dan Januarti (2011) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switch dengan menggunakan variabel pergantian manajemen, ukuran KAP, opini audit, financial distress, presentase perubahan ROA, dan ukuran klien. Dari penelitian ini variabel yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switch adalah variabel pergantian manajemen dan ukuran KAP. Sedangkan variabel opini audit, financial distress, presentase perubahan ROA, dan ukuran klien tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching. Penelitian Nuryanti (2012) tentang pengaruh opini audit dan tingkat pertumbuhan perusahaan juga menunjukkan adanya pengaruh terhadap pergantian auditor. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pergantian auditor, dimana variabel opini audit, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan pertumbuhan perusahaan adalah sebagai variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi pergantian auditor. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengimplementasikan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Opini Audit H1 Pergantian Manajemen
H2 H3
Reputasi Auditor
Pergantian Auditor
H4 Pertumbuhan Perusahaan
2.4 Pengembangan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Opini Audit Terhadap Pergantian Auditor Opini audit merupakan pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor. Opini harus didasarkan atas pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan dan atas temuan-temuannya. Hasil pemeriksaan akuntan tertuang dalam suatu laporan yang menyatakan bahwa apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen akan memberhentikan auditornya sebagai suatu bentuk hukuman atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur (Carcello dan Neal 2003, dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Karena manajemen ingin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
mencapai tujuannya yaitu menampilkan laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan aturan yang berlaku. Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Nuryanti (2012) berhasil membuktikan bahwa qualified audit opinion merupakan salah satu determinan yang memicu pergantian auditor, meskipun memang tidak terbukti bahwa perusahaan yang menerima qualified opinion akan menerima opini yang lebih baik setelah mereka melakukan auditor switching. Dengan demikian perusahaan yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion) cenderung akan berganti auditor atau KAP. Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut ini. H1: Opini Audit berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor. 2.4.2 Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian Auditor Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan. Jadi, jika terdapat pergantian manajemen akan secara langsung atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
tidak langsung mendorong auditor switching karena manajemen perusahaan yang baru cenderung akan mencari KAP yang selaras dalam pelaporan dan kebijakan akuntansinya. Schwartz dan Menon (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et al., 2000 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut ini. H2: Pergantian Manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. 2.4.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Pergantian Auditor Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi
yang
bermanfaat
bagi
pengambilan
keputusan
klien
biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasional yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review (Junaidi dan Hartono, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Menurut
Sinarwati
(2010),
berdasarkan
agency
theory
yang
mengasumsikan bahwa salah satu sifat manusia adalah self interest, maka kehadiran pihak ketiga sebagai mediator hubungan keagenan diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar atau KAP Big four dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil atau KAP Non
Big four. Hal tersebut karena
KAP Big four memiliki lebih banyak klien dan lebih banyak sumber daya sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan audit dengan lebih berhati-hati. Penelitian Damayanti dan Sudarma (2007) menunjukkan bahwa ukuran KAP mempengaruhi perusahaan publik di Indonesia untuk melakukan auditor switching. Penelitian Wijayani dan Januarti (2011) juga menyimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switch adalah ukuran KAP. Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut ini. H3: Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. 2.4.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pergantian Auditor Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan (growth) tentunya berharap untuk mendapatkan reaksi yang positif dengan melakukan auditor switch. Dengan mengganti auditor atau KAP yang prestisius, maka diharapkan reputasi perusahaan juga akan ikut terangkat di mata investor. Sebaliknya, apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
perpindahan terjadi ke KAP yang kurang prestisius, maka akan menghasilkan reaksi pasar yang negatif. Pertumbuhan usaha yang cepat pada umumnya diikuti dengan peningkatan kebutuhan terhadap perusahaan audit independen untuk mengurangi biaya agensi dan
peningkatan
kebutuhan
terhadap
jasa
non-audit
dalam
perluasan
perusahaannya (Nasser et.al., 2006). Selain itu, untuk mengakomodir kebutuhan perusahaan, maka akan terjadi perubahan manajemen. Namun hal ini mungkin tidak diikuti oleh tingkat keahlian auditor yang ada. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti KAP yang ada saat ini. Penelitian Nuryanti (2012) tentang pengaruh opini audit dan tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan pengaruh terhadap pergantian auditor. Oktopani (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian kantor akuntan publik menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pergantian auditor. Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut ini. H4: Pertumbuhan perusahaan klien berpengaruh positif terhadap pergantian auditor.
commit to user