BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Agensi Hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (prinsipal). Agen
diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Ketumpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik (Jensen dan Meckling, 1976). Auditor sebagai pihak independen diperlukan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan. Dalam hal ini auditor memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan perusahaan dan mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
11
12
Para pemilik disebut evaluator informasi dalam konteks khusus ini, agen-agen mereka disebut pengambil keputusan. Evaluator informasi diasumsikan bertanggung jawab untuk memilih sistem informasi. Pilihan mereka harus dibuat sedemikian rupa sehingga para pengambil keputusan membuat keputusan terbaik demi kepentingan pemilik berdasarkan informasi yang tersedia bagi mereka. Dengan kata lain, aksi-aksi dilakukan oleh agen, sementara fungsi utilitas untuk kepentingan akhir adalah milik prinsipal.
Masalah
ini
diperumit
dengan
adanya
kebutuhan
untuk
juga
memperhitungkan fungsi utilitas agen karena fungsi inilah yang menggerakkan aksiaksi agen. Karena prinsipal akan selalu tertarik pada hasil-hasil yang dihasilkan oleh agan mereka, teori keagenan memberikan tiang pokok bagi peranan penting akuntansi dalam menyediakan informasi setelah suatu kejadian: yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peran ini seringkali diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, di mana seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian dalam periode yang lalu, Hendriksen (2002). 2.1.2
Auditing
2.1.2.1 Pengertian Auditing Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang sangat diperlukan untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan yang diaudit, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak perusahaan yang diaudit dapat dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, penulis mengemukakan beberapa definisi menurut para ahli.
13
Pengertian auditing menurut Arens et. al. (2008), yaitu : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person.” Menurut Agoes (2013) pengertian auditing sebagai berikut : “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Berdasarkan pengertian-pengertian auditing di atas, beberapa kata kunci yang terkait dengan pengertian auditing adalah sebagai berikut : a. Proses yang sistematis (Systematical Process) Artinya, proses audit menggambarkan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan diorganisasikan dengan baik, selain itu juga proses audit dilaksanakan dengan formal. b. Asersi (Assertion) dan kriteria yang ditetapkan (Established Criteria) Auditing dilakukan terhadap suatu asersi (pernyataan tertulis) yang menjadi tanggung jawab pihak tertentu. Asersi ini disebut juga sebagai informasi karena mengandung informasi tentang sesuatu yang akan dievaluasi. Selain asersi, proses auditing juga harus didukung dengan standar (kriteria) yang ditetapkan (established criteria) yang menunjukan sesuatu (kondisi) yang seharusnya.
14
c. Pengumpulan dan evaluasi bukti (Evidence) Bukti merupakan suatu informasi yang dikumpulkan auditor yang digunakan untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang ditetapkan, yang dapat berupa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, verifikasi catatan-catatan dan dokumen perusahaan, hasil pengamatan fisik dan sebagainya. d. Kompeten, independen dan objektif Auditing harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, dalam arti mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis profesi, independen dalam arti mampu membebaskan diri dari berbagai kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan penugasan audit, sehingga akan menimbukan perilaku yang objektif, dalam arti auditor tersebut tidak akan memihak dan tidak bias dalam mengemukakan pendapat dan tidak pula berprasangka. e. Laporan kepada pihak yang berkepentingan (Reporting) Pelaporan hasil audit merupakan hasil akhir proses auditing. Inti laporan audit adalah pernyataan pendapat atau simpulan mengenai tingkat kesesuaian antara asersi (informasi) dengan kriteria yang ditetapkan.
15
2.1.2.2 Jenis Audit Ditinjau dari luasnya pemeriksaan menurut Agoes (2013) audit dibedakan atas: 1. Generals Audit (Audit Umum) Suatu audit umum pada laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI). 2. Specials Audit (Audit Khusus) Suatu audit terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dan pada akhir pelaksanaan auditnya, auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. 2.1.2.3 Tujuan Audit Menurut Agoes (2013), tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah: “Untuk menentukan apakah representasi (asersi) betul-betul wajar, untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk tujuan laporan keuangan yang dimaksud dengan kriteria yang ditetapkan adalah standar akuntansi yang berlaku umum.”
16
Tabel 2.1 Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit Asersi Manajemen
Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau Keterjadian (Existence Apakah semua aset, liabilities dan ekuitas yang tercantum di Laporan Posisi atau Occurance) Keuangan (neraca) betul-betul ada, dan/atau apakah semua transaksi yang dipresentasikan dalam laporan laba rugi komprehensif betul-betul terjadi. Apakah ada aset, liabilities dan ekuitas, Kelengkapan (Completeness) atau transaksi yang dihilangkan dari laporan keuangan. Hak dan Kewajiban (Rights and Apakah aset yang tercantum di Laporan Posisi Keuangan (neraca) dimiliki Obligations) perusahaan, dan apakah liabilities yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) merupakan liabilities perusahaan per tanggal laporan posisi keuangan. Penilaian dan Alokasi (Valuation and Apakah aset, liabilities dan ekuitas dinilai dengan tepat sesuai dengan standar Allocation) akuntansi yang berlaku umum, dan apakah saldo-saldo sudah dialokasikan secara wajar antara laporan posisi keuangan (neraca) dan laba rugi komprehensif. Penyajian dan Pengungkapan Apakah pengklasifikasian, seperti current versus noncurrent assets and liabilities, (Presentation and Disclosure) dan operating versus nonoperating revenues and expenses,sudah direfleksikan secara tepat di laporan keuangan, dan apakah penggunaan dalam catatan atas laporan keuangan sudah memadai agar laporan keuangan itu tidak menyesatkan. Sumber : Agoes (2013)
17
2.1.2.4 Proses Audit atas Laporan Keuangan Menurut Agoes (2013) tahap-tahap audit atas laporan keuangan meliputi: a. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang membutuhkan jasa audit. b. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan: 1) Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah untuk kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor, BapepamLK, Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain). 2) Apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit oleh KAP lain. 3) Apakah jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai perusahaan tersebut. 4) Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau dengan bantuan komputer. 5) Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan yang cukup rapih. c. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi: jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain. Jika perusahaan menyetujui, audit audit proposal tersebut akan menjadi Engagement Letter (Surat Penugasan/Perjanjian Kerja). d. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) dikantor klien. Setelah audit field work selesai KAP memberikan draft audit report kepada klien, sebagai bahan untuk diskusi. Setelah draft report disetujui klien, KAP
18
akan menyerahkan final audit report, namun sebelumnya KAP harus meminta Surat Pernyataan Langganan (Client Representation Letter) dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal selesainya audit field work. e. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter yang isinya memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya. 2.1.2.5 Standar Auditing yang Berlaku Umum Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan bukti (SPAP, 2011). Berikut standar auditing yang berlaku umum : a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelakasanaan audit dan penyesunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
19
b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman memadai atas pengendaian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusuan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
20
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerja audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. 2.1.2.6 Opini Audit Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SPAP, 2011). Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan tidak boleh mudah dipengaruhi oleh pihak manapun, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan audit setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas (SPAP, 2011). Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor
21
dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Menurut Johnstone, Gramling, Rittenberg (2014), ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu: 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Opini audit tersebut dapat dikeluarkan untuk perusahaan jika: a. Tidak ada pelanggaran material GAAP. b. Pengungkapan yang memadai. c. Auditor mampu melakukan semua prosedur yang diperlukan. d. Tidak ada perubahan dalam prinsip akuntansi yang memiliki pengaruh material terhadap laporan keuangan. e. Auditor tidak memiliki keraguan signifikan kepada klien mengenai going concern. f. Auditor independen. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas yang Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified opinion with explanatory language) Ada lima situasi dimana auditor dapat memiliki untuk mengeluarkan wajar tanpa pengecualian laporan audit dengan bahasa penjelasan. Bahasa penjelas akan digunakan untuk menjelaskan hal-hal berikut: a. Sebuah keberangkatan dibenarkan dari GAAP. b. Aplikasi yang tidak konsisten dari GAAP. c. Keraguan substansial tentang kelangsungan hidup klien.
22
d. Penekanan dari beberapa hal, seperti peristiwa penting tidak biasa, risiko, dan ketidakpastian yang berkaitan dengan kontijensi atau perkiraan signifikan. e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified opinion) Ada tiga situasi di mana seorang auditor mengeluarkan laporan yang qualified, situasi ini terjadi ketika ada: a. Suatu materi yang tidak sesuai dengan GAAP. b. Pengungkapan yang tidak memadai dan tidak sesuai. c. Keterbatasan ruang lingkup yang mengakibatkan tidak terdeteksinya salah saji dan bisa saja hal itu material. 4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse opinion) Seorang auditor menerbitkan laporan yang tidak wajar ketika laporan keuangan memuat ketidak sesuaian dan materi yang tidak dibenarkan oleh GAAP, termasuk kurangnya sebuah pengungkapan penting. Pendapat yang tidak wajar harus diungkap ketika auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP. 5. Pernyataan Tidak memberikan Pendapat (Disclaimer opinion) Seorang auditor mengeluarkan disclaimer opinion dalam situasi berikut: a. Keterbatasan ruang lingkup. b. Keraguan substansial tentang kelangsungan hidup klien. c. Auditor kurang independen.
23
2.1.3
Going Concern
2.1.3.1 Pengertian Going concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Perusahaan yang menurut pertimbangan auditor terdapat keraguan terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka akan memperoleh opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas mengenai kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidup (SPAP, 2011). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubugan dengan ketidakmampuan suatu usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aset kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainya. Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergatung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain (SPAP, 2011).
24
2.1.3.2 Opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern Going concern adalah salah satu konsep yang mendasari pelaporan keuangan. Pihak manajemen bertanggung jawab untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan auditor bertanggung jawab untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan. Standar Profesional Akuntan Publik (2011) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini audior sebagai berikut: a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mempengaruhi kesangsian auditor. b. Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus: 1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan
25
2) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2.1.3.3 Tanggung Jawab Auditor Terhadap Going Concern Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011) dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Berdasarkan pernyataan ini, auditor memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan keuangan baik yang tampak maupun yang tidak. Auditor harus menilai hal-hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah ekstensi kontinuitas entitas. Sebab seluruh aktivitas / transaksi yang telah dan akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat menggangu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggug jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor. Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, yaitu dengan membuat keputusan yang baik secara legal
26
maupun moral dapat diterima oleh masyarakat luas tentang laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan seorang akuntan ketika menghadapi dilema etika adalah : a. Pengalaman Kerja Auditor Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan kerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing. b. Komitmen Profesional Komiten profesional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesinya. Definisi komitmen profesional baik digunakan dalam literature akuntansi adalah sebagai berikut: a) suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesi, b) kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi, c) gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi. Dia menguji hubungan antara komitmen professional, pemahaman etika dan sikap ketaatan terhadap aturan. Hasilnya menunjukan bahwa akuntan dengan komitmen professional yang kuat maka perilakunya lebih mengarah kepada ketaatan terhadap aturan dibandingkan dengan akuntan dengan komitmen profesional yang rendah.
27
c. Orientasi Etika (ethical orientation) Orientasi etika (ethical orientation) berarti mengenai konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Orientasi etika menunjukan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilemma etika. Tujuan utama akuntan sebagai sebuah profesi audit adalah juga termasuk menghindari kerugian yang diterima oleh pengguna laporan keuangan, sehingga seorang auditor yang memiliki orientasi etika idealis akan selalu merujuk kepada tujuan dan arahan yang ada pada standar profesionalnya. d. Nilai Etika Organisasi Nilai etika organisasi (corporate ethical value) adalah sebuah sistem nilainilai etnis yang ada di dalam organisasi. Sistem nilai ini dihasilkan dari proses akulturisasi dari berbagai nilai-nilai yang ada, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Nilai etika organisasi dapat digunakan untuk menetapkan dan sebagai patokan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan merupakan hal yang ‘baik’ atau ‘etis’ dan hal yang ‘tidak baik’ atau ‘tidak etis’ dalam organisasi. 2.1.3.4 Prosedur Audit dalam Menilai Going Concern Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi kondisi going concern. Hasil prosedur audit yang dirancang dan
28
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi going concern, menurut SPAP (2011): a. Prosedur analitik. b. Review peristiwa kemudian. c. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang. d. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan kominsaris, dan komite atau panitia penting yang dibentuk. e. Permintaan keterangan kepada penasehat hukum auditee tentang perkara pengadilan, tuntutan dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut. f. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
2.1.3.5 Pertimbangan Going Concern atas Kondisi dan Peristiwa Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011), dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan menunjukan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan bergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya
29
kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa contoh, namun tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa berikut: 1.
Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
deviden,
penolakan
oleh
pemasok
terhadap
pengajuan
permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk menacari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian aset. 3. Masalah intern, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4. Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya
undang-undang
yang
mengancam
keberadaan
perusahaan,
kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan kehilangan pelanggan atau pemasok utama.
30
2.1.3.6 Pertimbangan Going Concern atas Rencana Manajemen Jika setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa
yang telah
diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajeman dalam menghadapi dampak merugikan kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan dampak negatif rencana tersebut dapat dikurangi dalam jangka waktu pantas, serta apakah rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, SPAP (2011). Menurut SPAP (2011) pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi : a. Rencana untuk menjual aset b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran d. Rencana untuk menaikan modal pemilik Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur-unsur yang terutama signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus merencanakan serta melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal tersebut.
31
2.1.3.7 Pertimbangan Dampak Informasi Going Concern Terhadap Laporan Keuangan Apabila
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen,
auditor
berkesimpulan terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Beberapa informasi yang dapat diungkapkan menurut SPAP (2011) meliputi : a. Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. b. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut. c. Evaluasi manajemen terhadap signifikasi atau tidaknya kondisi atau peristiwa dan faktor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya. d. Kemungkinan dihentikannya operasi satuan usaha. e. Rencana manajeman (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan). f. Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha, atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang. 2.1.4
Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada
tahun sebelumnya atau 1 tahun sebeum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokan menjadi 2 yaitu auditee dengan going concern audit
32
opinion (GCAO) dan non going concern audit opinion (NGCAO). Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern jika opini tahun sebelunya adalah opini audit going concern, oleh karena itu opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini
going concern. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukan bahwa model discriminant analysis yang memasuki tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model yang lain. Mutchler juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.
2.1.5
Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang lebih tinggi cenderung
memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik (opini non going concern) akan lebih besar (Santosa dan Wedari, 2007). Sebaliknya jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka potensi untuk mendapatkan opini audit going concern lebih besar. Menurut Altman (1968) dalam Santosa dan Wedari (2007), mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba
33
tidak akan mengalami kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini going concern. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan menunjukan kemampuan perusahaan untuk
dapat
bertahan
dalam
kondisi
persaingan.
Pertumbuhan
penjualan
mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan yang mempunyai petumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Sebaliknya jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka potensi untuk mendapatkan opini audit going concern lebih besar. Analisis dalam menghitung pertumbuhan penjualan dilakukan dengan menghitung tingkat pertumbuhan penjualan tahun majemuk pada saat mempelajari trend jangka panjang dalam hal penjualan dan variabrel-variabel lain. Tingkat pertumbuhan tahun majemuk merupakan tingkat yang jika diterapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu pada saldo awal akan menyebabkan neraca berkembang sehingga mencapai nilai akhir yang maksimal. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan
34
inovasi, hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen.
Menurut Harahap (2002) pertumbuhan penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut : Penjualan Bersiht – Penjualan Bersiht-1 Pertumbuhan penjualan = Penjualan Bersiht-1 Dimana : Penjualan Bersiht
= Pejualan bersih sekarang
Penjualan Bersiht-1
= Penjualan bersih tahun lalu
2.2
Kerangka Pemikiran Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan
investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai laporan keuangan. Data-data perusahaan akan mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar tanpa pengecualian dari auditor. Dengan menggunakan laporan yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar. Kelangsungan hidup perusahaan (going concern) selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan hidup. Ketidakpastian
kondisi
ekonomi
yang
membuat
perusahaan
cemas
akan
35
kelangsungan hidup usahanya, membuat investor membutuhkan peringatan dini yang diperoleh dari auditor melalui opini audit going concern dalam laporan audit. Sedangkan opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan bahwa perusahaan mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Standar Profesional Akuntan Publik, 2011). Asumsi Going concern merupakan dasar yang penting untuk penyesuaian laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia. Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang besar mengenai kemampuan perusahaan untuk going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan harus diterbitkan tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan (Arens, Elder, dan Beasley, 2008). Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. (Arens et al, 2008). Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalah untuk menentukan apakah representasi (asersi) betul-betul wajar, untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk tujuan laporan keuangan yang dimaksud dengan kriteria yang ditetapkan adalah standar akuntansi yang berlaku umum (Agoes, 2013). Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan bahwa perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengeluaran opini audit going concern berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Menurut Standar
36
Profesional Akuntan Publik (2011), auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
terdapat
kesangsian
besar
terhadap
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam peiode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi berkualitas tinggi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Tahapan audit terdiri dari beberapa tahapan audit yaitu 1) perencanaan dan perancangan pendekatan audit, 2) melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi, 3) melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, 4) menyelesaikan audit dan penerbitan laporan auditan. Pada tahapan keempat tersebut auditor harus menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai kesimpulan menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pada tahapan ini, auditor akan melakukan komunikasi dengan perusahaan dan kemudian menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang dipublikasikan oleh klien. Jenis paling umum dari laporan audit yang diterbitkan adalah “laporan audit wajar tanpa pengecualian standar”. Pada situasi tertentu, diterbitkan laporan audit tanpa pengecualian atas laporan keuangan, tetapi dengan kata-kata yang berlainan dari laporan wajar tanpa pengecualian. Laporan audit wajar tanpa pengecualian
37
dengan paragraf penjelas atau modifikasi perkataan sesuai dengan kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi tambahan (Arens et al,2008). Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada, sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran tersebut, maka hubungan antara opini auditor tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H3 Simultan
Opini audit tahun sebelumnya (
)
H1 Parsial
Opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern (y)
Pertumbuhan perusahaan (
)
H2 Parsial
38
Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu No 1
Nama Judul Penelitian Peneliti Setyarno, Pengaruh Kualitas Januarti, dan Audit, Kondisi Faisal (2006) Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opini audit going concern
Kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan model prediksi Altman ZScore dan opini audit tahun sebelumnya memberikan hasil berpengaruh secara signifikan dan negatif dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2000-2004. Hasil penelitian ini adalah bahwa kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh dan khawatir terhadap opini. Ukuran perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan mempengaruhi negatif terhadap opini going concern. Going concern opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan konsentrasi terhadap opini. Debt default, In sales (size), lamanya perikatan (audit client
2
Arga Fajar Santoso dan Linda Kusumaning Wedari (2007)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern
Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini going concern
3
Januarti Indira (2008)
Analisis pengaruh faktor Kondisi keuangan, perusahaan, kualitas debt default, ukuran auditor, kepemilikan perusahaan, opini
39
perusahaan terhadap audit tahun penerimaan opini audit sebelumnya, audit going concern. lag, auditor client tenur, kualitas audit, opinions shopping, manajerial dan institusional, opini audit going concern.
4
Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra (2005)
5
Jane F. Mutchler (1985)
Opini audit going concern : kajian berdasarkan model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik. A Multivariate Analysis of the
Model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan pasar, dan reputasi kantor akuntan publik, opini going concern.
Enam rasio keuangan : (1) Cash Flow (working capital Auditor's Going- from operations)/ Concern Opinion Total Liabilities (CFTL); (2) Current Decision Assets/Current Liabilities (CACL); (3) Net Worth/Total Liabilities (NWTL); (4) Total Long-Term Liabilities/Total Assets (LTDTA); (5) Total Liabilities/ Total Assets (TLTA); Income Tax/Net
(6)
Net Before Sales
tenure), opini tahun sebelumnya (prior opinion), kualitas auditor (specialization) berpengaruh terhadap opini audit going concern. Audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit going concern. LTDA, NWTL & TLTA berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
40
(NIBTS).
2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Hubungan Opini Audit Tahun Sebelumnya dengan Opini Audit dengan Modified Paragraf Mengenai Going Concern Auditor akan mempertimbangkan opini audit dengan modified paragraf
mengenai going concern yang diterima auditee pada tahun sebelumnya dengan mengeluarkan suatu opini audit. Hal ini berarti perusahaan yang pada tahun sebelumnya memperoleh opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern, memiliki kemungkinan yang besar untuk mendapatkan kembali opini yang sama oleh auditor. Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern, oleh karena itu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern. Menurut Mutchler (1985) : In practicular, a company with a going concern qualification in the prior year was likely to recerive the same qualification in the current year. Muthler menegaskan bahwa opini tahun sebelumnya mempengaruhi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern pada tahun berjalan.
41
Hasi penelitian dari Mutchler (1985) menyimpulkan : The model with the ratios and prior-year opinion variabel had the highest overall predictive accuracy. The rate for the entire sample (238 companies) was 89.9% and for the smaller sample set (companies that had received the qualification for the first time) it was 83%. While the going concern opinion does not appear to have additional information content for the majority of companies, there are specific cases in which the qualification has marginal information content. But each case appears unique, which presents modeling difficulties. Penelitian yang diuraikan oleh Mutcler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukan bahwa model diskriminan analisis yang memasukan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Dalam SPAP disebutkan bahwa opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2011). Opini audit yang diberikan oleh auditor mempunyai kandungan informasi, oleh sebab itu informasi yang ada harus dapat mencerminakan keadaan yang sesungguhnya. Informasi yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor yang berkualitas juga. Dampak yang tidak diharapkan dari opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern.
42
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H1 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern. 2.3.2
Hubungan Pertumbuhan Perusahaan dengan Opini Audit dengan Modified Paragraf Mengenai Going Concern Pertumbuhan penjualan mencerminakan manifestasi keberhasilan investasi
periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi
kemampuan
mempertahankan
keuntungan
dalam
menandai
kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al. 1989) Menurut Weston dan Copeland (1992) : Sales growth ratio measures how well the company maintain its economic position, both in industry and in the economy as a whole. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk
43
menerbitkan Opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern (Setyarno dkk, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H2 :
Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern.
2.3.3
Hubungan
Opini
Audit
Tahun
Sebelumnya
dan
Pertumbuhan
Perusahaan dengan Opini Audit dengan Modified Paragraf Mengenai Going Concern Opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP,2011). Opini audit yang diberikan oleh auditor mempunyai kandungan informasi, oleh sebab itu informasi yang ada harus dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Informasi yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor yang berkualitas juga. Dampak yang tidak diharapkan dari opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern.
44
Auditor akan mempertimbangkan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern yang diterima auditee pada tahun sebelumnya dengan mengeluarkan suatu opini audit. Hal ini berarti perusahaan yang pada tahun sebelumnya memperoleh opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern, memiliki kemungkinan yang besar untuk mendapatkan kembali opini yang sama oleh auditor. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan Opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern (Setyarno dkk, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H3 :
Opini
audit
tahun
sebelumnya
dan
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit dengan modified paragraf mengenai going concern.