8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kecemasan Menghadapi Persalinan
Kecemasan
adalah
kondisi
kejiwaan
yang penuh dengan
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Menurut Chaplin (2002), kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Corey (1996) menyatakan, bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu. Menurut Atkinson (1996), kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkatan berbedabeda. Sedangkan menurut Stuart (2008) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Kata cemas sering diganti dengan kata takut dalam arti khusus, yaitu takut akan hal yang objeknya kurang jelas. Akan tetapi, dalam arti kejiwaan atau psikis, cemas mempunyai pengertian yang berkaitan dengan penyakit dan gangguan kejiwaan atau keadaan perasaan yang campur baur terutama dalam kondisi tertekan. Berkaitan dengan definisi di atas, dalam buku “Oxford Dictionary of Psychology” menjelaskan bahwa anxiety is a state of uneasiness, a companied by disphoria and somatic signs and symptom of tension, focused on apphrehension of possible failure, misfortune, or danger, (kecemasan adalah suatu bentuk kegelisahan/kekhawatiran yang disertai dengan gejala disforia, gejala somatik, dan ketegangan yang berfokus pada ketakutan, atau adanya bahaya yang mengancam). Menurut Aaron T. Beck (2004), kecemasan berada pada garis kontinum yang sama dengan pengalaman emosional lainnya, dan setiap semua pengalaman emosional berkaitan dengan kognisi. Setiap emosi berhubungan dengan tema kognitif tertentu, dan kecemasan dikaitkan dengan tema “ancaman”, “bahaya” dan “mudah diserang”. Kecemasan merupakan hasil dari penafsiran yang berlebihan tentang suatu bahaya atau kepercayaan yang terlalu rendah pada coping atau kemampuannya. Menurut
Stuart
(2006)
definisi
kecemasan
merupakan
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentan. Dari berbagai pengertian tentang kecemasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah sebuah gangguan pada alam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
perasaan dalam wujud kegelisahan-kekhawatiran yang berlebihan, di mana tidak memiliki kejelasan terhadap obyek yang rasional dan kondisinya mengarah kepada hal-hal yang belum tentu akan terjadi.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan disebabkan karena adanya insting manusia untuk mencari kesempurnaan hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kondisi ini yang menyebabkan orang cemas dan orang yang bersangkutan tidak berhasil menemukan makna dalam hidupnya. Menurut Karn Horney berpendapat tentang sebab terjadinya cemas ada tiga macam, yaitu : a)
Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan adanya perasaan
diri
yang
dibenci,
tidak
disayangi
dan
dimusuhi/disaingi. b)
Berbagai bentuk perlakuan yang diterapkan dalam keluarga, misalnya
sikap
orang
tua
yang
otoriter,
keras,
ketidakadilan, pengingkaran janji, kurang menghargai satu sama lain, dan suasana keluarga yang penuh dengan pertentangan dan permusuhan. c)
Lingkungan
yang
penuh
dengan
pertentangan
dan
kontradiksi, yakni adanya faktor yang menyebabkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
tekanan perasaan dan frustasi, penipuan, pengkhianatan, kedengkian, dan sebagainya. Berbeda dengan pendapat Lawrence tentang penyebab kecemasan. Menurutnya, kecemasan timbul dari konflik dan frustasi. Kecemasan tidak akan pernah muncul kalau seseorang telah terdorong oleh hal-hal yang menyenangkan. Sementara, kecemasan adalah sebuah bentuk ketakutan, alasan orang frustasi, karena kecemasan sering dijadikan sebagai pelarian diri. Sedangkan kecemasan yang disebabkan oleh konflik, hal itu muncul karena manusia modern tidak mampu menghadapi peradaban zaman yang masih diselimuti oleh persengketaan, sehingga menimbulkan ancaman terhadap semua populasi. Pada saat stres, ketika individu mengantisipasi atau melihat situasi sebagai ancaman, pemikiran mereka mungkin terdistorsi. Ini bukan pengalaman yang tidak akurat yang menyebabkan gangguan psikologis, melainkan merupakan kombinasi dari faktor biologis, perkembangan, dan lingkungan (Beck & Weishaar, 1989). Namun gejala depresi atau kecemasan bisa dikurangi dengan langkah
pertama
memulai
dari
merestrukturisasi
pikiran
yang
disfungsional. Asumsinya perubahan pikiran akan menyebabkan terjadinya perubahan perasaan/emosi dan perilaku. Tetapi tidak jarang pula gejala depresi akan berkurang ketika intervensi dimulai dari pengolahan perasaan dan perilaku. Intensitas perasaan negatif yang berkurang akan berdampak pada berkurangnya kecenderungan munculnya pikiran yang disfungsional. Oleh karena itu urutan dalam upaya pengurangan gejala depresi bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
dimulai dari pikiran, tetapi bisa juga dimulai dari perasaan atau perilaku (Beck dalam Dowd, 2004).
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan Menurut Stuart (2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan: 1.
Faktor Predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab kecemasan adalah: a) Teori Psikoanalitik Menurut
pandangan
psikoanalitik,
kecemasan
terjadi karena adanya konfilk yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu ed, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua
elemen
yang
bertentangan
dan
timbulnya
merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen
ego.
Pada
saat
kelahiran
bayi,
individu
dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus beradaptasi dengan realitas yang terjadi. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu untuk termotivasi. b) Teori Interpersonal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan dapat terjadi karena ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman, kehilangan kemampuan
mengendalikan
keadaan,
perasaan
kehilangan fungsi dan harga diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian, rasa tidak berdaya. Individu yang memilki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar
terhadap
stessor,
sedangkan
individu
yang
berkepribadian tidak matang yaitu bergantung pada orang lain, orang tersebut lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan. c) Teori Perilaku Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa teori perilaku mengajukan kegagalan bertentangan
bahwa yang
kecemasan
disebabkan
dengan
adalah dari
pencapaian
hasil
sesuatu
dari yang
keinginan/tujuan.
Tujuan tersebut mungkin terhadap halangan yakni gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri. d)
Teori Perspektif Keluarga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memilki dasar genetik. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang bisa ditemui dalam suatu keluarga. Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahwa lebih kuat saat mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi adanya konflik, dukungan keluarga yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.
2.
Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan, yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu: A) a)
Faktor Eksternal Ancaman integrasi fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologi atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik)
b)
Ancaman system diri antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
kehilangan serta perubahan status atau peran (Stuart, 1998).
B)
Faktor Internal Menurut Stuart (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh: a)
Potensi Stessor Stessor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa
yang
menyebabkan
perubahan
dalam
kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa melakukan adaptasi. b)
Maturitas (Kematangan) Individu yang memiliki kematangan kepribadian
lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur (matang) mempunyai daya adaptasi
yang
lebih
besar
terhadap
kecemasan.
Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak matur (belum dewasa) akan bergantung dan peka terhadap ransangan
sehingga
sangat
mudah
mengalami
gangguang akibat adanya stress. c)
Pendidikan dan status Ekonomi Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah
akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru. d) Keadaan Fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan. e) Tipe Kepribadian Orang
yang
berkepribadian
A
lebih
mudah
mengalami gangguan kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu waktu, mudah gelisah tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah
tegang.
Sedangkan
orang
dengan
tipe
kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, teliti dan rutinitas (Stuart&Sundeen, 1998). f) Lingkungan dan situasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati. g) Umur Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendap sebaliknya. h) Jenis Kelamin Gangguan panic merupakan gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodic. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria.
2.1.4 Aspek – Aspek Kecemasan Dalam Beck Anxiety Inventory (BAI) Aaron T. Beck, MD, dan rekan-rekan kecemasan terdapat empat aspek, yaitu: (1)
Subjective ; yang dialami sebagai perasaan takut, tidak nyaman, merasa tidak dapat santai/rileks, dan tidak siap untuk menangani secara efektif saat ini (langsung) atau diantisipasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
(2)
Neurophysiologic ; kecemasan yang dialami sebagai paresthesia (mati rasa atau kesemutan), peningkatan respon kejut (hypervigilance) dan kesulitan berkonsentrasi.
(3)
Autonomic ; kecemasan dimana perasaan “panas”, keluar keringat (diaphoresis), denyut jantung meningkat, wajah kosong, dll.
(4)
Panic – Related ; kecemasan terkait
Setiap item pada BAI adalah deskripsi sederhana dari gejala kecemasan dalam salah satu dari empat aspek menyatakan: (1)
Subjective/subyektif (misalnya, “tidak bisa rileks”)
(2)
Neurophysiologic / neurofisiologis (misalnya, “mati rasa tau kesemutan”)
(3)
Atonomic / Otonom (misalnya, “perasaan pana”)
(4)
Panic-Related / panic – terkait (misalnya, “takut kehilangan kendali/kontrol”).
2.2
Konsep Dukungan Sosial Suami
Dukungan sosial diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian yang ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta memberikan dukungan moral dan emosional (Jacinta, 2005). Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami terhadap istri, suatu dukungan di mana suami dapat memberikan bantuan secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
psikologis baik berupa motivasi, perhatian dan penerimaan. Dukungan suami merupakan hubungan bersifat menolong yang mempunyai nilai khusus bagi istri sebagai tanda adanya ikatan-ikatan yang bersifat positif (Goldberger & Breznis, 1982). Dukungan suami dan pemberian perhatian akan membantu istri dalam mendapat kepercayaan diri dan harga diri sebagai seorang istri. Dengan perhatian suami membuat istri merasa lebih yakin, bahwa ia tidak saja tepat menjadi isteri, tapi juga isteri juga akan bahagia menjadi (calon) ibu bagi anak yang dikandungnya (Adhim, 2002). Dukungan yang diberikan orang lain sangat mungkin untuk memberi sambungan terhadap kestabilan psikologis seseorang (Hersen, 1983). Menurut Cohen dan Syme (1984) ada beberapa hal yang membuat dukungan sosial dari pasangan (suami atau istri) memberi pengaruh penting bagi individu bersangkutan, yakni: 1.
Keterdekatan hubungan Pemberian dukungan sosial dari suami atau istri lebih memiliki keterdekatan yang lebih tinggi dari pada sumber dukungan yang lainnya. Keterdekatan yang dimaksud di sini lebih menekankan pada kualitas hubungan bukan kuantitasnya. Individu yang memiliki suatu hubungan dekat dapat dipercaya cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.
2.
Ketersediaan pemberi dukungan Individu yang yakin mendapat dukungan dari pasangannya apabila menghadapi kesulitan dapat mengatasi permasalahannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dengan lebih kreatif dari pada mereka yang ragu dengan ketersediaan dukungan. 3.
Kualitas pertemuan Pasangan hidup mempunyai frekuensi pertemuan yang lebih tinggi disbanding dengan sumber dukungan yang lain. Sehingga pemberian dukungan sosial dapat lebih sering diberikan oleh suami atau istri daripada sumber-sumber yang lain. Hobfoll (Norris dan Kaniasty, 1996) mendefinisikan dukungan sosial
sebagai interaksi atau hubungan sosial yang memberikan individuindividu nya bantuan nyata atau yang membentuk keyakinan individu dalam suatu sistem sosial bahwa dirinya dicintai, disayangi dan ada kelekatan terhadap kelompok sosial atau pasangannya. Definisi ini menunjukkan ada dua aspek utama dalam dukungan sosial yaitu; received support (dukungan yang diterima) dan perceived support (dukungan yang dirasakan ). Received support artinya perilaku membantu yang muncul secara alamiah yang diberikan, sedangkan perceived support diartikan sebagai keyakinan bahwa perilaku membantu akan tersedia ketika diperlukan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa received support adalah perilaku membantu yang benar-benar terjadi dan perceived support adalah perilaku membantu yang mungkin akan terjadi (Barrera, dalam Norris dan Kaniasty, 1996). Menurut Barrera, Sandler dan Ramsay (dalam Watson, 1984: 380), dukungan sosial yang terbagi dalam 6 jenis, yaitu: (1) Pertolongan berupa materi (material aid), (2) Pertolongan fisik (physical assistance), (3)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Hubungan dekat (intimate interaction), ( 4) Petunjuk (guidance), (5) Feedback dan (6) Partisipasi sosial (social participation). Pemberian dukungan tersebut dapat dikombinasikan antara satu dengan yang lainnya karena sama-sama berhubungan dekat. Terbuktinya dukungan sosial sebagai mediator juga telah dibuktikan oleh beberapa penelitian (Peterson, dalam Collen & Gore, 1991; Barrera, Cauce et al. dalam Compas et al., 1988). Studi longitudinal
yang
dilakukan oleh Holahan dan Moss (1987) menemukan individu yang memiliki sumber daya personal dan dukungan sosial secara optimal cenderung memilih strategi mengatasi masalah mendekat (approach coping) dibandingkan dengan strategi mengatasi masalah menghindar (avoidance coping). Dari beberapa definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dari suami memiliki pengertian sebagai suatu bentuk perilaku yang dapat menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat individu atau isteri percaya bahwa ia dihormati, dihargai, dicintai, serta bersedia memberikan perhatian dan keamanan kepada individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa kenyamanan, kepedulian, penghargaan, dan bantuan yang diterima individu atau isteri.
2.2.1 Aspek- Aspek Dukungan Sosial Suami Menurut Barrera (Suhita, 2005) terdapat lima macam dukungan sosial yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
1.
Bantuan Materi: dapat berupa pinjaman uang.
2.
Bantuan Fisik: interaksi yang mendalam, mencakup pemberian
kasih
sayang
dan
kesediaan
untuk
mendengarkan permasalahan. 3.
Bimbingan: termasuk pengajarandan pemberian nasehat.
4.
Feedback: pertolongan seseorang yang paham dengan masalahnya sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
5.
Partisipasi Sosial: bersenda gurau dan berkelakar untuk menghibur seseorang.
Johnson dan Johnson membagi dukungan sosial ke dalam empat aspek, yaitu: a.
Perhatian emosional, yang mencakup kasih saying, kenyamanan, dan kepercayaan pada orang lain. Yang semua itu memberikan kontribusi terhadap keyakinan bahwa seseorang merasa dicintai dan diperhatikan.
b.
Bantuan instrumental meliputi bantuan langsung, berupa barang atau jasa.
c.
Bantuan informasi mencakup fakta-fakta atau nasehat yang dapat membantu seorang dalam menghadapi masalah.
d.
Dukungan penilaian meliputi timbal balik, maupun persetujuan atas tindakan dan gagasan seseorang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dukungan keluarga adalah aspek emosional, aspek instrumental, aspek informatif, dan aspek penghargaan. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, dan partisipasi sosial.
2.2.2 Konsep Dukungan Sosial Konsep Dukungan Sosial Dukungan sosial fokus padanya tiga konsep utama Barrera (May. 2009: 20). Ketiga konsep utama tersebut adalah dasar sosial, penerimaan dukungan sosial, dan penetapan dukungan sosial: a)
Dasar sosial adalah konsep hubungan ketika seseorang memiliki orang yang penting dalamlingkungan sosial. Ini termasuk komponen struktural dari dukungan sosial seperti konstitusi, tumpuan, dan luasnya jangkauan dukungan sosial. Konsep ini juga fokus pada tipe-tipe interaksi dukungan sosial yang terjadi diantara anggota-anggota dukungan sosial temasuk kualitas dan hubungan timbal balik.
b)
Penerimaan
dukungan
sosial
didefinisikan
sebagai
penilaian psikologis dan kognitif dari dukungan sosial. Penerimaan dukungan mengakibatkan seseorang menerima dan memanfaatkan dukungan sosial tersebut. Penelitian terkait dukungan mengulas tentang penilaian individu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
terhadap jaringan dukungan sosial mereka meliputi perilaku dan kepercayaan untuk memiliki dan mencari dukungan sosial. c) Penetapan dukungan sosial mengacu pada tindakantindakan di mana seseorang bertindak ketika mereka menawarkan bantuan dan dukungan.
2.2.3 Variabel – variabel yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Suami 1. Keintiman Dukungan
sosial
lebih
banyak
didapat
dari
keintiman dari pada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang makan dukungan yang diperoleh akan semakin besar. 2.
Harga Diri Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.
3.
Keterampilan Sosial Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
yang memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki keterampilan sosial yang rendah. Menurut Marilyn (1998) factor-faktor yang mempengaruhi : Kelas sosial, bentuk-bentuk keluarga, latar belakang keluarga, tahap siklus kehidupan keluarga, peristiwa situasional khususnya masalah-masalah kesehatan atau sakit.
2.2.4 Ciri – ciri Suami yang Memberikan Dukungan Sosial Menurut Cohen (1991) suami yang memberikan dukungan pada istri pada masa kehamilan, diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Memberikan tindakan suportif, dapat memberikan rasa aman, memberikan bantuan bila istri membutuhkan, bersedia meluangkan waktu untuk keperluan, mampu memberikan motivasi. Suami yang menjalankan kewajibannya kepada isti sesuai dengan ajaran agama Islam dapat digolongkan suami yang memberikan dukungan pada istri. Menurut Ramyulis dkk (1990), ada beberapa kewajiban suami pada istri antara lain : 1. Memimpin dan memelihara serta membimbing istri dan keluarga lahir dan batin, bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraannya. 2. Memberi nafkah istri berupa nafkah lahir, seperti makan, minum, pakaian, perumahan, keperluan – keperluan lainnya dan
nafkah
batin
seperti
menggaulinya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
baik,
26
menentramkan jiwanya menurut kemampuan suami serta melindungi istri dari segala kesukaran. 3. Menolong istri dalam melaksankan tugas sehari- hari, terlebih lagi dalam merawat, memelihara dan mendidik anak-anak dan berusaha menggauli istri secara baik. 4. Bersifat jujur memelihara amanah dan kepercayaan serta dapat menggembirakan istri dengan baik.
2.2.5 Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
Adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang menginginkannya untuk berbagi minat, perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan saat istri membutuhkan bantuan, suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri ( Kuntjoro, 2002). Menurut Taylor (2012: 180) ada empat bentuk dukungan sosial, yaitu: (1) tangible assistance (bantuan nyata) mencakup menyediakan bantuan materiil, seperti pelayanan, bantuan keuangan, atau barang; (2) informational support (dukungan informatif) yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan; (3) emotional support (dukungan emosional) dengan menentramkan hati individu bahwa dia adalah individu berharga dan dipedulikan; (4) invisible support (dukungan terselubung) yaitu ketika individu menerima bantuan dari orang lain yang tidak menyadari telah membantu, tetapi bantuan tersebut tetap bermanfaat bagi penerima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Cohen dan Hoberman (Cohen & Syme, 1985: 95), menyatakan bahwa ada empat jenis dukungan sosial, yaitu: (1) tangiable support atau dukungan berupa bantuan nyata; (2) appraisal support atau dukungan penilaian; (3) self-esteem support atau dukungan rasa harga diri; dan (4) belonging support atau dukungan menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan. Ada lima bentuk dasar dukungan sosial menurut penelitian (Sarafino, 1997: 98), yaitu: 1)
Dukungan
emosional;
mencakup
ungkapan
empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Memberikan individu rasa nyaman, tentram, merasa memiliki, dan dicintai saat mengalami tekanan. 2)
Dukungan
penghargaan;
berupa
penghargaan
positif
terhadap individu, dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu, dan membandingkan secara positif individu dengan orang lain. 3)
Dukungan instrumental; berupa bantuan langsung seperti uang, waktu, dan tenaga melalui tindakan yang dapat membantu individu.
4)
Dukungan informatif;
mencakup pemberian
nasehat,
petunjuk, saran, atau umpan balik tentang yang dilakukan individu. 5)
Dukungan jaringan; memberikan perasaan menjadi bagian dari anggota kelompok.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Menurut House (Cohen & Syme, 1985: 101), ada empat bentuk dukungan sosial, yaitu (1) emotional support atau dukungan emosional berupa penghargaan, kasih sayang, kepercayaan, perhatian, dan bersedia mendengarkan; (2) appraisal support atau dukungan penghargaan berupa persetujuan,
umpan
balik,
membandingkan
secara
positif;
(3)
informational support atau dukungan informatif berupa nasehat, saran, petunjuk, informasi; (4) instrumental support atau dukungan instrumental berupa berbagai macam bantuan langsung/nyata, uang, tenaga/tindakan, waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat dibedakan dalam berbagai bentuk, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dukungan emosional yaitu berupa ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian
terhadap
individu.
Dukungan
penghargaan
mencakup
penghargaan positif (berupa pujian atau hadiah) dan persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu. Dukungan instrumental yaitu bantuan langsung berupa barang/uang dan berupa tindakan. Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, petunjuk, dan saran untuk individu.
2.2.6 Manfaat Dukungan Sosial
Fungsi dari dukungan sosial berhubungan dengan aktivitas spesifik yang lebih sedikit dan lebih banyak konsekuensi dari (atau tujuan yang disediakan oleh) aktivitas dan hubungan yang berkelanjutan di mana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
aktivitas terjadi. Contohnya meliputi mencintai, termasuk keintiman dan integrasi membedakan secara berlainan (Berrera and Aimlay 1983), House 1980; Mitchell and Trickett 1980). Johnson & Johnson (Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari, 2011: 20) menyatakan bahwa ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu: 1)
Meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan;
2)
Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki;
3)
Memperjelas identitas diri, menambah harga diri, dan mengurangi stress;
4)
Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress & tekanan. Dukungan sosial dapat membuat individu merasa nyaman dan mengurangi stress yang dirasakan. Kenyamanan yang dirasakan indvidu akan meningkatkan kesejahteraan psikologis dan dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki banyak manfaat, yaitu dalam membantu individu menyelesaikan masalah dengan baik sehingga mengurangi stress, memelihara kesehatan fisik dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis
individu
sehingga
produktivitas kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat
meningkatkan
30
2.3
Persalinan Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Yanti, 2010, p.3). Persalinan adalah keluarnya janin disertai plasenta dari mulai umur kehamilan nol bulan sampai sembilan bulan dan berakhir dengan enam jam pemantauan post partum. (Prawirohardjo, 2002:135). Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Winkjosastro, 2008). Berdasarkan beberapa rumusan tentang persalinan dikumpulkan, maka bisa dikemukakan bahwa persalinan adalah proses keluarnya bayi dan plasenta dari rahim ibu ke dunia luar. Kecemasan menghadapi persalinan adalah suatu pengalaman emosional yang timbul yang tidak jelas penyebabnya, karena menghadapi proses keluarnya bayi dan plasenta dari rahim ke dunia luar.
2.3.1 Pengertian Kehamilan Trimester Ketiga
Periode prenatal adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai pada saat pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung 270 sampai 280 hari atau sembilan bulan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2008). Kehamilan merupakan proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi : pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2008). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Abdul Bari Saifudin, 2008).
2.3.2 Kehamilan di Trimester Ketiga Semakin dekat dengan hari kelahiran, biasanya dia merasa semakin takut dan cemas. Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisiknya. Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu, dan berbagai rasa tidak nyaman pada tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul, karena bayi telah semakin besar dan telah mulai menyiapkan diri untuk lahir, mengeluh sakit. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu/penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya.
Trimester
ketiga
adalah
waktu
untuk
mempersiapkan kelahiran dan peran sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Trimester ketiga merupakan persiapan aktif untuk kelahiran bayi. Orang tua dan keluarga mulai mengira-ngira bagaimana rupa anaknya (wajahnya akan menyerupai siapa) dan apa jenis kelaminnya (apakah laki-laki atau perempuan). Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan perubahan peran menjadi orang tua.
2.3.3
Perubahan Psikologis dan Fisiologis pada Trimester Ketiga
a). Perubahan Psikologis pada Trimester Ketiga Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala persalinan. Ibu sering kali merasa khawatir atau takut jika seandainya bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Di samping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan akan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. b) Perubahan Fisiologis pada Trimester Ketiga 1) Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan Anda yang dapat memengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang. 2) Konstipasi/Sembelit. Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon progesteron. 3) Pernafasan. Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan dada). 4) Sering buang air kecil. Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil. 5) Varises. Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises. 6) Kontraksi perut. Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. 7) Bengkak. Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. 8) Kram pada kaki. Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan kalsium (Suririnah, 2008)
2.4 Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kecemasan dalam Menghadapi Masa Persalinan pada Ibu Hamil Trimester Ketiga
Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita. Situasi kehamilan ini menimbulkan perubahan yang dratis, bukan hanya kondisi fIsik tetapi juga, kondisi psikologis dan lingkungan sosialnya (Dagun dalam Hasibuan & Simatupang, 1999), terutama memasuki kehamilan trimester ketiga dimana sang ibu sudah memikirkan masa persalinan. Perubahan fisik dirasakan ibu pada bagian perut yang sudah semakin membesar, pembengkakan pada bagian kaki dan betis, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
juga perasaan ketidaknyamanan yang semakin terasa seperti sakit punggung, susah bernafas, seringnya buang air kecil, dan lain sebagainya (Suririnah, 2006). Selain itu akibat kehadiran janin juga akan berpengaruh pada proses faali tubuhnya, misalnya cepat lelah, mual dan sebagainya. Sedangkan dari lingkungan sosialnya, seorang wanita hamil akan dituntut untuk berperan sosial lebih matang dari masa sebelum kehamilannya (Hasibuan & Simatupang, 1999). Sedangkan kondisi psikologisnya akan mengalami keadaan naik turun, yang dapat disebabkan oleh banyak hal seperti keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu; mengatur waktu kelahiran; mengatur kondisi potongan tubuh saat hamil; sikap menerima-tidaknya kehamilan; kondisi hubungan suami-istri; kondisi hubungan keluarga, kondisi ketersediaan sumber sosial; pengalaman perorangan (mengatasi) menghadapi komplikasi persalinan, dan
lain-lain (Malonda, 2003). Perubahan-perubahan yang
sangat signifIkan ini akan terasa memberatkan ibu hamil, apabila tidak didukung oleh lingkungan sosialnya. Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang- orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu dan berada dalam lingkungan sosial tertentu seperti suami, ataupun keluarga seperti; orangtua dan mertua yang membuat penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai sedangkan untuk orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain. Dukungan sosial sangat dibutuhkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
bagi ibu hamil lebih-lebih dalam menjelang masa persalinan tiba. Dukungan sosial yang paling dekat dengan wanita hamil adalah dari pasangannya
(suami),
dalam
hal
ini
suami
dapat
memberikan
dukungannya berupa memberikan semangat dan perhatian kepada istri, membina hubungan baik dengan pasangan, mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus, positif dan sebagainya. Dengan begitu, istri bisa kuat secara mental untuk
menghadapi segala hal di masa
kehamilannya dan juga menjelang masa persalinannya. Selain itu, dukungan sosial yang terdekat dengan ibu hamil adalah keluarga. Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan keluarga, diharapkan calon ibu dapat melakukan penyesuaian diri yang lebih baik pada masa kehamilannya. Pitt (1994) menyatakan bahwa banyak perempuan menjadi dewasa dalam perjalanan suatu kehamilan. Hal ini tidak semata-mata disebabkan oleh tanggung jawab sebagai seorang ibu yang membuat mereka menjadi lebih matang, melainkan juga karena pengalaman menghadapi konflik-konflik selama kehamilan. Dukungan yang diberikan keluarga dapat membantu seorang calon ibu untuk belajar mengenal, menerima dan mempergunakan perasaan barunya tentang dirinya serta melewati hari-hari dalam sembilan bulan dengan penuh harap dan suka cita. Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang timbul karena adanya ancaman yang tidak jelas penyebabnya, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu. Kehamilan merupakan salah satu sumber kecemasan. Kecemasan yang mengganggu wanita hamil adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
cemas terhadap kesehatan badannya, kematian yang mungkin akan menimpanya, keadaan yang kurang menguntungkan menjelang persalinan (misalnya tidak dapat berada di rumah sakit pada waktunya) dan takut akan rasa sakit pada waktu melahirkan. Gejala kecemasan dapat diikuti dengan mual dan muntah. Dan juga gejala fisik seperti ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, sesak nafas, dan lain sebagainya. Selain itu kecemasan dapat juga dirasakan secara psikologis kita seperti adanya rasa takut, perasaan akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, dan tidak tentram, dan lain sebagainya (Daradjat dalam Hasibuan & Simatupang, 1999). Karena kehamilan adalah suatu peristiwa penting bagi setiap pasangan, dan semua wanita hamil akan menghadapi persalinan di akhir kehamilannya, sudah sebaiknya dukungan sosial yang dibutuhkan wanita hamil haruslah diberikan, hal ini dilakukan guna mencegah timbulnya kecemasan pada wanita hamil menjelang masa persalinan (dalam Hasibuan & Simatupang, 1999.
2.5
Hipotesis Berdasarkan asumsi-asumsi teoritik diatas, diajukan hipotesis
penelitian yang akan diuji kebenarannya pada penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian sebelumnya ini adalah ada hubungan negatif antara tingkat kecemasan ibu hamil pada trimester ketiga dan dukungan sosial dari suami.
http://digilib.mercubuana.ac.id/