BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan melayani tujuan publik yang lebih luas yaitu untuk menciptakan nilai bagi masyarakat. Semua perusahaan harus mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya; jika tidak, perusahaan tidak akan bertahan lama. Namun perusahaan membuat banyak nilai lainnya, seperti pengembangan profesional untuk karyawannya dan inovasi produk baru untuk pelanggannya. Dalam pandangan ini perusahaan memiliki beberapa kewajiban dan semua kepentingan stakeholder harus dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Istilah stakeholder mengacu pada orang dan kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan dan operasi organisasi (Lawrence et al., 2013). Menurut Belkaoui (2003) teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar shareholder. Kelompok ‘stake’ tersebut meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah dan masyarakat. Value added yang dianggap memiliki akurasi lebih tinggi dihubungkan dengan return yang dianggap sebagai ukuran bagi shareholder, sehingga dengan
12
demikian keduanya (value added dan return) dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja organisasi (Ulum et al., 2008). 2.1.2 Resource Based Theory Menurut pandangan resource based perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai serta memanfaatkan aset-aset strategis yang penting. Aset strategis tersebut termasuk aset berwujud dan aset tidak berwujud (Wernefelt, 1984). Resource based melihat sumber daya perusahaan sebagai dorongan utama dibalik daya saing dan kinerja perusahaan. Sumber daya ini termasuk kedua aset tangible dan aset intangible yang telah diinternalisasi oleh perusahaan dan digunakan secara efektif dan efisien untuk mengimplementasi strategi spesifik yang kompetitif dan menguntungkan (Belkaoui, 2003). 2.1.3 Intellectual Capital (IC) 2.1.3.1 Definisi Intellectual Capital Intellectual capital merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan di masa depan bagi perusahaan. Pengetahuan tersebut akan menjadi modal intelektual bila diciptakan, dipelihara dan di transformasi serta diatur dengan baik (Widiyaningrum, 2004). Menurut Wang (2008) IC dikaitkan dengan representasi konkret dari nilai riil perusahaan. Dia mengontrol pengetahuan, pengalaman, teknik organisasi, hubungan pelanggan dan prestasi profesional, kemudian menarik keluar nilai
13
tersembunyi
bagi
perusahaan.
Kenaikan
dan
inferioritas
IC
langsung
mencerminkan kompetensi kompetitif pasar untuk perusahaan, dan bahkan dapat mempengaruhi evaluasi dan persepsi dari perusahaan investor. 2.1.3.2 Komponen Intellectual Capital Bontis, Keow, dan Richardson (2000) menyatakan bahwa secara umum para peneliti dan praktisi mengidentifikasi tiga konstruksi utama dari IC yang dimiliki perusahaan yaitu human capital (HC), structural capital (SC) dan costumer capital (CC). Modal manusia (human capital) diwakili oleh pengetahuan individu dari suatu organisasi yang diwakili oleh karyawan. Karyawan menghasilkan IC melalui kompetensi mereka yang meliputi keterampilan dan pendidikan. Human capital sangat penting karena merupakan sumber inovasi dan pembaharuan strategi yang dapat dilakukan melalui penelitian, meningkatkan keterampilan pribadi atau pengembangan untuk mencari pelanggan baru. Structural capital meliputi seluruh pengetahuan selain manusia dalam organisasi, misalnya database, organizational charts, process manuals, strategies, routines dan semua hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Modal struktural ini muncul dari proses dan nilai perusahaan yang mencerminkan fokus eksternal dan internal perusahaan modal pelanggan, sedangkan costumer capital adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalan bisnis (Bontis et al., 2000).
14
2.1.4 Value Added Intellectual Coeficient (VAIC) Pulic (1998, 2000) mengembangkan metode VAIC yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari harta berwujud (tangible assets) dan harta tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model Pulic ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC) dan structural capital (SC). Value Added yang lain berhubungan dengan capital employed yang dilabeli dengan VACA. Perhitungan dimulai dari kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added didapat dari selisih antara output dan input. Nilai output (OUT) adalah revenue
dan mencakup seluruh produk dan jasa yang
dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue, namun karyawan tidak termasuk dalam IN. Hal ini disebabkan karena karyawan merupakan elemen penting dalam proses penciptaan nilai. Proses dari penciptaan nilai dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC), capital employed (CC), dan structural capital (SC). 1. Value Added Capital Employed (VACA) Value added capital employed (VACA) merupakan indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit CE (capital employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan lain, maka perusahaan tersebut lebih baik dalam
15
memanfaatkan CE. Pemanfaatan capital employed yang baik adalah bagian dari intellectual capital itu sendiri. 2. Value Added Human Capital (VAHU) Value added human capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak value added yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara value added dan human capital (HC) mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di perusahaan. 3. Structural Capital Value Added (STVA) Structural capital value added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai. Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan SC adalah VA dikurangi HC. Keunggulan metode Pulic adalah kemudahan dalam perolehan data yang digunakan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan standar yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Pengukuran alternatif intellectual capital selain model Pulic terbatas pada pengukuran indikator keuangan dan non keuangan yang bersifat unik yang ada pada perusahaan secara individu. Kemampuan penerapan pengukuran alternatif intellectual capital tersebut memiliki keterbatasan untuk jumlah sampel yang besar dan terdiversifikasi secara luas (Firer dan Williams, 2003).
16
2.1.5 Research and Development Expenditure (RD) Menurut PSAK No. 19 Revisi 2009 riset adalah penelitian orisinal dan terencana
yang
dilaksanakan
dengan
harapan
memperoleh
pembaruan
pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru. Pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa biaya research and development (RD) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan produk baru yang kemudian diterapkan demi kemajuan perusahaan. Dalam penelitian Chen et al. (2005) RD merupakan proksi dari innovative capital. STVA dalam ukuran VAIC dirasa kurang lengkap karena mengabaikan innovative capital sehingga ditambahkan RD sebagai proksi dari innovative capital (Chen et al., 2005). 2.1.6 Advertising Expenditure (AD) Biaya advertising (AD) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka memasarkan produknya. Tujuannya adalah untuk promosi dan meningkatkan volume penjualan. Biaya advertising (AD) merupakan proksi dari relational capital (Chen et al., 2005). Relational capital merupakan suatu hubungan yang harmonis atau association network yang dimiliki perusahaan dengan mitranya, baik dari pemasok, pelanggan, masyarakat maupun pemerintah. Relational capital dapat muncul dari berbagai lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
17
2.1.7 Market to Book Value (MB) Market to Book Value (MB) menunjukkan nilai sebuah perusahaan yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market value – MV) dengan nilai bukunya (book value – BV). Market value merupakan persepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. MV adalah keseluruhan nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, MV adalah jumlah yang harus dibayar untuk membeli perusahaan secara keseluruhan. Naik turunnya nilai pasar dipengaruhi oleh nilai buku perusahaan, tingkat laba, gambaran ekonomi, serta spekulasi dan kepercayaan diri pada kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai, sedangkan nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis dan biasanya tercantum dalam neraca. Akan tetapi, nilai buku berbeda dengan jumlah total aset dan kewajiban perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan menjual seluruh aset dan membayar semua kewajibannya, maka selisih dari jumlah tersebut adalah nilai buku perusahaan (Najibullah, 2005). 2.1.8 Return on Assets (ROA) Return on assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur jumlah profit yang diperoleh perusahaan atas aset yang dimilikinya. Rasio ini memperlihatkan seberapa besar efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk operasional perusahaan. ROA dihitung dengan membagi laba bersih (net income) dengan total aset perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA maka menandakan perusahaan semakin efisien dalam menggunakan asetnya.
18
2.2
Kerangka Teoritis Berdasarkan permasalahan yang ada dan juga penelitian terdahulu, penulis
membuat skema konseptual penelitian seperti berikut : Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Intellectual Capital (VAIC) VACA VAHU STVA RD AD
Nilai Pasar (MB) H1a (+) H1b (+) H2a (+) H2b (+) H3a (+) H3b (+) H4a (+) H4b (+) H5a (+) H5b (+)
Return on Assets (ROA)
Penelitian ini menguji pengaruh lima variabel independen terhadap dua variabel dependen, dimana intellectual capital terdiri dari value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural capital value added (STVA), research and development expenditures (RD) dan advertising expenditures (AD) sebagai variabel independen. Nilai pasar (MB) dan kinerja perusahaan (ROA) sebagai variabel dependen, serta firm’s size (SIZE) sebagai variabel kontrol. Kerangka pemikiran ini disesuaikan dengan penelitian Chen et al. (2005) yaitu model VAIC yang diberi tambahan biaya RD dan AD sebagai proksi dari innovative dan relational capital. Value added capital employed (VACA) menggambarkan efisiensi pengelolaan modal dalam penciptaan nilai tambah.
19
Semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola modalnya, maka semakin tinggi pula return yang dihasilkan perusahaan dan berdampak pada meningkatnya nilai pasar perusahaan. Value
added
human
capital
(VAHU)
menggambarkan
tingkat
produktivitas karyawan dalam penciptaan nilai tambah. Semakin tinggi tingkat produktivitas karyawan, maka semakin tinggi return dan berdampak pada meningkatnya nilai pasar perusahaan. Structural capital value added (STVA) mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibanding nilai materi (Bontis et al., 2000). Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang tertanam dalam budaya perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Semakin baik kebiasaan yang tertanam dalam sebuah perusahaan, berdampak pada operasional perusahaan yang produktif, sehingga semakin tinggi pula return dan nilai pasar perusahaan. Research and development expenditure (RD) menggambarkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan inovasi pada produk perusahaan maupun pada karyawan. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan inovasi, maka perusahaan akan dapat bersaing dengan baik dalam industrinya, sehingga semakin tinggi pula return dan nilai pasar perusahaan. Advertising expenditure (AD) menggambarkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan promosi nilai merek produk suatu perusahaan (Chen et al., 2005). Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan promosi, berdampak pada semakin terkenal produk perusahaan yang akan mendatangkan pembeli, sehingga semakin tinggi return dan nilai pasar perusahaan.
20
2.3
Penelitian Sebelumnya Firer dan William (2003) menguji hubungan antara efficiency value added
(VA) dengan komponen utama sumber daya perusahaan (physical capital, human capital dan structural capital) dan tiga dimensi tradisional perusahaan yaitu, profitabilitas (ROA), produktivitas (ATO), penilaian pasar (MB) pada perusahaan di Afrika Selatan. Variabel independen yang digunakan adalah capital employed efficiency (CEE), human capital efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE) sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah return on assets (ROA), productivity (ATO), market to book value (MB). Variabel kontrol yang digunakan adalah firm size, leverage (LEV), return on equity (ROE), dan industry type (BANK, ELEC, IT, SER). Hasilnya hubungan antara VA dengan profitabilitas, produktivitas dan penilaian pasar umumnya terbatas. Chen et al. (2005) melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan di Taiwan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan dengan menggunakan model Pulic (VAIC). Variabel independen yang digunakan adalah VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, dan AD sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah MB, return on equity (ROE), ROA, growth in revenues (GR) dan employee productivity (EP). Hasilnya investor terbukti lebih tertarik dengan perusahaan yang mempunyai IC tinggi dan perusahaan dengan IC tinggi menghasilkan lebih banyak laba. Ulum et al. (2008) melakukan penelitian pada perusahaan perbankan di Indonesia untuk menguji pengaruh intellectual capital (IC) terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan pendekatan partial least squares. Variabel
21
independen yang digunakan adalah VAIC, VACA, VAHU, STVA dan rate of growth of a company’s IC (ROGIC). Variabel dependen yang digunakan adalah ROA, ATO, dan GR. Hasil penelitian ini adalah IC berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan juga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan di masa depan. Maditinos et al. (2011) menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan pada empat industri besar yang ada di negara Yunani dengan menggunakan model Pulic yaitu value added intellectual capital (VAIC) sebagai acuan untuk mengukur IC. Variabel independen yang digunakan adalah VAIC, VACA, VAHU, dan STVA. Variabel dependen yang digunakan adalah MB, ROA, ROE, dan GR. Hasilnya dari kebanyakan hipotesis yang diajukan, hanya memverifikasi hubungan antara human capital efficiency (VAHU) dan
ROE. Dapat
disimpulkan pada konteks bisnis Yunani,
pengembangan human resources menjadi salah satu faktor yang paling signifikan terhadap tingkat kesuksesan ekonomi. Mondal dan Ghosh (2012) menguji hubungan antara intellectual capital dan kinerja perusahaan (profitabilitas dan produktivitas) pada 65 perusahaan perbankan di India selama periode 1999 hingga 2008 menggunakan metode pulic (VAIC). Variabel independen yang digunakan adalah VAIC, VACA, VAHU, dan STVA sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah ROA, ROE, dan ATO. Variabel kontrol yang digunakan adalah leverage, size of the firm dan ATO. Hasilnya IC merupakan determinan yang penting pada profitabilitas dan produktivitas perusahaan. Kemudian HC juga mempunyai peran penting pada
22
return bank, jika perusahaan meningkatkan investasi pada HC maka dapat meningkatkan return perusahaan. Nimtrakoon (2015) menguji hubungan antara intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja perusahaan. Sampel yang diambil adalah perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek di negara ASEAN yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapore, Filipina dan Thailand. Variabel independen yang digunakan adalah VAIC, CEE, HCE, SCE, dan relational capital efficiency (RCE). Variabel dependen yang digunakan adalah MB, ROA, dan margin ratio. Variabel kontrol yang digunakan adalah firms’ size (SIZE), inflation rate (INF), dan firms’ age (AGE). Hasilnya adalah perusahaan dengan tingkatan IC yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang tinggi pula. VAIC, CEE dan HCE adalah variabel yang paling berpengaruh dengan variabel dependen, nilai pasar, margin ratio dan ROA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Hasil Firer dan Capital employed berpengaruh William positif terhadap nilai pasar, (2003) Human capital dan structural capital tidak berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan. Chen et al. VAIC, VACA, VAHU, dan RD (2005) berpengaruh positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan, STVA tidak berpengaruh terhadap nilai pasar, berpengaruh positif terhadap ROE dan berpengaruh negatif terhadap ROA.
No Judul 1 Intellectual Capital and Traditonal Measures of Corporate Performance 2 An Empirical Investigation of Relationship Between Intellectual Capital and Firms Market Value and Financial Performance 3 Intellectual Capital Ulum et al. VAIC dan VACA berpengaruh dan Kinerja (2008) positif terhadap ROA, ATO, GR, Keuangan VAHU berpengaruh positif hanya Perusahaan; Suatu terhadap ATO,
23
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
4
5
6
2.4
Judul Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares The Impact of Intellectual Capital on Firms Market Value and Financial Performance Intellectual Capital and Financial Performance of Indian Banks The Relationship Between Intellectual Capital, Firms Market Value and Financial Performance
Peneliti
Hasil STVA berpengaruh positif hanya terhadap ROA.
Maditinos VAIC berpengaruh positif terhadap et al. (2011) nilai pasar dan kinerja keuangan, VACA, VAHU, dan STVA tidak berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan. Mondal dan VAIC dan VAHU hanya Ghosh berpengaruh positif terhadap ROA, (2012) STVA tidak berpengaruh terhadap ROA. Nimtrakoon VAIC, VACA, VAHU berpengaruh (2015) positif terhadap MB, ROA dan margin ratio, STVA tidak berpengaruh terhadap ROA, Relational capital efficiency tidak berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan.
Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan Salah satu komponen dari VAIC adalah value added capital employed (VACA). Menurut Pulic (1998) VACA adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh pengelolaan
physical
capital.
VACA
menggambarkan
seberapa
efisien
perusahaan dalam mengelola modalnya untuk penciptaan nilai tambah. Modal dianggap sebagai salah satu sumber utama dalam kinerja perusahaan. Berdasarkan resource based theory, perusahaan akan mampu untuk memperoleh keuntungan yang maksimal apabila dapat mengendalikan aset tangible maupun intangible yang dimiliki (Wernefelt, 1984).
24
Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan mempertimbangkan posisi stakeholder yang dianggap powerful dalam melakukan kinerjanya. Pengelolaan modal yang baik merupakan salah satu cara untuk mempertanggungjawabkan kinerja
perusahaan
kepada
stakeholder.
Ketika
perusahaan
melakukan
pengelolaan modal dengan baik, hal ini dapat meningkatkan laba dan juga nilai pasar perusahaan. Dibuktikan oleh penelitian Chen et al. (2005) bahwa VACA berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H1a: Value added capital employed (VACA) berpengaruh positif terhadap market to book value (MB) H1b: Value added capital employed (VACA) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA) 2.4.2 Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan Bontis (2000) menyatakan bahwa human capital berperan penting dalam perusahaan karena merupakan sumber dari inovasi dan strategi, yang diwujudkan dengan cara brainstorming dalam research lab, berfikir di kantor, membuang berkas lama, mengarang struktur baru dan meningkatkan personal skills atau mengembangkan terobosan baru untuk penjualan. Sumber daya manusia pada tiap perusahaan tidak bisa digeneralisasikan karena setiap manusia memiliki karakteristik yang unik. Karakteristik inilah yang dapat menciptakan nilai tambah bagi sebuah perusahaan. Nilai tambah bisa dinilai dari tingkat produktivitas karyawan dibandingkan dengan gaji yang diberikan.
25
Saat seorang karyawan mempunyai tingkat produktivitas tinggi padahal gaji yang diberikan rendah, disitulah terdapat nilai tambah perusahaan. Diharapkan dengan tingginya gaji akan meningkatkan produktivitas. Sesuai dengan teori resource based yang menyatakan bahwa perusahaan yang dapat
mengelola
dan
memanfaatkan karyawannya
dengan
baik, dapat
mendatangkan manfaat. Hasil penelitian Nimtrakoon (2015) membuktikan bahwa VAHU berhubungan dengan market to book value (MB) dan return on assets (ROA). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2a: Value added human capital (VAHU) berpengaruh positif terhadap market to book value (MB) H2b: Value added human capital (VAHU) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA) 2.4.3 Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan dituntut untuk mengelola sumber dayanya dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi stakeholder. Pengelolaan sumber daya yang baik tidak terlepas budaya yang tertanam di perusahaaan maupun peraturan yang sudah dibuat. Structural Capital mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas, dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibanding dengan nilai materi. (Bontis et al., 2000). Menurut Mondal dan Ghosh (2012) structural capital merupakan hal yang vital bagi kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak akan mampu
26
menghasilkan karyawan yang unggul tanpa struktur, prosedur maupun budaya organisasi yang sesuai. Tingginya structural capital diharapkan mampu untuk menuntun karyawan agar produktif serta efisien sehingga dapat menciptakan nilai tambah serta profit yang tinggi, yang kemudian mampu meningkatkan nilai pasar dan tingkat pengembalian aset. Hasil penelitian Ulum et al. (2008) menunjukkan bahwa STVA berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H3a: Structural capital value added (STVA) berpengaruh positif terhadap market to book value (MB) H3b: Structural capital value added (STVA) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA) 2.4.4 Pengaruh Research and Development Expenditures (RD) terhadap kinerja perusahaan STVA untuk mengukur struktur modal dalam model VAIC dirasa kurang tepat dan kurang lengkap. STVA mengabaikan modal inovatif bagi perusahaan yang diwakili oleh biaya riset dan pengembangan. Modal struktural adalah pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan. Pengetahuan RD dapat memberikan suatu informasi yang hilang dari STVA (Chen et al., 2005). Berdasarkan konsep resource based biaya research and development merupakan sesuatu yang sulit untuk ditiru karena setiap perusahaan mempunyai caranya sendiri dalam berinovasi. Hal ini juga tergantung dari sumber daya yang dimiliki perusahaan karena setiap manusia mempunyai ide yang berbeda dan unik.
27
Biaya research and development dianggap dapat membantu perusahaan untuk berkembang karena memajukan teknologi dan juga sumber dari terbentuknya inovasi produk. Teknologi yang semakin canggih diharapkan mampu untuk mendatangkan keuntungan yang lebih dan juga menambah nilai perusahaan. Dalam penelitian Chen et al. (2005) RD berpengaruh positif signifikan terhadap MB dan ROA. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H4a: Research and development expenditures (RD) berpengaruh positif terhadap market to book value (MB) H4b: Research and development expenditures (RD) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA) 2.4.5 Pengaruh Advertising Expenditures (AD) terhadap kinerja perusahaan Chen et al. (2005) menyatakan bahwa pengeluaran iklan memainkan peran yang sangat penting dalam dunia bisnis saat ini. Iklan salah satu komponen utama pemasaran suatu perusahaan. Iklan menjadi media promosi nilai merek produk suatu perusahaan. Pengeluaran iklan juga dianggap salah satu indikator untuk nilai tambah dalam VAIC. Dalam hal ini AD mewakili modal relasional. Dalam dunia bisnis, perusahaan menggunakan iklan sebagai sarana untuk mempromosikan dan menjual produknya. Iklan juga dapat membentuk brand atau image perusahaan di mata masyarakat. Berdasarkan pernyataan diatas, disimpulkan iklan berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan. Iklan dengan konsep yang menarik juga mampu mendatangkan costumer yang lebih banyak sehingga kinerja perusahaan juga meningkat.
28
Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan bertanggung jawab untuk mendatangkan
manfaat
bagi
stakeholder.
Upaya
perusahaan
untuk
mempromosikan perusahaannya merupakan salah satu bentuk dari pertanggung jawaban terhadap stakeholder. Meningkatnya nilai pasar perusahaan dan laba yang disebabkan oleh iklan, merupakan manfaat yang diberikan perusahaan kepada stakeholder. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H5a: Advertising expenditures (AD) berpengaruh positif terhadap market to book value (MB) H5b: Advertising expenditures (AD) berpengaruh positif terhadap return on assets (ROA)
29