BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa berasal dari kata istilah bahasa inggris yaitu mass communication. Sebagai kependekan dari kata media communication yang memiliki arti komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah dari mass comunication itu sendiri dapat diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media). Massa sendiri memiliki pengertian orang banyak dan mereka tidak harus berada dalam lokasi yang sama dan waktu yang bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Menurut Severin, Tan dan Wright komunikasi yang menggunakan bentuk saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.1 Menurut Berlo mengartikan massa sebagai meliputi semua orang atau khalayak yang menjadi sasaran alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.2
1 2
Djalaludin Rachmat, Teori Komunikasi Massa, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, Hal 56 McQuail, Teori Komunikasi Massa edisi kedua, Jakarta, Erlangga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Komunikasi massa mempunyai beberapa perbedaan dengan komunikasi tatap muka. Menurut DeFleur dan Dennis, perbedaan terjadi dalam hal konsekuensi menggunakan media, konsekuensi memiliki khalayak luas dan beragam, pengaruh sosial dan kultur. 2.1.2
Karakterisrik Komunikasi Massa Beberapa karakteristik komunikasi massa adalah adanya sesuatu
organisasi yang kompleks dan formal dalam tugas operasional pengiriman pesan.3 Tidak hanya itu saja melainkan :4 1.
Adanya khalayak yang luas dan juga heterogen.
2.
Isi pesan harus bersifat umum dan tidak dapat bersifat rahasia.
3.
Penyampaian pesan melalui media massa cenderung berjalan satu arah
dalam arti tidak dapat memberikan respon secara langsung, walaupun dapat mungkin sifatnya tertunda atau tidak tatap muka langsung. 4.
Pola penyampain media massa mampu menjangkau khalayak luas dan
memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan secara singkat. 5.
Setiap pesan mengalami kontrol sosial murni, yaitu nilai bagi banyak
orang dengan berbagai latar belakang taraf pendidikan dan daya cerna masyarakat. 6.
Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan terencana, terjadwal
dan teroganisasi
3 4
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 2000, Hal 66 Alo Liliweri, Komunikasi Massa dalam Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7.
Isi pesan disampaikan media massa mencangkup berbagai aspek manusia
(sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain) baik yang bersifat informatif, pendidikan maupun bersifat menghibur. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001) terdiri dari : 1) Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama -
Warning or beware surveillance (Pengawasan peringatan)
-
Instrumental surveillance (Pengawasan instrumental) Fungsi pengawasan peringatan terjadi contohnya ketika media massa
menginformasikan akan bahaya ancaman bencana alam serta ancaman serangan militer agar dapat membantu khalayak di kehidupan sehari-hari. 2) Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan pengawasan media massa tidak hanya memasok fakta dan data tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. 3) Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan yang sama tentang sesuatu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4) Transmision of Value (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi) yang mengacu kepada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. 5) Entertaiment (hiburan) Fungsi hiburan ini pada kenyataannya hampir semua media massa menjalankn fungsi ini yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Menurut
Djalaludin
Rachmat,
fungsi
komunikasi
massa
adalah
menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Fungsifungsi berikut dapat dijelakan sebagai berikut : 1.
Fungsi Menyiarkan Informasi Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama
khalayak menerima informasi mengenai berbagai macam hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dari apa yang dipikirkan orang lain dan sebagainya. 2.
Fungsi Mendidik Fungsi ini sebagai sarana pendidikan massa sebagai khalayak bertambah
pengetahuannya, fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari para dewan juri analisis 3.
Fungsi Menghibur Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang
berbobot yang tujuannya melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Fungsi Mempengaruhi Fungsi ini menyebabkan sebuah program acara memegang peranan dalam
kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. 2.2
Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa Dalam bahasa indonesia digunakan istilah media massa yang berasal dari bahasa inggris yaitu mass media, mass media adalah singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyungguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan nilai berita dan hiburan.6 Penyampain informasi dengan menggunakan media massa terbagi atas dua yaitu media massa periodik dan media massa nonperiodik. Media massa periodik berarti terbit secara teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik terbagi atas dua jenis, yaitu media massa elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik dapat dibagi lagi menjadi media massa penyiaran (televisi dan radio) dan media massa non penyiaran (film, VCD, internet). Media massa non periodik yang bersifat sementara (eventual) tergantung pada peristiwa yang diselenggarakan. Setelah
5
Sunarjo dan Djoenaesih S. Sunarjo, Himpunan Istilah Komunikasi, Yogyakarta : Penerbit Liberty, 2003, Hal 68 6 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga, 1987, Hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
event selesai, maka usailah penggunaannya. Media massa non periodik dapat dibedakan atas manusia, misalnya juru kampanye dan benda (poster, spanduk, leaflet dan lain-lain).7 2.2.2 Karakteristik Media Massa Adapun karakteristik media massa yakni :8 1.
Noveltry (sesuatu yang baru) Sesuatu yang baru merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan
media massa. Khalayak akan tertarik untuk menonton suatu program acara televisi, mendengarkan siaran radio, atau membaca surat kabar apabila isi pesannya dipandang menggunakan sesuatu hal yang baru atau belum pernah diketahui. 2.
Jarak (proximity) Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya
peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya. 3.
Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi/kelompok, tempat dan waktu yang
penting dan terkenal, akan lebih menarik perhatian khalayak.
7
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, Hal 12-13 8 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, Hal 109-111
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Pertentangan/conflict Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan
maupun menyangkut perbedaan dan nilai, biasanya lebih disukai oleh khalayak. 5.
Komedi Manusia
pada
dasarnya
tertarik
pada
hal-hal
yang
lucu
dan
menyenangkan. Oleh karena itu, bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor/komedian lazimnya disenangi khalayak. Unsur-unsur komedian ini diantara lain melputi ketidakwajaran, ketololan, kondisi yang bersifat memalukan, dan lain-lain. 6.
Seks dan Keindahan Salah
satu
sifat
manusia
adalah
menyenangi
unsur
seks
dan
keindahan/kecantikan, sehingga kedua unsur itu bersifat universal. Kedua unsur ini selalu menarik perhatian orang, itulah sebabnya media massa seringkali menonjolkan kedua unsur itu. 7.
Emosi Hal-hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar/basic needs
manusia sering kali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak. 8.
Nostalgia Pengertian nostalgia disini merunjuk pada hal-hal yang mengungkapkan
pengalaman dimasa lalu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9.
Human Interest Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal-hal
yang menyangkut yang menyangkup kehidupan orang-orang lain. Gambaran tentang orang-orang ini (cerita-cerita human interest) dapat dikemas dalam berita, feature, biografi dan lain-lain. 2.2.3 Jenis-Jenis Media Massa Jenis-jenis media massa pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak yang dapat memenuhi kriteria media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media massa elektronik yang memenuhi kriteria media adalah radio siaran, televisi, film dan media on-line (internet).9 Berikut adalah pengertian dari masing-masing jenisnya : 1) Media Massa Cetak (Printed Media) Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas dari segi forumnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano), tabloid (1/2 broadsheet), majalah (1/2 broadsheet atau kertas ukuran folio/kwarto), buku (1/2 majalah), newsletter (folio/koran, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8).
9
Elvinaro Ardianto, Op.Cit, Hal 103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Media Massa Elektronik (Elektronik Media) Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, film dan media online (cybermedia /situs web). 2.2.4 Fungsi Media Massa Fungsi dari media massa adalah :10 1. Informasi -
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.
-
Menunjukan hubungan kekuasaan.
-
Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
2. Korelasi -
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
10
-
Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan
-
Melakukan sosialisasi
-
Mengkoordinasikan beberapa kegiatan
-
Membentuk kesepakatan
-
Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga, Hal 70-71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Kesinambungan -
Mengekspresikan
budaya
dominan
dan
mengakui
keberadaan
kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. -
Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
4. Hiburan -
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi
-
Meredakan ketegangan sosial
5. Mobilisasi -
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, peran, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala bidang agama.
2.3
Film
2.3.1 Pengertian Film Gambar bergerak (Film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Film memiliki pengertian yang beragam, tergantung sudut pandang orang yang membuat definisi. Menurut kamus bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Kemudian menurut UU No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman, pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.11 Dalam kamus komunikasi halaman 134 disebutkan bahwa film adalah media yang bersifat visual atau audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat.12 Menurut Dennis McQuail, film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.13 Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.14 Bagi Amura, film bukan semata-mata barang dagangan melainkan alat penerangan dan pendidikan. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat pendidikan budaya. Denga demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya.15
11
Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, Jakarta, Graha Ilmu, 2013, Hal 1 Ibid, Hal 2 13 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Salemba Humanika, 2011, hal 35 14 Op.Cit, Elvinaro, Hal 143 15 Op.Cit, Teguh Trianton, Hal 2 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.2 Fungsi Film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak meonton film terutama ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building yang artinya nasional dan pembentukan karakter. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.16 2.3.3 Film Sebagai Media Massa Sebagai media massa film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja yang telah dinikmati oleh kehidupan sosial mereka yang cukup baik. Pencirian film sebagai “bisnis pertunjukan” dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan.
16
Op.Cit, Elvinaro, Hal 145
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dua elemen lain dalam sejarah film adalah munculnya beberapa sekolah seni film (Huaco,1963) dan munculnya gerakan film dokumenter. Film semacam ini berbeda dari yang umum karena memiliki daya tarik bagi minoritas atau memiliki elemen realism yang kuat (atau keduanya). Keduanya memiliki hubungan, sebagian tidak disengaja dengan film sebagai propaganda karena keduanya cenderung muncul pada saat adanya krisis sosial. Masih ditemukan adanya elemen propaganda ideologis yang terlihat samar dibanyak film hiburan populer, bahkan dalam masyarakat yang cenderung ‘bebas’ dari politik. Hal ini mencerminkan percampuran dari berbagai ketentuan, percobaan yang hati-hati atas control sosial, penerapan nilai konservatif atau populis yang sembrono, beragam cara pemasaran dan iklan menerobos masuk ranah hiburan dan pengejaran bagi daya tarik massa. Walaupun adanya dominasi fungsi hiburan dalam sejarah film, film sering kali menampilkan kecenderungan pembelajaran atau propaganda. Film yang cenderung lebih rentan dari pada media lain terhadap gangguan dari luar dan sering kali tunduk pada tekanan untuk seragam karena terlalu banyak modal yang terlibat. Walaupun film seni diuntungkan dengan adanya “demasifikasi” dan pengkhususan dari media film. Pada dua generasi pertama para penonton, pengalaman menonton film tidak dapat dipisahkan dengan jalan-jalan yang biasanya dilakukan dengan teman dan biasanya ditempat yang lebih besar dari rumah. Sebagai tambahan, bioskop yang gelap menawarkan gabungan antara menonton privasi dengan kenyamanan yang memberikan dimensi lain terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengalaman menonton ini. Sebagaimana dengan televisi dikemudian hari, ‘pergi kebioskop’ sama pentingnya dengan kegiatan menonton film. Pemisahan antara film dengan biookop merujuk kepada bagaimana film dapat ditonton, setelah pertunjukan diawal bioskop. Hal ini termasuk penyiaran televisi, penyiaran kabel, rekaman video, dan penjualan atau penyewaan DVD, televisi satelit dan saat ini internet digital jaringan pita lebar, serta penerimaan telepon genggam. Perkembangan-perkembangan ini mempunyai potensi dampak tertentu, yaitu membuat film tidak lagi sebagai pengalaman publik bersama dan lebih kepada pengalaman pribadi. Mereka mengurangi ‘dampak’ awal dari ekspose terhadap massa atas film tertentu. Mereka mengubah penilaian kepada khalayak dan memungkinkan adanya pola baru untuk mengulang tontonan dan menyimpannya. Teknologi baru ini juga memungkinkan untuk melayani banyak pasar khusus dan memudahkan untuk menyediakan permintaan atas konten kekerasan, horror, atau pornografi. Teknologi ini juga memperpanjang waktu hidupnya film. Meskipun kebebasan memiliki dampak yang membuat film sebagai ‘media massa’, film tidak dapat secara penuh mengklaim hak atas politik dan ekspresi diri secara artistik, dan sebagian negara membatasi sistem untuk melisensi, menyensor dan menguasai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Oleh karena itu, film adalah sebuah pencipta budaya massa. Bahkan, menurunnya penonton film kemudian dikompensasikan oleh para penonton film domestik yang dijangkau oleh televisi, rekaman digital, kabel dan saluran satelit.17 2.3.4 Karakteristik Film Fakor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan identifkasi psikologis. Berikut adalah penjelasan mengenai karakteristik film: 1. Layar yang Luas/Lebar Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan terhadap penontonnya untuk mellihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajaun teknologi, layar film dibioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan Gambar Pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panaromic shot, yaitu pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih manarik.
17
Op.Cit, Dennis McQuail, hal 35-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Konsentrasi Penuh Disaat menonton film bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan dan hanya tampak gambar dari film dilayar bioskop. Sehingga semuanya bisa berkonsentrasi penuh pada film dan terbebas dari gangguan hiruk pikuknya suara diluar. 4. Identifikasi Psikologis Jika pikiran dan perasaan seseorang larut dalam cerita pada film karena terlalu menghayati, kemudian tanpa sadar menyamakan pribadinya dengan salah satu seorang pemeran dalm film itu. Maka gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis.18 2.3.5 Jenis-jenis Film Film dapat dikelompokan pada jenis seperti film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun. Bagi kita amatlah penting mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya, berikut adalah penjelasan sedikit mengenai jenis-jenis film. 1. Film Cerita Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan digedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagang. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasar kepada kisah
18
Op.Cit, Elvinaro, Hal 145-146
http://digilib.mercubuana.ac.id/
nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dalam jalan cerita maupun dari segi gambarnya. 2. Film Berita Film berita atau newsreal adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena bersifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). 3. Film Dokumenter Film dokumenter merupakan film hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.19 Film dokumenter menurut Sumarno adalah film yang kerap menyajikan realita melalui berbagai cara yang dibuat untuk berbagai macam tujuan. Intinya jenis film ini berpijak pada realitas yang hal-hal senyata mungkin. Karena bentuknya dokumenter, maka film ini diproduksi dengan tujuan utama untuk penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.20 4. Film Kartun Film kartun dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun juga bisa mengandung unsur pendidikan. Minimal akan terekam
19
Ibid, Hal 148 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser edisi kedua, Erlangga, Jakarta, Hal 4 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
apabila ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka pada akhirnya tokoh baiklah yang akan selalu menang.21 2.3.6 Genre-Genre Film Pada dasarnya genre film terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung karakter dan isi yang ditampilkan dalam film. Beberapa jenis film yang lain diantaranya: 1. Action Istilah ini selalu dikaitkan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan dan tembak-tembakan, film ini secara sederhana disebut sebagai film action yang berisi pertarungan fisik antara tokoh protagonis dan antagonis. 2. Drama Film ini menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan sisi human interest atau rasa kemanusiaan. Tujuannya adalah menyentuh perasaan simpati dan empati penonton sehingga meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. 3. Komedi Tema ini selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonya tersenyum bahkan tertawa. Biasanya adegan dalam film merupakan sindiran dari suatu kejadian atas fenomena yang sedang terjadi. Film komedi berbeda dengan tayangan program komedi atau lawakan. Film
21
Op.Cit, Elvinaro, Hal 149
http://digilib.mercubuana.ac.id/
komedi tidak harus dilakonkan oleh pelawak, tetapi semua pemain film bisa. 4. Tragedi Tema yang diangkat dalam film ini memetik beratkan pada nasib manusia.
Biasanya
konflik
yang
muncul
kerap
sekali
berakhir
menyedihkan. Sala satu tokoh akan mengalami sebuah penderitaan yang tragis. Ada kalanya akhir cerita pada film ini, sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan, bencana alam atau tragedi kemanusiaan lainnya. Film-film tragedi biasanya disisipi dengan adegan laga atau aksi yang menegangkan, adegan romantis dan lucu hanya sebagai selingan saja. 5. Horror Film
yang
menyuguhkan suasana
yang
menakutkan atau
menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding. Artinya tidak harus hantu yang muncul. 6. Science Fiction/Fiksi Ilmiah Cerita yang dimunculkan adalah fiksi belaka, disebut ilmiah karena cerita fiksi tersebut dibuat dengan sedekat mungkin dapat diterima dengan logika
ilmiah.
Penulis
cerita
fiksi
ilmiah
biasanya
berusaha
menggabungkan realitas yang fiksional dengan logika ilmu pengetahuan. Dengan demikian adegan-adegan dan cerita dalam film ini seolah-olah benar-benar dapat terjadi secara nyata.22
22
Op.Cit, Teguh Trianton, hal 30-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4
Representasi Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian.
Representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita dan sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa, pesan dan penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik.23 Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompokkelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenan nilai dibalik tampilan fisik. Representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik pembuatan tanda-tanda dalam kode-kode dimana kita mencipta makna-makna. Karenanya representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali, bukan gagasan asli, melainkan sebuah representasi atau versi yang dibangun darinya.24 Menurut Marcel Danesi, representasi sebagai proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan, dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, di indera, dibayangkan, atau dirasakan. Chris Barker menyebutkan bahwa representasi merupakan kajian utama cultural studies, cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan representasi itu sendiri. Representasi adalah cultural studies, adalah
23
John Hartley, (Communication, Cultural dan Media Studies: The Concept 3rd edition), Jalasutra, Yogyakarta, 2004, Hal 265 24 Graeme Burton, Membincangkan Televisi, Jalasutra, Yogyakarta, 2007, Hal 41-43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
makna yang memiliki sifat material, mereka tertanam dalam bunyi-bunyi, tulisantulisan, benda-benda, program-program televisi.25 Menurut Eriyanto istilah representasi sendiri merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.26 Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata lain kalimat, aksentasi dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan seperti apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.27 Representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media terutama media massa terhadap segala aspek realitas atau kenyataan. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Film sebagai representasi budaya, film tidak hanya mengkonstruksi nilai-nilai budaya tertentu tetapi juga tentang bagaimana nilainilai diproduksi dan bagaimana nilai dikonsumsi oleh masyarakat yang menyaksikan film.28
25
Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktek, Yogyakarta, Bentang Pustaka, 2009, Hal 10 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKIS Pelangi Aksara, 2001, Hal 112 27 Ibid, Hal 113 28 Ibid, Hal 114 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5
Survival
2.5.1 Definisi Survival Survival adalah suatu tindakan yang paling awal yang dilakukan oleh setiap makhluk yang hidup untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, survival adalah perjuangan agar tetap hidup.29 Survival dalam arti leksikalnya berarti bertahan hidup. Yang dimaksud dengan survival disini adalah kemampuan seseorang untuk bertahan hidup dalam keadaan yang kurang menguntungkan disekelilingnya. Keadaan ini antara lain tertimpa bencana, terseret dihutan, pesawat jatuh digunung, pilot pesawat yang terpaksa melakukan pendaratan dilaut (ditching) dan kapal laut yang mengalami musibah dilaut. Survival juga dimanfaatkan oleh orang-orang yang biasa menempuh rimba, baik sebagai pemburu ataupun petualang. Pemburu dan petualang dari inggris terkenal pandai beradaptasi dengan alam yang buas. Mereka meniru dan mempelajari cara-cara atau teknik yang digunakan penduduk setempat dalam mempertahankan hidupnya. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Beberapa faktor kesulitan tersebut antara lain: 1. Keadaan alam (cuaca, keadaan medan)
29
Http://hutantropis.com/survival. Diakses tanggal 29 Juni 2015, Pukul 23:05
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Keadaan mahluk hidup lain disekitar kita (binatang, tumbuh-tumbuhan beracun, dan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan) 3. Keadaan diri sendiri (mental, fisik dan keadaan kesehatan) Khusus dalam bertempur survival tidak hanya saja untuk mengatasi keganasan alam. Survival dilakukan agar dapat mengatasi keganasan musuh atau lawan. Petugas khusus seperti pilot pesawat komersial atau kapal laut komersial dalam melakukan survival lebih mengutamakan keselamatan penumpang. Kadangkala keselamatan dan kepentingan pribadi dikorbankan untuk keselamatan penumpang. Survival yang dilakukan para petualang sangat ditekankan sebagai keterampilan pribadi karena segala resiko telah diperhitungkan. Resiko dan kesulitan yang timbul biasanya diatasi dengan survival. Jadi, pengetahuan survival ini perlu dimiliki apabila terjadi suatu kesulitan, alam yang indah akan menjadi hantu yang paling menakutkan.30 Survival yang terdiri atas delapan huruf mempunyai arti tersendiri. Definisi survival terkandung dalam singkatan kedelapan huruf tersebut, adalah sebagai berikut:31 S = Sadar dalam keadaan gawat dan darurat. U = Usahakan untuk tetap tenang dan tabah.
30
N.S. Adiyuwono, Survival (Teknik Bertahan Hidup di Alam Bebas), Angkasa, Bandung, 2010, Hal 1-4 31 Ibid, Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
R = Rasa takut dan putus asa hilangkan. V = Vitalitas tingkatkan. I = Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya. V = Variasi alam bisa dimanfaatkan. A = Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya. L = Lancar, slaman, slumun, slamet. Arti huruf L sebenarnya sebagai penekanan, yaitu perlu adanya doa sebagai penguat batin survivor. Hal ini akan berguna untuk kekuatan dan ketabahan hati. Seperti contoh semua usaha yang akan dilakukan akan sia-sia apabila seseorang telah putus asa. Oleh karena itu untuk menumbuhkan optimisme dan semangat hendaknya selalu berdoa dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Definisi survival dalam kemiliteran khusunya dalam komando, survival merupakan singkatan sebagai berikut:32 S = Sadarilah sungguh-sungguh situasimu. U = Untung malang bergantung pada ketenanganmu. R = Rasa takut dan panik harus dikuasai. V = Vakum isilah segera.
32
Ibid, Hal 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
I = Ingatlah dimana kau berada. V = Viva (hidup) hargailah dia. A = Adat istiadat setempat perlu ditiru. L = Latihlah dirimu dan belajarlah selalu. Dengan memerhatikan uraian dalam singkatan survival, paling tidak kita akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang definisi survival itu sendiri. Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan) aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah) dan aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan). Komponen pokok survival terdiri atas: 1. Sikap mental berupa hati yang kuat bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis. 2. Kondisi fisik yang fit dan kuat. 3. Tingkat pengetahuan dan keterampilan. 4. Pengalaman dan latihan. 5. Perlengkapan berupa survival kit.33 Ada beberapa permasalahan yang akan kita hadapi, yaitu masalah/bahaya yang ada di alam (bahaya obyektif), masalah yang menyangkut diri kita sendiri
33
www.belantaraindonesia.org. Diakses tanggal 29 Juni 2015, Pukul 23:05
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(bahaya subyektif). Ada beberapa aspek yang akan muncul dalam menghadapi survival: 1. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan dll. 2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah dll. 3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, fauna dll. Ada faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan survival, selain faktor keberuntungan (nasib baik/pertolongan Tuhan tentunya), yaitu: 1. Semangat untuk mempertahankan hidup. 2. Kesiapan diri. 3. Alat pendukung. Beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menghadapi survival, perlindungan terhadap ancaman: 1. Cuaca 2. Binatang 3. Makanan/minuman 4. penyakit 34 2.5.2 Jenis-jenis Survival Berdasarkan jenis medannya, survival dibagi menjadi dua bagian besar yaitu survival darat dan survival perairan. 34
Http://hutantropis.com/survival. Diakses tanggal 29 Juni 2015, Pukul 23:05
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Survival darat meliputi: 1. Survival dipadang pasir (desert survival) 2. Survival dihutan gunung (jungle survival) 3. Survival dipadang es/salju (artic/antartic survival) Survival perairan meliputi: 1. Survival dilaut (sea survival) 2. Survival disungai/rawa (swamp/river survival) Pembagian medan survival sangatlah penting karena mempunyyai bentuk yang khas. Selain itu pembagian medan survival diperlukan untuk memudahkan pengenalan medan dan sekaligus mempelajarinya, terutama flora serta yang dapat dimanfaatkan.35 Sebelum melakukan tindakan survival, seorang survivor harus menyadari kondisi yang sedang dialaminya, seperti dimana survivor berada, dengan ini tindakan yang diambil survivor adalah berdasarkan kebutuhannya bukan tindakan yang tidak berguna yang akan malah membuat kondisi survivor lebih terancam. 36 Kesulitan yang dihadapi oleh seorang survivor tentunya akan lebih banyak dan berat daripada kelompok. Kelompok sangat berperan untuk dapat saling membantu dan menyelesaikan setiap kesulitan. Yaitu dengan adanya pembagian tugas dan toleransi yang tinggi.37
35
N.S.Adiyuwono, Op.Cit, Hal 6-8 Ibid, Hal 8 37 Ibid, Hal 8-10 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Survival Individu Berada pada keadaan survive seorang diri, selain menghadapi masalah teknis juga akan mengalami masalah kejiwaan. Sendiri dalam kondisi survival akan mengundang rasa kesepian, bosan, takut ataupun panik. Kesepian dan bosan dalam kondisi ini seorang diri adalah masalah besar yang harus dapat diatasi ataupun dihindarkan, karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa tertekan yang bisa menghilangkan semangat dan keingingan hidup saat survival. Secara psikologis mencegah kesepian dan kebosanan sama seperti menanggulangi rasa takut dan panik. Jaga pikiran kita dengan mengerjakan sesuatu yang akan berguna bagi kondisi survival ini, tapi tetap menjaga dan memelihara emosi, kesadaran dan fisik kita selama survival. Survival Kelompok Berkelompok dalam keadaan survival lebih banyak keuntungannya dari pada survival perorangan, karena pada survival perorangan seluruh bahaya akan dihadapi seorang diri. Dengan berkelompok akan tersedia banyak tenaga untuk melakukan pekerjaan dan adanya komunikasi serta saling menjaga. Walaupun dalam berkelompok banyak hal yang dapat dilakukan untuk kepentingan bersama tetapi banyak hal juga yang dapat merugikan kepentingan bersama. Menyamakan persepsi, tujuan, prioritas pekerjaan adalah hal yang tak mudah, akan banyak waktu pula yang akan terbuang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk menjaga kebersamaan tetap terkontrol pada keadaan survival kelompok, seluruh anggota harus segera memilih seorang pemimpin. Dimana seorang yang dipilih mempunyai beberapa kriteria yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknik survival. Dengan mengakui salah seorang dari anggota untuk dijadikan pemimpin sudah dapat menyelesaikan satu masalah dalam kebersamaan.38 Menurut versinya survival dibagi menjadi tiga bagian, yaitu versi militer, versi petugas khusus dan versi avonturir, berikut adalah penjelasan tentang versiversi survival tersebut: 1. Versi Militer Versi ini biasanya banyak dilakukan antara lain oleh pasukan komando, pasukan pengintai dan mata-mata perang. Istilah yang lebih dikenal dalam versi ini yaitu survival tempur atau “combat survival”. Bertahan hidup dari fakor alam saja tidak cukup untuk versi ini karena ada faktor lain yang harus diperhitungkan, yaitu faktor ancaman musuh. Oleh karena itu dalam survival tempur dikenal adanya SERE (Survival/bertahan hidup, Evasion/pengelakan, Resistance/bertahan dan Escape/melarikan diri). Selain harus bisa mengatasi keadaan alam, survivor juga harus bisa mengatasi intimidasi dan introgasi, bahkan harus mahir dan bisa untuk melarikan diri.
38
www.belantaraindonesia.org . diakses tanggal 29 Juni 2015, Pukul 23:05
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Versi Petugas Khusus Versi ini biasa dilakukan oleh pilot pesawat komersial, awak kapal laut komersial dan petugas kehutanan. Keterampilan survival diberikan untuk menunjang tugas mereka apabila mengetahui keadaan darurat. Salah satu ciri petugas khusus ini yaitu harus bertanggung jawab terhadap orang lain, misalnya penumpang, mereka sangat berperan dan bertanggung jawab dalam memberi bantuan untuk menyelamatkan penumpang/korban sebanyak mungkin. 3. Versi Avonturir Versi ini dilakukan antara lain oleh pendaki gunung, penempuh rimba dan pemburu. Penguasaan teknik survival ditentukan kepada kemahiran individu, tetapi mereka terkadang juga terikat pada aturan tertentu, misalnya mereka tidak boleh menguliti pohon dalam memberi tanda jejak. Bahkan menebang pohon pun dilakukan perhitungan yang matang. Bagi pendaki gunung, penempuh rimba atau dikenal sebagai pecinta alam, batang pohon, batu dan tumbuhan merupakan monumen keindahan alam yang sakral untuk diganggu. Oleh karena itu dalam keadaan mendesak pun biasanya mereka masih sempat berfikir untuk tidak membuat kerusakan alam. Semula survival bertitik tolak pada acuan banyaknya latihan dan pengalaman. Namun, khususnya pada beberapa pendidikan survival sekarang dikembangkan dan ditekankan dalam pentingnya perlengkapan. Artinya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
melengkapi diri dengan perlengkapan dan persediaan yang memadai menjadi salah satu tuntutan survival. 2.5.3 Sikap Dalam Melakukan Survival Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang meguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.39 Dalam melakukan survival seseorang harus memiliki sikap atau mental yang mendukung. Hal ini diperlukan untuk menambah kebulatan tekad, kemauan dan semangat juang yang tinggi untuk keluar dari kesulitan serta hambatan yang dihadapi, berikut sikap yang perlu dimiliki survivor: 1. Semangat untuk tetap hidup Tanpa semangat untuk tetap hidup, segala yang dilakukan untuk survival akan sia-sia. Dengan semangat ini lah akan tumbuh kekuatan pantang menyerah dalam keadaan sesulit apapun. 39
www.belantaraindonesia.org . diakses pada tanggal 29 Juni 2015, Pukul 23:05
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan tenaga potensial yang harus tetap dijaga dan digali, dengan kepercayaan diri akan timbul kekuatan untuk melaksanakan segala sesuatu dengan penuh keyakinan. 3. Akal Sehat Dalam keadaan jasmani yang kuat dan mantap, seseorang dapat saja mengalami gangguan secara kejiwaan. Terutama hal ini sering terjadi apabila panik, tertekan dalam keadaan yang menyiksa terus menerus hingga menyebabkan stress, dan dalam keadaan jiwa yang tidak seimbang. 4. Disiplin dan rencana kegiatan yang matang Rencana yang matang memang sangat diperlukan. Ada yang lebih penting dari pada itu, yaitu disiplin pada rencana yang telah ditetapkan. Misalnya, apabila tersesat dan ternyata persediaan air yang dibawa hanya cukup untuk tiga hari dengan jatah minum satu gelas setiap hari. Maka dengan perhitungan bahwa hal tersebut adalah kemungkinan waktu yang diperlukan sampai dipermukiman penduduk. 5. Kemampuan belajar dari pengalaman Kemampuan belajar dari pengalaman sangatlah berharga. Hampir seluruh
materi pelajaran survival adalah
kumpulan pengalaman.
Pengalaman ini benar-benar sangat berharga, baik pengalaman orang lain maupun pengalaman pribadi, tidak ada yang membantah bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. 6. Pengetahuan rimba, laut dan lingkungan serta ekologi dan biologi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengetahuan tentang medan atau kondisi alam yang akan dihadapi saat melakukan kegiatan survival sangatlah penting. Hal ini dapat membantu untuk mempersiapkan kondisi fisik dan peralatan yang akan dibawa, kondisi lingkungan yang berbeda tentunya membutuhkan persiapan yang berlainan pula.40 Dalam keadaan yang sulit misalnya tersesat, survivor harus bersifat tenang, istirahat yang cukup dan memperhatikan kondisi tubuh. Ada pedoman yang dapat diingat yaitu STOP yang bisa diartikan sebagai berikut : S = Stop/Seating, berhenti dan duduklah beristirahat jangan panik. T = Thinking, digunakan akal dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi O = Observe, amati keadaan sekitar, tentukan arah, mendapatkan alat-alat yang ada dan hindari hal-hal yang tidak perlu. P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya biar mudah memutuskan apa yang akan dilakukan. Dalam menghadapi kesulitan diperlukan sikap tanggap dan cermat. Tidak bisa hanya asal-asalan saja yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri saat melakukan kegiatan survival. Biasanya kesulitan itu ditimbulkan oleh kesalahankesalahan sebagai berikut:
40
N.S. Adiyuwono, Op,Cit, Hal 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Hanya membawa pakaian tipis padahal cuaca dipegunungan sebenarnya sangat cepat berubah. Angin dan hujan bisa saja menjebak dalam perjalanan. Akibat tanpa persiapan ini yaitu bahaya kedinginan. 2. Tidak membawa peta dan compas. Apabila tersesat sulit mengatasinya ada baiknya setiap pendaki atau penempuh rimba hendaknya jangan melupakan peta dan compas. 3. Memperkirakan jarak terlalu pendek atau terlalu menganggap mudah, sehingga persiapan yang dilakukan menjadi kurang. Biasanya timbul kesombongan yang mengakibatkan tindakan jadi kurang hati-hati, ini sangat membahayakan. 4. Pergi sendiri kesuatu tempat tanpa izin atau memberi tahu kepada orang lain (orang tua, teman, atau siapa saja yang dianggap perlu). Ini berguna untuk mengecek sekembalinya dari perjalanan, jadi apabila terlambat dari waktu yang telah ditentukan akan mudah untuk mengontrolnya. 5. Tidak memerhatikan tanda bahaya yang diberikan oleh alam, misalnya mendung dan kabut, tanda alam ini membantu untuk menempuh perjalanan yang direncanakan 6. Kurangnya
perencanaan.
Akibat
kurangnya
perencanaan
dapat
menimbulkan kesulitan yang dirasakan benar-benar menyiksa. Jadi segala sesuatunya harus dipersiapkan. 7. Terlalu membawa alat-alat yang tidak perlu, hingga akhirnya hanya merepotkan diri sendiri dalam perjalanan. Hal ini malah terkadang mengganggu perjalanan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.4 Faktor-Faktor Dalam Melakukan Survival Faktor-faktor yang sering terjadi dalam keadaan survival : 1. Rasa Takut Bagi siapa pun yang berhadapan dengan situasi berbahaya, rasa takut merupakan hal wajar terjadi. Merupakan hal yang manusiawi jika kita merasakan rasa takut. Namun jika kita tidak dapat mengendalikan rasa takut, maka situasi akan semakin parah. Rasa takut akan berlanjut dengan kepanikan dan frustasi yang justru akan membahayakan hidup. 2. Rasa Sakit Rasa sakit terkadang kita abaikan saat kita merasa panik. Ingat, selalu obati rasa sakit dari luka-luka sebelum menjadi parah. 3. Rasa Dingin Rasa dingin menjadikan kita sulit untuk berpikir, mati rasa pada bagian tubuh. Ingat, jangan pernah berhenti bergerak atau bahkan tertidur kecuali di shelter yang memadai. Untuk diketahui, suhu inti tubuh manusia adalah 37 derajat Celcius, dan hipotermia ringan mulai terjadi ketika suhu tubuh menurun dibawah 33 derajat Celcius. ‘’setelah suhu tubuh anda menurun, berbagai hal buruk bisa terjadi” ujar Michael Sawka, Thermal & Mountain Medicine Division at U.S. Army Research Institute of Environmental Medicine (USARIEM). Sawka menyebutkan, pada suhu tubuh 33 derajat Celcius, seseorang dapat mengalami amnesia, kemudian pada suhu tubuh 28 derajat Celcius, manusia dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kehilangan kesadaran dan pada suhu inti 27 derajat Celcius, hipotermia lanjut dan kematian bisa terjadi. 4. Rasa Haus Dehidrasi merupakan salah satu faktor yang dapat menggagalkan proses survival. Rasa haus merupakan satu faktor yang tidak boleh diabaikan saat berada dalam kondisi survival. Karna rasa haus dapat menimbulkan rasa lain yang membahayakan. Meminum air seni adalah merupakan tindakan yang salah karena hanya akan menyiksa diri sendiri. Minum air seni membuat daya tahan tubuh menjadi lemah dan juga akan menambah rasa haus yang berkepanjangan.
Namun,
tidak
sedikit
orang
yang
selamat
mempertahankan hidup dengan minum air seni. Ini telah dibuktikan dari banyak pengalaman. Untuk pendapat sementara sebaiknya tidak minum air seni terlebih dahulu apabila sumber air lainnya bisa dicari telebih dahulu.41 5. Rasa Lapar Rasa lapar merupakan rasa yang membahayakan namun jarang menyebabkan kematian. Rasa lapar dapat diikuti dengan rasa dingin, sakit dan takut. Ingat, jangan pernah memakan tumbuhan yang tidak dikenal. Lebih baik kelaparan daripada mati keracunan. 6. Rasa Lelah Rasa lelah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam keadaan survival. Tak ada salahnya kita beristirahat, namun menyerah 41
N.S. Adiyuwono, Op,Cit, Hal 90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada situasi merupakan kesalahan besar. Jadi mental dan pemikiran untuk melawan rasa lelah harus ditanamkan saat keadaan survival. 7. Rasa Bosan dan Kesepian Rasa ini merupakan salah satu faktor yang terkadang datang tanpa diantisipasi. Rasa ini dapat berujung pada perasaan frustasi yang membahayakan hidup.42
42
www.belantaraindonesia.org. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.6
Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahaya Yunani: Semeion,
yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajah semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang, berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.43 Secara terminologis semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Karena pada dasarnya, analisis semiotika bersifat paradigmatik dibalik sebuah teks.44 Sedangkan menurut Umberto Eco ahli semiotika yang lain, kajian semiotika dibedakan menjadi dua jenis yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam fakor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotika signifikansi tidak
43
Yasraf A. Piliang. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jala Sutra. 2008. Hal 11 Indiwan Setyo Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, edisi kedua, Jakarta, 2013, Hal 5 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
“mempersoalkan” adanya tujuan berkomunikasi, karena yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya.45 Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotika merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (signs) baik yang terdapat pada media massa maupun yang terdapat diluar media massa (seperti karya tulis, patung, candi, monumen dll).46 Tokoh-tokoh ahli semiotika memiliki ciri dan cara yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal pemaknaan tanda. Berikut adalah tokoh-tokoh penting dalam bidang semiotika dengan model pemaknaan tandaya: Charles Sanders Peirce, Ferdinand de Saussure, Roland Barthes, Umberto Eco.47 2.6.1 Semiotika Charles Sanders Peirce Peirce adalah tokoh semiotika yang berlatar belakang pendidikan filsafat dan menyebut ilmu yang dibangunnya (semiotics). Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Dalam
45
Ibid, Hal 6-7 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta:LKIS Pelangi Aksara, 2007, hal 155 47 Indiwan Setyo, Op.Cit, Hal 13-19 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.48 Dengan demikian, sebuah tanda melibatkan sebuah proses kognitif di dalam kepala seseorang dan proses itu dapat kalau ada representamen, acuan, dan interpretan. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut representamen. Representamen adalah bentuk atau “wajah luar” suatu tanda yang pertama kali diindrai oleh manusia. representasi juga merupakan “bentuk fisik sebuah tanda”. Interpretan merupakan tafsiran dari seseorang berdasarkan objek yang dilihatnya sesuai dengan kenyataan yang menghubungkan antara representamen dengan objek. Berdasarkan sifat hubungan antara represantemen dan objek, Peirce membagi tanda menjadi tiga, yaitu Ikon (icon), Indeks (index), dan lambang (symbol). Ikon adalah hubungan antara Tanda (R) dengan Objek (O) yang dapat berupa hubungan kemiripan, misalnya adalah foto seseorang dan peta geografis. Indeks adalah hubungan yang timbul karena ada kedekatan eksistensi atau hubungan kausal antara R dengan O, misalnya asap adalah indeks dari kebakaran. Lambang adalah hubungan antara R dengan O yang terbentuk secara konvensional, misalnya lampu lalu lintas, anggukan kepala dan tanda-tanda bahasa adalah contoh dari lambang.
48
Arthur Asa Berger, Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan Dwi Marianto dan Sunarto, Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 2000, Hal 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Table 1. Elemen Charles Sanders Peirce Trikotomi
Representament
Relasi ke objek
Kategori
Relasi Ke Interpretan
Firstness (Kualitas)
Qualisign
Icon
Rhema
Sinsign
Indeks
Dicent
Legisign
Symbol
Argument
Secondness (Fakta real) Thirdness (Kaidah/aturan)
Berdasarkan sifat interpretan, suatu tanda dapat berupa Rheme, Dicent, atau Argument. Tanda adalah rheme apabila tanda tampak bagi interpretan sebagai sebuah kemungkinan, misalnya konsep. Tanda adalah dicent (disebut juga dicisign) kalau tanda tampak bagi interpretan sebagai sebuah fakta, misalnya pernyataan deskriptif. Tanda adalah argument jika tanda tampak bagi interpretan sebagai sebuah nalar, misalnya preposisi. Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan dengan acuannya, dikenal tipologi tanda versi Charles Sandres Peirce :49 a. Ikon adalah tanda mengandung kemiripan “rupa” sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representament dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda 49
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, 2011, Hal 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang ikonik karena “menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. b. Indeks adalah tanda yang memiliki ketertarikan fenomenal dan eksistensial diantara representament dan objeknya. Didalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang “tamu” di rumah kita. c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesempatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tandatanda keabsahan pada umumnya adalah simbol-simbol, tak sedikit dari rambu lalu lintas bersifat simbolik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Table 2. Jenis Tanda dan Cara Kerjanya
Jenis
Ditandai dengan
Contoh
Proses kerja
- Persamaan
- Gambar, foto dan
- Dilihat
(kesamaan)
patung
tanda Ikon
- kemiripan Indeks
- Hubungan sebab
- Asap -> Api
- Diperkirakan
akibat
- Gejala -> penyakit
- keterkaitan Symbol
- Konvensi atau
- Kata-kata
- kesepakatan sosial
- Isyarat
- Dipelajari
Penelitian ini akan mengidentifikasikan pesan dalam tampilan film yang terdiri dari gambar yang lalu mengelompokannya menjadi beberapa jenis tanda sampai
kemudian
menemukan
makna
dibalik
tanda
yang
dipaparkan
menggunakan analisis semiotika dengan kajian analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Dengan model “triadic” dimana diantara tanda, objek dan interpretasi memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Kekuatan dan kelebihan semiotika Charles Sanders Peirce terletak pada interpretasi peneliti diatas data yang diperolehnya. Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau‘triangle of meaning’ yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek dan interpretant.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia yang merupakan sesuatu yang merunjuk (merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 Model Charles Sanders Peirce (Triangle of Meaning) Sign
Objek
Interpretant
Sumber: Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi50 Semiotika adalah tindakan (action), pengaruh (influence) atau kerja sama tiga subjek yaitu tanda atau sign (representament/ground), objek (object) dan makna(interpretan).
50
Indiwan Setyo Wahyu Wibowo, Op.Cit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/