BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Laporan Audit Apapun tugas yang dilakukan oleh auditor, yang dibutuhkan adalah sebuah hasil kerja yang berkualitas. Kualitas audit telah didefinisikan dengan berbagai cara. Watkins et al. (2004) menggambarkan bagaimana seharusnya kualitas laporan diukur. Mereka memisahkan antara reputasi auditor dan kekuatan pemonitoran auditor. Reputasi auditor diukur dengan kompetensi cerapan (perceived) dan independensi cerapan. Reputasi akan menghasilkan informasi yang kredibel. Kredibilitas informasi sendiri diukur dengan derajat keyakinan pengguna atas satu informasi. Karena berhubungan dengan keyakinan pengguna, maka reputasi auditor bisa berubah sesuai dengan penilaian pengguna informasi terhadap reputasi auditor tersebut. Di sisi lain, kekuatan pemonitoran auditor diukur dengan kompetensi auditor dan independensi auditor. Kekuatan pemonitoran akan menghasilkan informasi yang berkualitas yang diukur dari seberapa baik informasi mencerminkan kondisi sesungguhnya. DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai “pasar menilai kemungkinan bahwa auditor akan memberikan : a). Penemuan mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b). Adanya pelanggaran dalam pencatatannya”. Berdasarkan definisi DeAngelo (1981) kualitas audit merupakan suatu fungsi yang meningkat dari kemampuan auditor untuk mendeteksi laporan yang salah saji dan independensi auditor yang dinilai oleh pasar.
Universitas Sumatera Utara
Palmrose (1988) mendefinisikan kualitas audit sebagai suatu tingkat kepastian atau jaminan. Ketika tujuan dari suatu audit adalah memberikan jamina n atas laporan keuangan, kemungkinan kualitas audit atas laporan keuangan berisi laporan salah saji yang tidak material. Dalam kenyataannya, definisi ini menggunakan hasil -hasil audit, yaitu reliabilitas dari laporan keuangan yang telah diaudit menggambarkan kualitas auditnya. Definisi ini menyebabkan pertanyaan pertanyaan sebagai berikut “ bagaimana pengguna laporan keuangan menilai tingkat kepastian dan reliabilitas dari laporan keuangan yang telah diaudit?” hal ini merupakan suatu kualitas audit yang post hoc dikarenakan tingkat kepastian atau jaminan tidak dapat dinilai sampai audit selesai dilakukan. Penelitian Titman dan Trueman (1986) adalah penelitian analitis tentang pemilihan auditor oleh pemilik perusahaan ketika ia, pemilik perusahaan, memutuskan untuk menjual saham perusahaan ke pasar modal pertama kali. Untuk tujuan itu, ia perlu memilih auditor agar bisa membantunya menyusun laporan keuangan. Ketika memutuskan untuk menjual saham ke pasar modal, pemilik menjual sebagian sahamnya dan menggunakan uang hasil penjualan itu untuk mendiversifikasi portofolionya. Untuk keputusan investasinya, sipemilik tersebut harus memiliki informasi privat tentang aliran kas perusahaan pada masa depan. Calon investor dari luar tidak memiliki informasi ini hingga keputusan pemilik untuk menjual sahamnya ke pasar terlaksana. Namun, mereka, calon investor, memiliki sumber informasi lain, salah satunya, dari laporan keuangan publikasian yang disampaikan oleh pemilik perusahaan dengan bantuan auditor yang dipilih oleh pemilik.
Universitas Sumatera Utara
Informasi ini sendiri menurut Titman dan Trueman (1986) memiliki pengaruh terhadap aliran kas ekspektasian. Informasi yang didapat dari laporan keuangan ini adalah pelengkap dari informasi privat yang dimiliki oleh pemilik. Artinya, auditor harus menghasilkan informasi selain informasi yang telah ada yang diketahui oleh pemilik. Asumsi ini menurut Titman dan Trueman (1986) adalah asumsi yang masuk akal, terutama bagi perusahaan yang baru memulai operasinya. Sebagian dari perusahaan yang baru memulai operasi tersebut bahkan belum memiliki laporan keuangan pada masa lalu. Oleh karena itu, auditor diharapkan bisa menggunakan keahlian mereka untuk membantu perusahaan memproses informasi dan pengetahuan tentang kondisi industri. Hal ini membuat auditor bisa menyediakan estimasi yang lebih baik, dibandingkan dengan pemilik tentang nilai-nilai tertentu di dalam neraca dan di dalam laporan laba/rugi. Ketepatan informasi yang dihasilkan oleh auditor yang diturunkan dari laporan keuangan tergantung pada kualitas laporan audit. Titman dan Trueman (1986) mengasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan mengenakan fee audit yang lebih tinggi pula. Calon investor akan mendapatkan estimat yang lebih tepat tentang aliran kas masa depan sebuah perusahaan jika mereka sadar bahwa pilihan pemilik atas kualitas lapora audit mencerminkan informasi privat yang dimiliki oleh pemilik. Di dalam kondisi ekuilibrium, pemilik akan memiliki insentif untuk memilih auditor dengan level kualitas yang bisa dengan benar mengungkapkan informasi privat mereka. Dengan demikian, makin menguntungkan (favorable) informasi tersebut, makin tinggi kualitas laporan audit yang dipilih.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini bisa terjadi karena makin tinggi kualitas laporan audit, makin tinggi bobot yang diberikan oleh investor terhadap informasi yang diberikan oleh auditor. Jadi, bagi perusahaan yang memiliki informasi yang baik (favorable), investasi pada auditor yang berkualitas lebih baik (favorable) akan memberikan manfaat yang besar. Namun, hal itu tidak berlaku bagi perusahaan yang tidak memiliki informasi yang baik (favorable). Auditor yang berkualitas lebih baik harus memberikan informasi yang tepat, tidak hanya mengenakan fee yang lebih tinggi agar pilihan itu benar-benar mencerminkan informasi yang ada pada perusahaan. Jika ketepatan informasi yang diberikan oleh auditor tidak sepadan dengan fee yang tinggi, maka
pilihan atas auditor tersebut tidak akan bisa
mengungkapkan informasi privat yang dimiliki oleh pemilik. Jika itu yang terjadi, maka pilihan atas auditor tersebut tidak akan bisa mengungkapkan informasi apa pun yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Sehingga simpulan dari analisis Titman dan Trueman (1986) adalah bahwa auditor yang berkualitas lebih baik harus memberikan informasi yang tepat, tidak hanya mengenakan fee yang lebih tinggi agar pilihan itu benar-benar mencerminkan informasi yang ada pada perusahaan. Jika ketepatan informasi yang diberikan oleh auditor tidak sepadan dengan fee yang tinggi, maka pilihan atas auditor tersebut tidak akan bisa mengungkapkan informasi privat yang dimiliki oleh pemilik. Jika itu yang terjadi, maka pilihan atas auditor tersebut tidak akan bisa mengungkapkan informasi apa pun yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Hal lain juga yang ditekankan oleh Titman dan Trueman (1986) adalah bahwa informasi yang disediakan oleh auditor hanyalah informasi pelengkap bagi calon investor untuk menilai aliran kas perusahaan, bukan sumber informasi utama. Mereka berlogika jika auditor tidak
Universitas Sumatera Utara
bisa mengungkapkan dengan sempurna informasi yang dimiliki oleh pemilik dan jika informasi yang ada di dalam laporan keuangan tidak memberikan nilaitambah melebihi sinyal-sinyal yang ada, maka laporan keuangan tidak akan digunakan di dalam proses penilaian perusahaan oleh investor selama mereka, para investor, yakin dengan kualitas laporan audit. Beattie dan Fearnley (2004) berpendapat bahwa terdapat pengaruh tekanan yang menurun pada fee audit secara umum, dan khususnya pengurangan yang besar pada fee ketika audit merupakan hasil dari suatu tender. Dalam situasi tersebut Kantor Akuntan Publik menghadapi tekanan untuk mengurangi waktu agar menjaga laba pada tingkat yang dapat diterima. Tekanan kompetitif kemungkinan menyebabkan kualitas tidak dapat dideteksi dalam jangka pendek oleh klien atau manajemen audit. Hal tersebut secara khusus menempatkan beban yang berat pada sistem pengendalian di Kantor Akuntan Publik, pengendalian biaya yang sangat ketat perlu dicapai nam un dengan tidak mengurangi kualitas audit .
2.2. Kualitas Persepsian atau Kekuatan Pemonitoran Kualitas laporan audit persepsian adalah kualitas laporan audit menurut penilaian pihak lain, misalnya pasar. Karena didasarkan kepada penilaian pasar, persepsi pasar bisa saja keliru, baik karena pasar yang tidak bisa menilai dengan baik maupun karena auditor yang bisa menutupi kekurangan mereka. Selain itu, persepsi berhubungan dengan kinerja pada masa lalu, bukan dengan kinerja aktual. Karena hubungannya dengan masa lalu, maka bisa jadi pada masa depan kinerja yang sama tidak bisa dicapai lagi oleh auditor. Bisa jadi juga pasar tidak
Universitas Sumatera Utara
lagi memiliki persepsi yang sama tentang kualitas laporan audit seperti persepsi mereka pada masa lalu. Oleh karena itu, kualitas laporan audit persepsian adalah kualitas yang subjektif. Di sisi lain, Watkins et al. (2004) berpendapat bahwa seharusnya kualitas laporan auditor digambarkan dengan kualitas atau kekuatan pemonitoran yang dilaksanakan auditor. Auditor sebagai “mata” pemegang saham harus bisa memberikan jaminan bahwa laporan keuangan yang disampaikan oleh auditor lepas dari salah-saji material. Untuk bisa memberikan jaminan tersebut, maka auditor harus menggunakan sumber daya yang dimiliki. Kantor akuntan besar sering kali diasosiasikan dengan sumber daya yang besar dan berkualitas relatif dibandingkan dengan kantor akuntan kecil. Namun, maksud Watkins et al. (2004) di sini bukan kepemilikan sumber daya yang menentukan kualitas laporan audit. Sebaliknya, kualitas laporan audit lebih ditentukan
dari penggunaan
sumber daya yang dimiliki oleh kantor akuntan untuk tujuan pengauditan.
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor Independen Setiap bidang profesi memiliki aturan khusus yang di kenal dengan nama "kode etik profesi". Dalam bidang akuntansi salah satu profesinya yaitu akuntan publik, yang aturan-aturannya disusun oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang bertujuan untuk mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Kebutuhan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat akan jasa akuntan menjadi pemicu perkembangan tersebut. Namun demikian, persepsi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
terhadap profesi akuntan sebagai komunikator bisnis ternyata masih jauh dari efektif. Di satu sisi, pemakai jasa akuntan tersebut mengharapkan suatu hasil profesional dengan bertumpu pada kepercayaan mereka terhadap jasa profesional tersebut. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Dalam kongres tahun 1973 IAI menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia, yang saat itu diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengatur standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan akuntan. Standar mutu ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Setelah mengalami perubahan, maka tahun 1998 Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan delapan prinsip etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI baik di pusat maupun di daerah. Pada tahun 2007-2008 Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengeluarkan ketetapan dalam kode etika profesi akuntan publik yaang harus ditaati oleh para Auditor Independen dalam menjalankan profesinya. Begitu juga menurut Mulyadi (2002: 53) bahwa dalam menjalankan profesinya sebagai Auditor Independen memuat delapan prinsip Kode etik akuntan Indonesia. Untuk
menjadi
Auditor
Independen
yang
dapat
dipercaya
oleh
masyarakat,maka harus patuh pada faktor yang mempengaruhi indenpendensi yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2008 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Integritas Prinsip
kesatu
adalah
integritas.
Dalam
rangka
memelihara
dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas yang tinggi. Integritas ini merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan pedoman bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengikat seorang anggota harus bersikap jujur dan berterus terang dengan tidak mengorbankan rahasia penerima jasa. Integritas diukur
dalam
bentuk apa yang benar dan adil serta mengharuskan anggota untuk mengikuti obyektivitas dan kehati-hatian profesional. 2.3.2 Obyektivitas Prinsip kedua
adalah obyektivitas. Setiap anggota harus menjaga
obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Prinsip ini mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak bias, serta terbebas dari benturan kepentingan. Prinsip 2.3.3 Kompetensi Prinsip ketiga adalah kompetensi
dimana setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan, serta wajib untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan pratik, legeslasi dan teknik yang paling mutakhir.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Kerahasiaan Prinsip keempat adalah kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkanya. 2.3.5 Prilaku Profesional Prinsip kelima adalah perilaku profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
2.4 Latar Belakang Teori Tentang Indenpendensi Auditor Independen Terhadap Kualitas Laporan Audit 2.4.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih Principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Di dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan Principal adalah pemegang saham atau pemilik, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola harta pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agen sebagai pengelola berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana dipercayakan pemegang saham (Principal), untuk meningkatkan kemakmuran Principal melalui peningkatan nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, Principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban pada agen (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut Principal menilai kinerja manajemen, tetapi yang seringkali terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang melanggar standar audit yaitu dengan membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Berdasarkan hal tersebut principal melakukan pengujian yang dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor independen untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen saat membuat laporan keuangan. Pengguna informasi laporan
keuangan
akan
mempertimbangkan
pendapat
auditor
sebelum
menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah memberi kredit atau pinjaman, investasi, merger, akusisi. Pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor yang kredibel. Auditor yang kredibel dapat memberikan informasi yang lebih baik kepada pengguna informasi, karena dapat mengurangi ketidaksamaan informasi antara pihak manajemen dengan pihak pemilik. Jadi, teori keagenan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul antara Principal dan agen. Principal selaku investor bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen
atau
manajemen
perusahaan
untuk
menginvestasikan
keuangan
mereka.Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Auditor
Universitas Sumatera Utara
independen mengevaluasi kinerja agen sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor maupun kreditor dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi. 2.4.2 Kualitas Laporan Audit Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para penggguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor independen yang mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, kualitas laporan audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor independen dalam proses pengauditan. Goldman dan Barlev (1974) dalam Meutia (2004) menyatakan bahwa laporan auditor independen mengandung kepentingan tiga kelompok, yaitu : (1) manajer perusahaan yang diaudit, (2) pemegang saham perusahaan, (3) pihak ketiga atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan supplier. Masing-masing kepentingan ini merupakan sumber gangguan yang akan memberikan tekanan pada auditor untuk menghasilkan laporan audit yang mungkin tidak sesuai dengan standar auditing. Lebih lanjut hal ini akan mengganggu kualitas audit. AAA Financial Accounting Standard Committee (2000) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi, kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas laporan audit.
Universitas Sumatera Utara
De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Dari pengertian tentang kualitas audit di atas bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan untuk dapat menjalankan kewajibannya. Ada tiga komponen yang harus dimiliki auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi, dan Profesional. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor independen sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin hasil operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yang tergambar dengan data yang lebih tinggi dengan maksud untuk mendapatkan penghargaan (misalkan bonus). Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auiditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Media Akuntansi,1997) dalam Haris Wibisono (2007) Berdasarkan uraian diatas, maka auditor memiliki posisi yang strategis baik di mata manajemen maupun di mata pemakai laporan keuangan. Selain itu pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar
Universitas Sumatera Utara
dari pemakai laporan keungan auditan dan jasa yang diberikan auditor mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap audit harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Khomsiyah dan Indriantoro,1988).
2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kualitas Laporan Audit Menyangkut kualitas laporan audit Watkins et al. (2004) mengusulkan empat driver (penggerak) kualitas laporan audit. Dua penggerak dari sisi permintaan dan dua yang lain dari sisi suplai. Penggerak dari sisi permintaan adalah strategi risiko klien dan konflik keagenan. Sementara itu, penggerak dari sisi suplai adalah strategi manajemen risiko auditor dan fee audit. Pendapat Watkins et al. (2004) itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Pertama, Lee et al. (1999) tidak setuju dengan asumsi Titman dan Trueman (1986) yang mengasumsikan bahwa pemilik perusahaan memiliki informasi privat. Menurut mereka, pemilik perusahaan hanya bisa mengklaim bahwa perusahaan mereka baik. Walau dengan asumsi yang berbeda tentang informasi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang hendak menjual sahamnya ke publik, kedua kelompok peneliti tersebut mendapatkan simpulan yang kurang-lebih sama. Artinya, dengan pengetahuan tentang risiko proyek yang tidak sama, keputusan
Universitas Sumatera Utara
memilih auditor dengan kualitas tertentu tetap sama. Kedua, klien yang berisiko lebih tinggi bisa saja memilih untuk menggunakan auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang lebih baik pada masa lalu bisa saja digunakan oleh klien yang memiliki proyek yang berisiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan sebagai sinyal bahwa proyek perusahaan tidak seberisiko yang terlihat. Konflik keagenan juga memiliki peran sebagai penggerak kualitas laporan audit. Di dalam teori keagenan disampaikan bahwa fungsi pengauditan adalah salah satu mekanisme untuk mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan. Kedua pihak membutuhkan auditor untuk mengurangi ketidak simetrisan informasi antara pemilik dengan auditor. Semakin besar konflik keagenan, semakin tinggi biaya keagenan, dan semakin tinggi permintaan untuk auditor yang berkualitas. Catatan penting dari analisis Watkins et al. (2004) di sini adalah bahwa konflik keagenan bervariasi antarperusahaan dan antarwaktu. Konflik keagenan pada perusahaan yang pemilik dan manajer tidak terpisah atau relatif tidak terpisah berbeda dengan konflik keagenan pada perusahaan yang manajer dan pemilik sama-sekali terpisah. Dengan berlalunya waktu, konflik keagenan bisa bergeser ke arah satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Oleh karena itu, pengaruh konflik keagenan terhadap kualitas laporan audit atau permintaan terhadap kualitas laporan audit juga akan berbeda-beda antarperusahaan dan antarwaktu. Dari kedua determinan kualitas laporan audit yang disampaikan oleh Watkins et al. (2004) di atas, ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan. Pertama, walaupun ada bukti bahwa klien menyadari atau
Universitas Sumatera Utara
setidaknya memiliki persepsi bahwa kualitas laporan audit berbeda antar kantor akuntan, kemudian ikatan keluarga dan hubungan usaha, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan auditor dan jumlah fee yang besar. Titman dan Trueman (1986) menyatakan bahwa risiko klien bisa menjadi penggerak kualitas. Pemilihan auditor oleh klien dipengaruhi oleh preferensi risiko klien atas keterungkapan dirinya kepada publik. Perusahaan berekspektasi bahwa publik akan menganggap perusahaan yang bersedia diaudit oleh kantor akuntan yang lebih besar yang berarti memiliki sumber daya yang lebih besar adalah perusahaan yang lebih menguntungkan. Yang sebaliknya terjadi pada perusahaan yang memilih diaudit oleh kantor kuntan yang lebih kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Burton dan Robert (1967) mengacu adanya sikap pro dan kontra terhadap lamanya hubungan audit antara perusahaan dengan auditornya yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kualitas laporan audit. Salah satu hasilnya menyebutkan bahwa adanya kecenderungan perusahaan untuk berpindah auditor independen dari auditor independen yang kecil ke auditor independen yang besar. Penelitian yang dilakukan Lavin (1976) menyebutkan faktor–faktor yang mempengaruhi independensi auditor independen meliputi ikatan keuangan dan hubungan usaha klien, pemberian jasa lain selain jasa audit dan lamanya hubungan audit. Penelitian yang dilakukan oleh Shockly (1981), mengemukakan hasil penelitian bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi independensi terhadap kualitas laporan audit dari akuntan publik di Amerika Serikat adalah pemberian
Universitas Sumatera Utara
jasa konsultasi manajemen kepada klien, persaingan antar Auditor Independen, besarnya Auditor Independen dan lamanya hubungan audit. Penelitian yang dilakukan Samelson et al (2006) menyatakan bahwa independensi auditor tidak signifikan terhadap kualitas audit. Samelson et al ., (2006), melakukan pengujian dengan menggunakan atributatribut kualitas audit yang menentukan kualitas audityang dirasakan dan kepuasan klien pada direkturdirektur keuangan dikabupaten-kabupaten dan kota. Hasil penelitian menunjukkan tim audit memiliki keahlian yang diperlukan untuk dapat melakukan audit, tim audit
tanggap
terhadap
schedule
kebutuhan
klien,
tim
audit
memperhatikanprofesionalisme dalam melakukan perikatan audit, pengertian yang cukup dari tim audit terhadap sistem akuntansi klien, tim audit harus mempelajaripengendalian
internal
klien
secara
mendalam,
berhubungan
positifterhadap kualitas audit yang dirasakan. Temuan lain berkaitan dengan kepuasan auditee berhubungan positif dengan tim audit memiliki keahlianyang diperlukan untuk dapat melaku kan audit, tim audit tanggap terhadap schedule kebutuhan klien, manajer dalam perikatan audit secara aktifterlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit (memimpin),pengertian yang cukup dari tim audit terhadap sistem akuntansi klien, tim audit harus mempelajari pengendalian internal klien secara mendalam. Supriyono (1988) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi independensi terhadap kualitas laporan audit dalam penampilan akuntan publik di Indonesia. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor–faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan terhadap kualitas hasil audit antara lain adalah : ikatan
Universitas Sumatera Utara
keluarga dan hubungan usaha, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit dan jumlah fee yang besar. Selain disebutkan diatas dibawah ini juga terlampir beberapa peneliti terdahulu. Tabel 2.1: Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian
Respoden
Teknik Analisis
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variable Moderat
1. Kompetensi (X1) 2. Independensi (X2) 3. Etika (X3) 4. Kualitas Audit (Y)
Seluruh auditor yang ada di wilayah Jawa Timur
Regresi Moderate Two Way Interactions
Arie Wibowo, Hilda Rosseta, Ph.D, (2010)
Faktor-Faktor Determinasi Kualitas AuditSuati Studi Dengan Pendekatan Earning Surprise Benchmark
1. Masa penugasan audit (X1) 2. Ukuran kantor akuntan (KAP) (X2) 3. Penerapan regulasi rotasi audit (X3) 4. Kualitas Audit (Y)
Penelitian ini hanya menggunak an data perusahaan publik yang ter catat di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu ter batas.
Regresi binary logistic
Icuk Rangga Bawono, Elisha Muliani Singgi, (2009)
Faktor-faktor Dalam Diri Auditor Dan Kualitas Audit : Studi Pada KAP ” Big Four ” Di Indonesia
1. Independensi (X1). 2. Pengalaman (X2). 3. Kualitas Audit (Y).
Populasi dalam pe nelitian ini adalah seluruh auditor dari tingkatan part ner, manajer, se nior, dan junior ya ng bekerja di KAP “Big Four” yang ada di Indonesia.
Model regresi ganda
No
Peneliti
Judul
1
M Nizarul Alim, Trisna Hapsari,Lilie k Purwanti (2007)
2
3
Kesimpulan
1. Kualitas audit dapat dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kom petensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pe ngalaman dan pengetahuan 2. Interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables) 3. Bukti empiris bahwa Independensi berpe pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 4. Interaksi independen etika auditor berpengaruh signifik an terhadap kualitas audit Bukti yang kuat dan konsisten tentang dua faktor yang ber pengaruh positif ter hadap kualitas audit dalam konteks per usahaan publik di pasar modal Indonesia, yaitu: (I) Ukuran KAP ((Size KAP) dan (ii) Regulasi Audit. Semakin besar ukuran KAP maka akan se makin baik kualitas audit yang akan di hasilkan dan regulasi audit dapat secara efek tif meningkatkan ku alitas audit. Regulasi audit ini antara lain mencakup kebijakan rotasi audit serta bentuk pembinaan dan pengawasan lainnya seperti kewajiban me ngikuti pendidikan pro fesional ber kelan jutan(PPL) Independensi, pengalaman due profe ssional care dan akun tabilitas secara simultan ber pengaruh terhadap kualitas audit. Independensi, due pro fessional care dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi
Universitas Sumatera Utara
merupakan variable yang dominan berpengaruh terhadap kualitas audit.
4
Lego Waspodo, (2007)
Pengaruh Independensi Audiyor Eksternal Dan Kualitas Audit Terhadap Hasil Negosiasi Antara Auditor Dengan Manajemen Klien Mengenai permasalahan laporan keuangan (Studi Empiris Terhadap Manajer Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ )
1. Tingkat independensi auditor dalam proses negosiasi antara auditor dengan klien atas penemuan salah saji material dalam laporan keuangan akan menurun saat Jasa Non Audityang disediakan oleh perusahaan klien mengalami peningkatan ? 2.Tingkat independensi auditor dalam proses negosiasi antara auditor dengan klien atas penemuan salah saji ma terial dalam laporan keuangan akan meningkat saat masa penugasan auditor semakin panjang ? 3.Auditor yang memiliki spesialisasi dibidang industri cenderung menolak tekanan dari pihak manajemen perusahaan klien dibandingkan auditor yang tidak memiliki spesialisasi dibidang industri dalam proses negosiasi antara auditor dengan klien atas penemuan bukti salah saji material dalam laporan keuangan? 4. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafilisasi dengan Big 4 memiliki ke cenderungan yang lebih tinggi me nolak tekanan dari pihak manajemen perusaha an klien diban dingk an Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak berafiliasi de ngan Big 4 pada saat proses negosiasi an tara auditor dengan klien atas penemuan salah saji dalam la poran keuangan?
Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajer perusahaan manu faktur yang terdaft ar di Bursa Eefek Jakarta (BEJ}
Regresi tobit
1.Variabel independen besarnya embayaran jasa selain jasa audit (Non memiliki Audit)Fee) koefisien bertanda negatif. Dengan demikian bertambahnya Pembayaran jasa selain jasa audit (Non Audit Fee) sangat mempengaruhi independensi au ditor,semakin besar jasa selain jasa audit (Non Audit Fee) diterima oleh KAP maka akan semakin menurunkan independensi dari auditor tersebut. 2.Variabel independen lamanya masa penugasan Kantor Akuntan Publik memiliki koefisien bertanda positif denga n signifikan sebesar. Dengan demikian lamanya masa penugasan kantor akuntan publik tidak dapat mempengaruhi independen auditor. 3.Variabel independen auditor yang memiliki spesialis memiliki koefisien bertanda positif. Dengan demikian semakin seorang auditor memiliki spesialis hasil audit yang dilakukannya akan semakin berkualitas. 4.Variabel independen besarnya kantor akuntan publik (big 4) memiliki koefisien bertanda negatif. Dengan demikian ukuran dari Kantor akuntan publik Big 4 tidak dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik.
Universitas Sumatera Utara