BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Wolk, et al. (2004:5) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi atas laporan keuangan untuk pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Sinyal yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan akan dapat mempengaruhi investor terkait dalam pengambilan keputusan investasi. Teori sinyal menyebutkan bahwa informasi dari perusahaan dapat direspon positif atau negatif oleh investor, yang dapat mempengaruhi volatilitas harga saham (Herlina, 2013). Informasi volatilitas harga saham merupakan sinyal mengenai harga saham di masa yang akan datang, jika informasi tersebut menguntungkan bagi investor, maka informasi tersebut digunakan oleh investor sebagai acuan untuk mengambil keputusan saat berinvestasi. Reaksi pasar ditunjukkan dengan perubahan volume perdagangan saham. Pada saat informasi diumumkan, serta semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, maka pelaku pasar terlebih dahulu menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) dan sinyal buruk (bad news). Pemberian sinyal kepada investor dan calon investor memiliki keuntungan baik pada
10
perusahaan, investor maupun calon investor, yang dimana perusahaan diuntungkan karena perusahaan akan dinilai oleh investor dan calon investor dengan adil, sesuai dengan kinerja perusahaan tersebut.
Investor diuntungkan dengan adanya
pengurangan atas asimetri informasi, dan investor dapat memutuskan ke mana investor akan menyalurkan dananya.
2.1.2 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham), maupun instrumen lainnya (Darmadji, 2008:33). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Suad, 2006:4). Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang memerlukan dana dalam melaksanakan fungsi ekonominya. 2.1.3 Saham Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Harga saham sangat dipertimbangkan oleh investor karena merupakan standar pengukuran kinerja perusahaan, sehingga emiten berusaha menjaga prestasi baik serta terus-menerus berusaha memperbaiki kinerjanya yang dapat mempengaruhi return
11
saham (Anggana, 2013). Pemegang saham mempunyai hak dan tanggung jawab seperti seorang pemilik perusahaan. Menurut Darmadji (2008:30) saham merupakan surat berharga yang menunjukkan kepemilikan investor dalam suatu perusahaan, yang dimana jika seseorang membeli saham suatu perusahaan berarti telah menyertakan modal ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Kepemilikan tersebut memeberikan kontribusi kepada pemegangnya berupa return yang dapat diperolehnya, yaitu keuntungan modal atas saham yang memiliki harga jual lebih tinggi dari pada harga belinya.
2.1.4 Harga Saham Harga saham merupakan pencerminan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh investor untuk penyertaan dalam perusahaannya (Nasseh, 2000). Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan penjual dan pembeli yang bertransaksi di bursa (Mcmillan, 2005). Menurut Harjito (2009:85), terdapat dua faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham, yaitu : 1.
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan dan tidak berkaitan langsung dengan kondisi perusahaan, seperti tingkat suku bunga, hukum permintaan dan penawaran.
2.
Faktor Internal
12
Faktor internal adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja atau kondisi suatu perusahaan. Kondisi atau kinerja suatu perusahaan dilihat dari data-data laporan keuangan selama perusahaan melakukan operasi perusahaan. 2.1.5 Volatilitas Harga Saham Volatilitas harga saham adalah pengukuran statistik untuk naik turunnya harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan peningkatan harga dalam periode tertentu. Volatilitas yang tinggi mencerminkan
karakteristik
penawaran
dan
permintaan
yang
tidak
biasa
(Bessembinder, 1993). Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar atau bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap asset yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut (Anton, 2006). Menurut Schwert dan Smith (1992) terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility : 1.
Future Volatility Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar keuangan. Volatilitas yang baik adalah volatilitas yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang.
13
2.
Historical Volatility Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga.
3.
Forecast Volatility Terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa pilihan dari suatu kontrak.
4.
Implied Volatility Future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga pilihan di pasar.
5.
Seasonal Volatility Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut harus ditetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
14
2.1.6 Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan adalah jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Kim dan Verrechia (1991) menyatakan bahwa volume perdagangan saham merupakan suatu fungsi peningkatan dari perubahan harga absolut, dimana harga merefleksikan tingkat perubahan informasi. Volume perdagangan saham dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas saham. Likuiditas saham merupakan kemampuan untuk bertransaksi dalam jumlah besar, dengan waktu yang singkat dan biaya yang rendah (Ramantha, 2006). Volume perdagangan juga dapat mengukur kinerja suatu saham, semakin sering saham diperdagangkan menunjukkan saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan sering dijadikan tolok ukur untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian (Chordia, 2001). Aktivitas volume perdagangan digunakan investor untuk melihat penilaian suatu informasi saham dalam membuat suatu keputusan perdagangan. Hal ini berkaitan dengan motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham dengan tujuan mendapatkan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham (Swaminathan, 2000).
15
2.1.7 Leverage Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Riyanto, 1995:375). Menurut Raharjaputra (2009:200) rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri (shareholders equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur (creditors). Apabila pemilik perusahaan hanya memiliki dana sendiri dengan jumlah yang kecil dari jumlah dana yang dibutuhkan, maka kreditur memiliki beban atau resiko besar. Pemilik perusahaan memiliki keuntungan, hak mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi terbatas dengan adanya dana pinjaman dari kreditur (Harryo, 2009). Jika perusahaan memiliki kelebihan atau keuntungan dari selisih keuntungan operasional dengan bunga atau biaya modal, maka pemilik perusahaan akan memperoleh keuntungan tersebut. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian (Prasetyo, 2013).
2.1.8 Tingkat Suku Bunga Perubahan tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dalam pasar uang selanjutnya akan mempengaruhi keinginan investor untuk
16
melakukan suatu investasi. Bila tingkat bunga naik, maka harga dari surat-surat berharga akan turun dan begitu juga sebaliknya, sehingga kemungkinan besar para pemegang surat-surat berharga akan mendapat kerugian ataupun mendapat keuntungan (Hugida, 2011). Tingkat suku bunga merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai
dengan
kemampuan debitur dalam memberikan tingkat
pengembalian kepada kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal (Fuadi, 2009). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang. SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Tujuan dari penerbitan SBI adalah untuk menjaga stabilitas moneter, yaitu BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah (Suad, 2006:3).
2.1.9 Indeks LQ 45 Indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.
17
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham Menurut Chan dan Fong (2000), Huang (2002), Hugida (2011) menyatakan bahwa volume berpengaruh terhadap volatilitas harga saham karena volume mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar, informasi tersebut menyebabkan terjadinya hubungan positif antara volume dan volatilitas. Volume perdagangan saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume perdagangan saham menggambarkan kondisi saham yang diperjualbelikan di pasar modal yang mampu berdampak pada harga saham (Fauziah, 2013). Apabila tidak ada informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung untuk tetap memegang saham mereka, sehingga volume perdagangan menurun karena tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan mengakibatkan volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menerima informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan banyak menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume perdagangan saham. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka volatilitasnya juga akan naik. H1 : Volume perdagangan saham berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham.
18
2.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Volatilitas Harga Saham Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan mendanai kegiatan usahanya dengan hutang. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur leverage dengan menggunakan debt to equity ratio. DER mencerminkan seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang dimiliki (Suad, 2006:70). DER yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sangat bergantung pada pinjaman pihak luar dalam mendanai kegiatan sehingga beban perusahaan juga akan meningkat dan akan berdampak pada penurunan nilai perusahaan (Sudana, 2011:20). Penelitian yang dilakukan oleh Suroto (2012), Sova (2013) dan Devi (2012) menyatakan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi DER maka cenderung menyebabkan menurunnya harga saham. H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham. 2.2.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Volatilitas Harga Saham Tingkat suku bunga yang mengalami kenaikan dapat menyebabkan para investor menginvestasikannya ke tempat yang mempunyai resiko relatif kecil seperti deposito. Banyaknya investor yang mengalihkan dananya dari deposito ke pasar modal maka akan menyebabkan harga saham naik, pada saat suku bunga naik investor cenderung lebih banyak menjual sahamnya sehingga hal ini dapat meningkatkan volatilitas harga sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Dritsaki
19
(2003), Venkates (2012), dan Mulyono (2000) menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. H3 : Tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham.
20