BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Teori Signal (Signaling Theory) Teori
sinyal
sebuahperusahaan
mengemukakan
memberikan
sinyal
tentang kepada
bagaimana pengguna
seharusnya laporan
keuangan.Brigham dan Houston (2001:36) menyatakan bahwa sinyal adalahsuatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yangmemberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemenmemandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yangmenguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham danmengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti denganmenggunakan hutang. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyaidorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihakeksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karenaterdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karenaperusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan danprospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor).Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaanmenyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikanharga yang rendah untuk
14 Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.
2.1.2. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut
Harmono
(2011:3),
teori
keagenan
dapat
menjelaskan
kesenjangan antara manajemen sebagai agent dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. Dalam hal ini principal yang mendelegasi pekerjaan kepada pihak lain sebagai agen untuk melaksanakan tugas pekerjaan. Teori keagenan menunjukkan bahwa kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian akan memunculkan masalah keagenan, yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah kondisi yang menunjukkan posisi principal tidak mendapatkan informasi secara cermat mengenai kinerja manajemen yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi agen (manajemen) atau program kompensasi lain. Moral hazard berkaitan dengan kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agen telah berupaya
bekerja maksimal untuk
kepentingan pemilik. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Jusriani (2013), Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara prinsipal dengan agen.Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak - pihak yangbersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda, pemilik modal menghendakibertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajerjuga
15 Universitas Sumatera Utara
menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Dengandemikian muncullah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer(agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak yang dibuat antara pemilik dengan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar kedua kepentingan tersebut. Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikanmanajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderungbertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkanmaksimalisasi nilai dalam
pengambilan
keputusan
pendanaan.
Kondisi
tersebutmerupakan
konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsikepemilikan, manajemen tidak menanggung risiko atas kesalahan dalammengambil keputusan, risiko tersebut sepenuhnya ditanggung pemegang saham(prinsipal). Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan pengeluaran yangbersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, sepertipeningkatan gaji dan status.
2.1.3. Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, ia perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Di samping manajer keuangan (pihak intern perusahaan), beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah para (calon) pemodal dan kreditur. Menurut Syahyunan (2012:27), laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan sumberdaya
16 Universitas Sumatera Utara
dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami, dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun perusahaan sejenis. Fungsi laporan keuangan menurut Sofyan (2008:7) antara lain : 1. Bagi pemilik perusahaan Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk : a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen b. Mengetahui hasil dividen yang akan diterima c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi 2. Manajemen perusahaan Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan untuk : a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen c. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab
17 Universitas Sumatera Utara
d. Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru e. Memnuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggran Dasar), pasar modal, dan lembaga regulator lainnya. 3. Investor Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk : a. Menilai kondisi keuangan dan hasil perusahaan b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan c. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang 4. Kreditur atau banker Bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan digunakan untuk : a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang b. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan c. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan d. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit e. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati
18 Universitas Sumatera Utara
5. Pemerintah dan regulator Bagi pemeritahan atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk : a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain d. Menilai kepatuhan peraturan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan e. Bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data statistik 6. Analisis, akademis, pusat data bisnis Bagi para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standart & Poor, Perfindo, laporan keuangan ini penting sebgaia bahan atau sumber informasi yang bermanfaat bagi analis, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.
2.1.4. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mencakup pembandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan evaluasi kecenderungan kondisi keuangan suatu perusahaan sepanjang waktu. Menurut Syahyunan (2012:28), untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan yang meliputi : 1.
Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Aktiva disajikan dalam kriteria lancar dan tidak lancar. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban
19 Universitas Sumatera Utara
jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan. 2.
Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya) serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Perusahaan dapat mengklasifikasikan pendapatan dan beban atas dasar sifat atau fungsi dalam perusahaan. Komponen-komponen laporan laba rugi antara lain pendapatan penjualan (sales revenue), harga pokok penjualan (cost of good sold), laba kotor (gross profit), beban operasi (operating expenses), laba operasi bersih (earning before interest and taxes), beban pajak (taxes), laba bersih (net profit atau earning), dan laba yang tersedia bagi pemegang saham (earning available for common stockholders).
3.
Laporan arus kas Laporan
arus
kas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan dana tersebut, yng diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar yang secara langsung berkaitan dengan produksi dan penjualan produk dan jasa operusahaan. Aliran kas ini diperoleh dari laporan laba rugi dntransaki akun lancer lainnya yang terjadi selama satu periode akuntansi. Sedangkan aliran kas dari aktivitas investasi adalah arus kas yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan asset tetap dan bunga.
20 Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Nilai Perusahaan Secara
normatif,
tujuan
keputusan
keuangan
adalah
untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Suad dan Enny (1994:7), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi tetapi dengan memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsi tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih miskin. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapaioleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakatterhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selamabeberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampaidengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi,yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena denganmeningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik jugaakan
meningkat.
Semakin
tinggi
nilai
perusahaan,
semakin
besar
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluangpeluang investasi. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai
21 Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Dalam penelitian ini, untuk mengukur nilai perusahaan menggunakanPrice to Book Value (PBV), rasio ini berfungsi untuk mengidentifikasi sahammana yang harganya wajar, terlalu rendah (Undervalued) dan terlalu tinggi(Overvalued). Cara ini mungkin mengaitkan rasio PBV dengan nilai intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham.
2.1.6. Keputusan Investasi Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) jika investasi tersebut dapat membuat pemodal menjadi lebih kaya. Dengan kata lain, kemakmuran pemodal menjadi lebih besar setelah melakukan investasi. Menurut Tandelilin (2001:3), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Tujuan invetasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Tujuan lain dalam berinvestasi adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya bagaimana berusaha untuk
22 Universitas Sumatera Utara
mempertahankan tingkat pendapatan yang ada agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilihan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya kerena digerogoti oleh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang menghasilkan keuntungan. Jika terdapatkesempatan investasi yang menguntungkan, maka manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkankesejahteraan pemegang saham karena semakin besar kesempataninvestasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan akan semakin besar. Menurut Tandelilin (2001:5), keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Artinya, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Menurut Martono dan Harjito (2001:137), keputusan investasi yang dilakukan perusahaan yang bersangkutan. Hal ini karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengembalian investasi dan risiko investasi yang mungkin timbul.
23 Universitas Sumatera Utara
Myers (1977) memperkenalkan investment opportunity set (IOS) pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Prospek perusahaan dapat ditaksir dari investment opportunity set (IOS), yang didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa akan datang dengan net present value positif. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijkan dan lain-lain. Proksi-proksi IOS dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu : a. Proksi IOS berdasar harga (price-based proxies) IOS berdasar harga (price-based proxies), merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga saham. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyataan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-
24 Universitas Sumatera Utara
aktiva yang dimiliki. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. b. Proksi IOS berdasar investasi (investment-based proxies) Proksi IOS berbasis pada investasi (investment-based proxies), merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. c. Proksi IOS berdasar pada varian (variance measures). Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitasreturn yang mendasari peningkatan aset. Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER), dimana ratio ini menunjukkan perbandingan antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share).
2.1.7. Kebijakan Hutang Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaanuntuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang iniharus mempertimbangkan besarnya
biaya
tetap
yang
muncul
dari
hutang
berupa
bunga
yang
akanmenyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkatpengembalian bagi para pemegang saham biasa. Menurut Sadalia (2010:60), posisi hutang suatu badan usaha menunjukkan jumlah uang orang lain yang digunakan dalam upaya memperoleh laba. Secara
25 Universitas Sumatera Utara
umum, semakin banyak hutang yang digunakan perusahaan dalam hubungannya dengan aktiva totalnya, semakin besar pula tuas keuangannya (financial leverage). Tuas keuangan adalah besarnya risiko dan hasil yang diharapkan melalui penggunaan pembiayaan dengan beban tetap seperti hutang dan saham preferen. Semakin banyak hutang dengan beban tetap, atau tuas keuangan yang digunakan perusahaan maka semakin besar risiko dan hasil yang diharapkannya. Hutang merupakan jumlah uang yang dinyatakan atas kewajibankewajibanuntuk menyerahkanuang, barang dan jasa-jasakepada pihak lain di masa yang akan datang. Komponen hutang antara lain : 1. Hutang lancar (jangka pendek) Adalah
hutang-hutangyang
akan
diselesaikan
pembayaranya
dengan
menggunakan aktiva lancar ataudengan menciptakan hutang (lancar) yang baru. Yang termasuk dalam hutang lancar adalah hutangyang timbul dari pembelian barangbarangdan jasa (hutang dagang, hutang gaji dan upah), sertapenerimaan uang dimuka atas barang-barangyang digunakan atau jasa yang akan diserahkan(pendapatan sewa yang diterima). 2. Hutang Jangka Panjang Adalah semua hutang yang jatuh tempo pembayarannya melampaui batas waktu satu tahun sejaktanggal neraca atau pembayarannya tidak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan,tetapi lebih panjang dari batas waktu tersebut. Misalnya : hutang obligasi, hutang bank (kredit investasi).
26 Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur pendanaan adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2009:103). Menurut Syahyunan (2012:93), Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
2.1.8. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Menurut Martono dan Harjito (2001:253), kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah dana yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Beberapa faktor yang dapat dan harus dianalisis perusahaan dalam melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu unutk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran dividen
27 Universitas Sumatera Utara
2. Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Dividen merupakan arus kas keluar, semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. 3. Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam
28 Universitas Sumatera Utara
presentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut. 5. Pengendalian perusahaan Apabila suatu perusahaan membayar dividn yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan
sahamnya
untuk
membiayai
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan. Menurut Brigham dan Houston (2001:66) terdapat beberapa teori yang dapat dipergunakansebagai landasan untuk membuat kebijakan dividen yang tetap bagi perusahaan, antara lain: 1. Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakanbahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadapnilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikutipendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwanilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnyaDividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba
29 Universitas Sumatera Utara
bersihsebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikiankebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. 2. Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintneryang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jikaDividend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investorlebih suka menerima dividen daripada capital gains. 3. Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwakarena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capitalgains maka para investor lebih menyukai capital gains karenadapat menunda pembayaran pajak. Kebijakan dividen dalam penelitian ini dikonfirmasi dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR). Menurut Martono dan Harjito (2001:253), rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba di bagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian, aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.
2.1.9. Kepemilikan Manajerial Dalam agency theory, hubungan antara pemegang saham denganmanajer digambarkan sebagai hubungan antara agen dengan principal.Manajer sebagai
30 Universitas Sumatera Utara
agen dan pemilik perusahaan sebagai principal. Agendiberikan mandat atau kepercayaan
oleh
principal
untuk
menjalankanbisnis
perusahaan
demi
kepentingan principal. Dengan demikian,keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untukmemaksimalkan sumber daya perusahaan. Perusahaan akan dirugikan jika manajer bertindak untukkepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang saham.Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajerdengan pemilik perusahaan. Masing-masing pihak memiliki tujuan danmemiliki risiko yang berbeda berkaitan dengan perilakunya. Manajerapabila gagal menjalankan fungsinya akan berisiko tidak ditunjuk lagisebagai manajer perusahaan, sementara pemegang saham akan berisikokehilangan
modalnya
merupakankonsekuensi
dari
kalau
salah
pemisahan
memilih antara
manajer. fungsi
Hal
ini
kepemilikan
denganpengelolaan. Konflik keagenan akan dapat diminimalkan jika manajer jugasebagai pemilik perusahaan atau sebaliknya pemilik sebagai manajer. Manajer sekaligus sebagai pemilik perusahaan akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen (1986) dalam Riske (2013), kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut
31 Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus. Ketika
kepemilikan
saham
oleh
manajemen
rendah
maka
ada
kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat akan juga. Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara agen dan principal diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajerial dihitung dengan menggunakan persentase sahamyang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan yang secara aktif ikutserta dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris dan direksi). 2.2. .Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian empiris mengenai nilai perusahaan antara lain : 1. Tedi dan Farid (2008) meneliti pengaruh hutang dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan hutang dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan secara parsial hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
32 Universitas Sumatera Utara
2. Leli dan Barbara (2011) meneliti pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan tingkat suku bunga terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan tahun periode 2005 – 2009. Keputusan investasi diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER), keputusan pendanaan diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), kebijakan dividen diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR), dan tingkat suku bunga diperoleh dari rata-rata suku bunga BI rate. Hasil penelitian ini menunjukkan keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan suku bunga tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. Yulia, Djumilah, Ubud, dan Mintarti (2012) meneliti pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Propertydan Real Estatedi Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) perubahan pola pembiayaan investasi di perusahaan-perusahaan di sektor Property dan Real Estate yang semula bersumber dari pinjaman dana jangka pendek dari luar negeri dan sekarang bersumber dari penjualan produk secara preselling dan modal sendiri yang berasal dari internal perusahaan dapat memperbaiki keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. (2) Keputusan pendanaan yang baik hanya mampu meningkatkan
33 Universitas Sumatera Utara
nilai perusahaan bila keputusan pendanaan tersebut mampu menurunkan risiko perusahaan. (3) Kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan di sektor Property dan Real Estate baik dengan mediasi risiko perusahaan. Hal ini disebabkan bahwa present value dari aliran kas di masa mendatang tetap sama. 4. Umi, Gatot, dan Ria (2012) meneliti pengaruh kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan tahun periode 2005 – 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan kebijakan dividen dan kebijakan hutang berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 5. Silvia Lailiyah Qodariyah (2012) meneliti pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan tahun periode 2008 – 2011.
Hasil penelitian ini menunjukkan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 6. Amanda Wongso (2013) meneliti pengaruh kebijakan dividen, struktur kepemilikan, dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan dalam perspektif teori agensi dan teori signaling. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan kebijakan dividen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan
34 Universitas Sumatera Utara
manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Peneliti Tedi dan Farid (2008)
Judul Penelitian Pengaruh hutang dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
Variabel Variabel dependen : nilai perusahaan Variabel independen : hutang dan kepemilikan manajerial
Hasil Penelitian Hutang dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan secara parsial hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Leli Barbara (2011)
dan
Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan tingkat suku bunga terhadap nilai perusahaan
Variabel dependen : nilai perusahaan (PBV) Variabel independen : keputusan investasi (PER), keputusan pendanaan (DER), kebijakan dividen (DPR), dan tingkat suku bunga
Keputusan investasi (PER) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (PBV), keputusan pendanaan (DER) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), kebijakan dividen (DPR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), dan suku bunga tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).
Yulia, Djumilah, Ubud, dan Mintarti (2012)
Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
Variabel dependen : nilai perusahaan Variabel independen : keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen
1) perubahan pola pembiayaan investasi di perusahaan-perusahaan di sektor Property dan Real yang semula Estate bersumber dari pinjaman dana jangka pendek dari luar negeri dan sekarang bersumber dari penjualan produk secara preselling dan modal sendiri yang berasal dari internal perusahaan dapat memperbaiki keputusan investasi yang dilakukan
35 Universitas Sumatera Utara
oleh perusahaan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian (2) Keputusan pendanaan yang baik hanya mampu meningkatkan nilai perusahaan bila keputusan pendanaan tersebut mampu menurunkan risiko perusahaan. (3) Kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan di sektor Property dan Real Estate baik dengan mediasi risiko perusahaan. Hal ini disebabkan bahwa present value dari aliran kas di masa mendatang tetap sama.
Umi, Gatot, dan Ria (2012)
Pengaruh kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan
Amanda Wongso (2013)
pengaruh kebijakan dividen, struktur kepemilikan, dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan dalam perspektif teori agensi dan teori signaling
Variabel dependen : nilai perusahaan Variabel independen : kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilitas Variabel dependen : nilai perusahaan Variabel independen : kebijakan dividen, struktur kepemilikan, dan kebijakan hutang
Kebijakan dividen dan kebijakan hutang berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. kebijakan dividen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
36 Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Konseptual 2.3.1. Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan MenurutPrasetyo
(2011:109)
mengatakan
manajer
yangberhasil
menciptakan keputusan investasi yangtepat maka aset yang diinvestasikan akan menghasilkankinerja yang optimal sehingga memberikansuatu sinyal positif kepada
investor
yang
nantinyaakan
meningkatkan
harga
saham
dan
nilaiperusahaan.Investasi yang tinggi merupakansinyal pertumbuhan pendapatan perusahaan dimasa yang akan datang. sinyal tersebut akandianggap sebagai good news
yang
nantinya
akanmempengaruhi
persepsi
investor
terhadap
kinerjaperusahaan yang akhirnya akan mempengaruhinilai perusahaan. 2.3.2. Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Jensen (1986) dalam Jusriani (2013) menyatakan bahwa dengan adanyahutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secaraberlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia.Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, karena saat kebutuhanhutangnya naik, itu akan digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Peningkatannilai tersebut dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akanmenurunkan harga saham. Namun demikian peningkatan hutang juga akanmenimbulkan peningkatan risiko kebangkrutan bila tidak diimbangi denganpenggunaan hutang yang hati-hati (Masulis, 1988) dalam Jusriani (2013). 2.3.3. Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan
37 Universitas Sumatera Utara
Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam Gany dan Surya (2012), penggunaan dividen sebagai isyarat berupa pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk menaikkan dividen per lembar saham mungkin diartikan oleh penanam modal sebagai sinyal yang baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi menujukkan bahwa perusahaan yakin arus kas masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi. 2.3.4. Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat pula. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan diharapkan dapat mengontrol manajer dalam pengambilan keputusan-keputusan keuangan seperti keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen. Manajer akan mengambil keputusan yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan yang tentunya akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan kajian-kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka konsep tentang bagaimana pengaruh keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol seperti yang dijelaskan dalam Gambar 2.1.
38 Universitas Sumatera Utara
Keputusan Investasi
Kebijakan Hutang
Nilai Perusahaan
Kebijakan Dividen
Kepemilikan Manajerial
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian H1 :
keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
H2 :
keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol
39 Universitas Sumatera Utara