BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik yang berfungsi menjelaskan
bagaimana
pembicara
menyampaikan
maksud
dalam
berkomunikasi. Pembahasan pragmatik juga dipusatkan pada makna kalimat (tulisan maupun tulisan) dan makna si pembicara (www.wikipedia.com). Pragmatik mempelajari bagaimana konteks mempengaruhi interpretasi sebagai penentuan dan secara khusus dipusatkan pada ujaran, pembuatan kalimat, dan juga pada percakapan. Seperti yang dinyatakan oleh Shaozhong Liu (2007): “Pragmatics studies how people comprehend and produce a communicative act or speech act in a concrete speech situation which is usually a conversation. It distinguishes two intents or meanings in each utterance or communicative act of verbal communication. One is the informative intent or the sentence meaning, and the other the communicative intent or speaker meaning”. Dari teori di atas dijelaskan pragmatik mempelajari bagaimana pembicara berkomunikasi dengan artian bahwa pragmatik membahas maksud yang terkandung dalam informasi yang tedapat dalam percakapan. Pragmatik membedakan makna kalimat dan makna pembicara di mana makna kalimat merupakan makna harfiah kalimat sementara makna pembicara merupakan bagian informasi yang pembicara coba sampaikan.
8
9
2.1.1 Inferensi dalam Percakapan Inferensi salah satu topik yang dibahas dalam pragmatik. Inferensi ini
merupakan suatu
penarikan
kesimpulan dengan
memahami konteks percakapan. Si petutur membuat inferensi untuk memahami tanda-tanda koherensi percakapan yang mereka lakukan. Penutur
mempercayakan
petutur
bahwa
petutur
akan
memahami pokok pembicaraan dengan berbicara sedikit eksplisit. Di bawah ini adalah contoh yang menggambarkan bahwa si pembicara membiarkan si pendengar untuk membuat inferensi sendiri: A: Did you give Mary the money? B: I’m waiting for her now. Inferensi: B tidak memberikan uang kepada Mary. Dengan mengetahui bahwa pendengar akan membuat inferensi sendiri, si pembicara akan lebih leluasa untuk menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Contoh lain: A : Repot. Keluargaku semua pergi. Anakku sakit sementara dokter bilang dia harus cepat-cepat dioperasi. Kucoba untuk meminta bantuan saudara, tetapi mereka semua tidak bersedia membantu. Lebih parah lagi uang kontrakanku belum dibayar. Bagaimana menurut kamu? B : Ya, nanti aku bantu. Berapa banyak uang yang kamu butuhkan? Dalam percakapan ini jelas terlihat bahwa A mengungkapkan “kebutuhannya” secara implisit (tidak langsung).
Inferensi dari
proposisi-proposisi yang diketengahkan oleh A adalah A secara tersirat
10
(implisit) membutuhkan uang untuk biaya operasi anaknya dan biaya kontrakan rumahnya dan B memahami itu dengan memberikan atau meminjamkan uang kepada B.
Jika B gagal memahami ujaran A
(melakukan inferensi yang salah), B tidak akan akan menawarkan bantuan berupa uang. Dalam kajian pragmatik ini akan dipelajari lebih dalam mengenai implikatur konversasi yang diusung oleh H. Paul Grice. Grice menyatakan bahwa dalam berkomunikasi harus ada pendekatan penggunaan inferensi yang sesuai antara si pembicara dan pendengar. Grice juga berpendapat bahwa dalam formasi inferensi harus dirumuskan dalam prinsip kerjasama, yang mengarahkan adanya persesuaian pembicara dan pendengar untuk saling bekerja sama dengan memahami makna dalam komunikasi yang efektif.
2.1.2 Implikatur Percakapan (Conversational Implicature) Pada dasarnya, percakapan adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam menyampaikan maksud, pendapat, protes, dan lain-lain. Seperti yang dinyatakan oleh Richards dan Schmidt (1983: 116) bahwa, “conversation is seen as an activity which is directed to social goals (e.g the establishment of roles, presentation of self) as well as the linguistic goals (communication of meaning)”.
11
Brown (1983:13) menyatakan bahwa implikatur adalah “…to account or what a speaker can imply, suggest, or mean as distinct from what the speaker literally say”. Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa implikatur percakapan diperlukan untuk menjelaskan apa yang pembicara katakan dan juga membuat percakapan menjadi terarah. Implikatur percakapan menggambarkan fakta bahwa penutur dan petutur bekerjasama dalam memberikan kontribusi informasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerimaan maksud.
2.1.2.1 Faktor-Faktor Penghambat
Penerimaan
Pesan
yang
Disampaikan oleh Penutur kepada Petutur
Untuk memahami pesan yang diucapkan, pendengar petutur harus mampu memproses setiap informasi kata yang diberikan sehingga tujuan dari pesan akan tersampaikan. Berikut ini adalah beberapa hal yang memungkinkan proses pemahaman pesan yang tidak efektif tersampaikan kepada petutur, di antaranya: 1. Banyak ungkapan-ungkapan yang secara linguistis ambigu. Dengan keambiguan ini para pendengar dan pesan yang akan disampaikan haruslah diberi determinasi arti kata yang digunakan
oleh
si
pembicara.
Kesalahan
dalam
pendeterminasian arti kata akan menghambat atau bahkan
12
menggagalkan pesan yang akan disampaikan. Seperti dalam “awas anjing galak,” frase ini ambigu bagi si petutuar karena kata frase tersebut mempunyai dua persepsi yang berlainan satu sama lain. 2. Pesan yang disampaikan biasanya tidak didukung oleh informasi yang memadai dan spesifik mengenai arti kata yang direferensikannya seperti kata “the screwed politican” masih berupa informasi umum yang seharusnya didukung oleh informasi lain yang lebih spesifik, yakni siapa politisi itu. 3. Pesan akan dengan mudah disampaikan dan diterima apabila diucapkan dengan sesederhana mungkin, juga dapat didengar dan dimengerti. Akan tetapi penyampaian yang terlalu sederhana juga akan menghilangkan makna dalam pengartian pesan itu secara utuh oleh si petutur, seperti dalam kata “I’ll be there tonight” kata ini akan menimbulkan pemaknaan yang berbeda berdasarkan pemahaman pendengarnya yang bisa berarti sebuah prediksi, sebuah janji, atau bahkan kebohongan. 4. Pesan yang disampaikan kadang-kadang tidak merefleksikan keadaan yang sesungguhnya yang dirasakan atau yang dialami oleh si penutur dan biasanya diungkapkan dengan menggunakan bahasa nonliteral, atau sesuatu yang kita
13
sampaikan tidak sesuai dengan kenyataan, seperti dalam kalimat “Oh, that’s just great.” yang diucapkan seseorang ketika mobilnya mogok. Kalimat tersebut justru memberi pernyataan
yang
kontradiktif
dengan
kejadian
yang
sesunguhnya. 5. Pesan yang disampaikan kadang-kadang maknanya lebih dari sekedar kata yang diucapkan atau yang diwakilinya, seperti dalam “My car has a flat tire.” Kalimat ini tidak bertujuan untuk
mengatakan
sesuatu
sebagai
sebuah
informasi
melainkan si penutur menginginkan si petutur melakukan sesuatu sesuai dengan pesan yang disampaikan. 6. Pesan yang kita sampaikan tidak selalu sama dengan apa yang kita utarakan. Dengan demikian, pesan yang diutarakan akan bergantung pada situasi dan kondisi di mana si penutur itu berada. Tempat yang berbeda akan membedakan pula cara penyampaian pesan baik bagi si petutur maupun pembicara penutur, seperti “There are five pillars in Islam.” Kata pillar akan mempunyai perbedaan makna apabila kata ini digunakan dalam situasi dan tempat berbeda. Dengan demikian, akan terjadi perbedaan pemahaman apabila si penutur menggunakan kata ini tanpa mengetahui situasi dan tempat dimana ia menggunakan kata tersebut.
14
7. Dalam pesan yang disampaikannya si penutur membuat kesalahan dengan mengubah konsonan awal pada setiap kata (spoonerism), seperti kata tasted dalam “You have tasted the whole food.” dan wasted dalam “You have wasted the whole food.” 8. Dalam pesan yang disampaikan terjadi slip of the tongue (parapraxies) yang juga akan mengakibatkan pesan yang ingin disampaikan tidak tersampaikan dengan baik, seperti kata versuchugen dalam “In spite of many versuchugen (temptations).” dan versuche dalam “In spite of many versuche (experiments).” 9. Dalam penyampaian pesan terjadi kesalahan penekanan kata. Seperti dalam frase White House dan white house. 10. Dalam pesan yang disampaikan si penutur menggunakan intonasi yang tidak sesuai, seperti dalam kalimat: “Kucing makan, tikus mati.” dan “Kucing, makan tikus mati.” Ke sepuluh hal di atas menunjukkan bahwa persepsi tentang penyampaian pesan kadang-kadang mengakibatkan tidak tersampaikannya pesan yang akan dimaksud.
15
2.1.3 Prinsip Kerjasama (Cooperative Principle) Prinsip kerjasama merupakan unsur penting dalam percakapan. Pada dasarnya pengertian prinsip kerjasama adalah apa yang dinyatakan atau ditanyakan oleh penutur dapat dengan mudah ditangkap atau dimengerti oleh petutur. Jika penutur bertanya dan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan yang diinginkan maka prinsip kerjasama terpenuhi. Dalam Akmajian (1995:381), Grice menyatakan bahwa, "Make your contribution such as it is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged". Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa penutur dan petutur harus yakin dengan apa yang penutur dan petutur katakan dalam percakapan apalagi dalam menyampaikan maksud. Dalam prinsip kerjasama ini, Grice (1975) memasukkan empat maksim percakapan yang berfungsi untuk mengatur percakapan yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim hubungan (maxim of relevance) dan maksim cara (maxim of manner). Apabila salah satu maksim percakapan ini dilanggar, maka terjadi pelanggaran prinsip kerjasama yang membuat percakapan menjadi tidak terarah. Percakapan dapat berjalan dengan lancar karena antara penutur dan petutur saling memahami dalam berkomunikasi.
16
Apabila dalam berkomunikasi terjadi kesalahpahaman, maka dalam percakapan tersebut terjadi pelanggaran prinsip kerja sama dan maksim percakapan tidak terpenuhi. McManis (1987:205) menyatakan bahwa: “Maxims are conversational rules that regulate conversation by way of envorcing compliance with the principles”. Dari pernyataan ini terkandung pengertian bahwa maksim percakapan merupakan aturan-aturan percakapan yang berfungsi mengatur percakapan agar percakapan berjalan dengan lancar dan efektif. Jika seluruh maksim terpenuhi maka penyampaian informasi dalam percakapan berjalan dengan baik, sebaliknya apabila maksim tidak terpenuhi maka percakapan tidak berjalan dengan baik dan dalam hal ini terjadi pelanggaran prinsip kerjasama. Apabila dalam situasi tertentu maksim percakapan dipenuhi maka dalam situasi tertentu pula maksim percakapan dapat dilanggar.
2.1.3.1 Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) 1. Make your contribution as informative as is required for the current purposes of the exchange. 2. Do not make your contribution more informative than is required. Dalam maksim ini terkandung pengertian bahwa dalam percakapan, sebaiknya penutur atau petutur memberikan kontribusi informasi yang baik.
17
Kontribusi informasi melalui pernyataan, pertanyaan dan jawaban harus sesuai dengan kebutuhan topik yang dibicarakan agar percakapan antara penutur dengan petutur terjalin dengan baik. Contoh kalimat ujaran yang memenuhi prinsip kerja sama. A: Do you know the man talking to Eric? B: Yes, I do. He’s Eric’s friend in Smart Course. Dari contoh percakapan di atas, kontribusi jawaban yang diberikan oleh B sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh A sehingga dapat disimpulkan bahwa maksim kuantitas terpenuhi. Contoh kalimat ujaran yang melanggar prinsip kerja sama. A: Do you know where my wallet is? B: I have two wallet. Dari contoh percakapan di atas, terdapat pelanggaran prinsip kerja sama yang dilakukan oleh si B karena tidak memberikan jumlah informasi yang tidak tepat. Selain jumlah informasi yang tidak tepat, informasi yang diberikan juga tidak sesuai dengan pertanyaan tag yang diajukan oleh A. Seharusnya B menjawab ‘yes, I do’ atau ‘no, I don’t’ sehingga informasi yang diterima oleh A menjadi jelas.
18
2.1.3.2 Maksim Kualitas (Maxim of Quality) 1. Do not say what you believe to be false. 2. Do not say that for which you lack adequate evidence. Dalam maksim ini terkandung pengertian bahwa apa yang akan disampaikan dalam percakapan, penutur dan petutur harus yakin dengan apa yang ingin disampaikan, kebenaran informasi diketahui, dan memiliki bukti yang cukup kuat atas informasi tersebut. Contoh kalimat ujaran yang memenuhi prinsip kerja sama. A: Did you come to the party last night? B: No, I didn’t. I have another plan with Eric. Dari percakapan di atas, tidak terdapat pelanggaran prinsip kerja sama dari jawaban yang diberikan oleh B karena B menjawab sesuai dengan pertanyaan tag yang diajukan oleh A. Selain itu, B juga menyebutkan informasi yang dapat membuktikan bahwa A memang tidak datang ke pesta tadi malam dengan menyatakan ‘I have another plan with Eric’. Contoh kalimat ujaran yang melanggar prinsip kerja sama. A: Do you know the man talking to Eric? B: Very handsome, doesn’t he? A: And looks very smart.
19
Dari contoh percakapan di atas, kontribusi jawaban yang diberikan oleh B tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh A tapi A menyetujui pernyataan B. Penutur B juga menambahkan pernyataan ‘and looks very smart’ untuk mendukung pernyataan ‘very handsome’. Kontribusi jawaban yang diberikan oleh B dikatakan tidak sesuai karena tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh A. Dalam memberikan jawaban, B seharusnya menjawab “Yes, I know” atau “No, I don’t know” kemudian baru B bisa memberikan pendapatnya mengenai orang yang ditanyakan. Meski jawaban yang diberikan oleh B tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh A, A juga menyetujui apa yang dikatakan oleh B. Selain menyetujui apa yang dikatakan oleh B, A juga menambahkan pendapat untuk melengkapi pendapat A dan memberikan kebenaran informasi kepada B dan yakin dengan informasi yang disampaikan.
2.1.3.3 Maksim Hubungan (Maxim of Relevance) 1. Be relevant. Dalam maksim ini terkandung pengertian bahwa apa yang dinyatakan atau ditanyakan harus sesuai dengan konteks atau topik percakapan.
20
Apabila percakapan tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan,
maka akan terjadi kesalahpahaman dalam
menganggapi maksud yang disampaikan oleh penutur. Contoh kalimat ujaran yang memenuhi prinsip kerja sama. A: Do you know the man talking to Eric? B: He’s Eric’s friend in Smart Course. A: Handsome, right? B: Very Dari percakapan di atas, B memberikan kontribusi jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh B. Kemudian A memberikan pertanyaan ‘Handsome, right?’ kepada B dengan maksud mendapatkan persetujuan pendapat. Meski pertanyaan yang diajukan oleh A tidak sempurna dalam artian tidak menyertakan subjek dalam pertanyaan tersebut, B tetap mengetahui bahwa topik yang dibicarakan oleh A adalah pria yang berbicara dengan Eric. Contoh kalimat ujaran yang melanggar prinsip kerja sama. A: Why you stole my money? B: I bought the gift from the store. Dari percakapan di atas terjadi pelanggaran prinsip kerja sama yang dilakukan oleh B jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan oleh si A.
21
2.1.3.4 Maksim Cara (Maxim of Manner) 1.
Avoid obscurity of expression.
2.
Avoid ambiguity.
3.
Be brief ("avoid unnecessary prolixity").
4.
Be orderly. Dalam maksim ini terkandung pengertian bahwa jika
penutur atau petutur ingin menyampaikan suatu pesan atau informasi, sebaiknya penutur atau petutur berbicara secara langsung, dan topik pembicaraan jelas. Selain itu pesan juga seharusnya tidak menimbulkan keambiguan dan tidak berlebihan dalam memberikan informasi serta tidak berbelit-belit. Contoh kalimat ujaran yang melanggar prinsip kerja sama. a.
A: Do you know the man talking to Eric?
b. B: He’s Eric’s friend in Smart Course. c. A: Handsome, right? d. B: Hmm… Dari percakapan di atas, terdapat ketaksaan dan penyampaian informasi yang kurang jelas dari jawaban ke dua yang diberikan oleh B. Jawaban ‘Hmm…’ yang diberikan oleh B bisa mengandung artian menyetujui atau berpikir tentang pria yang sedang berbicara dengan Eric. Apabila B memberikan jawaban ‘yes’ atau ‘no’, maka maksim cara terpenuhi.
22
Contoh kalimat ujaran yang memenuhi prinsip kerja sama. A: He is your boy friend, right? B: Why? Dari percakapan di atas, pelanggaran prinsip kerja sama dilakukan oleh B dengan menimbulkan keambiguan. Dari jawaban yang diberikan oleh B terdapat dua pengertian yaitu mengapa B bertanya seperti itu dan mengapa kalau memang benar orang yang dimaksud adalah pacarnya.
2.2 Tag Question Dalam bahasa Inggris, tag question atau pertanyaan tag adalah suatu bentuk ekor pertanyaan yang ditambahkan pada akhir pernyataan yang mengandung atau tidak mengandung partikel negatif ‘not’ yang dapat mempengaruhi petutur untuk memberikan konfirmasi atau pendapat. Berikut ini adalah beberapa contoh tag question yang diambil dari www.english.com 1. It is raining, isn’t it? 2. We have never seen that, have we? 3. They will not help, will they? Swan (1995:478) menyatakan bahwa: “Question tags are small question that often come at the ends of sentences in speech, and sometimes in informal writing”.
23
Swan juga mengatakan bahwa tag question bisa berfungsi untuk mengetahui apakah kontribusi jawaban yang diberikan benar atau tidak dan bisa juga untuk meminta persetujuan dan konfirmasi atas sesuatu. Pernyataan Swan juga didukung oleh Sadock dan Zwicky (1985: 183) yang mengatakan bahwa: “A tag question is a constituent that is added after statement in order to request confirmation or disconfirmation of the statement from the addressee. Often it expresses the bias of the speaker toward the answer”. Dalam teori ini dijelaskan bahwa tag question sebagai Masih dari pendapat Swan, secara umum, struktur dasar dari tag question adalah apabila pernyataan positif maka tag negatif (positive statement +, negative tag -) dan sebaliknya apabila pernyataan negatif maka tag positif (negative statement - , positive tag +). Berikut ini adalah beberapa contoh dari struktur dasar tag question: 1. Contoh pernyataan positif maka tag negatif. a.
She is a teacher, isn’t she?
b. You will go home, won’t you? c. You love him, don’t you? Pada ketiga contoh di atas, yang menjadi pernyataan positif adalah she is a teacher, you will go home dan you love him. Sedangkan yang menjadi tag negatif adalah isn’t she, won’t you dan don’t you. 2. Contoh pernyataan negatif maka tag positif. a. It isn’t true, is it? b. You won’t tell her, will you?
24
c. He hadn’t better do it, had he? Dari ketiga contoh tersebut, yang menjadi pernyataan negatif adalah it isn’t true, you won’t tell her dan he hadn’t better do it. Sedangkan yang menjadi tag positif adalah is it, will you dan had he. Dari semua contoh tersebut, masing-masing kalimat tag question mempunyai kata kerja bantu seperti modals, have, be, dan do dan dengan kata kerja bantu tersebut, kita dapat membentuk berjenis-jenis kalimat termasuk di antaranya adalah kalimat tag question: 1. Kalimat Penekanan (Emphasis Sentences) Berikut ini salah satu contoh dari kata kerja bantu do, does, dan did: - The woman did buy a bunch of flowers 2. Kalimat Tanya Berikut ini salah satu contoh dari kata kerja bantu modals: -
Will the woman buy a bunch of flowers?
3. Kalimat Negatif Berikut ini salah satu contoh dari kata kerja bantu have: - The woman hasn’t bought a bunch of flowers 4. Kalimat Pasif Berikut ini salah satu contoh dari kata kerja bantu be: - A bunch of flowers was bought by the woman. 5. Kalimat Tag Question Berikut ini salah satu contoh dari kata kerja bantu modals -
The woman bought a bunch of flowers, didn’t she?
25
Untuk memperjelas penggunaan kata kerja bantu modals, be, have dan do, does, did dalam penggunaan kalimat, baik kalimat ujaran dan kalimat bukan ujaran, berikut ini merupakan keterangan penggunaan kata kerja bantu tersebut . 1. Kata Kerja Bantu Modals Berdasarkan sumber dari www.wikipedia.com: “Modal auxiliary is an auxiliary verb (or helping verb) that can modify the grammatical mood (or mode) of a verb. The key way to identify a modal auxiliary is by its defectiveness; the modal auxiliaries do not have participles or infinitives”. Kelompok kata kerja bantu ini mempunyai ciri gramatikal khusus, kata kerja utama atau kata kerja bantu lainnya (have or be) yang didampinginya dalam membentuk predikat terdiri dari bare infinitive dan tidak mengalami perubahan sama sekali. Kelompok kata kerja bantu modals antara lain: can, could, shall, should, will, would, may, might, ought to, dare, dan need. Tabel 1. Kata Kerja Bantu Modals NON-NEGATIVE
Present
Can Shall Will May Ought to Dare Need
UNCONTRACTED NEGATIVE Can not Shall not Will not May not Ought to not Dare not Need not
CONTRACTED NEGATIVE Can’t Shalln’t Won’t Mayn’t -
26
NON-NEGATIVE
Past
Could Should Would Might
UNCONTRACTED NEGATIVE Could not Should not Would not Might not
CONTRACTED NEGATIVE Couldn’t Shouldn’t Wouldn’t -
2. Kata Kerja Bantu Be Dalam www.wikipedia.com terdapat pernyataan bahwa kata kerja bantu be digunakan dengan past participle untuk membentuk passive voice. Kata kerja bantu be dapat digunakan dengan bentuk waktu past participle untuk membentuk passive voice dan dapat digunakan dengan bentuk waktu present participle untuk membentuk progressive aspect. Kata kerja bantu be juga digunakan bersama dengan present participle untuk membentuk progressive aspect dan juga bersama dengan past participle untuk membentuk perfect aspect. Randolph (1973:36) mentabelkan kata kerja bantu tersebut sebagai berikut: Tabel 2. Kata Kerja Bantu Be Base
NON NEGATIVE
UNCONTRACTED NEGATIVE
CONTRACTED NEGATIVE
Be Present
Am, ‘m 1st person singular Is, ‘s 3rd person singular 2nd person, 1st and 3rd Are, ‘re person plural
Am, ‘m, ‘m not
(aren’t, ain’t)
Is not, ‘s not
Isn’t
Are not, ‘re not
Aren’t
27
Base
NONNEGATIVE
UNCONTRACTED NEGATIVE
CONTRACTE D NEGATIVE
be
Past
1st and 3rd person singular 2nd person, 1st person Was and 3rd Person plural.
Was not
Wasn’t
Were
Were not
Weren’t
-ing form
Being
-ed participle
Been
Not being
3. Kata Kerja Bantu Do, Does, Did Dalam www.wikipedia.com, kata kerja bantu do, does dan did disebut sebagai dummy auxiliary artinya kata kerja bantu do, does, dan did digunakan untuk pertanyaan dan bentuk negatif hanya jika full verb terdapat pada pernyataan positif. Dalam hal ini tidak terdapat kata kerja bantu dalam bentuk kalimat positif dan bentuk kalimat bukan pertanyaan. Kata kerja bantu do, does dan did juga digunakan untuk menekankan bentuk pernyataan positif yang biasa dikenal sebagai do-insertion.
28
Tabel 3. Kata Kerja Bantu Do, Does, Did NON-NEGATIVE
UNCONTRACTED NEGATIVE
CONTRACTED NEGATIVE
Present
Do Does
Do not Does not
Don’t Doesn’t
Past
Did
Did not
Didn’t
4. Kata Kerja Bantu Have Dalam www.wikipedia.com disebutkan bahwa kata kerja bantu have digunakan dengan bentuk waktu past participle untuk membentuk perfect aspect. Tabel 4. Kata Kerja Bantu Have
Base -s form Past -ing form -ed participle
NON-NEGATIVE
UNCONTRACTED NEGATIVE
CONTRACTED NEGATIVE
Have, ‘ve Has, ‘s Had, ‘d Having Had (only as lexical verb)
Have not, ‘ve not Has not, ‘s not Had not, ‘d not Not having
Haven’t Hasn’t Hadn’t
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tag question salah satu bentuk pertanyaan yang mempunyai kata kerja bantu modals, to be, have dan do, does, did, maka berikut ini adalah masing-masing contoh kata kerja bantu tersebut. 1. Contoh kalimat tag question yang mempunyai kata kerja bantu modals. a.
He won’t do what I say, will he?
b. He can speak English, can't he?
29
2. Contoh kalimat tag question yang mempunyai kata kerja bantu be. a. The ice cream was melted, wasn’t it? b. The weather's bad, isn't it? 3. Contoh kalimat tag question yang mempunyai kata kerja bantu have. a. Melly has just come home, hasn’t she? b. Dudi had better not tell the truth, had he? 4. Contoh kalimat tag question yang mempunyai kata kerja bantu Do,Does, Did. a. Melly lives here, doesn’t he? b. You found your passport, didn’t you? Dari salah satu contoh kalimat tag question di atas, Swan (1995) memberikan pengecualian untuk pemakaian tag question bentuk ‘I am’ dalam kalimat menjadi ‘aren’t I’. Contoh: I’m late, aren’t I? Dari penjelasan beberapa contoh kalimat tag question tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk pertanyaan tag question tidak jauh berbeda dengan bentuk kalimat pertanyaan lain yang juga mempunyai kata kerja bantu seperti modals, be, do, does dan did dan have. Yang membedakan tag question dengan pertanyaan lain adalah dalam tag question terdapat pembalikan atau inversi dalam setiap kalimat tanya yang mengikuti struktur dasar dari tag question.