BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) adalah suatu model untuk memprediksi dan menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan teknologi tersebut dalam pekerjaan individual pengguna (Davis, 2000). Technologi Acceptance Model (Davis, 1993), didefinisikan sebagai salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya pengguna teknologi. Model TAM yang mengadaptasi model TRA (Theory of Reasoned Action). Tujuan dari Technology Acceptance Model (TAM) ini adalah untuk menjelaskan sikap individu terhadap penggunaan suatu teknologi. Sikap individu atau reaksi yang muncul dari penerimaan teknologi tersebut dapat bermacam-macam diantaranya dapat digambarkan dengan intensitas atau tingkat penggunaan teknologi tersebut. Penerimaan pengguna teknologi informasi merupakan faktor penting dalam penggunaan dan pemanfaatan sistem informasi yang dikembangkan. Technology Acceptance Model (TAM) mendeskripsikan bahwa terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi kegunaan (usefulness). Sedangkan faktor kedua adalah persepsi kemudahan dalam penggunaan teknologi (ease of use) (Davis, 1989). Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya
14
adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). 2.1.2 Task Technology Fit (TTF) Task Technology Fit (TTF) dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson (1995). Task Technology Fit (TTF) menjelaskan bagaimana teknologi berdampak dalam membantu individu mengerjakan tugas. Secara langsung teori ini berpegang bahwa teknologi memiliki dampak positif terhadap kinerja individu dan dapat digunakan jika kemampuan teknologi tersebut cocok dengan tugastugas yang harus dihasilkan oleh pengguna. Task Technology Fit (TTF) merupakan korespondensi antara tugas, kemampuan individu, dan fungsi teknologi. Artinya kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas tersebut didukung adanya fungsi dari teknologi. Menurut Goodhue dan Thomson (1995) keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan bergantung pada pelaksanaan sistem tersebut, kemudahan bagi pemakai, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Goodhue dan Thomson (1995) menyatakan bahwa pemakai akan memberikan nilai evaluasi yang positif tidak hanya karena karakteristik sistem yang melekat, tetapi lebih pada sejauh mana sistem dapat memenuhi kebutuhan tugas pemakai. 2.1.3 Theory Of Planned Behavior (TPB) Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan
15
diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavioral control). Chau dan Hu (2002) menambahkan konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Theory of Planned Behavior (TPB) terdiri dari tiga faktor utama yaitu keyakinan perilaku (behavioral beliefs), keyakinan normatif (normative beliefs), dan keyakinan bahwa perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs). Ketiga faktor tersebut menimbulkan adanya minat (Intention)
yang
selanjutnya
akan
menentukan
apakah
individu
akan
menggunakan sistem tersebut atau tidak (Behavior). 2.1.4 E-Filling E-filling adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) baik SPT Masa, maupun SPT Tahunan atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan oleh Orang Pribadi maupun Badan ke Direktorat Jenderal Pajak yang dilakukan secara online dan realtime melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Online berarti bahwa wajib pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik.
16
E-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER - 47/PJ/2008 sebagaimana Penyampaian
telah Surat
diubah
dengan
PER-36/PJ/2013
Pemberitahuan
Dan
tentang Tata
Penyampaian
Cara
Pemberitahuan
Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara Elektronik (e-filing) melalui Application Service Provider (ASP). E-filling merupakan implementasi penerapan e-goverment dalam tax administration khususnya dalam pelaporan SPT. Terdapat 2 metode pendekatan tentang sistem e-filling, yaitu Interactive Filling dan batch filling (Sharma & Yurcik dalam Susanto 2011). Pada interaktive filling wajib pajak berinteraksi langsung dengan aplikasi yang berbasis web untuk menyelesaikan pelaporan pajak secara online. Di dalam metode interaktif ini terdapat 2 alternatif teknologi yang digunakan yaitu (1) wajib pajak berinteraksi langsung dengan web server yang di hosting oleh otoritas pajak atau oleh pihak ketiga yang menjadi partner dari otoritas pajak, dan (2) wajib pajak mengunduh software yang berisi formulir elektronik pengisian pajak yang terhutang, wajib pajak mengisi secara offline kemudian melakukan koneksi ke website e-filling untuk mengirimkan file-file informasi yang telah diisi. Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai alat kelengkapan e-filling yaitu meliputi : 1)
Application Service Provider (ASP). Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan yang telah ditujuk dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan
17
yang dapat menyalurkan penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpajangan SPT Tahunan secara elektronik ke DJP. Perlu diketahui bahwa
tidak
semua
Application
Service
Provider
(ASP)
diperkenankan untuk bertindak sebagai mediator, melaikan hanya ASP yang telah memenuhi syarat dan ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak saja. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi adalah sebagai berikut : a)
Berbentuk badan
b)
Memiliki izin usaha penyedia jasa aplikasi
c)
Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
d)
Menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak.
2)
Electronic Filing Identification Number (e-FIN). Electronic Filing Identification Number (e-FIN) dalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-Filing.
3)
Digital Certificate (DC) Digital Certificate (DC) adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Sertifikat ini
18
digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) yaitu hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan DJP) dan dengan nama serta NPWP tertentu pula. Sehingga terjamin kerahasiaannya. 4)
e-SPT. e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan tata cara dalam penggunaan e-filling : 1)
Pengajuan permohonan untuk mendapatkan e-FIN (Electronic Filing Identification Number) : a)
Wajib Pajak mendatangi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN), dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak terdaftar sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak, dengan melampirkan Fotocopy Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT). Namun jika Wajib Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak maka disertai dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b)
Permohonan sebagaimana dimaksud diatas disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan adalah sama dengan alamat yang tercantum dalam masterfile (database) Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
19
c)
Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e-FIN) paling lama 2 (dua) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.
d)
Jika e-FIN hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar yang asli. Dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak harus menunjukkan Surat Pengusaha Kena Pajak yang asli.
2)
Pendaftaran. a)
Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-FIN dapat mendaftar melalui ASP yang telah ditunjuk resmi oleh DJP.
b)
Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, ASP akan memberikan : a.
User ID dan Password
b.
Aplikasi e-SPT disertai dengan petunjuk penggunaan dan informasi lainnya
c.
Sertifikat (digital certificate) yang diperoleh
dari DJP
berdasarkan e-FIN yang didaftarkan oleh Wajib Pajak pada ASP. Digital Certificate ini akan berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses e-filling.
20
3)
Penyampaian e-SPT secara e-filling. a)
Dengan menyampaikan aplikasi e-SPT yang telah di dapat maka Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diisi secara offline oleh Wajib Pajak.
b)
Setelah pengisian SPT lengkap maka Wajib Pajak dapat mengirimkan secara online ke Direktorat Jenderal Pajak melalui ASP.
c)
Kemudian Wajib Pajak berhak menerima tanda bukti elektronik yang diberikan oleh DJP melalui Kantor Pelayanan Pajak meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), serta nama Perusahaan Penyedia Aplikasi (ASP) yang tertera pada hasil cetakan SPT Induk dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
2.1.5 User E-Filling. Pengguna sistem e-filling (User efilling) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah Wajib Pajak, sebagaimana dijelaskan dalam UndangUndang No. 28 tahun 2007 yang merupakan perubahan ketiga atas UndangUndang No. 6 tahun 1983 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemunggut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
21
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NPWP merupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Setiap wajib pajak dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan NPWP pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT). Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT dibedakan menjadi dua, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT masa digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak Bulanan.
22
2.1.6 Persepsi Kegunaan Wiyono (2008) mendefinisikan persepsi kegunaan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Menurut Desmayanti (2012) Persepsi kegunaan didefinisikan bagaimana individu menginterpretasikan kegunaan atau manfaat dari pemakaian sistem. Jika individu menginterpretasikan bahwa e-filling dapat menguntungkan maka secara langsung wajib pajak akan menggunakan sistem efilling. Sebaliknya jika individu merasa kurang percaya atau tidak mengetahui manfaat dari sistem e-filling maka wajib pajak akan ragu untuk menggunakannya. Menurut Wang, et al. (2003) menemukan bahwa Persepsi Kegunaan berpengaruh signifikan positif terhadap Minat Perilaku. Sun (2003) dalam Amoroso dan Gardner (2004) telah mengkonfirmasikan juga bahwa kegunaan sebagai faktor yang paling penting yang mempengaruhi penerimaan pengguna dengan sedikit perkecualian. Chang, et al. (2005) dalam Desmayanti (2012) menemukan bahwa manfaat penggunaan sistem tidak berdampak langsung pada niat tetapi memiliki signifikan pada sikap, yang akibatnya berdampak pada perilaku berniat menggunakan sistem. Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Desmayanti (2012) persepsi kegunaan dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu persepsi kegunaan dengan estimasi satu faktor dan dua faktor. Persepsi kegunaan dengan estimasi satu faktor memberikan indikator tentang kegunaan sistem teknologi yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah bermanfaat, menambah produktifitas, mempertingi efektivitas, meningkatkan
23
kinerja pekerjaan. Persepsi kegunaan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi manjadi dua kategori yaitu kebermanfaatan dan efektivitas. Dimensi
kebermanfaatan
meliputi
menjadikan
pekerjaan
lebih
mudah,
bermanfaat, menambah produktifitas. Dari segi efektivitas meliputi mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan. 2.1.7 Persepsi Kemudahan Persepsi kemudahan dalam penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana individu percaya bahwa sistem teknologi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan (Davis, 1989). Suatu sistem dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem tersebut. Kemudahan penggunaan dalam konteks ini bukan saja kemudahan untuk mempelajari dan menggunakan suatu sistem tetapi juga mengacu pada kemudahan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas dimana pemakaian suatu sistem dapat semakin memudahkan seseorang dalam bekerja dibanding mengerjakan secara manual (Pratama, 2008 dalam Kirana, 2010). (Venkatesh dan Davis, 2000:201) memberikan indikator untuk persepsi kemudahan tentang kegunaan sistem teknologi yaitu : a)
Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti
b)
Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut.
c)
Sistem mudah digunakan, dan mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan.
24
2.1.8 Keamanan dan Kerahasiaan Menurut Hamlet dan Strube (2000) Keamanan didefinisikan bahwa penggunaan sistem informasi itu aman, resiko kehilangan data atau informasi sangat kecil, dan resiko pencurian rendah dan kerahasiaan didefinisikan segala hal yang berkaitan dengan informasi pribadi pengguna terjamin kerahasiaannya. Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik jika keamanan sistem tersebut dapat diandalkan. Keamanan sistem ini dapat dilihat melalui data pengguna yang aman disimpan oleh suatu sistem informasi. Data pengguna ini harus terjaga kerahasiaannya dengan cara data disimpan oleh sistem sehingga pihak lain tidak dapat mengakses data pengguna secara bebas (Dewi, 2009). Jika data pengguna dapat disimpan secara aman maka akan memperkecil kesempatan pihak lain untuk menyalahgunakan data pengguna sistem. Pada Sistem e-filling ini aspek keamanan juga dapat dilihat dari tersedianya username dan password bagi Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri untuk dapat melakukan pelaporan Surat pemberitahuan (SPT) secara online. Digital certificate juga dapat digunakan sebagai proteksi data Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya dapat dibaca oleh sistem tertentu. Menurut Jia, Shen dalam Ananda (2009) memberikan indikator dari variabel keamanan dan kerahasiaan antara lain : a)
Sistem keamanan e-filling
b)
Sistem kerahasiaan e-filling
c)
Jaminan keamanan dan kerahasiaan
25
2.1.9 Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak Kesiapan teknologi informasi wajib pajak berarti individu dalam hal ini siap menerima perkembangan teknologi yang ada termasuk dengan munculnya sistem e-flling (Desmayanti, 2012). Teknologi informasi (TI) merupakan sekumpulan sumber daya informasi organisasi, peran penggunaannya, serta manajemen yang menjalankannya (Ismanto, 2010). Jika Wajib Pajak bisa menerima sebuah teknologi baru, maka Wajib Pajak tersebut tidak ragu-ragu untuk melaporkan pajaknya
menggunakan
e-filling.
Kesiapan
teknologi
informasi
juga
mempengaruhi kemajuan pola pikir individu, artinya semakin individu siap menerima teknologi yang baru berarti semakin maju pemikiran individu tersebut yaitu bisa beradaptasi dengan teknologi yang semakin lama semakin berkembang ini (Desmayanti, 2012). Desmayanti (2012) memberikan indikator dari variabel kesiapan teknologi informasi wajib pajak adalah kesiapan menerima perkembangan teknologi (koneksi, software, hardware) dan SDM memadai. 2.1.10 Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-filling Menurut Desmayanti (2012) intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling merupakan frekuensi untuk menunjukkan bahwa seberapa sering wajib pajak melaporkan pajaknya melalui e-filling. Menurut Ananda (2009), intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling didefinisikan sebagai bentuk keinginan wajib pajak untuk menggunakan atau menggunakan kembali teknologi e-filling di masa depan. Menurut Theory Planned of Behavior (TPB) intensitas perilaku termasuk
26
tahapan behavior. Perilaku yang dimaksud adalah intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. Ananda (2009) memberikan indikator dari variabel intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling antara lain : a) Penggunaan sistem saat ini. b) Keinginan penggunaan sistem akan datang. 2.2
Hipotesis Penelitian.
2.2.1 Pengaruh Persepsi Kegunaan Terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filling. Pengaruh persepsi kegunaan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling didasarkan oleh Teori Technology Acceptance Model (TAM) dan Task Technology Fit (TTF). Persepsi kegunaan pada Teori Technology Acceptance Model (TAM) merupakan faktor yang mendominasi untuk mempengaruhi pengguna dalam menentukan sikap dalam penggunaan suatu sistem atau dengan kata lain menentukan individu berniat tidaknya menggunakan sistem e-filling. Task Technology Fit (TTF) menyinggung bahwa wajib pajak akan menggunakan sistem e-filling jika sistem e-filling dirasakan memberikan manfaat positif bagi para pengguna. Hal ini akan menentukan individu berniat atau tidak menggunakan e-filling secara berkelanjutan. Persepsi kegunaan merupakan sesuatu yang menyatakan individu percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan kinerja individu (Tjini, 2012). Menurut Wibowo (2008) menjelaskan bahwa persepsi kegunaan merupakan persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran
27
dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh terhadap sikap penggunaan teknologi. Puspa (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-filling oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime (kajian empiris di Wilayah Kota Semarang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap penggunaan fasilitas efilling. Laihad (2012) juga menemukan hasil bahwa persepsi kegunaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap penggunaan e-filling. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Nugroho (2012) bahwa persepsi kegunaan berpengaruh signifikan positif terhadap penggunaan Online Banking. Begum dan Jahangir (2008) dalam Desmayanti (2012) juga mendapatkan hasil bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap sistem perbankan elektronik.
Dapat
mempersepsikan
diambil e-filling
kesimpulan memberikan
bahwa kegunaan
semakin terhadap
wajib
pajak
peningkatan
produktivitas maka wajib pajak akan terus menggunakan e-filling. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H1 : Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling 2.2.2 Pengaruh Persepsi Kemudahan Terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filling Teori Technology Acceptance Model (TAM) digunakan sebagai dasar hipotesis kedua yaitu mengenai kemudahan teknologi e-filling ini akan
28
menentukan
individu
berniat
atau
tidak
menggunakan
e-filling
secara
berkelanjutan. Persepsi kemudahan merupakan kepercayaan seseorang dimana dalam penggunaan suatu teknologi dapat dengan mudah digunakan dan dipahami (Tjini, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh terhadap sikap penggunaan teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh Laihad (2012) yang meneliti mengenai pengaruh perilaku wajib pajak terahadap penggunaan e-filling di Kota Manado. Hasil yang didapat bahwa persepsi kemudahan berpengaruh secara signifikan positif terhadap penggunaan efilling Penelitian lain juga dilakukan oleh Pikkarainen et al. (2004). Pikkarainen et al. (2004) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sistem online banking oleh pelanggan pada perusahaan perbankan di Finlandia. Hasil penelitian menunjukan variabel kemudahan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan sistem online banking. Hasil yang sama oleh Wang, et.al (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang memperngaruh user acceptance sistem internet banking di Taiwan. Hasil penelitian bahwa variabel kemudahan berpengaruh secara positif terhadap user acceptance sistem internet banking. Kemudahan pengguna akan mempengaruhi penggunaan sistem e-filling. Jika pengguna menginterpretasikan bahwa sistem e-filling mudah digunakan maka pengguna sistem akan tercapai. Jika pengguna sistem memiliki kemampuan untuk usaha (baik waktu dan tenaga) maka pengguna sistem berpotensi akan dilakukan secara terus-menerus sehingga intensitas perilaku dalam pengguna e-filling dapat
29
meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H2 : Persepsi Kemudahaan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling 2.2.3 Pengaruh Keamanan Dan Kerahasiaan Terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filling Teori Task Tecknology Fit (TTF) mendasari hipotesis pengaruh keamanan dan kerahasiaan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. Hal ini diartikan bahwa keamanan dan kerahasiaan merupakan manfaat positif yang diberikan oleh sistem e-filling, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku wajib pajak dalam penggunan secara berkelanjutan. Kemanan dan kerahasiaan merupakan alasan mengapa pengguna memilih untuk menggunakan Sistem Informasi (SI). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keamanan dan kerahasiaan berpengaruh terhadap sikap penggunaan teknologi. Penelitian oleh Aliando, dkk (2013) mengenai pengaruh perceived usefulness, persceived ease of use, dan perceived enjoyment terhadap penerimaan teknologi informasi (studi empiris di Kabupaten Sragen). Variabel keamanan dan kerahasiaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap penerimaan teknologi informasi di Kabupaten Sragen. Hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Poon, et al (2008) bahwa variabel keamanan dan kerahasiaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat penggunaan ebanking. Pelaporan dengan menggunakan e-filling wajib pajak akan memperoleh digital certificate (DC). DC merupakan sertifikat yang digunakan untuk proteksi
30
data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga benar-benar terjamin kerahasiaannya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H3 : Keamanan dan Kerahasiaan berpengaruh positif terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling 2.2.4 Pengaruh Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak Terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filling Pengaruh kesiapan teknologi informasi wajib pajak terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling didasarkan oleh Theory of Planned Behavior (TPB). Theory of Planned Behavior (TPB) ini memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi minat terhadap penggunaan sistem. Salah satunya adalah faktor keyakinan perilaku. Keyakinan perilaku ini diartikan sebagai individu siap atau tidak siap untuk melakukan perilaku. Artinya dalam hipotesis keempat ini bahwa setiap individu yang siap menerima teknologi informasi wajib pajak maka individu ini akan memutuskan untuk menggunakan sistem e-filling secara berkelanjutan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesiapan teknologi wajib pajak berpengaruh terhadap sikap penggunaan teknologi. Desmayanti (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas efilling oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian spt masa secara online dan realtime (kajian empiris di Wilayah Kota Semarang). Hasil yang didapat bahwa variabel kesiapan teknologi informasi wajib pajak berpengaruh secara signifikan positif terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling.
31
Kesiapan teknologi mempengaruhi keinginan dalam menggunakan sistem informasi. Muncul minat untuk menggunakan sistem e-filling apabila pada dasarnya pribadi seseorang tersebut bersedia menerima sebuah teknologi baru dalam pelaporan pajak. Dapat disimpulkan jika tingkat kesiapan teknologi tinggi maka minat pengguna semakin meningkat. Peningkatan minat ini akan mempengaruhi intensitas pengguna sistem informasi secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut : H4 : Kesiapan Teknologi Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-Filling Berdasarkan hipotesis tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Kegunaan Persepsi Kemudahaan Keamanan: dan Kerahasiaan Keterangan
+ +
Intensitas Penggunaan E-filling
+ +
Kesiapan Teknologi WP
32