BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanda dan Makna Dalam Komunikasi Tanda (sign) adalah sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut “tanda”. Sementara itu makna adalah adalah hasil dari penandaan. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif. Para ahli semiotika menggunakan kata kerja seperti menciptakan, membangkitkan, atau menegosiasikan untuk mengacu pada proses pemaknaan. Makna merupakan hasil interaksi dinamis antara tanda, interpretant dan objek; makna secara historis ditempatkan dan mungkin akan berubah seiring dengan perjalanan waktu. Makna dan tanda adalah hal yang sangat esensial dalam studi komunikasi. Sesungguhnya komunikasi – dalam perspektif semiotik – adalah sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning). Secara sederhana hubungan antara komunikasi, makna dan tanda dapat dilustrasikan sebagai berikut : Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (sign). Pesan-pesan itu, kemudian, mendorong kita untuk menciptakan makna untuk diri kita sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat
7
8
untuk dalam pesan. Makin banyak kita berbagi “kode” yang sama, makin banyak kita menggunakan sistem tanda yang sama, maka makin dekat “makna” kita berdua atas pesan yang datang pada masing-masing kita.1 2.2 Semiotika Komunikasi 2.2.1 Definisi Semiotika Secara etimologi, istilah semiotik bersal dari kata Yunani “Semeion” yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979 : 16) secara terminologi, semiotik dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979 : 6). Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yangberhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain; pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. 2 Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempuanyai arti. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
7Alex Sobur.Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, analisis framming.Remaja Rosdakarya. Bandung : 2009. Hal 16-17 2 Ibid. Hal 95-96
9
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes. 1988:179; Kurniawan. 2001:53). 3 Dalam memahami semiotika tentu tidak bisa melepaskan pengaruh dan peran dua orang penting ini, menurut (Berger, 2000 : 11-22) ada dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang bisaanya menjadi rujukan para ahli. Pertama, adalah pendekatan yang didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) yang mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan. Kedua, adalah pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf dan pemikir yang cerdas, Charles Sanders Pierce (1839 – 1914). Pierce (dalam Berger,2000 : 14) menandakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki
hubungan
sebab-akibat
dengan
tanda-tanda
atau
karena
ikatan
konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah icon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab-akibat, dan simbol untuk konvensional. Untuk lebih spesifiknya pendekatan semiotik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika Ferdinand De Saussure.
3
Ibid. Hal 15
10
2.3 Semiotika Ferdinand De Saussure Ferdinand De Saussure lahir di Jenewa Swiss pada 26 November 1857 dan meninggal pada 22 Februari 1913.Selain sebagai seorang ahli linguistik, dia juga seorang spesialis bahasa-bahasa Indo Eropa dan Sansekerta yang menjadi sumber pembaharuan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan. Pandangannya tentang tanda sangat berbeda dengan pandangan para ahli linguistik di jamanya, Saussure justru menyerang pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad ke 19.Saat itu, studi bahasa hanya berfokus kepada perilaku lingusitik yang nyata (Parole). Studi tersebut menelusuri perkembangan kata-kata dan ekspresi sepanjang sejarah mencari faktor-faktor yang berpengaruh seperti geografi, perpindahan penduduk, dan faktor lain yang mempengaruhi perilaku linguistikmanusia.4 Prinsip yang menyatakan bahwa “bahasa adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda terdiri dari dua bagian, yakni penanda (signifier) dan petanda (signified)” adalah prinsip penting dalam menangkap hal pokok pada teori Saussure. Bagi Saussure, bahasa adalah suatu sistem tanda (sign). Segala suara, baik manusia, hewan, atau bunyi-bunyi yang lain, akan dikatakan sebagai bahasa jika ia
4
Sumbo Tinarbuko, SemiotikaKomunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra.2009. hal.ix
11
mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan ide-ide dan pengertian-pengertian tertentu. 5 Strukturalisme yang diperoleh Ferdinand De Saussure mengacu pada tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier dan signified. Signifier adalah wujud fisik dari tanda (aspek material) yakni apa yang dikatakan atau apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah konsep yang di representasikan melalui tanda, yakni pikiran atau aspek mental dan bahasa. Sehingga tanda adalah hasil asosiasi antara signifier dan signified. Sign Composed of
Signifier
Signification
Referent
Signified
(external reality)
(Sumber :McQuaill, 2000) Gambar 1 Elemen-elemen makna dari Saussure
5
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal.46
12
Saussure menyebut kombinasi konsep dan citra bunyi sebagai tanda, namun dalam penggunaan dewasa ini, dalam istilah umum, hanya dinamakan citra-bunyi. Sebuah kata yang digunakan untuk contoh (arbor [dalam hal ini pohon]dsb), orang cenderung melupakan bahwa kata arbor dinamakan tanda hanya karena tanda tersebut mengandung konsep tentang pohon (tree), akibatnya konsep tentang panca indera secara tak langsung menyatakan bagian ide tentang keseluruhan. Ambiguitas akan muncul ketiga makna yang tercakup disini ditandai dengan tiga makna yang masing-masing maknanya berlawanan satu sama lain. Saya bermakud memastikan bahwa “tanda” (sign) itu untuk menyusun keseluruhan dan untuk menggantikan konsep dan citra bunyi masing-masing dengan “petanda” (signifier) dan penanda (signified). Kedua istilah terakhir lebih menguntungkan untuk mengindikasi oposisi keterpisahannya dari aspek yang lain dan dari aspek keseluruhan membangunnya.6 Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan mempresentasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Pierce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh : ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah,
6
Arthur Asa Berger, Tanda-tanda Dalam Makna Kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana:Yogyakarta.hal.12
13
menurut Saussure, “signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi kertas”. Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar Levi – Strauss yaitu pandangan tentang, 1. Signifier dan signified. Yang cukup penting dalam menangkap upaya hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun di dua bagian yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure bahasa merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara, baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara terebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide, pengertian tertentu. Untuk itu suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. 2. Form dan Content. Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) ini oleh Gleason (Pateda, 1994:35) diistilahkan dengan expression dan content. Satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud ide. Saussure membandingkan form dan content dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan dan biji catur itu tidak terlalau penting. Yang penting adalah fungsinya, yang dibatasi aturan-aturan permainannya. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan
14
koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaannya. 3. Langue dan Parole. Saussure dianggap cukup Recouer karna ia-lah yang meletakan dasar perbedaan antara langue dan parole (Recouer 1976 2-3) sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang pemikirannya, khususnya dalam teori wancana. Hal ini pun diakui Berthes (1996:80) yang menyatakan bahwa konsep (dikotomis) langue parole sangat penting dalam pemikiran Saussure dan pasti telah membawa pembaruan besar pada linguistik sebelumnya. Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis : langage, langue (sistem bahasa), dan parole (kegiatan ujaran). 4. Synchronic
dan
Diachronic.
Menurut
Saussure
linguistik
harus
memperhatikan sinkronis sebelum menghiraukan diakronis. Kedua istilah ini berasal dari Yunani Khronos (waktu) dan dua awalan syn- dan diamasing-masing berarti “bersamaan” dan “melalui”. Yang dimaksud degan diakronis adalah menelusuri waktu (Bertens, 2001: 184). Jadi, studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”). 5. Syntagmatic dan Associative. Satu lagi struktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang sistem pembedaan diantara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan associative (paradigmatic), atau antara
15
sintagmatic dan paradigmatic. Hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata konsep.7 2.4 Film Sebagai Salah Satu Media Komunikasi Massa Sebagai salah satu media massa, McQuail mengatakan film merupakan alat komunikasi yang efektif karena memiliki kemampuan mengantarkan pesan secara unik. Hal ini dimungkinkan karena adanya unsur audio dan visual yang terdapat di dalam film sehingga memudahkan orang memahami pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat, dan kemampuan memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas membuat film lebih mudah mendapatkan perhatian dari masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya. 2.4.1 Pengertian Film Film merupakan mesin waktu yang memberikan wawasan terhadap nilai dan suasana, harapan, dan impian dari sebuah era. Film merupakan sebuah barometer yang menunjukkan perubahan – perubahan nilai suatu bangsa. Film telah menjadi sarana untuk memberitahukan satu sama lain tentang dunia. Film menunjukkan suatu kondisi dari suatu budaya yang memproduksinya, dan apa yang ada dalam budaya
7
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung:2009. Hal.46-54
16
itu yang menarik bagi penonton untuk melihatnya. Film berfungsi sebagai kaca dua arah : penonton dapat melihat pada film, dan film dapat merefleksikan penonton.8 Bersama dengan radio dan televisi, film termasuk dalam katagori media massa periodik, artinya kehadirannya tidak secara terus-menerus, tetapi berperiode dan termasuk kedalam media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesannya sangat bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal. Menurut Askurifai Baksi, “sebagai suatu bentuk komunikasi massa, film dikelola menjadi suatu komuditi. Didalamnya memang kompleks, dari produser, pemain hingga seperangkat kesenian lain yang sangat mendukung seperti musik, seni rupa, teater dan seni suara. Semua unsur tersebut berkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya.Adapun pesan-pesan komunikasi terwujud dalam bentuk drama, action, komedi, dan horor. Jenis film inilah yang dikemas oleh seorang sutradara sesuai dengan tendensi masing-masing. Ada yang tujuannya sekedar menghibur, memberi penerangan, atau mungkin keduaduanya.Ada juga yang ingin memasukkan dogma-dogma tertentu sekaligus mengajarkan pada khalayak penonton.”9 Menurut undang-undang perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
8
Askurifai Baksi. Membuat Film Indie ini gampang, Jakarta : Katarsis 2003. Hal 3 Ibid, hal 2
9
17
asas sinematografi dengan direkam pada pita seleloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. 10 Sedangkan menurut pasal Undang-undang Republik Indonesia no. 23 Tahun 2009, Tentang Perfilman bahwa “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa
yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografidengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”11 2.5 Genre Film 2.5.1 Definisi Genre Film Metode yang paling mudah serta sering digunakan untuk mengklafikasikan film adalah berdasarkan genre, seperti aksi, drama, horor, musikal, dan sebagainnya.Genre secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya.Masing-masing memiliki karakter khas yang membedakan satu genre dengan genre lainnya.Istilah genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Di dalam film, genre dapat di defenisikan sebagai jenis atau klarifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas)
10
B Kristanto.Nonton Film,Nonton Indonesia.Buku Kompas.Jakarta:2004.Hal 469 Teguh Trianto. Film Sebagai Media Belajar. Graha Ilmu. Jakarta :2013 Hal 8-9
11
18
seperti setting, isi, dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi, atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Dari klasifikasi tersebut, dapat dihasilkan genre-genre film popular seperti aksi, petualangan, komedi, horor, drama, western, film noir, roman, dan sebagainnya.12 2.5.2 Pembagian Genre Film Berdasarkan ragam ceritanya pada dasarnya film dapat dikelompokan dalam dua pembagian besar, yaitu : a. Film cerita atau film fiksi adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Jenis atau genre dalam film cerita seperti : 1.
Film Aksi Film dengan jenis genre ini berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, non stop dengan tempo cerita yang cepat.Film-film aksi pada umumnya bersisi adegan aksi saling kejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik lainnya.
2.
Drama Film-film drama pada umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata.Konflik bisa dipicu
12
Himawan Pratista, Memahami Film.Hemerian Pustaka :Yogyakarta , 2008. Hal 10
19
oleh lingkungan, diri sendiri, maupun dari alam.Kisahnya seringkali menggugah
emosi,
dramatic,
dan
mampu
menguras
air
mata
penontonnya.Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial baik skala besar (masyarakat) maupun skala kecil (keluarga).Film jenis ini umumnya tidak terfokus pada aksi fisik atau komedi dan jarang sekali menggunakan efek visual. 3.
Epic / Sejarah Genre ini pada umumnya mengambil genre ini pada umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblikal. Film berskala besar (kolosal) ini seringkali menggunakan setting mewah dan megah, ratusan hingga ribuan figuran, variasi kostum dengan variasi yang unik, serta variasi perlengkapan perang, contoh :Kingdom Of Heaven
4.
Fantasi Film fantasi berhubungan dengan temppat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata atau yang berhubungan dengan unsur magis, mitos, negri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.
5.
Fiksi Ilmiah Film jenis ini berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada diluar jangkauan tekhnologi masa kini.Film ini juga identik dengan karakter
20
non-manusia atau artificial, seperti makhluk asing, robot, monster, hewan purba. 6.
Horor Film horor adalah film yang memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya.Plot film horor pada umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia melawan kekuatan jahat dan bisaanya berhubungan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia.Film ini umumnya menggunakan karakter-karakter antagonis non-manusia yang berwujud fisik menyeramkan.Contoh :Night Of The Living Dead.
7.
Komedi Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya dan bisaanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film ini bisaanya selalu berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan penontonnya.Film jenis ini terbagi dua yaitu komedi situasi (unsur komedi menyatu dengan cerita) serta komedi lawakan (unsur komedi bergantung pada figur komedian).Contoh :Mr. Bean
8.
Kriminal Film-film kriminal dan gengster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti perampok bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja diluar sistem hukum.Seringkali film jenis ini mengambil kisah kehidupan
21
tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nayta.Contoh :The Goodfather 9.
Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tarian (dansa), serta gerak (koreografi).Lagu-lagu serta tarian mendominasi sepanjang film dan bisaanya menyatu dengan cerita.Penggunaan musik dan lagu bersama liriknya bisaanya mendukung jalannya alur cerita.Cerita umumnya berkisah rtingan seperti percintaan, kesuksesan, serta populariras, sasarannya lebih ditunjukan untuk keluarga, remaja, dan anak-anak.Contoh :The Sound Of Music
10. Petualangan Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis, seperti hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Plot film pada umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas dan berlian) atau usaha penyelamatan diri dari suatu wilayah tak dikenal atau bisa pula usaha penaklukan sebuah wilayah. Contoh :Pirates Of carabian 11. Perang Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang umumnya menampilkan adegan pertempuran seru baik di darat,
22
udara maupun di laut.Film jenis ini bisaanya menampilkan kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan para tentara dalam melawan mush.13 b. Film Non Cerita atau Non Fiksi merupakan katagori film yang mengambil kenyataannya sebagai subyeknya. Jadi, merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan. Sedangkan jenis atau genre non fiksi seperti : 1. Film Dokumenter Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah dokumenter pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samaran John Grierson, di New York pada 8 Februari 1326, (Wikipedia Indonesia, 2007). Di prancis istilah dokumenter digunakan untuk semua film non fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikaan.Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Orang-orang merekam kegiatan sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun, dan sebagainya (Wikipedia Indonesia 2007). 2. Film Faktual Film faktual pada umumnya hanya menampilkan fakta, kamera sekedar merekam peristiwa. Film faktual dizaman sekarang tetap hadir dalam bentuk sebagai film berita (news real).14
13
Hery Effendy, Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta : Jalasutra, 2005. Hal 11Marseli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta : Grasindo 1996. Hal 10
14
23
2.6 Representasi Aktivitas membentuk-ilmu-pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia disebut representasi. 15 Representasi adalah kegunaan dari tanda. Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik.” Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, di mengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.
16
Representasi bekerja pada hubungan tanda dan
makna.Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah.Selalu ada pemaknaan baru. Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Menurut John Hartley bahwa representasi merupakan bentuk konkret yang berasal dari konsep abstrak. Karena representasi tidak terhindarkan untuk terlihat dalam proses seleksi sehingga beberapa tanda tertentu lebih istimewa daripada yang lain, ini terkait bagaimana konsep tersebut di representasikan dalam media berita, film, kemudian mengenai bagaimana cara representasi diatur melalui berbagai
15
Marcel danesi, Pesan Tanda dan Makna :Buku Teks Dasar Mengenai semiotika dan teori Komunikasi. Terjemahan oleh Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari.Jalasutra.Yogyakarta : 2012. Hal 20 16 Indiwan Seto Wahyu Wibowo , Semiotika Komunikasi, Mitra Kencana Media. Jakarta : 2013 Hal 148
24
macam media, genre dan dalam berbagai macam wacana memerlukan perhatian yang menyeluruh.17
2.7 Idealisme 2.7.1 Definisi Idealisme Idealime adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialismeEpikuros. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.18 Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang bisaa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang
17
menerima
ukuran
moral
yang
tinggi,
estetika,
dan
agama
serta
Johm Hartley. Communication, Cultural &Media Studies. Jalasutra.Yogyakarta : 2010. Hal 265-266 Abdul Rozak, Isep Zaenal arifin. Filsafat Umum. Gema Media Pustakama.Bandung :2007. Hal.
18
25
menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Arti filsafat dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealisme. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Dengan kata lain Kaum idealis condong untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi tetntang kebenaran, yakni suatu putusan dipandang benar jika ia sesuai dengan putusan-putusan lain yang telah diterima sebagai yang benar. Idealisme itu selalu ada dalam setiap manusia, kadang mengantarkan dia menjadi sukses atau malah menjadi terjerumus. Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sebarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan
26
kehormatan. Untuk apa mempertahankan idealisme? Jawabnya, untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi. Relatif bisa jadi, Contoh sederhana lainnya, dalam sebuah pekerjaan, ketika kita tidak menyukai pekerjaan itu dan akhirnya memilih mundur karena tidak sesuai dengan idealisme kita, pengertian idealisme di sini bisa jadi, pekerjaannya tidak sesuai aturan yang ada, atau tidak sesuai kehendak atau minat hati. Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspekaspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri. Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi.
27
Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu. Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia. 2.7.2
Jenis-Jenis Idealisme Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai
teori yang berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme personal. 1. Idealisme Subjektif Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat
28
adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif. 2.
Idealisme Objektif Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide
manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universal. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias
29
penampakan saja. Kedua,terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi. 3. Idealisme Personal (personalisme) Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.19
19
Harkaman01.wordpress.com