BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan
secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu,
kelompok,
pendidikan),
proses
dan
masyarakat),
adalah
(upaya
pendidik yang
adalah
direncanakan
(pelaku untuk
mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012). Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi, dan menurutWHO yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
9
10
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012). 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari : a.
Tujuan kaitannya dengan batasan sehat Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang harus mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat.
b.
Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui proses yang sangat panjang karena
11
kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar. Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu : 1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan pada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari. 2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC = Primary Health Care) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah Posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit. 3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
12
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya. 3. Sasaran Pendidikan Kesehatan Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia adalah: a.
Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b.
Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita, pemuda, remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun negeri.
c.
Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.
4. Metode Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 macam, yaitu : a.
Metode Individual (Perorangan) Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu : 1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling) 2) Wawancara (interview)
b.
Metode Kelompok Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
13
1) Kelompok besar a) Ceramah Metode yang cocok untuk yang berpendidikan tinggi maupun rendah. b) Seminar Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar dengan pendidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasi dari seorang ahli atau beberapa orang ahli dengan topik tertentu. 2) Kelompok kecil a) Diskusi kelompok Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua kelompok menempatkan diri diantara kelompok, setiap kelompok punya kebebasan untuk mengutarakan pendapat,biasanya pemimpin mengarahkan agar tidak ada dominasi antar kelompok. b) Curah pendapat (Brin storming) Merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap kelompok memberikan pendapatnya, pendapat tersebut di tulis di papan tulis, saat memberikan pendapat tidak ada yang boleh mengomentari mengemukakan
pendapat
siapapun
pendapatnya,
berkomentar lalu terjadi diskusi.
sebelum
kemudian
tiap
semuanya anggota
14
c) Bola salju (Snow balling) Setiap orang di bagi menjadi berpasangan, setiap pasang ada 2 orang. Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri waktu kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang bergabung menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan tersebut, kemudian 2 pasang yang beranggotakan 4 orang tadi bergabung lagi dengan kelompok yang lain, demikian seterusnya sampai membentuk kelompok satu kelas dan timbulah diskusi. d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group) Kelompok di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil kemudian dilontarkan satu pertanyaan kemudian masing-masing kelompokmendiskusikan
masalah
tersebut
dan
kemudian
kesimpulan dari kelompok tersebut dicari kesimpulannya. e) Bermain peran (Role play) Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memerankan suatu peranan misalnya menjadi dokter, perawat atau bidan, sedangkan anggotayang lain sebagai pasien atau masyarakat. f) Permainan simulasi (Simulation game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan dsajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli, beberapa orang ditunjuk untuk memainkan peranan dan yang lain sebagai narasumber.
15
c.
Metode Massa Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidak langsung atau menggunakan media massa.
5. Model Pendidikan Kesehatan Menurut Nursalam (2008) perawat sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subyek yang dapat memperkaya, memberikan informasi dan melengkapi perilaku subyek yang diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat adalah sebagai berikut: a. Model Perilaku Individu Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan ditunjukkan untuk promosi peningkatan perilaku sehat daripada mengulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai kesehatan meliputi kepekaan, keparahan, penghalang yang dirasakan, variabel struktural serta sosiopsikologis lainnya. Sedangkan model promosi kesehatan merupakan modifikasi nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada prediksi perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.
16
b. Model Pemberdayaan Masyarakat Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa dampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakat. Sehingga perawat perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubah perilakunya pemberdayaan
yang
ditampilkan
masyarakat
pada
adalah
komunitas.Fokus
komunikasi,
proses
informasi,
dan
pendidikan kesehatan (WHO, 1994). Di Indonesia sering disebut komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang ditujukan pada individu, keluarga, dan kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan pihak
yang
bersangkutan
(negotiating),
pendekatan
untuk
mempengaruhi orang lain (lobbying) dan pencarian informasi (information seeking) untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya. 6. Media Pendidikan Kesehatan Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media dibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (billboard). a. Media cetak 1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa membaca.
17
2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya. 3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan. 4) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuk lembar balik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambar dibaliknya berisi pesan kalimat berisi informasi berkaitan dengan gambar tersebut. 5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai hal yang berkaitan dengan hal kesehatan. 6) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan biasanya ditempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraan umum. 7) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan. b. Media elektronik 1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya. 2) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya jawab dan lain sebagainya. 3) Vidio Compact Disc (VCD). 4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi. 5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.
18
c. Media papan (bill board) Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai dan diisi pesan-pesan kesehatan.
B. PROSES BELAJAR 1. Pengertian Belajar Menurut Susilo (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan itu didapat dari mengalami, observasi, membaca, meniru, memecahkan masalah, mendengarkan, mengikuti secara langsung, dan membatasi belajar dalam 3 macam rumusan yakni : rumusan kuantitatif, institusional, dan kualitatif. a. Secara kuantitatif Secara kuantitatif belajar berarti penambahan kemampuan dengan fakta-fakta. b. Secara institusional Secara institusional belajar dipandang sebagai proses penguasaan peserta didik atas materi yang telah dipelajari. c. Secara kualitatif Belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh pemahaman, yang berorientasikan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi peserta didik.
19
2. Ciri-ciri Belajar Menurut Susilo (2011) dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, jelaslah bahwa pada prinsipnya belajar itu adalah perubahan. Adapun ciriciri dari perubahan belajar adalah : a. Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku, tetapi tidak semua perubahan dalam individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Perubahan yang bersifat kontinue dan fungsional, artinya perubahan itu berlangsung terus menerus atau dinamis. Selain itu berguna bagi kehidupan ataupun bagi proses belajar berikutnya atau bersifat fungsional. 2) Perubahan yang disadari, artinya individu yang belajar menyadari terjadinya perubahan tersebut. 3) Perubahan yang bersifat positif dn aktif, artinya perubahan itu senantiasa bertambah dari perubahan hasil belajar sebelumnya dan menuju ke arah belajar yang lebih baik. 4) Perubahan yang bukan bersifat insidentil dan bukan karena proses kematangan, pertumbuhan dan perkembangan. 5) Perubahan yang bertujuan atau berarah, artinya perubahan tersebut karena ada tujuan yang dicapai. b. Hasil belajar ditandai oleh perubahan aspek tingkah laku baik sikap, kebiasaan, keterampilan maupun pengetahuannya.
20
c. Belajar merupakan suatu proses, artinya perbuatan belajar itu merupakan suatu kegiatan atau aktivitas, bukan suatu benda. d. Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang ingin dicapai. e. Belajar merupakan bentuk pengalaman. 3. Manifestasi Tingkah Laku Dari Hasil Belajar Telah dijelaskan bahwa seorang yang telah melalui suatu proses belajar akan kelihatan perubahan tingkah lakunya. Menurut Susilo (2011) manifestasi tingkah laku dari belajar dibagi menjadi 7 macam, yaitu : a. Kebiasaan (Habit) Kebiasaan adalah suatu cara individu bertindak yang sifatnya relatif menetap, seragam dan otomatis untuk masa tertentu. Pada umumnya kebiasaan ini fungsinya kurang berpengaruh, artinya kurang begitu berpikir. b. Keterampilan (Skill) Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan dan komplek yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat komplek. c. Pengamatan (Perception) Pengamatan adalah proses penerimaan, penafsiran, dan memberi arti dari perangsang yang diterima melalui alat indera.
21
d. Berfikir rasional Berfikir rasional adalah berfikir dengan menggunakan prinsipprinsip dan dasar-dasar pengertian dalam tingkat abstrak yang tinggi. e. Sikap (Attitude) Sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan suatu tingkah laku yang dipelajari, artinya terbentuknya sikap ini dengan melalui proses belajar. f. Inhibisi (Inhibition) Inhibisi adalah kesangggupan seorang untuk memilih tindakan yang perlu dilakukan dan meninggalkan tindakan-tindakan yang tidak perlu dalam rangka interaksi dalam lingkungan. g. Tingkah laku efektif Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut emosi, marah, takut, sedih, dan sebagainya dipengaruhi oleh pengalaman belajar. Dalam hubungan ini Burton mengemukakan bahwa hasil yang dicapai dari belajar adalah : 1) Kecakapan, 2) Keterampilan, 3) prinsipprinsip atau generalisasi atau pengertian, 4) keterampilan mental, sikapsikap dan respon emosi, fakta-fakta dan pengetahuan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Menurut Nursalam (2008) proses pendidikan kesehatan adalah tidak lain dari proses belajar yang mempunyai tiga komponen utama, yaitu :
22
a. Masukan (Input) Input dari pendidikan kesehatan ini adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai masalahnya. b. Proses Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar.Dalam proses terjadi umpan
balik
terhadap
berbagai
faktor
yang
didapat
saling
mempengaruhi. c. Hasil (Output) Output-nya adalah hasil belajar itu sendiri
yaitu berupa
kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Beberapa ahli pendidikan, antara lain j. Guilbert, mengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini kedalam empat kelompok besar, yaitu : 1) Materi atau hal yang dipelajari, ikut menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya, pengetahuan dan sikap atau keterampilan atau menentukan keberadaan proses belajar 2) Lingkungan yang dikelompokan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik yang antara lain terdiri atas suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan kedua adalah lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta
23
representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar dan sebagainya 3) Instrumen, yang terdiri atas perangkat keras (hardwer) seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (softwere) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. Untuk memperoleh hasil belajar yang efektif, faktor instrumental ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi dan subjek belajar. Misalnya metode untuk belajar pengetahuan lebih baik digunakan metode ceramah. Sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, atau ketermpilan lebih baik digunakan metode diskusi kelompok, demonsrasi, bermain peran (role play), atau metode permainan. 4) Kondisi individu subjek belajar yang dibedakan kedalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindara (terutama pendengaran dan penglihatan). Sedangkan kondisi psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan, daya tankap, ingatan, motivasi, dan sebagainya
C. AIR SUSU IBU 1. Pengertian Air Susu Ibu ASI merupakan makanan utama bagi bayi, yang sangat dibutuhkan olehnya, Tidak ada makanan lainnya yang mampu menyaingi kandungan gizinya. ASI mengandung protein, lemak, gula dan kalsium dengan kadar
24
yang tepat. Dalam ASI mengandung zat-zat yang disebut antibodi, yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusuinya, dan beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang senantiasa mengkonsumsi ASI jarang mengalami infeksi saluran pernafasan atas pada tahun pertama kelahiran, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya. Sumber pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan bayi pun berlangsung dengan baik berkat ASI (Prasetyono, 2009 ) 2. Proses Terbentuknya ASI Proses terbentuknya ASI yaitu selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar esteron yang tinggi. Pada hari kedua pasca persalinan, kadar esteron dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan sehingga pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat oleh rangsagan putting susu oleh hisapan bayi. a. Refleks prolactin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba pada putting susu terangsang. Rangsang tersebut oleh serabut afferent di bawa ke hipotalamus di dasar otak. Lalu memacu hipofise anterior untuk
25
mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui kelenjar prolaktin memacu sel kelenjar alveoli untuk memproduksi air susu. b. Refleks Aliran (Let Down Reflex) Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alfeoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu (Kristiyanasari, 2009). 3. Manfaat ASI (Kristiyansari, 2009) a. Manfaat ASI Bagi Bayi 1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. 2) Mengandung anti body sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai macam penyakit infeksi. 3) ASI mengandung komposisi yang tepat. 4) Mengurangi kejadian karies dentis. 5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan pada ibu dan bayi. 6) Terhindar dari alergi 7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi. 8) Membantu perkembangan gigi.
rahang dan merangsang pertumbuhan
26
b. Manfaat bagi ibu 1) Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterorhipofise mengeluarkan prolactin, prolactin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. 2) Aspek kesehatan ibu Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar membantu ovolusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. 3) Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Logikanya, jika timbunan lemaknya menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali seperti sebelum hamil. 4) Aspek psikologis Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
27
c. Manfaat Bagi Keluarga 1) Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya dibelikan susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2) Aspek psikologis Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu lebih baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3) Aspek kemudahan Menyusui lebih praktis, karena dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. d. Bagi Negara 1) Menurunkan angaka kesakitan dan kematian bayi 2) Menghemat devisa Negara ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. 3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit dapat berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalian dan infeksi.
28
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan optimal. 4. Jenis – jenis ASI Dan Manfaatnya (Marimbi, 2010) 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuningkuningan lebih kuning dibandingkan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sek-sel epitel dengan kasiat kolostrum sebagai berikut: a. Sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamaglobulins ehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi hingga jangka waktu 6 bulan. 2. Air Masa Transisi ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. 3. ASI Mature Adapun ciri dari susu matur adalah sebagai berikut: a. Merupakan ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
29
b. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan. c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. d. Tidak menggumpal jika dipanaskan. e. Terdapat antimikrobial faktor, antara lain sebagai berikut: 1) Antibodi terhadap bakteri dan virus, 2) Sel (fagosit, granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T), 3) Enzim (lizimin, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, dan alkalin fosfotase), 4) Protein (laktoferin, B12binding protein), 5) Resistance factor terhadap stafilokokus, 6) Komplemen, 7) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus. 5. Komposisi ASI Komposisi/100 ml
ASI
Susu Formula
Protein
1,2
1,5
Air
87,1
90
Lemak
4,5
3,8
Karbohidrat
7,1
6,9
Vitamin A
182
210
Vitamin C
5
5,2
Vitamin D
2,2
42
30
6. Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI (Marimbi, 2010) Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah prodiksi ASI tersebut di pengaruhi oleh bebrapa factor sebagai berikut: a. Makanan ibu Produksi ASI sangat dipegaruhi oleh asupan makanan ibu, apabila jumlah asupan makanan ibu mengandung gizi yang diperlukan baik jumlah kalori, protein, lemak dan vitmin serta mineral maka produksi ASI juga cukup, selain itu dianjurkan minum lebih banyak lagi yaitu sekitar 8-12 gelas sehari. b. Ketenangan jiwa dan pikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, bila ibu dalam keadaan tertekan maka atau sedih maka akan mempengaruhi produksi ASI menurun bahkan terjadi tidak memproduksi ASI. c. Penggunaan alat kontrasepsi Pada ibu yang menyusui bayinya, penggunaan alat kontrasepsi hendaknya di perhatikan, pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat akan mempengaruhi produksi ASI. d. Perawatan payudara Perawatan payudara hendaknya dimulai sejak masa kehamilan dan pada saat menyusui, untuk ibu yang mengalami kelainan masalah puting susu misalnya putting susu masuk kedalam atau datar,
31
perawatannya dilakukan pada kehamilan 3 bulan.apabila tidak ada masalah perawatannya di lakukan pada kehamilan 6 bulan sampai menyusui.
D. ASI EKSKLUSIF 1. Pengertian ASI Eksklusif ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organizaton) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan system pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan selain ASI (Marimbi, 2010). Pengenalan makanan tambahan di mulai pada usia 6 bulan bukan 4 bulan di karenakan: a. Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataanya bayi baru berusia 4 bulan sudah mendapatkan tambahan susu sapi. b. Bayi pada saat umur 6 bulan system pencernaanya mulai atur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir. Poriporinya berongga sehingga memeungkinkan bentuk protein ataupun kuman yang langsung masuk kedalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat
32
setelah bayi berusia 6 bulan, dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
E. PENGKAJIAN 1. Pengkajian Kognitif dan Sensori Pada pengkajian tersebut menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori, dan pengambilan keputusan, adapun komponen pola pengkajian tersebt adalah: a. Kemampuan menulis dan membaca, ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan klien. b. Kemampuan pasien berbahasa. c. Kesulitan mendengar, dapat di kaji apakah pasien dapat mendengar dengan baik atau tidak. d. Penggunaan alat bantu mendengar atau melihat.
F. DIAGNOSA Kurang pengetahuan tentang ASI Eksklusif berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan individu atau kelompok mengalami defisiensi kognitif atau keterampilan- keterampilan psikomotor berkenaan dengan suatu kondisi kesehatan ditandai dengan :
33
Data mayor : mengungkapkan kurang pengetahuan dan keterampilanketerampialn atau permintaan informasi. Data minor : yaitu memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis (mis ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi (Nanda, 2010).
G. INTERVENSI Setelah
dilakukan
tindakan
pendidikan
kesehatan
masalah
kurang
pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien dan keluarga menyatakan pemahaman terhadap informasi, pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang sudah dijelaskan dengan benar, pasien mampu menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan perawat atau tim kesehatan lain. NIC : 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap keluhan. 2. Diskusikan dengan klien seputar keluhan yang ada pada klien. 3. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat. 4. Beri kesempatan pasien bertanya atas hal yang belum jelas seputar informasi yang sudah disampaikan. 5. Motivasi pasien untuk menjelaskan ulang pengetahuan yang sudah disampaikan perawat. 6. Berikan reinforcement positif atas jawan yang benar.
34