BAB II TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SEBELUM TAHUN 1978
2.1 Awal Berdirinya Taman Hewan Taman Hewan Pematang Siantar adalah satu dari dua kebun binatang yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan taman hewan tertua yang keempat di Indonesia setelah Kebun Binatang Surabaya, Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Bukit Tinggi di Propinsi Sumatera Barat. Taman Hewan Pematang Siantar (Zoological en Botanical Garden), didirikan pada tahun 1936 dan secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 27 Nopember 1936. Dengan luas areal 4,5 ha., Taman Hewan Pematang Siantar ini didirikan oleh Dr. Coonrad berkebangsaan Belanda. Ia sekaligus menjadi pemimpin pertama sebagai Directur Van Het Diieren Park Pematang Siantar (Direktur Taman Hewan Pematang Siantar). Pembiayaan taman hewan ini awalnya dibebankan kepada Begretins van de Gemeente Pematangsiantar ver het Dienscaar dan juga bantuan para donatur dari beberapa perkebunan di daerah Pematang Siantar. Pada awal didirikan, taman hewan ini bertujuan membina koleksi fauna Indonesia selengkap-lengkapnya, yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sarana
tempat
rekreasi. Secara berangsur-angsur tujuan dari didirikannya taman hewan ini kemudian berkembang untuk memperluas pemahaman dan aspresiasi masyarakat tentang fungsi utama satwa, meningkatkan kesejahteraan satwa, menciptakan konservasi yang melakukan perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam.
Universitas Sumatera Utara
Sejak pertama kali Taman Hewan Pematang Siantar dibangun, lokasinya tidak pernah dipindahkan. Luas lahannya juga tidak berubah. Taman Hewan ini beralamat di Jalan Kapten M.H. Sitorus No.10 Pematang Siantar. Taman Hewan Pematang Siantar terletak di Kelurahan Teladan dan Timbang Galung Kecamatan Siantar Barat dengan batas-batas sebagai berikut: -
Sebelah Timur dengan Jalan Marhaen (Jalan Kapten M.H. Sitorus)
-
Sebelah Barat dengan Jalan Bukit barisan
-
Sebelah Utara dengan Jalan Kenari
-
Sebelah Selatan dengan Jalan Gunung Simanuk-manuk.
Secara Geografis, Taman Hewan Pematang Siantar berada pada 2°. 50’ 29’-2°. 50’. 23” Lintang Utara dan 99°. 05’-99°. 02 Bujur Timur. Curah hujan, khusunya di kota Pematang Siantar adalah 278,9 mlm per tahun9. Letak dari taman hewan ini berjarak lebih kurang 500 meter dari kantor walikota, dan tidak jauh dari pusat pasar serta Hotel Siantar. Kondisi ini sangat menguntungkan karena selain letaknya yang strategis, sehingga memudahkan akses bagi pengunjung untuk datang ke taman hewan. Lahan yang digunakan memiliki struktur tanah yang berbukit. Di tengah dari kebun binatang ini mengalir sungai kecil yaitu Sungai Bah Kandang. Tanah yang berbukit sengaja dipilih dengan alasan untuk menyesuaikan tempat hidup hewan di habitat aslinya. Hewan yang hidup di dataran rendah ditempatkan di bagian yang rendah. Hewan yang habitatnya di dataran tinggi, tentunya ditempatkan di tanah yang berbukit.
9
Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, 1986,hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Purwanto, hewan sengaja ditempatkan sesuai dengan habitatnya, hal ini untuk menghindarikan hewan dari stress atau dapat mengakibatkan kematian.10 Sungai yang mengalir tepat di tengahnya, memberikan manfaat terhadap binatang yang hidup di sana. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai persediaan air tempat hidup atau media hidup bagi hewan yang hidup di air, maupun di rawa. Manfaat lainnya yaitu sebagai asupan air untuk membersihkan kandang-kandang binatang. Selain menambah keindahan alam, tentunya memberikan suplai air terhadap tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar taman hewan. Di taman hewan ini terdapat beberapa pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun. Pohon-pohon tersebut memang sengaja tidak ditebang. Hal ini dimaksudkan sebagai pelindung binatang dari sengatan sinar matahari langsung di samping memberikan udara yang sejuk dan segar.
2.2 Taman Hewan Pematang Siantar tahun 1936-1960 Pada awal didirikan, Taman Hewan Pematang Siantar
merupakan tempat
pemeliharaan hewan yang didasari hobi salah seorang warga Belanda yang tinggal di Pematang Siantar. Dari hobi inilah
timbul untuk membuat suatu Taman Hewan.
Perkembangan selanjutnya, banyak masyarakat yang berminat untuk melihat-lihat hewan (melakukan kegiatan wisata) yang ada di taman tersebut. Namun, kemungkinan besar disamping sebagai hobi, pendirian taman hewan ini mendapatkan dukungan atau sengaja dibangun oleh pemerintah kolonial. Jika
diperhatikan
perkembangan
kepariwisataan
di
Indonesia,
ternyata
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia
10
Wawancara dengan Bapak Purwanto pada tanggal 22 Juni 2009 di Taman Hewan Pematang
Siantar.
Universitas Sumatera Utara
dapat kita bagi dalam tiga periode penting, yaitu periode masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka hingga 1960. Pada masa penjajahan Belanda kegiatan kepariwisataan dimulai sejak tahun 19101912 sesudah dikeluarkannya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeniging Toeristen Verkeer (VTV) yang merupakan suatu badan atau Official Tourist Bureau pada masa itu.11 Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, keadaan kepariwisataan terlantar sama sekali. Saat itu dapat dikatakan orang-orang tidak berkeinginan atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan, sebab selain keadaan yang tidak menentu, juga keadaan perekonomian sangat sulit untuk bepergian atau melakukan wisata. Untuk mendapatkan makanan dan pakaian sangat dirasakan kesulitannya, apalagi untuk berpergian berpariwisata. Kondisi ini tentunya juga berdampak pada perkembangan Taman Hewan Pematang Siantar. Meskipun demikian Taman Hewan Pematang Siantar dapat bertahan. Pada tahun 1946, sebagai akibat dari perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan tanah air Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka oleh pemerintah kembali dihidupkan industri-industri, termasuk industri pariwisata guna mendukung perekonomian negara di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kunjungan para wisatawan pada masa ini mengalami peningkatan. Pada periode tahun 1936-190 kendati mendapat hambatan pada masa Jepang dan Perang Kemerdekaan dapatlah dikatakan masa keemasan Taman Hewan Pematang Siantar. Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di taman hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah hewan, kandang, serta pembangunan sarana dan
11
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1996, hal.24.
Universitas Sumatera Utara
prasarana lainnya seperti dibangunnya Museum Taman Hewan Pematang Siantar (Museum Zoologicum). Pada awalnya, koleksi yang ada di taman hewan tersebut hanya ada beberapa jenis saja. Hewan yang ada merupakan jenis, mamalia di antaranya mawas, owa, rusa, dan harimau Sumatera. Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini: Tabel 1: Jenis dan Jumlah Hewan Yang Dipelihara Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1936. NO
NAMA HEWAN
NAMA LATIN
JUMLAH (EKOR)
1
Mawas
Pongo pygmaeus
4
2
Owa
Hylobates moloch
2
3
Rusa
Rusa hipelaphus
6
4
Harimau Sumatera
Panthera tigris sumatrae
1
Sumber: Taman Hewan Pematang Siantar Pematang Siantar
Dengan adanya keempat jenis hewan ini, tentunya kandang merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Pada awalnya kandang yang ada hanya sedikit sesuai dengan jumlah hewan yang ada. Dari empat jenis hewan yang ada, selajutnya bertambah menjadi beberapa jenis hewan. Hewan mamalia yang bertambah di antaranya adalah singa, rusa bawean, kanguru, beruang dan kelinci serta beberapa jenis hewan yang tidak didapatkan keterangannya. Aves, yaitu jenis burung-burung,
kemudian banyak
didatangkan di taman hewan. Selain itu jenis-jenis reptile, di antaranya labi-labi, biawak, dan ular juga dipelihara.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, banyak sekali perkembangan yang terjadi pada Taman Hewan Pematang Siantar, terutama pembangunan infrastrukturnya. Adapun infrastruktur yang dibangudi antaranya sebagai berikut: 1. Kantor sayap kiri/kanan dan pintu gerbang 2. Gudang 3. Kantin 4. Rumah hujan 5. Kolam air mancur 6. Kolam renang mini 7. Kolam Bundang 8. Kolam sampan 9. Jembatan 10. Pagar tembok keliling 11. Jalan vandelpad 12. Kamar WC 13. Kandang Ungko 14. Kandang Kasuari 15. Kandang Singa (Kanguru dan Rusa Bawean) 16. Kandang labi-labi, biawak 17. Kandang ular (kandang kaca) 18. Kandang Buaya 19. Kandang Beruang 20. Kandang Rusa Tutul
Universitas Sumatera Utara
21. Kandang Monyet 22. Kandang Pelikan 23. Kandang Burung Elang, Kakak Tua, Enggang, Ayam Mutiara 24. Kandang Kelinci 25. Kandang Harimau 26. Kandang Mawas 27. Kandang burung-burung 28. Kandang burung dari kaca12
Karena mahkluk Tuhan terbatas usianya, maka muncullah ide untuk mendirikan museum. Tujuan dari didirikannya museum ini adalah, hewan-hewan yang ada di taman hewan tersebut, apabila mati maka hewan yang mati itu diawetkan untuk menyerupai wujudnya semula. Hewan tersebut di offset (diawetkan kemudian diletakkan pada bingkai kaca). Sebagai sarana penampungnya maka dibentuklah pada bulan Juni 1956 Museum Zoologicum. Museum ini didirikan oleh Prof. Dr. F.J. Nainggolan. Pemakaiannya diresmikan oleh Ibu Drs. M.Hatta istri mantan wakil presiden RI pertama.13 Museum Zoologicum dibangun diareal seluas lebih kurang 1200 m² dan dengan luas bangunan 258 m² dalam wujud semi permanen. Adanya museum ini memberikan kesempatan kepada pengelola untuk mempertunjukkan jenis-jenis binatang yang sudah diawetkan, mulai dari hewan unik hingga yang langka. Pameran disajikan dalam bentuk pajangan ataupun spesimen dalam kaca dan tabung gelas. Tujuan pameran adalah untuk menggugah perhatian masyarakat akan keanekaragaman bentuk dan fungsi binatang. Ternyata pameran ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat. 12
Dinas Taman Hewan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematang Siantar, Op.cit., hal. 3 Ibid.
13
Universitas Sumatera Utara
Sejak semula didirikan, tugas utama museum tidak hanya mengkoleksi hewan yang mati dari kebun binatang Pematang Siantar saja, namun ditujukan untuk membina koleksi fauna Indonesia yang selengkap-lengkapnya. Tujuannya agar dapat dapat digunakan sebagai koleksi referensi, baik sebaran, stadium pertumbuhan maupun ekosistemnya. Tugas ini belum terlaksana sepenuhnya, meskipun demikian pengelola berupaya untuk semaksimal mungkin mengelolanya. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam mengelola museum, yaitu dengan tenaga dan sarana yang tersedia senantiasa diupayakan untuk memperoleh koleksi selengkap-lengkapnya dan sebanyak mungkin. Sebagian dari koleksi Museum berasal dari koleksi perorangan baik yang memang diserahkan maupun sengaja dititipkan. Meskipun
demikianyang dititipkan berangsur-angsur menjadi milik museum. Tetapi
catatan tentang bilamana koleksi semacam itu beralih tangan tidak lengkap. Selama periode 1936 sampai 1960 Taman Hewan Pematang Siantar dipimpin oleh orang-orang yang ahli dan memiliki dedikasi yang tinggi. Perkembangan taman hewan ini sendiri tidak terlepas dari pengelolaan oleh struktur organisasi dan tenaga ahli di bidangnya. Adapun nama pimpinan Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini adalah: 1. dr. Coonrad 2. dr. Alimusa 3. dr. A.H. Endamora 4. Prof. Dr.F. J. Nainggolan (1 Januari 1954-1960) 14:
14
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Taman Hewan Pematang Siantar Tahun 1960-1978 Periode 1960-1978 merupakan masa kemunduran Taman Hewan Pematang Siantar. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1978 muncul wacana bahwa DPRD mengusulkan agar Taman Hewan Pematang Siantar ditutup. Alasannya karena keadaan taman hewan ini cukup parah di samping kurang menguntungkan. Empat ekor harimau di Taman Hewan Pematang Siantar mati. Kematian ini diakibatkan kesehatan, dan cara pemeliharaan yang kurang perhatian serta makanan yang minim. Padahal alokasi dana yang besar ditujukan oleh hewan karnivora (pemakan daging). Ini didasari oleh harga makanan hewan itu yakni daging segar yang harganya relatif mahal jika dibandingkan dengan biaya untuk makanan hewan herbivora (pemakan tumbuhan). Dengan kurangnya perhatian terhadap hewan yang hidup di kandang, maka mengakibatkan munculnya penyakit yang dapat menyerang setiap hewan.15 Kejadian ini juga menimpa hewan-hewan yang lainnya. Selain itu, kemunduran ini juga dapat dilihat dari jumlah pengunjung (wisatawan) yang datang ke Taman Hewan Pematang Siantar cenderung menurun. Dalam hal ini, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau dengan kata singkat: pengunjung, orang yang mengadakan kunjungan16. Batasan itu tidak operasional, akan tetapi konseptual, tidak dapat digunakan untuk menunjuk siapakah orang yang wisatawan secara konkret, apakah seseorang wisatawan atau bukan. Taman Hewan Pematang Siantar merupakan salah satu objek wisata yang tentunya melibatkan orang banyak di dalam masyarakat, yang masing-masing melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Si wisatawan (pengunjung) yang melakukan perjalanan
15
Tempo, Sejarah Taman Hewan Pematang Siantar, volume 50/XII 12 Februari 1983. Oka A. Yoeti,Op.cit., hal. 73
16
Universitas Sumatera Utara
wisata perlu mengadakan persiapan-persiapan. Semua kegiatan itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mengadakan perjalanan. Maka dapat diasumsikan bahwa orang yang mengadakan perjalanan itu pasti mempunyai alasan atau motif untuk melakukan perjalanan itu. Oleh sebab itu wisatawan untuk melakukan kunjungan tentunya memiliki motif tersendiri dengan singkat motif wisata. Wisatawan hanya akan berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata akan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi taman hewan. Daya tarik bagi wisatawan itu disebut atraksi wisata dan berupa tempat hiburan, pertunjukan hewan, peninggalan sejarah, dan sebagainya. Kenyataannya Taman Hewan Pematang Siantar pada periode ini belum memenuhi apa yang diharapkan oleh para calon pengunjung. Pada periode ini pandangan dan antusiasme masyarakat terhadap taman hewan menurun dan mendapatkan citra yang tidak baik. Bahkan ada suatu anggapan bahwa berkunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar tidak mendapatkan manfaat serta kurang puasnya pengunjung dengan apa yang dilihat. Datang ke taman hewan hanya melihat hewan yang biasa dilihat masyarakat seperti monyet dan burung saja. Masyarakat terkesan jenuh dan rugi untuk berkunjung.17 Meskipun tidak didapatkan data jumlah pengunjung dari tahun 1960 sampai tahun 1969, catatan jumlah pengunjung menunjukkan penurunan setidaknya periode tahun 1969 samapai 1977 yakni setahun sebelum dikeluarkannya Perda tentang pembentukan Dinas Taman Hewan Kotamadya
17
Wawancara dengan beberapa masyarakat yang tinggal di kota Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat II Daerah Pematang Siantar. Penurunan jumlah pengunjung tahun 1969 sampai tahun 1977 dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2: Jumlah Pengunjung Taman Hewan Pematang Siantar Sebelum Tahun 1978 NO
TAHUN
JUMLAH (ORANG)
1
1969 / 1970
66.870
2
1970 / 1971
51.867
3
1971/1972
50.660
4
1972 / 1973
41.486
5
1973 / 1974
37.330
6
1974 / 1975
29.675
6
1975 / 1976
30.932
7
1976 / 1977
51.588
Sumber: Dinas Taman Hewan Pematang Siantar Daerah Tingkat II Pematang Siantar,1986.
Kemunduran dari Taman Hewan Pematang Siantar dapat diperkirakan kemungkinan besar, kurangnya manajemen pengelolaan yang baik. Salah satu hal yang dapat dilihat yaitu pimpinan dari Taman Hewan Pematang Siantar tidak memiliki keahlian dalam pengelolaan. Pada periode ini tidak ada upaya dari pengelola untuk memunculkan ide-ide dalam rangka mengembangkan taman hewan ini. Adapun nama-nama pimpinan Taman Hewan pada yang pernah memimpin pada periode tahun 1960-1978 ini adalah: 1. M. Sayfeei (dengan pangkat D2/II) 2. M Kelak Damanik (dengan pangkat B2/III)
Universitas Sumatera Utara
3. drh. Cerry Sibuea18 Dari beberapa nama pimpinan yang ada di atas, drh. Cerry Sibuea merupakan pimpinan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan pendidikannya. Dengan adanya hasil penjelasan di atas, untuk sementara dapat dikatakan bahwa Taman Hewan Pematang Siantar mengalami kemunduran pada tahun 1960-1978.
18
Dinas Taman Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar, Loc.cit., hal 3.
Universitas Sumatera Utara