ANALISIS EKONOMI PADA KAWASAN KONSERVASI EKS-SITU TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR ECONOMIC ANALYSIS ON EX-SITU CONSERVATION AREA PEMATANG SIANTAR ANIMAL PARK
Johanna Philip siagian1, Muhdi2, Kansih Sri Hartini2 Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155 (*Penulis korespondensi, Email:
[email protected]) bStaff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 bStaff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
aProgram
ABSTRACT Ex-situ conservation is the preservation of plant species and wildlife are carried out outside the habitat. Animal park Pematangsiantar is one of conservation organizations in North Sumatra, which is engaged in the utilization of fauna to maintain the continuity of existing species therein. This study aimed to: (1) analyze the economic value of conservation areas Animal Park Pematangsiantar (THPS) based on the travel cost method, (2) analyzing the intensity of the visit in THPS, (3) analyze the factors that affect the intensity of visits to THPS. The samples used in this study was 100 respondents, while the sampling technique used was purposive sampling. Based on the result of the analysis carried out that the quantity of the economic value of conservation areas THPS with travel cost method was Rp41.534.982.240,-/year. THPS is the intensity of visits to as many as three visits, whereas the factors that affect the intensity of the visit is the length of journey. Keywords: ex-situ conservation, Pematangsiantar Animal Park, economic value, travel cost method, visitation intensity. PENDAHULUAN Latar belakang Upaya konservasi eks-situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilakukan di luar habitat. Kegiatan konservasi eks-situ ini dilakukan untuk menghindarkan adanya kepunahan suatu jenis. Tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut misalnya di Kebun Binatang, Kebun Raya, Arboretum, dan Taman Safari. Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) merupakan salah satu objek wisata yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Daerah ini merupakan salah satu fasilitas konservasi eks-situ yang banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat yang ada di Kota Pematang Siantar maupun dari luar Kota Pematang Siantar. THPS merupakan taman satwa yang artinya tempat atau wadah dengan fungsi utama eks-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi serta untuk sarana rekreasi alam yang sehat. THPS merupakan salah satu lembaga konservasi yang ada di Sumatera Utara, yang bergerak dibidang pemanfaatan fauna dengan menjaga keberlangsungan spesies yang ada di dalamnya. THPS menjunjung tinggi nilai konservasi dan menjadi ikon penting dalam pariwisata di Sumatera Utara, khususnya di Kota Pematang Siantar. Objek wisata THPS mempunyai dua fungsi khusus yaitu ruang terbuka hijau sebagai sarana rekreasi dan strategi konservasi secara terpadu untuk melindungi satwa terancam punah. Objek ini memiliki nilai lingkungan secara ekonomi yang dapat digunakan sebagai usaha pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, selain itu harus melayani konsumen secara optimal (Banjarnahor, 2011). Pengembangan dan pengelolaan yang tepat dari setiap daerah objek wisata perlu dilakukan. Sebagai
langkah awal guna mencapai hal tersebut perlu adanya pengumpulan data dan informasi tentang nilai ekonomi rekreasi dari daerah tujuan wisata. Penilaian suatu kawasan objek wisata dapat dilakukan dengan menggunakan Travel Cost Method, yaitu besarnya biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan wisata guna menaksir nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan objek wisata. Intensitas kunjungan beserta faktor-faktornya juga perlu diketahui untuk pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang Penilaian Ekonomi pada Kawasan Konservasi Eks-situ Taman Hewan Pematang Siantar. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis nilai ekonomi kawasan konservasi Taman Hewan Pematang Siantar berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost method). 2. Menganalisis intensitas kunjungan di Taman Hewan Pematang Siantar. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke Taman Hewan Pematang Siantar. 4. Menganalisis keanekaragaman satwa yang ada di Taman Hewan Pematang Siantar. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Taman Hewan Pematang Siantar yang merupakan kawasan konservasi ex-situ. THPS termasuk dalam wilayah Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian lapang dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pada bulan April-Mei 2015. Selama jangka waktu penelitian, dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan baik primer maupun sekunder. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah kuisioner, kalkulator, alat tulis menulis, perangkat komputer, SPSS
1
(Statistic Package For Social Science) 16, dan kamera. Bahan atau objek yang diperlukan adalah Kawasan Taman Hewan Pematang Siantar, para pengunjung yang datang selama penelitian serta pihak pengelola THPS. Pengumpulan Data Data primer Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara terhadap responden di lapangan melalui data karakteristik pengunjung. Data karakteristik pengunjung yang dicatat adalah: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan, tempat tinggal, kondisi tempat, banyaknya kunjungan, tujuan kunjungan, motivasi kunjungan, dan cara melakukan kunjungan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawacara dengan menggunakan kuisoner dan observasi terhadap responden. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pencatatan terhadap data yang sudah tersedia di instansi seperti: kondisi umum lokasi penelitian, luas, aksesibilitas, sarana prasarana, dan jumlah pengunjung. Teknik Penentuan dan Intensitas Sampling Responden Objek dalam penelitian ini adalah pengunjung. Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari pengunjung adalah pengunjung yang memiliki kriteria yang cukup dewasa (yang berumur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik, sedangkan untuk pengunjung yang datang berkelompok dipilih beberapa orang sebagai wakil dari kelompoknya (Hasan, 2002). Sasaran Penelitian ini dibatasi hanya pada pengunjung lokal, khususnya berasal dari wilayah administrasi Sumatera Utara dan pengunjung yang sudah dewasa. Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin (1960) (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000), yaitu: 𝑵 𝒏= 𝟏+𝑵𝒆² Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = batas ketidaktelitian (Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel). Jumlah responden yang akan diwawancarai ditentukan berdasarkan rata-rata jumlah kunjungan tahunan di Taman Hewan Pematang Siantar. Data jumlah kunjungan di THPS 5 tahun terakhir (2010-2014) adalah 361.496 orang, 455.880 orang, 508.011 orang, 472.702 orang, dan 467.126 orang (Taman Hewan Pematang Siantar, 2015). Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata jumlah kunjungan ke
THPS dalam 5 tahun terakhir adalah 453.043 orang dan jika dimasukkan ke rumus Slovin (1960) diatas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara sistematis cara memperoleh jumlah sampel adalah sebagai berikut: 𝑁 𝑛= 1 + 𝑁𝑒² 453.043 𝑛= 1 + 453.043(0, 12 ) 453.043 𝑛= 4530,44 𝑛 = 99, 999 𝑛 = 100 Pengolahan Data Menghitung nilai ekonomi berdasarkan biaya perjalanan Biaya perjalanan adalah jumlah total biaya yang dilakukan selama melakukan kegiatan rekreasi. Perhitungan biaya perjalanan adalah sebagai berikut: BP = BT + (BKr – BKh) + BD + BL Keterangan: BP = biaya perjalanan (Rp/orang/hari kunjungan) BT = biaya transport (Rp) BKr =biaya konsumsi dikeluarkan selama kegiatan rekreasi (Rp/hari kunjungan) BKh = biaya konsumsi harian yang dikeluarkan dalam keadaan normal (Rp/hari kunjungan) BD = biaya dokumentasi (Rp) BL = biaya lain -lain (Rp) Analisis Data Berdasarkan pernyataan Riduwan (2000) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas THPS digunakan dengan pengukuran Likert. Skala Likert adalah suatu skala yang digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Rensis Likert mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat, yang sekarang dikenal dengan nama Skala Likert. Responden akan menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Hewan Pematang Siantar adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + .... + bnXn Keterangan: Y = intensitas kunjungan dari responden X1 = lama perjalanan X2 = tingkat pendidikan X3 = umur X4 = tingkat pendapatan X5 = biaya perjalanan A = intercept atau konstanta b1 b2 bn= koefisien regresi dari X. Menghitung koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel X terhadap Y, akan tetapi sebelum mengetahui besarnya koefisien determinasi, terlebih dahulu tentukan berapa
2
koefisien korelasinya (r) yang dapat dilihat dari tabel correlation hasil dari SPSS 16. Kemudian untuk menguji keberartian dari koefisien regresi secara simultan, digunakan pengujian statistik uji F dengan formulasi sebagai berikut (Sugiyono, 2006) : 𝑅² /𝑘 𝑈𝑗𝑖 𝐹 = (1−𝑅2)−(𝑛−𝑘−1) Keterangan : F = diperoleh dari tabel distribusi k = jumlah variabel independen R2 = koefisien determinasi ganda n = jumlah sampel Untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau untuk mengetahui variabel mana yang lebih mempengaruhi keputusan pembelian digunakan uji-t, dengan formulasi dari Sugiyono (2006) sebagai berikut: 𝑈𝑗𝑖 𝑡 = Keterangan: t = nilai uji t r = koefisien korelasi
𝑟 √𝑛−2 (√1−𝑅²)
n = banyaknya observasi R² = koefisien determinasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Karaktersitik Responden Umur Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diperoleh tingkat umur pengunjung dari umur diatas 17 tahun sampai umur lebih dari 50 tahun. Adapun sebaran data tingkat umur pengunjung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Tingkat Umur Pengunjung No 1 2 3 4 5
Tingkat Umur (Tahun) 17 – 20 21 – 30 31- 40 41 – 50 >50 Total
Jumlah Pengunjung (Orang) 11 35 29 12 7 100 100
Persentase (%) 11 35 29 12 7
Berdasarkan Tabel 1, pengunjung yang datang ke THPS paling banyak dari tingkat umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 35 orang, sedangkan tingkat umur yang paling sedikit adalah tingkat umur >50 tahun. Umur berkaitan dengan kemampuan fisik pengunjung, kemampuan pengunjung untuk melakukan kunjungan dan produktifitasnya. Tingkat umur pengunjung yang terbanyak diwawancarai merupakan kelompok umur produktif, kelompok umur tersebut yang sangat menyukai kegiatan wisata. Menurut Soekadijo (1996), golongan umur yang produktif yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Tingkat umur tersebut biasanya memerlukan rekreasi guna penyegaran dari aktifitas sehari-hari dan juga berkunjung ke THPS untuk memberikan pendidikan mengenai satwa dan konservasi terhadap anaknya. Pendidikan Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diperoleh tingkat pendidikan yang tersebar mulai dari tidak sekolah hingga pendidikan tinggi. Adapun sebaran tingkat pendidikan pengunjung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengunjung
No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak Lulus SD SD SLTP SMU/SMK Perguruan Tinggi
Jumlah Pengunjung (orang) 0 1 9 44 46
Persentase (%)
100
100
Total
0 1 9 44 46
Tingkat pendidikan pengunjung yang terpilih untuk diwawancarai saat melakukan kunjungan ke THPS seperti yang tersaji pada Tabel 2, terdiri dari 4 kelompok pendidikan. Adapun golongan pendidikan pengunjung yang paling banyak adalah tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (S1/Diploma) yaitu sebesar 46%, kemudian tingkat pendidikan menengah (SMA/SMK) sebesar 44%, tingkat pendidikan Menengah Pertama (SLTP) sebesar 9% dan pendidikan Sekolah Dasar sebesar 1%. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan kegiatan wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengunjung yang tinggi juga memiliki kencenderungan yang tinggi untuk melakukan kunjungan ke THPS. Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal (2005), yang menyataakan bahwa masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kesadaran untuk bersantai sejenak dan menikmati leysure time yang dimilikinya, masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting berwisata sehingga akan mengkonsumsi jasa pariwisata lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah. Pengunjung yang memiliki latar pendidikan yang tinggi memiliki pola pikir yang luas dan memiliki motivasi pendidikan sehingga mereka berharap dapat bermanfaat untuk menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan mereka tentang alam dan satwa liar. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi seseorang dapat membuat rasa ingin tahu seseorang tentang kawasan konservasi THPS dan koleksi satwa-satwa yang ada di dalamnya menjadi tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Selain itu tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penghasilan seseorang. Jumlah penghasilan dapat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi barang dan jasa, termasuk jasa wisata. Tingkat Pendapatan Dalam penelitian ini kelompok pendapatan dibagi menjadi 5 kelompok, Adapun sebaran pengunjung THPS memiliki tingkat pendapatan mulai terkecil hingga tertinggi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Tingkat Pendapatan Pengunjung No
Tingkat Pendapatan (Rp/bulan)
1 2 3
≤ 650.000 650.001 – 1.300.000 1.300.001 – 1.950.000 1.950.001- 2.600.000 >2.600.00
4 5 Total
Jumlah Pengunjung (orang) 14 9 21 4 52 100
Persentase (%) 14 9 21 4 52 100
3
Berdasarkan Tabel 3. tingkat pendapatan pengunjung yang paling dominan adalah lebih dari Rp2.800.000,- yaitu sebesar 52%, kemudian diikuti tingkat pendapatan Rp1.300.001,- - Rp1.950.000,- sebesar 21%, tingkat pendapatan ≤ Rp650.000,- sebesar 14%, tingkat pendapatan Rp650.001,- – Rp1.300.000,- sebesar 9%, dan tingkat pendapatan Rp1.950.001,- - Rp2.600.000,sebesar 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pengunjung yang paling banyak mengunjungi THPS adalah tingkat pendapatan paling tinggi, yaitu >Rp2.600.000. Besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan kunjungan wisata. Pengunjung yang berpendapatan besar biasanya akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dan sebaliknya orang yang berpendapatan kecil akan lebih sedikit melakukan kunjungan wisata. Hal ini disebabkan oleh pendapatan seseorang sangat menentukan seberapa besar pengeluarannya. Fandeli (1995) menyatakan bahwa pada umumnya wisatawan mengeluarkan uangnya tergantung pola dan kegiatan wisata yang dilakukan, berkunjung ke kebun binatang adalah salah satu bentuk wisata rekreatif, sehingga tidak terlalu memerlukan biaya yang besar. Status Pernikahan Sebaran data status pernikahan pengunjung THPS dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Status Pernikahan Pengunjung No Status Jumlah Pernikahan Pengunjung (Orang) 1 Menikah 70 2 Belum Menikah 30 Total 100
Persentase (%) 70 30 100
Pengunjung yang diwawancarai saat berkunjung ke THPS sebanyak 70% atau 70 orang telah menikah. Sedangkan pengunjung yang belum menikah sebanyak 30% atau 30 orang. Pengunjung yang telah menikah biasanya mereka membawa anak-anaknya untuk jalanjalan dan melihat/mengenal koleksi satwa yang ada di THPS sebagai ilmu pengetahuan. Kebanyakan pengunjung beranggapan bahwa manfaat THPS adalah sebagai tempat rekreasi khususnya di waktu hari libur. Selain itu ada juga mereka menganggap THPS sebagai tempat perlindungan dan pelestarian satwa. Sesuai pernyataan Fandeli (1995) bahwa kebun binatang merupakan kawasan konservasi eks-situ yang bertujuan sebagai tempat perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk sarana rekreasi alam yang sehat. Pekerjaan Pekerjaan pengunjung dalam penelitian ini dibagi manjadi delapan kelompok yaitu: pelajar/mahasiswa, PNS, TNI/POLRI, pegawai swasta, petani, pengusaha/wiraswasta, ibu rumah tangga, dan pekerjaan lainnya. Data pengunjung berdasarkan kelompokkelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Pekerjaan Pengunjung No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa PNS TNI/POLRI Pegawai Swasta Petani Pengusaha/Wiraswa sta Ibu Rumah Tangga Lainnya Total
Jumlah Pengunjung (orang) 12 14 0 10 3 45
Persentase (%)
6 10 100
6 10 100
12 14 0 10 3 45
Berdasarkan Tabel 5, dari 100 pengunjung yang diwawancarai terdapat 45% pengunjung yang pekerjaan utamanya sebagai pengusaha/wiraswasta, 14% merupakan PNS, 12% merupakan pelajar/mahasiswa, 10% merupakan pegawai swasta, 6% merupakan ibu rumah tangga, 3% merupakan petani, dan 10% pengunjung memiliki pekerjaan selain kelompok pekerjaan yang telah ditetapkan. Manusia yang melakukan rutinitas sehari-hari akan merasa bosan dan stress, apabila tidak melakukan refreshing. Oleh karena itu, kebutuhan akan pemulihan/penyegaran pikiran, kondisi fisik, dan mental seseorang dapat dilakukan dengan kegiatan wisata seperti yang dilakukan pengunjung di THPS. Hal ini sesuai pendapat Fandeli dan Mukhlison (2000), yang menyatakan bahwa wisatawan berwisata dengan tujuan kunjungan motivasi fisik adalah dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa dari ketegangan dan kebosanan hidup sehari-hari dengan menemukan kembali kesejahteraan fisik dan mental. Di THPS para pengunjung dapat melihat-lihat beraneka ragam satwa yang unik dan lucu. Kondisi tempat THPS juga nyaman dan sejuk sehingga cocok untuk duduk berlama-lama sambil melihat satwa. Cara Melakukan Kunjungan Para pengunjung THPS memiliki beberapa cara saat melakukan kunjungan. Penelitian ini membagi pengunjung kedalam beberapa kelompok berdasarkan cara melakukan kunjungan yaitu rombongan keluarga, berkelompok, dan sendiri. Data pengunjung berdasarkan kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Data Pengunjung Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan No
1 2 3
Cara Melakukan Kunjungan Rombongan Keluarga Berkelompok Sendiri Total
Jumlah Pengunjung (Orang) 47
Persentase (%)
52 1 100
52 1 100
47
Pada umumnya pengunjung melakukan kunjungan dengan cara berkelompok. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6 bahwa sebagian besar pengunjung melakukan kunjungannya dengan cara berkelompok yaitu sebesar 52%, pengunjung melakukan kunjungan bersama rombongan keluarga sebesar 47%, dan pengunjung yang melakukan kunjungan dengan sendirian hanya 1%.
4
Pengunjung yang melakukan kunjungan dengan cara berkelompok biasanya berasal dari satu bidang pekerjaan yang sama, para pelajar/mahasiswa satu sekolah maupun perguruan tinggi, satu komunitas atau bidang lain yang masih dalam satu komunitas sebagai media untuk mempererat ikatan/kekompakan diantara mereka. Pengunjung yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga dapat digolongkan kedalam kegiatan perjalanan wisata keluarga yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain (Suwantoro, 2002). Lamanya Perjalanan Lamanya perjalanan merupakan lamanya waktu yang ditempuh seseorang dari tempat tinggal mereka untuk menuju lokasi wisata. Dalam penelitian ini pengunjung dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan lamanya perjalanan mereka. Data pengunjung berdasarkan kelompok lamanya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Data Pengunjung Berdasarkan Lamanya Perjalanan No 1 2 3 4 5
Lamanya Perjalanan (Jam) ≤1 >1-2 >2-3 >3-4 >4 Total
Jumlah Pengunjung (Orang) 64 11 7 17 1 100
Persentase (%) 64 11 7 17 1 100
Berdasarkan Tabel 7, pengunjung yang dominan mengunjungi THPS adalah pengunjung yang waktu tempuh perjalanannya dibawah satu jam. Dari 100 pengunjung yang diwawancarai sebanyak 64 orang (64%) yang datang ke THPS dengan waktu tempuh dibawah satu jam. Sedangkan yang paling sedikit berkunjung ke THPS adalah pengunjung yang waktu tempuh perjalanannya lebih dari lima jam yaitu hanya 1 orang (1%). Variabel lamanya perjalanan berpengaruh nyata dan berhubungan negatif terhadap intensitas kunjungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu tempuh perjalanan, maka akan menurunkan intensitas kunjungan seseorang ke THPS. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mateka et al. (2013) yang menyatakan bahwa semakin jauh tempat wisata maka semakin rendah jumlah permintaan wisata ke objek wisata Pantai Balekambang begitu juga sebaliknya. Sumber Informasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung memperoleh informasi tentang THPS dari teman/keluarga dengan cara penyebaran informasi melalui mulut ke mulut, walaupun penyebaran informasi dari mulut ke mulut cukup efektif tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa promosi mengenai kawasan konservasi THPS belum dilakukan secara optimal. Usaha untuk mempromosikan THPS seharusnya dilakukan secara berkesinambungan, terutama melalui internet, karena internet merupakan sarana promosi yang paling mudah, murah, dan jangkauannya juga luas. Hal ini sesuai pernyataan Buaton dan Purwadio (2015) yang
menyatakan bahwa adanya promosi secara nasional maupun internasional merupakan salah satu aspek pengembangan objek wisata untuk menarik minat wisatawan. Adapun data mengenai sumber keberadaan THPS yang diperoleh pengunjung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Data Pengunjung Berdasarkan Sumber Informasi Keberadaan THPS No
Sumber Informasi
1 2 3
Teman/Keluarga Brosur Media Elektronik (Radio, TV, dan Internet) Media Cetak (Surat Kabar/Majalah) Sekolah/Perguruan Tinggi Total
4 5
Jumlah Pengunjung (orang) 95 1 2
Persentase (%)
1
1
1
1
100
100
95 1 2
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 95% pengunjung mengetahui informasi tentang tahura dari teman/keluarga, sebesar 1% dari brosur, 2% dari media elektronik (Radio, TV, dan Internet), sebesar 1% dari media cetak (Surat Kabar/Majalah), dan sisanya sebesar 1% dari sekolah/perguruan tinggi. Penilaian Pengunjung Terhadap Taman Hewan Pematang Siantar Keindahan Alam Berdasarkan Tabel 9, hasil rekapitulasi data dari kuisioner dengan menggunakan skala likert, pengunjung menilai bahwa kawasan konservasi eks-situ THPS memiliki keindahan alam yang indah. Hal ini dapat dilihat dari total skor pendapat pengunjung yaitu sebesar 411. Taman Hewan Pematang Siantar terlihat indah karena lingkungan taman yang bersih, pohon-pohon yang rimbun dan tertata rapi, susunan pohon pelindung yang baik, kondisi jalan setapak dan anak tangga untuk mengelilingi setiap sudutnya taman terlihat indah, warna dan lukisan pada fasilitas THPS terlihat indah, serta adanya bunga yang menghiasi taman. Keindahan alam THPS merupakan salah satu faktor minat wisatawan untuk berkunjung ke THPS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hertanto et al. (2011) yang menyatakan bahwa keindahan alam merupakan salah satu daya tarik alami yang menjadi modal pokok objek wisata untuk menarik minat wisatawan. Adapun data mengenai penilaian pengunjung terhadap keindahan alam di THPS dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi Data Penilaian Pengunjung Terhadap Keindahan Alam No 1 2 3 4 5
Keindahan Alam
Skala Penilaian
Sangat Indah 5 Indah 4 Kurang Indah 3 Tidah Indah 2 Sangat Tidak 1 Indah Total Pengklasifikasian Berdasarkan Skor Total:
Jumlah Pengunjung (orang) 23 74 3 0 0
Jumlah Skor Penilaian
100
411
115 296 9 0 0
5
1. 2. 3. 4. 5.
Skor 100 – 180 = Sangat Tidak Indah Skor >180 – 260 = Tidak Indah Skor >260 – 340 = Kurang Indah Skor >340 – 420 = Indah Skor >420 – 500 = Sangat Indah
Lampiran 4. Adapun data penilaian pengunjung terhadap keanekaragaman satwa di THPS dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rekapitulasi Data Penilaian Pengunjung Terhadap Keanekaragaman Satwa
Keamanan Berdasarkan Tabel 10, hasil rekapitulasi data penilaian pengunjung terhadap tingkat keamanan THPS, pengunjung mengatakan bahwa THPS merupakan tempat yang aman untuk dikunjungi. Hal ini sesuai dengan Tabel 10, dimana total skor penilaian berdasarkan skala Likert adalah 411 yang tergolong kedalam kategori aman. Para pengunjung mengatakan THPS aman karena tidak pernah terjadi kerusuhan atau pertengkaran antar pengunjung, tidak pernah terjadi perampokan baik yang dilakukan pengunjung maupun masyarakat setempat, tidak pernah terjadi kecelakaan akibat dari serangan satwa yang ada di THPS. Sesuai pernyataan Suwantoro (2000), yang mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada fasilitas, pelayanan, dan secara tidak langsung adalah keamanan seperti sikap penduduk tehadap wisatawan. Adapun data penilaian pengunjung terhadap keamanan di THPS dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi Data Penilaian Pengunjung Terhadap Keamanan No. 1
Tingkat Keamanan
Skala Penilaian
Sangat 5 Aman 2 Aman 4 3 Kurang 3 Aman 4 Tidak Aman 2 5 Sangat Tidak 1 Aman Total Pengklasifikasian Berdasarkan Skor Total: 1. Skor 100 – 180 = Sangat Tidak Aman 2. Skor >180 – 260 = Tidak Aman 3. Skor >260 – 340 = Kurang Aman 4. Skor >340 – 420 = Aman 5. Skor >420 – 500 = Sangat Aman
Jumlah Pengunjung (Orang) 11
Jumlah Skor Penilaian 55
89 0
356 0
0 0
0 0
100
411
Keanekaragaman Satwa Berdasarkan rekapitulasi data penilaian pengunjung terhadap keanekaragaman satwa THPS, pengunjung menilai bahwa satwa-satwa yang di THPS saat ini dapat dikatakan tinggi. Hal ini sesuai dengan data hasil pengolahan data dari kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Total skor penilaiannya sebesar 359 yaitu tergolong pada tingkatan tinggi. Berdasarkan data dari manajemen THPS satwa yang ada di THPS sebanyak 221 jenis dan total populasi sebanyak 969 ekor. Satwa mamalia sebanyak 68 jenis dan 339 ekor, satwa reptil terdapat 36 jenis dan 116 ekor, dan satwa jenis unggas ada 117 jenis dan 514 ekor. Saat ini THPS merupakan taman hewan yang memiliki koleksi satwa terlengkap di Sumatera Utara. Dengan demikian tingginya keanekaragaman satwa di THPS menjadikannya banyak dikunjungi oleh pengunjung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafi dan Putro (2014) yang menyatakan bahwa salah satu penilaian pengunjung terhadap taman hewan adalah keanekaragaman satwa. Koleksi satwa yang ada di THPS dapat dilihat pada
No.
Keanekaragaman Satwa
Skala Penilaian
Jumlah Pengunjung (orang) 5 51 42 2 0 100
1 2 3 4 5
Sangat Tinggi 5 Tinggi 4 Sedang 3 Rendah 2 Sangat Rendah 1 Total Pengklasifikasian Berdasarkan Skor Total: 1. Skor 100 - 180 = Sangat Rendah 2. Skor >180 – 260 = Rendah 3. Skor >260 – 340 = Sedang 4. Skor >340 – 420 = Tinggi 5. Skor >420 – 500 = Sangat Tinggi
Jumlah Skor Penilaian 25 204 126 4 0 359
Fasilitas Berdasarkan rekapitulasi data penilaian pengunjung terhadap Fasilitas THPS, pengunjung menilai bahwa fasilitas yang di THPS saat ini dapat dikatakan Lengkap. Hal ini sesuai dengan data hasil pengolahan data dari kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Total skor penilaiannya sebesar 399 yaitu tergolong pada tingkatan lengkap. Adapun fasilitas yang ada di THPS saat ini berdasarkan pengamatan langsung dilapangan adalah: tempat ibadah, pendopo, kantin, tempat duduk, kolam renang, jalan setapak, toilet, wahana bermain anak, anak tangga, dan lain sebagainya. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke THPS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suchaina (2014) yang menyatakan bahwa fasilitas sarana dan prasarana sangat mempengaruhi tingkat minat pengunjung suatu tempat pariwisata. Berikut data penilaian pengunjung terhadap fasilitas yang ada di THPS. Tabel 12. Rekapitulasi Data Penilaian Pengunjung Terhadap Fasilitas No. 1
Fasilitas
Skala Penilaian
Jumlah Pengnjung (orang) 4
Jumlah Skor Penilaian
92 3
368 9
1
2
0
0
100
399
Sangat 5 Lengkap 2 Lengkap 4 3 Kurang 3 Lengkap 4 Tidak 2 Lengkap 5 Sangat 1 Tidak Lengkap Total Pengklasifikasian Berdasarkan Skor Total: 1. Skor 100 - 180 = Sangat Tidak Lengkap 2. Skor >180 – 260 = Tidak Lengkap 3. Skor >260 – 340 = Kurang Lengkap 4. Skor >340 – 420 = Lengkap 5. Skor >420 – 500 = Sangat Lengkap
20
Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi Eks-Situ Taman Hewan Pematang Siantar Hasil analisis terhadap 100 pengunjung THPS diperoleh besarnya nilai ekonomi total kawasan konservasi eks-situ THPS adalah sebesar Rp9.168.000,, sehingga nilai rata-rata biaya per-orang sebesar Rp.
6
Rp91.680,-/orang. Besarnya biaya perjalanan rata-rata yang harus dikeluarkan dari seluruh pengunjung dan dari seluruh daerah adalah sebesar Rp91.680,-/orang/kunjungan. Pengunjung yang mengeluarkan biaya perjalanan berkisar Rp25.000,- – Rp87.000,- lebih dominan menggunakan kendaraan pribadi (baik mobil maupun sepeda motor) yaitu sebanyak 49 pengunjung (49%). Berikut data biaya perjalanan ratarata pengunjung dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rekapitulasi Data Pengunjung Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan. No
Daerah Asal
Total Biaya Perjalanan
Rataan
P. Siantar Simalungun Tebing Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 57 11 7
1 2 3
3.115.000 793,000 950.000
4 5
Lubuk Pakam Medan
2 13
440,000 2,467,000
6 7 8
Asahan Batu Bara Rantau Parapat Tobasa Total
6 2 1
663,000 245.000 330.000
54.649,12 72.090,91 135.714,2 9 220.000 189.769,2 3 110.500 122.500 330.000
1 100
165.000 9.168.000
9
165.000
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa biaya perjalanan rata-rata tertinggi berasal dari Kota Madya Rantau Parapat yaitu sebesar Rp330.000,-/orang/kunjungan, sedangkan biaya perjalanan rata-rata terendah berasal dari Kota madya Pematang Siantar yang merupakan tempat keberadaan THPS, yaitu sebesar Rp54.649,12/orang/kunjungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi biaya perjalanan adalah jarak Taman Hewan Pematang Siantar dari tempat tinggal pengunjung. Jumlah pengunjung rata-rata tahunan THPS berdasarkan data kunjungan 5 tahun terakhir (20102014) adalah sebesar 453.043 orang. Berdasarkan rekapitulasi data biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dalam melakukan kunjungan ke THPS menurut total biaya perjalanan, maka diperoleh nilai ekonomi Kawasan Konservasi Eks-Situ THPS adalah sebesar Rp41.534.982.240,-/tahun. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Susilowati (2009), nilai ekonomi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan Travel Cost Method adalah sebesar Rp3.193.579.412,-/tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai ekonomi THPS lebih tinggi dari pada nilai ekonomi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Jika dibandingkan dengan nilai ekonomi yang diperoleh pengelola hanya dari penerimaan tiket masuk sebesar Rp15.000,-/orang, maka besarnya pendapatan rata-rata yang diperoleh THPS sebesar Rp6.795.645.000,-/tahun. Nilai tersebut hanya 16,4% dari total nilai ekonomi kawasan konservasi THPS. Intensitas Kunjungan Intensitas kunjungan adalah banyaknya frekuensi dari setiap pengunjung untuk mengunjungi Taman Hewan Pematang Siantar. Intensitas kunjungan pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu pengunjung yang
melakukan kunjungan sekali dalam setahun, 2 kali kunjungan/tahun, 3 kali kunjungan/tahun, 4 kali kunjungan/tahun, dan lebih dari 4 kali kunjungan dalam setahun. Berdasarkan pengolahan data dari kuisioner yang telah dilakukan terhadap 100 responden diperoleh jumlah skor total penilaian dari tiap tingkatan intensitas kunjungan dengan menggunakan skala likert sebesar 270. Nilai ini menunjukkan bahwa intensitas kunjungan pengunjung ke THPS sebanyak 3 kali, berdasarkan pengklasifikasian skor yaitu 260-340. Untuk lebih jelas dapat dilihat rekapitulasi data intensitas kunjungan pengunjung pada Tabel 14. Tabel 14. Rekapitulasi Data Pengunjung Berdasarkan Intensitas Kunjungan. No. 1 2 3 4 5
Intensitas Kunjungan
Skala Penilaian
1 Kali 1 2 Kali 2 3 Kali 3 4 Kali 4 ≥ 5 Kali 5 Total Pengklasifikasian Berdasarkan Skor Total: 1. Skor 100-180 = 1 Kali Kunjungan 2. Skor >180-260 = 2 Kali Kunjungan 3. Skor >260-340 = 3 Kali Kunjungan 4. Skor >340-420 = 4 Kali Kunjungan 5. Skor >420-500 ≥5 Kali Kunjungan
Jumlah Pengunjung (Orang) 36 21 8 7 28 100
Jumlah Skor Penilaian 36 42 24 28 140 270
Data Tabel 14 menunjukkan bahwa THPS merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara yang masih memiliki nilai daya tarik untuk dikunjungi. Ada beberapa responden yang mengunjungi THPS lebih dari satu kali atau berulang-ulang kali dalam setahun. Beberapa responden diantaranya memberi alasan kedatangan untuk berlibur ke THPS untuk melihat satwa-satwa dan menikmati kesejukan alam dikarenakan banyak pohon-pohon besar di area THPS. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwani et al. (2009) yang menyatakan bahwa daya tarik berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Binatang Gembiraloka Yogyakarta. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke kawasan konservasi ini. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat umur, biaya perjalanan, dan lamanya perjalanan responden dari tempat tinggal menuju THPS. Berdasarkan perhitungan analisis regresi didapat persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y= 3,634 + 0,232 X1 – 0,098 X2 – 0,213X3 − 0,013X4 – 0,578X5. Pada persamaan diatas terdapat nilai konstanta sebesar 3,634, secara matematis nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, biaya perjalanan, dan lamanya perjalanan bernilai nol (0), maka intensitas kunjungan sebesar 3,634 kali dalam satu tahun terakhir. Untuk melihat signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya dapat diidentifikasi melalui
7
signifikansi/standart error masing-masing variabel. Apabila nilai signifikansi/standart error masing-masing elemen lebih kecil dari 0,05 (5%) maka variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka variabel tersebut tidak signifikan. Dari hasil analisis secara statistik, dapat diketahui bahwa hanya ada satu variabel bebas dalam penelitian ini yang signifikan pengaruhnya terhadap variabel terikat (Y) yaitu variabel lamanya perjalanan (X5) dengan nilai signifikansi 0,012. Variabel lamanya perjalanan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,578 dengan nilai yang negatif, hal ini berarti menunjukkan hubungan yang terbalik dengan variabel terikat (Y), yaitu setiap kenaikan satu satuan variabel bebas lama perjalanan (X5) maka akan penyebabkan penurunan sebesar 0,578 kali variabel terikat intensitas kunjungan (Y), dengan asumsi tingkat pendapatan, umur, pendidikan, dan biaya perjalanan tetap (konstan). Hal penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Firandari (2009) yang menyatakan bahwa lamanya perjalanan ke objek wisata Pulau Situ Gintung-3 berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan objek wisata tersebut. Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel bebas yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan adalah tingkat pendapatan dengan nilai signifikansi sebesar 0,059, umur dengan nilai 0,174, tingkat pendidikan dengan nilai 0,677, dan biaya perjalanan dengan nilai 0,96. Nilai koefisien variabel tingkat pendapatan (X1) sebesar 0,232 menghasilkan nilai yang positif, hal ini berarti setiap peningkatan pendapatan sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan intensitas kunjungan masing-masing sebanyak 0,232 kali dengan asumsi selain variabel tersebut yaitu tingkat pendidikan, umur, biaya perjalanan, dan lamanya perjalanan dalam keadaan tetap (konstan). Dengan demikian semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi intensitas kunjungan ke Kawasan Konservasi Eks-situ Taman Hewan Pematang Siantar. Variabel tingkat pendidikan responden dengan nilai koefisien regresi X2 sebesar −0,098, umur X3 sebesar –0,213, dan biaya perjalanan X4 sebesar –0,013 menghasilkan nilai yang negatif, hal ini berarti setiap peningkatan pendidikan, umur, dan biaya perjalanan satu satuan akan mengakibatkan penurunan intensitas masing-masing sebanyak 0,098 kali, 0,213 kali, dan 0,013 kali dengan asumsi selain variabel 2 tersebut yaitu tingkat pendapatan, biaya perjalanan, dan lamanya perjalanan dalam kedaan tetap (konstan). Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat umur responden maka semakin rendah intensitas kunjungan ke Kawasan Konservasi Eks-situ THPS. Variabel tingkat pendapatan, umur, pendidikan, dan biaya perjalanan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan karena responden yang berkunjung ke THPS tidak dipengaruh faktor-faktor tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari pengunjung yang berkunjung ke THPS berasal dari semua tingkat pendidikan, umur, dan pendapatan. Untuk besar kecilnya biaya perjalanan pengunjung ke THPS juga tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan pengunjung,
karena kebutuhan akan manfaat dari Kawasan Konservasi THPS menjadi konsumsi semua orang dari berbagai tingkat pendapatan, umur, dan pendidikan. Berdasarkan anaisis regresi, nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,252 (25,2%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel terikat intensitas kunjungan (Y), mampu dijelaskan oleh variabel bebas yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, biaya perjalanan, dan lamanya perjalanan sebesar 25,2%, adapun sisanya yaitu sebesar (74,8%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak dilibatkan dalam model regresi dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut yang diperkirakan dapat mempengaruhi intensitas kunjungan berdasarkan persamaan regresi yang tidak dilibatkan secara spesifik dalam penelitian ini adalah faktor fasilitas, objek dan daya tarik wisata alam itu sendiri, pelayanan, keunikan satwa, harga tiket, dan faktor lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh besarnya nilai ekonomi Kawasan Konservasi Eks-situ Taman Hewan Pematang Siantar dengan menggunakan metode biaya perjalanan sebesar Rp 41.534.982.240/tahun. 2. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, besarnya rata-rata intensitas kunjungan ke Taman Hewan Pematang Siantar adalah sebanyak 3 kali kunjungan. 3. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor lamanya perjalanan dari tempat tinggal pengunjung ke Taman Hewan Pematang Siantar berpengaruh nyata terhadap intensitas kunjungan ke Taman Hewan Pematang Siantar, sedangkan faktor tingkat pendapatan, pendidikan, umur, dan biaya perjalanan tidak berpengaruh secara nyata terhadap intensitas kunjungan. 4. Berdasarkan hasil analisis skala likert keanekaragaman satwa yang ada di THPS tergolong tinggi, dengan jumlah skor penilaian sebesar 359 Saran 1. Perlu dilakukan pengelolaan kawasan yang lebih baik, antara lain merawat sarana dan yang sudah ada agar dapat terus berfungsi dengan baik demi meningkatkan nilai ekonomi THPS. 2. Merawat satwa yang sudah ada dengan lebih baik lagi dan menambah lagi koleksi satwa yang belum ada guna menarik minat wisatawan untuk mengunjungi THPS. 3. Perlu melakukan promosi, terutama melalui media elektronik (internet) agar THPS lebih dikenal lebih jauh oleh masyarakat dunia. DAFTAR PUSTAKA Anwani, Suryatina, dan F.D. Kusumawati. 2009. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Berkunjung ke Kebun Binatang Gembiraloka Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata API. Yogyakarta.
8
Banjarnahor, L.E. 2011. Pengelolaan Orangutan (Pongo abelii) secara Ex-Situ, di Kebun Binatang Medan dan Taman Hewan Pematang Siantar. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan. Buaton, K.W.S. dan H. Purwadio. 2015. Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Danau Toba Parapat, Sumatera Utara. Jurnal Teknik ITS 4(1):C1-C5. Faisal, A. 2005. Analisis Permintaan Objek Wisata Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang. Fandeli. 1995. Kepariwisataan Alam. Liberti. Yogyakarta. Fandeli,
C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan metode biaya perjalanan. Skripsi Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hanafi, N.I. dan H.P.H. Putro. 2014. Penilaian Pengunjung terhadap Atraksi dan Fasilitas Objek Wisata Kebun Binatang Surabaya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAAPK 3(1):106-116. Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hertanto, H.B., A.H. Ramelan, dan S. Budiastuti. 2011. The Development Of Karst Area Ecotorism Object Potency In The West Pacitan Regency Of East Java Province. Jurnal Ekosains 3(2):1-25.
Kusmayadi dan E. Sugiarto. 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mateka, J.A., E. Indrayani, dan N. Harahap. 2013. Objek Wisata Balekambang Kabupaten Malang Jawa Timur. APi Student Journal 1(1):12-22. Riduwan. 2000. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai Systemic Linkage. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suchaina. Pengaruh Kualitas Fasilitas Sarana dan Prasarana terhadap Peningkatan Jumlah Pengunjung Wisata Danau Grati. Jurnal Psikologi 2(2):89-109. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan, Alfabeta. Bandung. Susilowati, M.I. 2009. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suwantoro, G. 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Taman Hewan Pematang Siantar. 2015. Data Kunjungan Tahunan Ke Taman Hewan Pematang Siantar. .
9