BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses bisnis utama Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh stakeholdernya, begitu juga dengan PT AP II. Dalam menjalankan proses bisnis, PT AP II didukung oleh berbagai pemasok untuk penyediaan fasilitas pendukung pelayanan operasi lalu lintas udara dan operasi bandar udara. Pemasok tersebut antara lain adalah para pemasok, keagenan dari pabrikan peralatan penunjang operasi bandar udara yang berteknologi tinggi, konsultan, vendor, serta jasa tenaga outsource untuk membantu pekerjaan pendukung (seperti : pengamanan dan pemeliharaan fasilitas, baik gedung maupun peralatan) dalam rangka mengimplementasikan strategy perusahaan dalam hal efisiensi, tentunya tanpa mengurangi standard mutu pelayanan yang diberikan. Stake holder lain yang menunjang bisnis PT AP II adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai departemen teknis dalam pembinaan pengelelolaan Bandara, Custom, Imigration, Quarantine menjadi satu kesatuan penunjang operasional di suatu bandara, sehingga secara terpadu akan menghasilkan jasa Air Traffic Services dan Airport Services. Alur proses bisnis PT AP II dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
- Custom - Imigration - Quarantine ( CIQ)
Directorate general air communicatio n
AIRTRAFFIC SERVICES
- Airport Facility Suppliers - Outsourcers
PT (Persero) Angkasa Pura II Airport and Air Traffic Services
COSTUMER
‐ Airlines AIRPORT SERVICES
‐ Passengers
‐ Visitor
Aviation Gas
Ground Handling
Conces sioner
Gambar 2.1 Proses Bisnis PT AP II 11
Dapat di gambarkan pula alur proses pelayanan yang diberikan PT Angkasa Pura II dalam menjalankan bisnis baik diwilayah udara (airspace) maupun di Bandara (Terminal). Berikut ini merupakan alur proses bisnis pelayanan jasa yang dilakukan PT AP II. Enroute airspace
Terminal
Runway
Holding pad
Air side
Exit taxiway Taxiway system
Apron-gate area
Terminal buildings
Land
Vehicular circulation parking
Airport ground access system
Aircraft flow Passenger flow
Gambar 2..2 Alur proses bisnis pelayanan jasa PT AP II
2.2 Bisnis Inti Bisnis inti PT Angkasa Pura II adalah penyelenggaraan operasi penerbangan, meliputi pelayanan jasa lalu lintas udara (air traffic services) dan pelayanan jasa kebandarudaraan (airpot services). Bisnis inti tersebut memiliki hubungan yang tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya. Proses diantara keduanya merupakan mata rantai yang tidak terputus dan saling mendukung. Penyelenggaraan pelayanan lalu litas dapat dilaksanakan dengan baik dengan dukungan penyediaan fasilitas bandar udara yang memadai, demikian pula sebaliknya. Bisnis inti tersebut dapat digambarkan pada tabel 2.1 sebagai berikut: 12
Tabel 2.1 Lingkup Bisnis PT Angkasa Pura II Aeronautical ATS
1
Aeronautical
2
Non Aeronautical Airport Facility
Aeronautical Non ATS
Pelayanan jasa penerbangan (pendaratan, pemanduan dll) Pelayanan jasa penumpang (PJP2U, counter, aviobridge) • Konsesi • Sewa Ruangan • Iklan, dll
Seperti digambarkan dalam diagram 2.1, penyelenggaraan operasi penerbangan yang merupakan bisnis utama dari PT Angkasa Pura II merupakan bisnis yang cukup kompleks. Untuk menyelenggarakan sebuah bandara bertaraf internasional, regulasi yang berlaku saat ini tidak memungkinkan PT Angkasa Pura II untuk menjalankan sendiri. Terdapat institusi lain yang turut terlibat dalam proses penyelenggaraan sebuah bandara antara lain: imigrasi, bea cukai, karantina. Selain itu masih terdapat institusi pendukung lainnya seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, Administrator Bandar Udara, Kantor Kesehatan Pelabuhan. Kompleksnya penyelenggaraan sebuah bandara, berdampak pada keterbatasan‐ keterbatasan, sehingga PT Angkasa Pura II tidak dapat menjalankan bisnisnya secara leluasa. Dalam hal pengenaan tarif atas jasa yang telah diberikan, PT Angkasa Pura II juga tidak dapat menetapkan secara sepihak. Tarif jasa kebandarudaraan ditetapkan oleh regulator dalam hal ini pemerintah. Bahkan untuk penetapan tarif air traffic services, pemerintah menetapkan dengan konsep cost recovery. 2.3 Bisnis Pendukung Bisnis pendukung adalah kegiatan usaha yang menunjang bisnis utama dari PT Angkasa Pura II. Bisnis pendukung (supporting bussines) ini sebagian besar tidak dilakukan sendiri oleh PT Angkasa Pura II, namun diserahkan kepada pihak lain. Untuk usaha yang dilaksanakan oleh pihak lain PT Angkasa Pura II mendapatkan bagian yang disebut konsesi usaha.
13
Dari sisi pendapatan, penyerahan kegiatan usaha kepada pihak lain sebenarnya kurang menguntungkan. Namun karena keterbatasan‐keterbatasan yang dimiliki oleh PT Angkasa Pura II dan tuntutan akan kelengkapan fasilitas bandar udara maka kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pihak lain. Pemetaan supporting bussines dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut: Tabel 2.3 Bisnis Pendukung Bisnis Inti Sub Bisnis Kegiatan Bisnis Aeronautika
Usaha yang langsung menunjang kegiatan penerbangan
Non Aeronautika
Usaha yang tidak langsung menunjang kegiatan penerbangan
• Penyediaan hanggar & perbengkelan pesawat udara • Jasa pergudangan dan penanganan cargo • Jasa pelayanan pesawat udara di darat • Jasa pelayanan penumpang dan bagasi • Jasa boga pesawat udara • Jasa pengisian bahan bakar • Jasa pelayanan kebersihan pesawat udara • Jasa penyediaan hotel • Jasa penyediaan pertokoan • Jasa penyediaan restoran, café, bar dan sejenisnya • Jasa perparkiran kendaraan bermotor • Jasa penyediaan gedung dan perkantoran • Penjualan bahan bakar dan pelumas kendaraan bermotor • Jasa pengangkutan barang penumpang di darat • Jasa layanan pos • Jasa pelayanan telekomunikasi • Jasa penyediaan arena bermain dan rekreasi • Jasa aluan wisata • Jasa penukaran uang • Jasa pelayanan angkutan darat • Jasa penitipan barang • Jasa periklanan • Jasa penyediaan eksekutif lounge • Asuransi • Jasa pengolahan limbah • Jasa penyediaan lahan • Jasa pelayanan kesehatan • Hairdresser & beauty salon • Nursery • Bussines center • Vendig Machine • Agrobisnis
14
2.4 Pengelolaan usaha Konsep pengelolaan usaha dilingkungan kerja PT Angkasa Pura II dapat dikelompokan sebagai berikut: a.
Dilaksanakan sendiri;
b.
Dilaksanakan bersama dengan pihak lain (patungan);
c.
Diserahkan pengelolaannya kepada pihak lain.
Ketiga pola pengelolaan di atas dilaksanakan dengan pertimbangan‐ pertimbangan tertentu dengan memperhatikan berbagai aspek, antara lain : kemampuan keuangan, SDM, efisiensi, kemampuan manajemen dan networking. 2.4.1 Pengelolaan usaha yang dilaksanakan sendiri Usaha yang dikelola sendiri oleh PT Angkasa Pura II adalah Usaha yang terkait dengan jasa pelayanan lalu lintas udara (air traffic services). Hampir seluruh bagian dari pelaksanaan kegiatan usaha ini dilakukan sepenuhnya oleh PT Angkasa Pura II. Unit usaha ini merupakan core bisnis yang menjadi andalan dalam memberikan kontribusi pendapatan bagi PT Angkasa Pura II. PT Angkasa Pura II memiliki sumber daya yang cukup untuk menangani usaha ini seperti peralatan, sistem dan sumber daya manusia. 2.4.2 Pengelolaan usaha yang dilaksanakan bersama dengan pihak lain (patungan) Terdapat beberapa bidang usaha yang pengelolaannya dilaksanakan dengan melibatkan dengan pihak lain. Salah satu pertimbangannya adalah keterbatasan kemampuan (baik manajemen maupun sumber daya manusia) sehingga harus menggandeng mitra lain untuk melaksanakan usaha tersebut. Usaha yang saat ini dilaksanakan dengan pola patungan antara lain penanganan teknis pesawat udara di darat (ground handling agent) yang dilaksanakan
15
dengan membentuk anak perusahaan yaitu PT Gapura Angkasa. Untuk mengelola usaha ini PT Angkasa Pura II bermitra dengan PT Angkasa Pura I dan PT Garuda Indonesia. Selain itu PT Angkasa Pura II juga bermitra dengan PT Eka Boga Inti untuk membentuk anak perusahaan PT Purantara Mitra Angkasa II yang bergerak dalam jasa boga pesawat udara (inflight catering services). 2.4.3 Pengelolaan usaha yang diserahkan pengelolaannya kepada pihak lain Seperti penjelasan terdahulu bahwa mengingat keterbatasan‐keterbatasan yang ada, beberapa unit usaha diserahkan pengelolaanya kepada pihak lain. Pertimbangan yang utama adalah PT Angkasa Pura II memang tidak memiliki keahlian yang cukup untuk melaksanakan usaha tersebut. Usaha yang saat ini ditangani oleh pihak lain cukup banyak antara lain : kegiatan usaha pertokoan bebas bea (duty free shop), penyediaan executive lounge, restoran dan lain‐lain. 2.5
Sumber pendapatan
Pendapatan PT Angkasa Pura II dikelompokkan menjadi tiga sumber pendapatan, yaitu pendapatan aeronautika, pendapatan non‐ aeronautika dan pendapatan diluar usaha. Pendapatan aeronautika merupakan penyumbang terbesar dari total pendapatan yang diperoleh. Tahun 2005, pendapatan aeronautika memberikan kontribusi 73 %. 2.5.1 Pendapatan Aeronautika Pendapatan aeronautika saat ini merupakan penyumbang terbesar bagi PT Angkasa Pura II. Pendapatan aeronautika bersifat regulated, artinya penetapannya dilakukan oleh pemerintah. Selain itu tarif yang diterapkan pada jasa aeronautika menggunakan konsep cost recovery, dimana tarif ditetapkan berdasarkan biaya pokok dengan mengesampingkan margin. Bahkan terhitung sejak tahun 1998, penetapan beberapa jenis tarif jasa aeronautika telah melibatkan customer. 16
Pendapatan dari jasa aeronautika diperoleh melalui pelayanan : 1.
Jasa pelayanan penerbangan;
2.
Jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara;
3.
Jasa pelayanan penumpang pesawat udara;
4.
Pelayanan garbarata dan counter.
2.5.2 Pendapatan Non‐Aeronautika Pendapatan non‐aeronautika diperoleh melalui kegiatan usaha yang menunjang jasa penerbangan. Pendapatan ini diperoleh dari :
1.
Konsesi usaha;
2.
Penyewaan ruangan, lahan/tanah, gudang dan fasilitas lainnya;
3.
Parkir kendaraan;
4.
Penempatan iklan;
5.
Pergudangan (cargo handling);
6.
Pas Bandara.
Pendapatan non‐aeronautika belum memberikan kontribusi yang maksimal bagi PT Angkasa Pura II. Komposisinya masih sangat kecil bila dibandingkan dengan pendapatan aeronautika, yaitu sekitar 20% dari total pendapatan. Berbeda dengan konsep tarif jasa aeronautika yang berbasis cost recovery, penetapan tarif pada kegiatan usaha non‐aeronautika merupakan kewenangan PT Angkasa Pura II. Selain itu juga diperhitungkan aspek keuntungan (profit margin). 2.5.3 Pendapatan di luar usaha Pendapatan di luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh antara lain dari bunga deposito, selisih nilai tukar dan lain‐lain. Pendapatan diluar usaha menyumbang sekitar 7% dari total pendapatan tahun 2005.
17