BAB II METODE QIRA'ATI DAN PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR'AN
A. Metode Qira'ati 1. Pengertian Metode Qira'ati Kata metode qira'ati terdiri dari perkataan "metode" dan qira'ati, meskipun demikian kedua kata tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan metode adalah suatu cara sedangkan qira'ati menurut Imam Murjito artinya "bacaanku" yang bermakna inilah bacaanku (bacaan Al-Qur'an) yang baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.1 Jadi metode qira'ati adalah suatu cara penyampaian pelajaran kepada anak dengan tidak mengeja, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang ada di buku panduan qira'ati atau yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Sejak awal anak sudah diharuskan dan dituntut membaca dengan lancar, yakni dengan cepat, tepat dan benar. Dengan demikian, secara tidak langsung anak harus mengerti dan memahami masing-masing huruf hijaiyah. Dengan penuh kesabaran dan ketelitian, huruf demi huruf diajarkan kepada anak didiknya. Agar anak terlatih dan dapat membaca dengan baik dan benar, maka setiap contoh bacaannya diambilkan dari AlQur'an. Agar anak didiknya mudah membaca dan mengerti serta memahaminya, maka oleh beliau (ustadz Salam Z) mencoba menyusun pelajaran dengan bunyi bacaan huruf-huruf hijaiyyah yang sudah berharokat (bertanda baca) "fathah". Dalam pelajaran ini anak tidak boleh mengeja, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang sudah berharokat fathah tersebut. Setelah anak-anak lancar membaca dengan huruf hijaiyyah
1
Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Al-Qur'an Qira'ati, (Semarang : Pendidikan Al-Qur'an Metode Qira'ati, t.th), hlm. 9
11
12
berharokat fathah kemudian dicoba dengan yang berharokat kasroh, dhummah, fathah tanwin, kasroh tanwin, dan dhummah tanwin.2 2. Kurikulum Qira'ati Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.3 Kurikulum qira'ati juga suatu rencana dalam proses belajar mengajar terutama baca tulis AlQur'an. Dalam menentukan rencana kurikulum dengan metode qira'ati dibagi menjadi beberapa jilid yaitu dari jilid I sampai enam (VI). Masingmasing jilid mengandung materi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Di dalam kurikulum mengandung beberapa hal yang penting, diantaranya adalah : a. Tujuan Tujuan dalam proses mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.4 Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah menyelesaikan proses belajar mengajar. Isi dan tujuan merupakan cerminan dari hasil yang diharapkan bersama. Tujuan metode qira'ati 1) Menjaga dan memelihara kehormatan, kesucian, dan kemurnian Al-Qur'an dari cara membaca yang benar, sesuai dengan kaidah tajwidnya, sebagaimana bacaannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam, bahwa kita harus menjaga dan memelihara kehormatan, kesucian, dan kemurnian Al-Qur'an, diantaranya adalah membaca Al-Qur'an secara benar sesuai dengan kaidah tajwid. Membaca Al-Qur'an 2
Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 4 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1989), hlm. 5 4 Nana Sudjana, dkk, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Sinar Baru, 1989), hlm. 56 3
13
mempunyai kaidah tertentu agar ketika membacanya tidak mengalami
kekeliruan
makna
yang
berakibat
dosa
bagi
5
pembacanya.
2) Menyebarluaskan ilmu bacaan Al-Qur'an yang benar dengan cara yang benar Agar selaras dengan tujuan di atas dan dapat direalisasikan secara nyata, maka metode qira'ati berusaha agar dalam mengajarkan ilmu baca Al-Qur'an dengan cara yang benar. Qira'ati tidak mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan buku qira'ati, namun bertujuan untuk menyebarluaskan ilmu baca Al-Qur'an. 3) Mengingatkan kepada guru-guru Al-Qur'an agar dalam mengajar bacaan Al-Qur'an harus berhati-hati, jangan sembarangan Sebagaimana telah disebutkan di atas, tentang kesalahan membaca
Al-Qur'an,
maka
metode
qira'ati
akan
selalu
mengingatkan para guru-guru Al-Qur'an agar selalu berhati-hati dalam mengajarkan bacaan Al-Qur'an agar tidak mengalami suatu kekeliruan mengajar dan membaca. 4) Meningkatkan kualitas pengajaran ilmu baca Al-Qur'an6 Dengan metode qira'ati diharapkan para santri fasih dalam membaca Al-Qur'an dengan tartil dan memperhatikan ilmu tajwid. b. Materi pelajaran Materi pelajaran adalah salah satu komponen pendidikan yang dipilih dan ditetapkan setelah menetapkan tujuan. Dalam menetapkan pengajaran Al-Qur'an dengan metode qira'ati, hendaknya dapat menunjang tujuan yang telah ditetapkan. Materi pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.7 Melalui materi atau bahan pelajaran ini diantar untuk sampai pada tujuan yang telah dirumuskan oleh pengajar Al-Qur'an (qira'ati) yaitu mampu membaca 5
Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 17 Ibid., hlm. 19 7 Nana Sudjana, dkk, Op. Cit., hlm. 67 6
14
Al-Qur'an dengan fasih, tartil dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan atau materi pelajaran, yaitu : 1. Materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 2. Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar, terbatas pada konsep saja atau berbentuk garis besar, bahan tidak pula diuraikan terinci. 3. Menetapkan bahan pengajaran harus sesuai dengan urutan tujuan. 4. Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan, artinya antara materi satu dengan materi yang lain ada hubungan fungsional, bahan yang satu menjadi dasar materi yang berikutnya. 5. Materi harus disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak. 6. Sifat materi/bahan ada yang konkrit dan mudah diingat, ada yang hanya perlu pemahaman saja.8 Dalam materi pelajaran Al-Qur'an metode qira'ati, materi diberikan secara bertahap dan berkesinambungan atau saling terkait satu sama lainnya.9 Materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga anak-anak tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar, yakni disusun dari yang mudah kemudian menuju ke yang sulit, serta dari yang umum kemudian ke yang khusus. Adapun sistematika materi pelajaran qira'ati adalah sebagai berikut :10
8
Bid.,hlm. 69-70 Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 19 10 Ibid., hlm. 33 9
15
BUKU QIRA'ATI
MATERI PELAJARAN
KETERANGAN
1. Bacaan-bacaan pendek
... QIRA'ATI JILID 1 2. Nama-nama huruf hijaiyyah
ت َ ب َ –ب َ َا
MUDAH
... ا ب ت ث 1. Bacaan-bacaan pendek
ب ُ ب ٍ س – ﺑًﺎ ُ س ِ – َد ِد
MUDAH
QIRA'ATI 2. Nama-nama harokat dan angka Arab JILID 2 3. Bacaan-bacaan Madd (panjang)
ﻞ – ﺑَﻘﻰ ُﺧ ِ دَا ﺣ ْﻴ ُﻢ – َو ُد ْو ُد ِ َر
1. Bacaan Madd َﻩ ِﻩ ُﻩ 2. Huruf-huruf yang dibaca jelas (tidak boleh dibaca dengung)
KHUSUS KHUSUS dan SULIT
1. Bacaan ikhfa' (ada unsur bacaan dengung) Huruf-huruf ikhfa' ت ث ج د ذ ز س ش
صضطظفقك 2. Bacaan dengungnya idhgham bighunnah ن ً ٌٍ م ْ (ada unsur dengung) 3. Bacaan idgham bilaghunnah (tidak dengung)
لر 4. Bacaan ghunnah (
MUDAH / UMUM
س ٍم ْر ْ ل ْ
QIRA'ATI JILID 3 3. Bacaan Harfu Liin ي ْ َ- - َ– ْو 4. Cara membaca huruf-huruf :
QIRA'ATI JILID 4
SULIT
ٌٍ ً ن ْ
ن – ّم ّ )
AGAK SULIT UMUM / MUDAH
5. Bacaan huruf-huruf bertasydid
KHUSUS / AGAK SULIT
ن ق ﺣﻢ ﻋﺴﻖ.2 .... ا س ش – ح خ.4 .3 6. Bacaan huruf Mim Sukun a. Mim sukun dibaca jelas ْم b. Mim sukun dibaca dengung م
UMUM / MUDAH
ْم
MATERI KHUSUS
KHUSUS
16
1. Bacaan idgham bighunnah
وي
ٌ ًٍ ن ْ
2. Bacaan Iqlab
ب
ٌ ًٍ ن ْ
3. Bacaan Mim Sukun
مب
ْم- ْم
4. Materi-materi khusus a. Fawatihus-suwar (mahir) QIRA'ATI b. Mewaqafkan bacaan JILID 5 c. Penyempurnaan Makhroj d. Lafadz Allah e. Bacaan huruf-huruf Qalqalah
KHUSUS / MUDAH KHUSUS / SULIT AGAK SULIT
بد ج قط f. Bacaan Nun Izhar ن g. Bacaan Madd lazim ّ... ..... 1. Bacaan Izahar Halqi (jelas)
ا ) ء( ح خ ع غ ﻩ
QIRA'ATI 2. Pelajaran tambahan : JILID 6
KHUSUS / SULIT
ًٌٍن ْ
AGAK SULIT MUDAH AGAK SULIT
SULIT AGAK SULIT KHUSUS / AGAK SULIT
ﻻ ّ اَﻧَﺎ – إ
3. Latihan membaca surah-surah pendek c. Metode pengajaran Metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.11 Menurut B. Suryobroto dalam mengutip pendapatnya Prof. Dr. Winarno Surakhmad menegaskan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara
pelaksanaan
daripada
proses
pengajaran,
atau soal
bagaimana tembusnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid11
Abu Ahmadi dkk, SBM (Strategi Belajar Mengajar), (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), hlm. 52
17
murid di sekolah.12 Jadi metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan
satu
metode.
Tetapi
guru
sebaiknya
menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena itu kompetensi guru diperlukan dalam memilih metode yang tepat dan sesuai dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. Beberapa
teknik/cara
mengajar
metode
qira'ati
dalam
pembelajaran membaca Al-Qur'an : 1. Strategi Mengajar Qira'ati a. Sorogan/Prifat/Individual Prifat adalah mengajar dengan memberikan materi pelajaran orang perorang sesuai dengan kemampuannya menerima pelajaran. Sehingga dengan demikian prifat adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara satu persatu (secara individu) sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari. b. Klassikal-Individual Klasikal adalah mengajar dengan cara memberikan materi pelajaran secara massal (bersama-sama) kepada sejumlah murid dalam satu kelompok atau kelas. Tujuan dari klasikal adalah : 1. Agar dapat menyampaikan seluruh pelajaran secara garis besar dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. 2. Memberi motivasi (dorongan semangat belajar), animo dan minat perhatian murid untuk belajar.
12
hlm. 148
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997),
18
Sehingga
dengan
demikian,
mengajar
klasikal-
individual adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk klasikal dan sebagian waktu yang lainnya untuk mengajar secara individu. c. Klassikal Baca Simak (KBS) Caranya
adalah
membaca
bersama-sama
secara
klasikal dan bergantian membaca secara individu dan kelompok, murid yang lain menyimak.13 Beberapa macam teknik dan pola pengajarannya 1. KBS (Klassikal Baca Simak)-1 : Sesuai Pokok Pelajaran (Halaman) Murid Tekniknya : Pertama mulai mengajar adalah pokok pelajaran/halaman terendah. a. Guru memberi contoh bacaan yang benar dan menjelaskannya b. Murid membaca bersama-sama secara klasikal sesuai dengan contoh gurunya, kemudian secara bergantian kelompok putra dan putri, atau beberapa murid membaca sesuai dengan contoh c. Membaca secara individu bagi murid yang belajar di pokok pelajaran atau halaman tersebut, dan disimak oleh murid-murid yang lainnya Pokok pelajaran berikutnya sampai dengan yang tertinggi, teknik mengajarnya sama dengan yang di atas. 2. KBS (Klassikal Baca Simak)-2 : Perkelompokan Pokok Pelajaran/Halaman
13
Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 23-25
19
Tekniknya ada dua pola, yaitu : a. Kolektif Teknik mengajarnya sama dengan KBS-1, hanya saja pada KBS-2 ini murid dikelompokkan sesuai dengan halaman pokok pelajaran yang sama, misalnya dikelompokkan khusus halaman 1-10, halaman 11-20, halaman 21-30, dan halaman 31-44. b. Klassikal Baca Simak-2B Pada teknik ini ditargetkan semua murid dalam satu kali pertemuan akan mempelajari beberapa pokok pelajaran dari halaman 1-10, dan pertemuan berikutnya mempelajari halaman 11-20 dan seterusnya. Untuk KBS-2B ini jika memungkinkan pelajaran-pelajaran sebelumnya diulang terlebih dahulu.14 2. Tahapan Mengajar Qira'ati a. Tahapan Mengajar Secara Umum 1. Tahap Sosialisasi Tahap sosialisasi merupakan tahap penyesuaian dengan kesiapan dan kemampuan murid dan usahakan murid merasa senang dan bahagia dalam belajar. 2. Kegiatan Terpusat Tahap ini berisi penjelasan dan contoh-contoh dari guru, murid menyimak dan menirukan contoh bacaan dari guru, dimana murid aktif dalam memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari gurunya. 3. Kegiatan Terpimpin Dalam kegiatan ini guru hanya memberi komando (aba-aba, atau ketukan) ketika murid membaca secara klasikal maupun secara individual. Secara mandiri murid
14
Ibid., hlm. 26
20
aktif membaca dan menyimak, guru hanya membimbing dan mengarahkan. 4. Kegiatan Klassikal Secara klassikal murid membaca bersama-sama dan apabila sekelompok murid membaca yang lainnya menyimak. 5. Kegiatan Individual Dalam kegiatan ini siswa bergantian satu persatu membaca beberapa baris atau satu halaman (tergantung kemampuan murid), murid yang lainnya menyimak. Kegiatan
ini
dilakukan
untuk
evaluasi
terhadap
kemampuan masing-masing murid. b. Tahapan Mengajar Secara Khusus 1. Appersepsi Apersepsi adalah pendahuluan, dimana guru mengulang
materi
sebelumnya
pelajaran
kemudian
baru
yang
telah
memberi
diajarkan
contoh
dan
menerangkan materi pelajaran baru. 2. Penanaman Konsep Dalam hal ini guru memberi penjelasan materi pelajaran baru agar siswa dapat memahami dengan mudah materi yang sedang diajarkan. Contoh : Guru mengajarkan qira'ati jilid I. materi pelajarannya
adalah
bacaan
huruf-huruf
hijaiyah yang telah berharokat fathah, bacaan huruf bersambung dan nama-nama huruf hijaiyyah. Dari pelajaran tersebut diharapkan siswa dapat membedakan bacaan
َا
s.d َ ي, siswa mengerti dan lafal
nama-nama huruf hijaiyah.
21
3. Pemahaman Latihan bersama-sama atau secara kelompok. 4. Ketrampilan Pada tahap ini dilaksanakan latihan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan (kelancaran) murid dalam membaca.15 Selain metode di atas, dalam mempelajari Al-Qur'an ditempuh dengan metode yang sesuai dengan kondisi pengajaran, serta faktorfaktor yang mempengaruhi. Adapun metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah : 1) Metode ceramah Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar bagan, agar uraiannya menjadi lebih jelas. Tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan murid-murid adalah berbicara.16 2) Metode tabyiin/memberi penjelasan Metode tabyiin adalah memberi penjelasan lebih jauh kepada lawan bicara setelah ia mengajukan permintaan penjelasan lebih
jauh
atas
pemberitahuan
yang
diterimanya
atau
menyampaikan sanggahan atas keterangan yang diterimanya karena ingin mendapatkan penjelasan lebih mendalam mengenai objek pembicaraan.17 3) Metode pemberian tugas (resitasi) Metode resitasi adalah metode di mana murid diberi tugas diluar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi di 15
Ibid., hlm. 27 B. Suryosubroto, Op. Cit., hlm. 165 17 M. Thalib, Pendidikan Islam Metode 30T, (Bandung : , Irsyad Baitus Salam, 1996), hlm. 16
20-21
22
perpustakaan,
di
laboratorium,
dan
sebagainya
untuk
18
dipertanggung jawabkan kepada guru.
Metode resitasi ini dimaksudkan agar guru memberi tugas kepada siswa diluar jam belajar mengajar, mencari contoh-contoh bacaan ghorib pada ayat-ayat Al-Qur'an. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan murid dalam membaca atau menulis al-qur'an. 4) Metode Drill ( Latihan ) Zuhairini mendefinisikan bahwa dalam metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap pelajaran yang sudah diberikan. Menurut Roestiyah NK, metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajarinya. Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dkk, mengatakan bahwa, penggunaan istilah
"latihan" sering
disamakan dengan istilah "ulangan" padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya.19 d. Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.20 Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid.21 Suatu media 18
Abu Ahmadi, dkk, op. Cit., hlm. 61 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 174 20 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta : CV. Rajawali, 19900, hlm. 6 2121 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang : Walisongo Press dan Rasail, 2005), hlm. 123 19
23
sangat bermanfaat bagi kelancaran proses belajar mengajar demi mencapai tujuan yang telah dirumuskan, karena media sangat membantu guru didalam mengajar dan memudahkan siswa untuk menerima dan memahami pelajaran. Media mempunyai berbagai fungsi dalam proses belajar mengajar, yakni : 1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru. 2. Memberikan pengalaman lebih nyata 3. Menarik perhatian siswa lebih besar atau tidak membosankan. 4. Semua indra murid dapat diaktifkan. 5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar. 6. dapat membangkitkan dunia teori dengan realitasnya.22 Macam-macam media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar adalah : a. Media grafis Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima, dimana pesan yang akan
disampaikan
dapat
dituangkan
dalam
simbol-simbol
komunikasi visual.23 Oleh karena itu simbol-simbol yang ada perlu difahami secara tepat dan benar agar proses penyampaian pesan dapat berhasil secara efektif. Media grafis ini berfungsi untuk menarik perhatian memperjelas penyajian, mengilustrasikan materi yang akan cepat dilupakan apabila tidak digrafiskan. Dalam mengajar metode qira'ati media grafis yang digunakan beberapa lembar peraga yang berisi uraian materi.
22 23
hlm. 33
Ibid., hlm. 125-126 Asnawir Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet I,
24
b. Media pajang Media
pajang
pada
umumnya
digunakan
untuk
menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil.24 Media ini meliputi papan tulis, flip chart, papan magnet, papan kain. Media pajang yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia adalah papan tulis. Pada pembelajaran metode qira'ati di TPQ Bintang Kecil menggunakan media pajang yang berupa papan tulis. 3. Guru dan Peranannya Dalam Proses Belajar Mengajar Qira'ati Guru adalah salah komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.25 Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat. a. Syarat guru secara umum adalah : 1. Harus memiliki bakat sebagai guru 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru 3. Memiliki kepribadian yang baik dan integrasi 4. Memiliki mental sehat 5. Berbadan sehat 6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila dan seorang warga negara yang baik26 Sedangkan guru yang akan mengajarkan ilmu baca AlQur'an dengan menggunakan metode qira'ati syaratnya adalah guru tersebut harus ditashih terlebih dahulu bacaan Al-Qur'annya oleh
24
Azhar Arsyad, Media Pelajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 40 Sardiman, A.M, Interakdi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 125 26 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 118 25
25
ustadz H. Dhachlan Salim Yarkasi atau koordinator qira'ati yang telah ditunjuk oleh beliau.27 Adapun bagi seorang Kepala Sekolah mentasbih atau mengetes calon guru yang akan mengajar di TPQ-nya apakah layak mengajar atau tidak. Ketentuan bagi seorang guru dalam mengajarkan buku qira'ati adalah sebagai berikut : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
BELAJAR QIRA'ATI Tidak memenuhi Qira'ati jilid I target qira'ati jilid I Tidak memenuhi Qira'ati jilid II target qira'ati jilid II Tidak memenuhi Qira'ati jilid III target qira'ati jilid III Tidak memenuhi Qira'ati jilid IV target qira'ati jilid IV Tidak memenuhi Qira'ati jilid V target qira'ati jilid V Tidak memenuhi Qira'ati jilid VI target qira'ati jilid VI Tidak teliti dalam Qira'ati jilid VI membaca Gegabah dalam Qira'ati jilid III membaca Belum/tidak paham Gharib/muskilat bacaan ghorib/muskilat HASIL TASHIH
MENGAJAR QIRA'ATI Belum boleh Belum boleh Qira'ati jilid I & II Qira'ati jilid I - III Qira'ati jilid I - IV Qira'ati jilid I - V Qira'ati jilid I - V Qira'ati jilid I - II Qira'ati jilid I – VI dan Al-Qur'an
b. Peranan guru dalam proses belajar mengajar Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun dengan staf yang lain.
27
Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 58
26
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang menjelaskan, tetapi penulis hanya mencantumkan satu pendapat saja, yaitu menurut Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,
sahabat
yang
dapat
memberikan
nasihat-nasihat
motivator sebagai inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.28 Peran guru dalam belajar membaca Al-Qur'an dengan metode qira'ati yaitu membimbing para siswa agar dapat membaca Al-Qur'an dengan lancar, baik dan benar sesuai dengan sunatullah. Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi.29 Sedangkan B. Suryobroto yang mengutip pendapatnya Muh. Uzer Usman menyatakan bahwa proses Belajar Mengajar adalah sesuatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar mengajar adalah suatu peristiwa timbal balik antara guru dengan peserta didik, dimana saling menguntungkan. 4. Evaluasi Evaluasi berarti menilai, sedangkan menurut Ralph Tyles evaluasi adalah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.30 Evaluasi sangat penting, oleh karena suatu pengajaran tidak mungkin lepas dari proses evaluasi. Karena dengan evaluasi kita akan memperoleh hasil yang lebih baik.
28
Sardiman. A.M. Op.Cit. hlm.143. Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM (Strategi Belajar Mengajar), (Semarang : Pustaka Setia, 1997), hlm. 33. 30 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 3 29
27
Fungsi dari evaluasi adalah : 1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengadaan 3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling 4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan31 Dalam pengajaran Al-Qur'an dengan metode qira'ati, evaluasi dilakukan setiap hari. Karena menitik tekankan pada masalah ketrampilan membaca dan tuntas belajar, maka evaluasi harus selalu dilakukan setiap murid selesai mempelajari satu halaman atau satu materi pelajaran. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dievaluasi yang berhubungan dengan proses pengajaran Al-Qur'an dengan metode qira'ati, diantaranya sebagai berikut : a. Tes pelajaran Tes ini dilakukan oleh guru pengajar kepada para santrinya yaitu yang berkaitan dengan materi pelajaran seperti bacaan-bacaan tajwid. Apakah santri sudah menguasai bahan tersebut atau belum. Tes ini dilakukan setiap selesai satu mata pelajaran. b. Tes kenaikan jilid Tashih/tes kenaikan jilid dilakukan oleh kepala sekolah atau guru penguji (yang keduanya sudah memiliki syahadah qira'ati) dengan cara menunjuk beberapa suku kata atau kalimat atau ayat secara acak, tidak berurutan yang terdapat pada buku qiro'ati atau AlQur'an.32 Tes ini dilakukan apabila siswa akan melanjutkan ke jilid selanjutnya, dan pengujinya tidak boleh dilakukan oleh guru yang belum memenuhi syarat tashih. Dan ada prosedur-prosedur sendiri santri dikatakan naik atau lulus tashih, diantaranya adalah : 31 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 5-7 32 Imam Murjito, Op. Cit., hlm. 37
28
1. Dalam sekali tunjuk (pada satu kata/kalimat yang dipilih), siswa harus secara cepat membaca dengan lancar, baik dan benar. 2. Pada waktu tashih, siswa tidak boleh berfikir terlebih dahulu pada suku kata atau kalimat yang ditunjuk. 3. Dalam membaca tidak boleh lamban atau lambat.33 Jadi ketiga syarat di atas harus dipenuhi oleh siswa guna syarat naik jilid berikutnya. Apabila belum lulus tashih tetapi dinaikkan maka kesulitan pada pelajaran berikutnya. c. Tes khatam Tes khatam adalah tashih atau tes yang dilakukan apabila murid telah menguasai semua pelajaran, yakni :34 1. Dapat membaca Al-Qur'an dengan tartil (fasih) 2. Mengerti dan menguasai baca ghorib 3. Mengerti dan menguasai ilmu tajwid 4. Dapat mewaqofkan dan mengibhda'kan Al-Qur'an dengan cukup baik Keempat kriteria di atas harus ditashih atau dites oleh guru penguji khusus, yakni para ahli Al-Qur'an yaitu perwakilan atau koordinator qiro'ati yang telah ditunjuk oleh ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi. Tes khatam ini dilakukan setelah tes kenaikan jilid dan tes pelajaran selesai.
B. Pembelajaran Membaca Al-Qur'an 1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur'an Sebelum sampai kepada bahasan tentang belajar membaca AlQur'an terlebih dahulu peneliti jelaskan pengertian belajar secara umum. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan pemahaman tentang belajar membaca Al-Qur'an yang peneliti kemukakan dalam skripsi ini, juga didasarkan pada pemikiran bahwa proses belajar membaca Al-Qur'an tidak lepas dari proses belajar mengajar secara umum. 33 34
Ibid., hlm. 38 Ibid.,hlm. 57
29
Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain-lain.35 Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.36 Dari pengertian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Setelah diketahui pengertian belajar secara umum, selanjutnya adalah
mengetahui
pengertian
Al-Qur'an
dengan
tujuan
untuk
mendapatkan pengertian belajar membaca Al-Qur'an dengan tepat. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dimushaf, dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.37 Menurut Imam Murjito Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada hamba-Nya yang 'ummi, penutup para Nabi dan Rasul yakni Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril as, yang lafadz dan maknanya dari Bahasa Arab yang terkumpul atau tertulis dalam kesatuan mushaf sebagai suatu mu'jizat, yang dimulai dari surat AlFatikhah dan diakhiri dengan surat An-Naas, yang dinukilkan secara mutawwatir, membacanya adalah suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta sebagai pedoman hidup bagi kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.38
35 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2005), cet 12, hlm. 20 36 Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia), (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), cet I, hlm. 197 37 Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung : Lubuk Agung, 1989), hlm. 17 38 Imam Murjito, Pengantar Metode Qiro'ati, (Semarang : PGPQ Raudhatul Mujawwidin), hlm. 5
30
Dari dua definisi yaitu belajar dan Al-Qur'an terdapat suatu pengertian belajar Al-Qur'an, belajar Al-Qur'an adalah bagian dari sistem pendidikan di pesantren. Dari kata lain, belajar membaca Al-Qur'an adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan-perubahan akan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur'an dimana kemampuan itu bersifat permanen yang dapat ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku ketrampilan maupun kebiasaan-kebiasaan atau perubahan aspek lainnya. 2. Tujuan Belajar Membaca Al-Qur'an Objek qoro'a (membaca yang terdapat dalam surat Al-Alaq) secara tekstual tidak disebutkan, sehingga arti kata qoro'a, membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Karena objeknya tidak disebutkan, sehingga bersifat umum. Maka objek kata itu mencakup segala yang dapat dijangkau baik bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bacaan lainnya, baik menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat, ayat suci Al-Qur'an dan sebagainya. Perintah membaca, menelaah, dan menghimpun itu jika dikaitkan dengan "bi ismi rabbiku", pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari sipembaca bukan sekedar melakukan bahasa dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih bahan-bahan bacaan yang tidak mengantar kepada hal-hal yang bertentangan dengan "nama Allah SWT" itu.39 Adapun tujuan belajar membaca Al-Qur'an sebagaimana yang dikemukakan para pakar adalah sebagai berikut : Menurut Abdurrahman an-nahlawi Tujuan belajar Al-Qur'an adalah mampu membaca dengan baik, memahami dengan baik dan menerapkan ajarannya. Disini terkandung segi Ubudiyah dan ketaatan kepada Allah SWT, mengambil petunjuk dari 39
M. Quraish Shihab, membumikan Al-Qur'an, (Bandung : Mizan, 1993), hlm. 163.
31
kalam-nya, taqwa kepadanya, melakukan segala perintahnya dan hendak kepada-nya.40 Menurut Prof. Dr. Mahmud Yunus, tujuan belajar Al-Qur'an adalah : a. Memelihara kitab suci dan membaca serta memperhatikan isinya, untuk jadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam kehidupan dunia. b. Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur'an, serta menguatkan dan mendorong berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan. c. Mengharap keridhohan dari Allah SWT dengan menganut iktikad dan sahdan. d. Menanamkan ahklak yang mulia dengan mengambil ibrah dan pengajaran serta tauladan yang termaktub dalam Al-Qur'an. e. Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya, sehingga bertambah keimanan dan bertambah dekat kepada Allah.41 3. Tahapan Belajar Membaca Al-Qur'an. a. Membaca Al-Qur'an dengan Tartil Menurut Imam Murjito tartil adalah tingkatan pembacaan yang sempurna tajwidnya, disertai dengan memikirkan makna yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya. Tartil adalah baik atau bagus dan benar, baik menurut susunannya dan benar menurut bentuk bacaannya, yakni membaca dengan elok dan halus.42 Membaca dengan tarsil itu lebih banyak memberi bekas dan rasa hormat kepada Al-Qur'an. Adapun hukum membaca Al-Qur'an secara tartil adalah disunnatkan, sebagaimana disebutkan Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihnya Ulumuddin.
40
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung : Diponegoro, 1989), hlm. 184. 41 M. Mahmut Yunus, Metode khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hida Karya Agung, 1983), hlm. 61. 42 Imam Murjito, Pengantar Metode Qira'ati, (Semarang : PGPQ Raudlatul Mujahidin, t.th), hlm. 68.
32
ﺮﺩ ﺍ ﻟﺘﺪﺑﺮ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻌﺠﻤﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻔﻬـﻢ ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﻞ ﻣﺴﺘﺤﺐ ﻻ ﺍ ﻷ ﹼﻥ ﺫﻟـﻚ,ﻣﻌﲎ ﺍﻟﻘﺮﺍ ﻥ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻪ ﰲ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺃﻳﻈﹰﺎ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﻞ ﻭﺍ ﻟﺘـﻮﺀﺩﺓ ﱪﺍ ﰲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻣﻦ ﺍﳍﺬ ﺭ ﻣـﺔ ﻭﺍﻻ ﺪ ﺗﺄﺛ ﺃﻗﺮﺏ ﺇﱃ ﺍﻟﺘﻮ ﻗﲑ ﻭﺍ ﻻﺣﺘﺮﺍﻡ ﻭﺃ ﺷ 43 ﺳﺘﻌﺘﺠﺎﻝ "Ketahuilah bahwa tartil disunatkan tidak semata-mata bagi pemahaman artinya, karena bagi orang 'ajam yang tidak mengerti akan arti Al-Qur'an juga disunatkan tartil dan pelanpelan dalam membaca. Karena yang demikian itu lebih mendekatkan pada memuliakannya dan menghormati serta lebih membahas hati dari pada terburu-buru dan cepat" Dalam pembahasan mengenai tartil ini, tidak lepas dari pengucapan lisan, oleh karena itu, guru mempunyai peranan yang pening dalam belajar membaca Al-Qur'an. Karena belajar membaca Al-Qur'an mengacu pada keterampilan khusus, maka guru harus lebih banyak memberikan contoh, dan mengajarkannya berulang-ulang. Apabila salah dalam mengajarkan, akan berakibat fatal bagi murid, karena bacaan Al-Qur'an adalah wahyu. Berkaitan dengan masalah pengucapan, Elizabeth B. Hurloch dalam bukunya "Child and Growth Development" menggunakan : "The second way to encourage Gaggling is to teach the baby new sound combination to imitate. If, for example, he has bean saying" dada-da" over and over again until he pronounces the letter correctly, give him a new model, such as "la-la-la" or "ma-ma-ma" to imitate. By and dingvariety to his repertoire of babbling sound, you not only stimulate his interest to continue to bable, but you encourage him to develop the ability to control his, vocal mechanism. Thus, learning to talk, later, will be much casier than it would have been, had he only a limited foundation to build on".44
43
Al-ImamAl-Ghazali, Ihya Ulumuddin,Juz I, (Libanon : Dar al-Kitab Al-Islami, t.th),
hlm.278
44
Elizabeth B. Hurlock, Child and Growth Development, (USA : Mc. Gaw-will, Book Company, 1970), hlm. 157
33
Terjemahnya : "Cara yang kedua untuk mendorong bercakap-cakap adalah dengan mengajar bayi tentang kombinasi bunyi baru untuk meniru. Jika, sebagai contoh ia tengah berkata-kata "da-da-da" berulang-ulang kali sampai ia melafalkannya dengan tepat, memberi dia suatu model baru, seperti "lala-la" atau "ma-ma-ma" untuk meniru. Dengan menambahkan variasi pada daftar kata-kata untuk bercakap-cakap, kamu jangan hanya merangsang minatnya untuk melanjutkan untuk bercakap-cakap, tetapi kami juga harus mendorong dia untuk mengembangkan kemampuannya untuk mengendalikan mekanisme yang berkenaan dengan suaranya. Seperti itulah, pelajaran untuk berbicara, kemudian akan jauh lebih mudah, itu hanyalah suatu dasar yang sederhana yang mendasari". b. Mempelajari Bacaan Ghorib Ghorib diambil dari kata :
ﺑـﹰﺎ ﹶﻏﺮ- ﻐ ِﺮﺏ ﻳ - ﺏ ﺮ ﹶﻏyang artinya
pergi mengasingkan diri. Namun yang dimaksud dengan "bacaan ghorib" adalah bacaan-bacaan yang asing/aneh didalam bacaan AlQur'an, atau sukar dipahami (dalam membacanya) karena kurang populer digunakan sehari-hari.45 Dikatakan sebagai bacaan yang asing, karena memang didalam membacanya tidak sesuai dengan kaidah bacaan pada umumnya, yakni kaidah tajuid. Misalnya seperti
ﺍﹶﻧـﹶﺎyang keharusannya dibaca
panjang satu alif karena 'fathah diikuti alif', tetapi harus dibaca pendek satu harakat. Agar pembaca yang awam bahasa Arab tidak melanggar peraturan-peraturan yang berlaku dalam ilmu tajwid dan ilmu qira'ati, sehingga sesuai dengan kehendak Allah SWT, maka para ulama qira'ah dan ulama ahli tajwid membuat tanda-tanda waqaf dalam mushhaf 'Utsmany yang pada mulanya polos tidak ada tandatandanya. Tanda-tanda waqaf dan washal itu fungsinya seperti tanda
45
Imam Murjito, Pelajaran Bacaan Gharib untuk Anak-Anak, (Semarang : Pendidikan AlQur'an Metode Qiro'ati , t.th), hlm. 1
34
titik dan koma. Demikian juga akan dibahas istilah didalam waqaf sebagai berikut : Al-waqaf ()ﺍﻟﻮﻗﻒ
-
Menurut bahasa ﻒ ﺍﻟﻜ: menahan/berhenti atau terhenti.
Menurut istilah : Memutuskan suara pembaca atas sesuatu kalimat (ketika membaca Al-Qur'an) selama masa bernafas (menarik nafas) sebagaimana kebiasaan, dengan berniat untuk mengulangi bacaan itu dengan kalimat sebelumnya yang diwaqafkan atasnya, jika waqaf itu bukan pada tempatnya, atau meneruskan bacaannya, jika memang berwaqaf pada tempatnya yang pantas. Bacaan ghorib (bacaan asing) yang ada dalam Al-Qur'an sangatlah banyak. Oleh karena itu penulis hanya dapat menuliskan sebagian saja, yaitu pengajaran ghorib/muskilat kepada anak-anak. Pengajaran ghorib/muskilat tersebut diantaranya adalah : 1
م ..~.. ط ﻓﻠﻰ ﻗﻒ ج
2
َﻓﺎَﻧ َﺎ- اِﻧَﺎ
3 4 5 7
ِﻟﻘَﺎءَﻧ َﺎ- ﺟَﺎءَﻧَﺎ ﻃﻬﱢﺮَا َ ن ْ َا ﷲ ُ ﻦ ﻳَﺸ َﺎ ا ْ َﻣ ﻦ ْ ﻚ َﻟ ِﻤ َ ذ ِﻟ دَآﱠﺎ ءَﻩ ﻦ َ اﱠﻟ ِﺬ ْﻳ- ي ْ اّﻟ ِﺪ
8
ي ْ ﻋِﻠﻴْﻤ ًﺎ ﻩ اَﻟ ِﺬ َ ي ْ ﺐ ﻩ اَﻟ ِﺬ ٍ ُﻣ ِﺮ ْﻳ ي ْ ﻋِﻠ ْﻴ ُﻢ ﻩ اَﻟ ِﺬ َ
: Waqof lazim : harus berhenti : Mu'anaqoh : berhenti di salah satu tempat : Tanda Wasol : Sebaiknya dibaca terus : NA-nya panjang dibaca pendek. Jika terpaksa waqof NA panjang : NA tetap dibaca panjang : Hati-hati Ro dibaca panjang : Hati-hati SYA dibaca pendek : َء ِء ٍء ُء ٌءWaqofnya dibaca sukun : ًءWaqofnya fathah, panjang satu alif : NUN kecil namanya "NUN 'IWADH" Nun Iwadh di awal ayat tidak dibaca Jika Nun Iwadh dibaca washol maka Fathah tanwin dibaca fathah, Kasroh tanwin dibaca kasroh
35
:
Dhummah tanwin dibaca dhummah, Fathah panjang dibaca pendek : Fathah tanwin dibaca fathah, Karena ada Nun Iwadh : Fathah panjang dibaca pendek, Karena ada Nun Iwadh
ي ْ ﻋِﻠﻴْﻤ َﺎ ﻩ اَﻟ ِﺬ َ ﻼ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ َم ً َﻣ َﺜ ﻻوْﻟﻰ ُ وَﻋﺎَدَا ا
Dari contoh-contoh bacaan ghorib diatas, akan menunjukkan bahwa pengajaran qhorib sangatlah penting untuk diketahui dan diamalkan, sebab tanpa pengetahuan tentang ghorib tersebut, pembacaan
Al-Qur'an
menjadi
tidak
karuan
dan
maksud
kandungannya pun akan menjadi kabur, karena seenaknya saja kita membaca. Untuk itulah "bacaan ghorib" wajib diajarkan dan dipelajari semua orang agar tidak salah dalam membaca Al-Qur'an. Dengan demikian
mengetahui
atau
mempelajari
bacaan-bacaan
ghorib
hukumnya seperti membaca Al-Qur'an secara bertajwid, yaitu fardhu'ain. Tetapi perlu diperhatikan, bagi orang yang membaca AlQur'annya
belum
tartil
(belum
bertajwid),
sebaiknya
tidak
mempelajari bacaan-bacaan ghorib tersebut, sebelum bacaannya tartil terlebih dahulu. c. Mempelajari Ilmu Tajwid Tajwid menurut Muhammad Al-mahmud dalam bukunya Hidayatul Mujtahid adalah :
ﻦ ﻣِـﺤﻘﱠﻪ ﺘـﻣﺴ ﻭ ﻪ ﺣﻘﱠـ ﻑ ٍ ﺮ ﺣ ﻄﹶﺎ ُﺀ ﹸﻛﻞﱢﻑ ِﺑ ِﻪ ِﺇﻋ ﺮ ﻌ ﻢ ﻳ ﻮ ِﻋ ﹾﻠ ﺪ ﻫ ﻳﺠ ِﻮ ﺘﺍﹶﻟ 46
ﺤ ِﻮ ﻫِﻤﹶﺎ ﻧ ﻭ ﻴ ِﻢﺨ ِ ﺘ ﹾﻔﺍﻟﻴ ِﻖ ﻭﺮِﻗ ﺘﻚ ﻛﺎﻟ ﻴ ِﺮ ﹶﺫِﻟﻭ ﹶﻏ ﻭ ِﺭ ﻭﹾﺍ ﳌﹸﺪ ﺕ ِ ﻔﹶﺎﺍﻟﺼ
"Tajwid adalah ilmu yang mempelajari mengetahui hak dari masing-masing huruf dan sesuatu yang patut bagi masingmasing huruf tersebut berupa sifat-sifat huruf, bacaan panjang dan selain itu seperti tarqiq, tafkhim dan sebagainya"
46
Muhammad Al-Mahmud, Hidayatul Mustafid, (Pekalongan : Hasan al-'Athos, t.th), hlm 3
36
Sedangkan menurut para ulama tajwid adalah mengeluarkan (mengucapkan) huruf-huruf Al-Qur'an menurut aslinya satu persatu, mengembalikan huruf kepada makhrojnya (tempat keluarnya huruf) dan asalnya, dan menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksapaksakan.47 Adapun yang dimaksud dengan kaidah ilmu tajwid suatu kaidah yang dipergunakan untuk membetulkan dan membaguskan bacaan Al-Qur'an menurut aturan-aturan hukumnya yang tertentu, yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tujuan kaidah ilmu tajwid : 1) Agar pembaca dapat membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan bacaan yang fasih (tepat, baik dan benar) sesuai dengan makhroj dan sifat-sifat hurufnya. 2) Agar dapat menjaga lisan pembaca dari kesalahan-kesalahan pembacaan yang dapat menjerumuskan keadaan perbuatan dosa. 3) Agar dapat menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian serta kemurnian Al-Qur'an dari segi bacaan yang benar.48 Hukum mempelajari ilmu tajwid dengan tujuan-tujuannya adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur'an dengan bertajwid (baik didalam sholat maupun diluar sholat) adalah fardhu 'ain.49 Membaca Al-Qur'an haruslah senantiasa memperhatikan tajwidnya dengan baik, karena membaca Al-Qur'an merupakan suatu ibadah. Apabila dalam membacanya tidak mengikuti atau tidak memperhatikan tajwidnya maka termasuk orang-orang yang berdosa. Dengan demikian membaca Al-Qur'an dengan bertajwid adalah kewajiban syar'i yang telah ditetapkan didalam Al-Qur'an, Assunnah dan ijma' para ulama. 47
Imam, Murjito, Op. Cit., hlm. 61 Ibid. 49 Ibid., hlm. 62 48