BAB II METODE DISKUSI DAN PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS
A. Metode Diskusi Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok dalam menentukan masalah, untuk mengambil keputusan. Suatu diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila dilakukan dengan persiapan beserta bahan-bahannya yang cukup jelas, dengan pembicaran yang berlangsung dengan cara yang rasional, tidak didasarkan atas luapan emosi dan lebih mementingkan pada kepentingan rasional dari pada kepentingan egoistis pribadi peserta. 1. Pengertian Metode Diskusi Apabila kita memperhatikan bahwa manusia adalah makhluk sosial,
maka
keberadaannya
hanya
dapat
dikembangkan
dalam
kebersamaan dengan sesamanya. Ia hanya mengenal dan membentuk dirinya dalam kebersamaan itu pikiran-pikirannya diujikan dalam pikiran orang lain. Ia dan sesamanya menciptakan realitas sosial. Diskusi merupakan salah satu metode belajar mengajar yang sesuai untuk maksud tersebut.1 Diskusi adalah bentuk pengajaran tatap muka yang paling umum yang digunakan untuk saling tukar informasi, pikiran, dan pendapat.2 Menurut H.D. Sujana, diskusi adalah pembicaraan melalui tatap muka yang direncakan diantara dua orang peserta didik atau lebih tentang 1
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2002), hlm. 125. 2 Jerrold E. Kemp, Proses Perancangan Pengajaran, (Bandung: ITB, 2004), hlm. 169.
19
20
pokok atau topik bahasan tertentu, dan dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi.3 Dalam bukunya, Moh. Uzer Usman berpendapat bahwa diskusi adalah suatu proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pnegalaman atau informasi, pengambilan simpulan, atau pemecahan masalah.4 Metode diskusi adalah sebagai salah satu metode pengajaran, di mana siswa belajar bagaimana belajar dari orang lain, bagaimana menanggapi pendapat orang lain, bagaimana memelihara kesatuan kelompok, dan belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan yang amat berguna bagi mereka dalam kehidupan masyarakat.5 Dari segi penguatan substansi M. Basyirudin Usman berpendapat bahwa diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.6 Dengan demikian bahwa metode diskusi adalah cara untuk mempelajari materi oleh suatu kelompok untuk mengambil keputusan atau memperoleh informasi dari orang lain. Dasar pendidikan dengan menggunakan metode diskusi adalah Alquran surat An-Nahl ayat 125:
3
H.D. Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), hlm. 99. 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. XIII, hlm. 94. 5 W. Gulo, Op.Cit., hlm. 135. 6 M. Basyiruddin Usman, Metodolodi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 36.
21
Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. An-Nahl: 125).
Perintah untuk berdiskusi juga tercantum dalam surat Asy-Syuura ayat 38:
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”. (Qs. Asy-Syuura: 38).
Kedua ayat di atas, memerintahkan kita untuk senantiasa bermusyawarah atau berdiskusi dalam menghadapi permasalahan, karena dengan bermusyawarah atau berdiskusi maka segala bentuk permasalahan dapat dipecahkan bersama-sama.
22
2. Tujuan Metode Diskusi Menurut Thomas Gordon, tujuan dari metode diskusi adalah agar ide dan perasaan murid dapat disalurkan, dipahami dan diterima. Di samping itu, dengan diskusi banyak keuntungan yang dapat dicapai, misalnya penyaluran pendapat semua anak, murid belajar mendengarkan pendapat orang lain, memecahkan masalah secara tuntas, murid belajar dari cara pendekatan guru yang tidak bersifat evaluatif, terbinanya rasa saling mengerti.7 Menurut Joyce c.s. dalam bukunya W. Gulo, diskusi memiliki jangkauan tujuan yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penghargaan terhadap martabat manusia dan komitmen terhadap kemajemukan.
Pandangan yang konstruktif terhadap pengetahuan
Kebebasan sebagai siswa
Diskusi Kelompok
Komitmen terhadap Inkuiri sosial
Afiliasi dan kehangatan hubungan antar pribadi
Keterangan:
Kedisiplinan berinkuiri
Keefektifan memproses dan memimpin kelompok
tujuan instruksional Tujuan iringan
Gambar 1. Tujuan Diskusi
7
111.
Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.
23
3. Macam-macam Diskusi Ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa, antara lain: a. Whole Group Whole Group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya. b. Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang peserta dan juga diskusi kelompok besar yang terdiri 7 – 15 orang anggota. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua, dan seorang sekretaris. Masih banyak macam-macam diskusi yang diantaranya ; buzz group; panel; syndicat group; symposium; informal debate; fish bowl; the open discution group; dan brainstorming.8 4. Kelebihan-kelebihan Metode Diskusi Di antara kelebihan atau keunggulan metode diskusi antara lain: a) Membantu pencapaian sasaran dalam ranah afektif, pembentukan sikap, pengembangan apresiasi, kerjasama dan hubungan antar pribadi, b) Dalam ranah kognitif, keterampilan jenjang yang lebih tinggi seperti pemecahan
8
M. Basyirudin Usman, Op.Cit., hlm. 40-43.
24
masalah dan pengambilan kepentingan dapat memperoleh perhatian melalui kegiatan interaksi, c) Siswa yang lebih mampu dapat memperkuat kemampuannya sendiri dengan menjelaskan berbagai hal penting atau agar kepada siswa lain. Adapun kelemahan atau kekurangannya adalah: a) Pengajar yang tidak siap dengan jenis kegiatan ini mungkin kembali memberikan ceramah demi mencari rasa aman, b) Mengajak semua siswa dalam kelompok untuk berperan aktif merupakan hal penting lain yang perlu mendapat perhatian cermat, c) Pengajar harus mengendalikan proses komunikasi dalam kelompok sehingga diskusi tidak berubah menjadi debat kusir yang tidak produktif.9 Dalam buku yang berjudul Metodologi Pembelajaran Agama Islam, M. Basyiruddin Usman berpendapat tentang keunggulan dan kelemahan diskusi, di antara keunggulannya adalah: a) Suasana kelas menjadi bergairah, b) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa, c) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa, d) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi. Menurut Basyiruddin Usman, di antara kelemahan metode diskusi adalah: a) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi, b) Sulit meramalkan hasil yang akan dicapai, c) Para siswa mengalami kesulitan
9
Jerrol E. Kemp, Op.Cit., hlm. 37-38.
25
mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.10 5. Langkah-langkah Diskusi Langkah-langkah yang perlu diambil dalam pelaksanaan diskusi, antara lain: Pertama, pemilihan topik yang akan didiskusikan. Kedua, dibentuk kelompok-kelompok diskusi. Ketiga, dalam pelaksanaan, para siswa melakukan dikusi dalam kelompok masing-masing. Keempat, laporan hasil diskusi ditulis dan dilaporkan oleh masing-masing kelompok, kemudian diadakan suatu forum panel diskusi untuk menanggapi setiap laporan kelompok tersebut.11 Moh. Uzer Usman berpendapat bahwa komponen yang dibutuhkan dalam keterampilan membimbing diskusi adalah: a) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, b) Memperluas masalah atau urusan pendapat, c) Menganalisis pandangan siswa, d) Meningkatkan urunan siswa, e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, f) Menutup diskusi.12
10
M. Basyirudin Usman, Op.Cit., hlm. 39. Ibid, hlm. 40. 12 Moh. Uzer Usman, Op.Cit., hlm. 94-95. 11
26
B. Pembelajaran Alquran Hadis 1. Pengertian pembelajaran Alquran Hadis Menurut M. Quraish Shihab, kata ( ) قرءانQuran adalah kata jadian dari kata ( ) قرأqara’a. huruf ( ) أalif dan ( ) تnun pada akhir kata tersebut menunjuk makna kesempurnaan. Alquran adalah bacaan sempurna. Kata ( ) كرميkarim digunakan untuk menggambarkan terpenuhinya segala yang terpuji sesuai objek yang disifatinya.13 Alquran menurut pendapat yang kuat berarti “bacaan” yang berasal dari kata qara-a. Adapun definisi Alquran adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah14 Sebagai kitab suci terakhir, Alquran bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu pengetahuan, serta merupakan sarana penyelesaian segala permasalahan sepanjang hidup manusia. Alquran merupakan wahyu Allah yang maha agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih dan rumit.15 Menurut Said Agil Husin Al-Munawar, Alquran adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara 13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jilid 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 575-576. 14 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Semarang: Karya Toha Putra, 2005), hlm.15 15 Inu Kencana Syafiie, Alquran dan Ilmu Administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hlm.3
27
mutawatir yang tertulis dalam mushaf dimulai dengan surat al fatikhah dan diakhiri dengan surat An-Nas.16 Alquran tidak lain adalah peringatan bagi seluruh umat manusia (bangsa), Alquran dalam bahasa aslinya (arab) mempunyai daya tarik dan keindahan yang deduktif, didapatkan dalam gayanya yang singkat tetapi cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif dan bermakna kata demi kata. Secara garis besar hukum dalam Alquran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a) Hukum aqidah. Hukum ini mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Yang Maha Kuasa dalam masalah keimanan dan ketaqwaan. b) Hukum akhlak. Hukum ini mengatur hubungan manusia dengan manusia dan makhluk lain dalam hubungan beragama, bermasyarakat, dan bernegara. Tercakup dalam hukum khuluqiyah ini adalah hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang merupakan tonggak dalam rangka menuju akhlak dengan sesama makhluk. c) Hukum syar’iyyah (syari‟ah). Hukum ini mengatur hubungan hidup lahiriyah antara manusia dengan makhluk lain, dengan Tuhan-nya selain yang bersifat rohani, dan dengan alam sekitarnya.17 Hukum syari‟ah secara prinsip dapat dirangkum dalam dua hal, yaitu:
16
Said Agil Husin Al munawwar, Alquran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 5 17 Amir Syarifudin, Ushul fiqh I, (Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 2003), hlm. 19.
28
a. Ibadah. Ibadah yang dimaksudkan disini adalah ibadah dalam arti khusus, artinya hubungan manusia dengan Tuhannya seperti shalat, puasa dan ibadah-ibadah pokok lain. Penggunaan arti khusus ini dikarenakan arti umum dari ibadah mencakup segala hubungan manusia dengan makhluk lain yang dilakukan dalam rangka mencari ridha Allah Ta‟ala. b. Mu‟amalah. Hukum mu‟amalah mengatur hubungan manusia dengan makhluk lain dan sesama manusia. hukum mu‟amalah terinci kepada: 1) Hukum perdata (mu‟amalat), yaitu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia mengenai harta benda dan segala hak milik yang berupa materi. 2) Hukum perkawinan, yaitu peraturan
yang
mengatur
hubungan
sesama
manusia
yang
berhubungan dengan kebutuhan biologis, hak dan kewajiban suami istri, keharmonisan keluarga, perceraian dan sebagainya. 3) Hukum waris, yaitu hukum yang berkaitan dengan harta benda yang disebabkan oleh kematian. 4) Hukum pidana (jinayat), yaitu hukum yang berhubungan dengan jiwa, akal dan kehormatan manusia. 5) Hukum siyasah (politik).18 Sedangkan kata hadis berasal dari bahasa arab “al hadis” jamaknya al ahadis dan al hudtsan. Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya al jadid (yang baru), lawan dari al qadim (yang lama) dan al khabar (kabar atau berita). Istilah lain untuk sebutan hadis 18
hlm. 22.
Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
29
adalah sunah, khabar, dan atsar. Menurut sebagian ulama, cakupan sunah lebih luas karena ia diberi pengertian segala yang dinukilkan dari nabi saw berupa ucapan, perbuatan,takrir maupun pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup dan baik itu terjadi sebelum masa kerasulan maupun sesudahnya.19 Hadis atau sunah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki posisi kedua setelah Alquran, namun jika dilihat secara fungsional ia merupakan bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat Alquran yang bersifat „am (umum), mujmal (global) atau mutlaq (tanpa batasan). Adanya perintah agar nabi Muhammad saw menjelaskan kepada umat manusia mengenai Alquran, baik melalui ucapan, perbuatan atau taqrirnya dapat diartikan bahwa hadis berfungsi sebagai bayan (penjelas) terhadap Alquran. Hadits atau sunah dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut: a) Sunah Qâuliyah, yaitu sunah Rasul yang berupa perkataan Rasul. b) Sunah Fi’liyah, yaitu sunah Rasul yang berupa perbuatan Rasulullah, seperti: hadits yang berkenaan dengan ibadah salat, puasa, dan haji. c) Sunah Taqririyah, yaitu sunah Rasulullah yang berupa persetujuan Nabi atas perbuatan atau pendapat para sahabat.
19
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam jilid II, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002) h.41
30
Kedudukan hadits terhadap Alquran setidaknya mempunyai tiga fungsi pokok: a) Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Alquran (sebagai bayan tâqrir). b) Memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang masih bersifat mujmal dan bersifat mutlak (bayan tâfsir). Menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak didapati (diterangkan di dalam Alquran).20 Setelah memahami beberapa pengertian Alquran dan hadis yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Alquran dan hadis merupakan pandangan hidup bagi setiap muslim dan sekaligus juga merupakan sumber hukum yang asas. Oleh karena itu, maka keduanya harus dimengerti dan sekaligus diamalkan. Salah satu caranya untuk mengerti dan memahami keduanya adalah dengan melalui pendidikan dan pengajaran. Sehingga
pengertian
pembelajaran
Alquran
hadis
adalah
memanfaatkan buku pelajaran agama Islam yang berisi tentang cara-cara dalam membaca ayat-ayat Alquran dan hukum-hukum bacaannya dan juga mengenai hadis-hadis nabi Muhammad saw baik ucapan maupun tingkah laku nabi. 2. Fungsi dan tujuan pembelajaran Alquran Hadis Alquran dan hadis adalah merupakan pandangan hidup bagi setiap muslim dan sekaligus merupakan sumber hukum yang asasi. Oleh karena itu fungsi Alquran hadis bagi manusia adalah sebagai petunjuk praktis 20
Musthofa Assiba‟i, Al-Hadits Sebagai Sumber Hukum, (Bandung: CV. Diponegoro, 2003), hlm. 28.
31
dalam melaksanakan fungsi sebagai kholifah di bumi agar hidupnya tidak tersesat. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw:
ِ ِ ِح َّدثَنِى َعن مال ت فِ ْي ُك ْم اَ ْم َريْ ِن ُ صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم تَ َر ْك َ ك اَنَّوُ بَلَغَوُ اَ َّن َر ُس ْو ُل اهلل َْ َ ِ ِ س ْكتُم بِ ِهما ل ِ ضلُّوا اَب ًد ا كِتَا ب )(رواه ابوداود. اهلل َو ُسنَةَ َر ُس ْولِ ِو َ َ ْ ََن ت ْ َ ْ َّ َما ا ْن تَ َم Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku dari Abu Malik bahwasanya Rosulullah menyampaikan, Telah aku (Muhammad) tinggalkan kepadamu dua perkara, di mana kamu tidak akan tersesat setelah kamu berpegang pada dua perkara tersebut yakni kitab Allah dan rasul Nya. (HR.Abu Daud)21
Adapun tujuan pembelajaran Alquran dan hadis adalah untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Alquran dan Hadis serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayatayat Alquran Hadis untuk mendorong, membina dan membimbing akhlaq dan perilaku peserta didik agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat Alquran dan Hadis.22 Secara umum fungsi mata pelajaran Alquran hadis menurut Departemen Agama RI adalah: a) Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik membaca dan menulis Alquran dan hadis; b) Mendorong, membimbing dan membina kemauan dan kegemaran untuk membaca Alquran dan hadis; c) Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kandungan ayat-ayat Alquran dan hadis dalam perilaku
21
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 2005) hlm. 47 Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (Standar Kompetensi), (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm. 4 22
32
peserta didik sehari-hari; d) Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang setingkat lebih tinggi. 3. Kurikulum Pembelajaran Alquran Hadis Menurut Hafni Ladjid, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik untuk memperoleh ijazah. Dengan kata lain, peserta didik menerima apa yang diberikan oleh guru atau sekolah dan keberhasilan peserta didik diukur dari seberapa jauh bahan pelajaran atau mata pelajaran yang dikuasainya yang disimbolkan dengan angka-angka. 23 Menurut Oemar Hamalik, kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.24 Kurikulum Quran hadis merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan pembelajaran Quran Hadis yang sekaligus juga arah pendidikan agama dalam rangka pembangunan bangsa dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Di antara kurikulum Quran hadis di madrasah ibtidaiyah meliputi: a) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Alquran yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. b) Hafalan suratsurat pendek dalam Alquran dan pemahaman sederhana tentang arti dan
23
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 24 24 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 10
33
makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. c) Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjama‟ah, cirri-ciri orang munafik, dan amal salih. Adapun standar kompetensi mata pelajaran Qur‟an hadis di MI adalah berisi sekumpulan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mata pelajaran Qur‟an hadis di MI. Kemampuan ini berorientasi kepada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah swt. Kemampuan-kemampuan yag tercantum dalam Standar Kompetensi ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai peserta didik di tingkat MI.25 Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi: a) Memahami cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya. b) Menyusun kata-kata dengan huruf hijaiyah baik secara terpisah maupun bersambung. c) Memahami cara melafalkan dan menghafal surat-surat tertentu dalam Juz „Amma. d) Memahami arti surat tertentu dalam Juz „Amma. e) Menerapkan kaidahkaidah ilmu tajwid dalam bacaan Qur‟an. f) Memahami dan menghafal hadis tertentu tentang persaudaraan, kebersihan, niat, hormat kepada orang
25
Ibid, hlm. 5
34
tua, silaturahmi, menyayangi anak yatim, taqwa, shalat berjama‟ah, ciriciri orang munafik, keutamaan memberi dan amal saleh.26 Kompetensi
dasar
yang
ingin
dicapai
sebagai
berikut:
a) Mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah dan tanda baca. b) Membaca huruf-huruf hijaiyah dengan benar (sesuai dengan makhraj). c) Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid seperti waqaf, washal, al qomariyah dan al syamsiyah, mad thabi’I, mad wajib muttasil dan mad jaiz munfashil, bacaan nun sukun dan tanwin (izhar, ikhfa’, idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah serta iqlab). d) Melafalkan atau membaca dengan benar dan hafal surat-surat pendek dari alfatikhah sampai dengan al dhuha. e) Mengartikan, menerjemahkan, menjelaskan kandungan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, ayat-ayat atau surat-surat pendek pilihan dari al-fatikhah sampai adh-dhuha. f) Membaca, mengartikan, menerjemahkan, menjelaskan kandungan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, hadis-hadis pendek pilihan yang bertema; kebersihan, niat, menghormati orang tua, persudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjama‟ah, cirri-ciri orang munafik, dan amal salih.
26
Ibid, hlm. 5