18
BAB II LANDASAN TEORI KEMAMPUAN MEMBACA ALQURAN
A. Pengertian Membaca Banyak definisi tentang membaca yang dikemukakan oleh para ahli. semisal Goodman menyatakan bahwa membaca sebagai suatu proses dinamis untuk merekonstruksi suatu pesan yang secara grafis dikodekan oleh penulis yang ada dalam teks buku. Dalam proses ini, penulis melakukan pengkodean linguistik yang kemudian diuraikan oleh pembaca yang berupaya untuk mendapatkan pemahaman atau makna yang terdaoat dalam teks tersebut. 1 Pada buku teks bacaan, penulis mengkodekan pikiran ke dalam bahasa, pembaca menafsirkan kode tersebut menjadi pikiran dan makna. Dengan demikian, dalam membaca terjadi interaksi antara bahasa dan pikiran. Membaca merupakan kegiatan mengkonstruksi makna. Melalui membaca, pembaca merekonstruksi pesan yang disampaikan penulis dalam teks. Berkenaan dengan itu, Rosenblatt berpendapat bahwa membaca merupakan proses transaksional. Proses membaca meliputi sejumlah langkah selama pembaca mengkonstruk makna melalui interaksinya dengan teks atau bahan bacaan. Makna dihasilkan melalui proses transaksional ini.2
1
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Teknik Membaca Panduan untuk Pendidikan Prasekolah, (Jakarta: Dendikbud Pusat, 2005), hlm. 3. 2 http.teorimembaca,www.Ensklopedia,go.id diunggul tanggal 12 September 2014.
19
Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca.3 Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan
mata.
Setelah
dilakukan
pemaknaan
atau
pengucapan
terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.4 Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang 3
Harjasujana, A, dan Vismaia Damaianti, Membaca dalam Teori dan Praktik (Bandung: Penerbit Mutiara,2003), hlm. 4. 4 Ibid., hlm. 7.
20
menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. 5 Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.6 Kegiatan membaca adalah aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah menyimak (listening). Hubungan antara penutur (penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung. Berbagai informasi entah itu berita, cerita atau ilmu pengetahuan dan lain-lain sangat efektif diumumkan melalui sarana tulisan, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, surat, selebaran, buku-buku cerita, buku pelajaran, literatur dan sebagainya. Aktivitas membaca tentang berbagai sumber informasi tersebut akan sangat membuka dan memperluas dunia dan horizon seseorang. Membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai
5
Harjasujana, A. dkk., Materi Pokok Membaca (Jakarta: Universitas Terbuka,1988), hlm.
23. 6
Tarigan, H.G. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 34.
21
seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.7 Dengan demikian yang dimaksud dengan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis yang menjadi kata-kata atau rangkaian kalimat dalam bacaan tersebut.8
B. Kriteria Kemampuan Membaca Kemampuan membaca pada hakikatnya merupakan proses membangun makna dari pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan atau mengaitkan antara informasi, pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki (skemata) pembaca. Dalam proses membaca, pembaca menggunakan berbagai ketrampilan meliputi ketrampilan fisik dan mental. Aspek konstruktif dalam proses membaca, mencakup kegiatan menggunakan kesan sensori visual dan hasil interpretasi bersama-sama dengan latar belakang pengalaman untuk membangun makna. Membangun makna dari bacaan merupakan proses aktif dalam membaca. Pembaca tidak hanya menyerap makna dengan mengambil dari kata-kata yang dilihat dengan mata, tetapi mereka juga harus berinteraksi dengan teks melalui informasi yang ada dalam latar belakang pengetahuan yang dimiliki pembaca. 7
Harjasujana, A. dkk., Op.Cit., hlm. 26. Hendry Guntur Tarigan, Keterampilan Membaca bagi Anak , (Jakarta: Gramedia, Cet v, 2004), hlm. 7 8
22
Kemampuan membaca pada dasarnya sebagai penguasaan terhadap tulisan dari jenis huruf yang tertera dalam tulisan tersebut dengan memahami dan mengerti maksud dari teks yang terdapat dalam tulisan tersebut. Kemampuan ini disesuaikan dengan jenjang tingkat kemamapuan anak. Adapun hakikat kemampuan membaca bagi anak-anak usia TK/RA sebagai bentuk pengertian terhadap tulisan sederhana dan memahami maksud dari tulisan tersebut. Untuk belajar, anak mesti aktif belajar membaca, anak harus membaca, mengatakan tentang apa yang mereka baca, atau menyatakan tentang ide yang ada dalam buku. Kegiatan mental dalam membangun pengetahuan baru adalah hasil dari kegiatan fisik (dalam hal ini, membaca adalah kegiatan fisik). Anak akan belajar ketika mereka mempunyai pengalaman dalam membangkitkan skemata yang melibatkan mental. Anak memperoleh bahasa secara alamiah melalui interaksi dengan orang dewasa dan anak lain. Supaya siswa menjadi pembaca yang lancar seharusnya guru atau orang dewasa menyediakan materi atau bahan-bahan bacaan, menyediakan waktunya untuk bertanya tentang materi bacaan pada anak, dan menjadi model membaca bagi anak. Proses membaca terjadi apabila terjalin interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Dalam membaca terjadi transaksi antara aktivitas jiwa pembaca dengan teks bacaan. Strategi yang diterapkan oleh guru akan sangat membantu peningkatan kemampuan anak didik atau para siswa.9
9
http.teorimembaca,www.Ensklopedia,go.id diunggul tanggal 12 September 2013.
23
Upaya dalam peningkatan kemampuan membaca anak didik atau siswa dalam kegiatan belajar tidak lepas dari arahan pendidik untuk membantu mengarahkan pada anak-anak agar fokus dalam kegiatan membaca. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak didik adalah melakukan intruksi-intrusi atau bimbingan dalam kegiatan membaca anak berupa: 1) Melihat dengan Otak Kegiatan membaca di lakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata melihat dan otak menginterpretasikan saat itu juga sehingga “apa yang anda lihat, itulah yang anda dapat”. Otak menyerap apa yang dilihat oleh mata. Oleh karena itu, melihat adalah mengerti. 2) Gerakan Mata dalam Membaca Gerakan mata tergantung pada jarak benda yang dilihat. Apabila kita melihat jauh mengikuti benda yang bergerak di lapangan pandang yang luas, mata bergerak halus dan rasa seperti kalu kita melihat gambar atau membaca: gerakan mata cepat, tersentak-sentak dalam irama tarikantarikan kecil, seperti melompat-lompat. Gerakan mata ini dilatih dalam rangka meningkatkan kemampuan mebaca anak didik. 3) Melebarkan Jangkauan Mata Pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita dapat menangkap beberapa kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu dapat di kenali sekalipun pembaca tidak memfokuskannya pada setiap kata itu.
24
4) Transisi Fiksasi ke Fiksasi Bacalah sebuah buku saku dengan cepat, menurut irama, dan perlebar jangkauan mata: dalam satu baris tiga fiksasi. Perpendek waktu transisi fiksasi ke fiksasi. Cobalah satu fisasi dengan sekali pandang, lalu bergerak ke fiksasi berikutnya. 5) Gerakan Otot Mata dan Latihan Gerakan mata di kendalikan oleh otot kecil yang kuat. Otot-otot ini bersama-sama menarik mata dalam rangkaian tarikan-tarikan kecil tatkal kita menelusuri baris0baris tulisan. Karena itu, apabila otot-otot mata terasa penat, kita lalu mengeluh, “mata capek”. Untuk mendobrak kebiasaan gerakan mata yang sudah mendarah daging itu diperlukan latihan yang terencana dan intensif yang memberian kesempatan otot-otot mata melakukan semacam “senam”. 6.) Meningkatkan Konsentrasi Apabila perhatian kita fokuskan pada bahan yang kita baca maa gagasan dan gambaran tentang isi bacaan akan nampak jelas dan mudah kita pahami. Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada dua kegiatan penting, yaitu: a.) Menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi kusut b.) Memusatkan perhatian secara sunggug-sungguh dalam membaca.10
10
Soedarso, Srategi Membaca secara cepat, (Jakarta: Raja Grafindo,2002), hlm. 50
25
Pembelajaran membaca dengan pendekatan media belajar atau penggunaan alat peraga pada anak-anak didik dapat diaktualisasikan antara lain dalam kegiatan sebagai berikut11: 1. Tahap Pengamatan Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran membaca pemahaman dilakukan bersama pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intensif, obyektif, dan sistematis. Dalam tahap ini guru mengenal, merekam, dan mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi baik dari tindakan yang terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran. 2. Tahap Refleksi Refleksi diadakan setelah siklus tersebut berakhir. Masalah yang didiskusikan menyangkut kegiatan menganalisis tindakan yang baru dilakukan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, dan melakukan intervensi, pemaknaan, penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya. Tidak ada satupun teori yang baku terkait dengan peningkatan kemampuan membaca, begitu pula tidak ada satu-satunya model pembelajaran sebagai penerapanupata tersebut. Walaupun demikian banyak dari praktisi atau pakar pendidikan merekomendasikan kepada pendidik bahwa:
11
http.teorimembaca,www.Ensklopedia,go.id diunggul tanggal 12 September 2013.
26
a) Pembelajaran melekat dalam lingkungan belajar yang kompleks, realistis dan relevan. b) Menyediakan negosiasi sosial, dan tanggungjawab bersama sebagai bagian dari pembelajaran. c) Mendukung pandangan beragam dan menggunakan representasi yang juga beragam terhadap isi yang dipelajari. d) Meningkatkan kesadaran diri dan pengertian bahwa pengetahuan itu dibangun, e) Mendorong kesadaran dalam pembelajaran. Semua tahapan ini dapat dikondisikan oleh guru atau pendidik di tingkat atau jenjang satuan pendidikan apapun. Membaca merupakan aspek ketrampilan berbahasa, di samping ketrampilan lainnya, yang harus terus ditingkatkan pencapaian kemampuannya. Dengan penerapan yang berulang-ulang, maka peningkatan kemampuan membaca para anak didik akan tercapai dan terus dapat ditingkatkan.12 Demikian berbagai upaya yang dapat dilakukan pendidik atau guru dalam meningkatkan kemampuan membaca bagi anak didiknya, terutama yang ada di tingkat TK/RA sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan prasekolah. Sehingga pada gilirannya akan mendukung kemampuan anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar pada jenjang. level atau tingkatan di atasnya.
12
Harjasujana, A. dkk., Op.Cit., hlm. 31.
27
C. Pengertian Alquran Alquran sebagai wahyu Allah yang disampaikan Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril As untuk pedoman hidup umat manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Alquran memiliki kedudukan sebagai dasar utama bagi setiap orang Islam, sehingga mengerti dan memahaminya dengan diawali kemampuan untuk melafalkan Alquran adaah sesuatu yang diwajibkan bagi umat Islam.13 Alquran adalah Kalamullah (firman Allah) yang diturunkan dengan huruf serta maknanya, dan bukan makhluk, berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Alquran juga merupakan mukjizat yang membuktikan kebenaran apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan akan terpeliharan hingga hari kiamat.14 Subhi Al-Salih mengemukakan satu pendapat yang kuat mengenai definisi al-Quran iaitu al-Quran bermaksud „bacaan‟ yang berasal daripada perkataan qara‟a () َق َق َق. Inilah salah satu definisi al-Quran dari segi bahasa. Dari segi bahasa terdapat 3 makna: 1) Qara‟a berarti mengumpulkan dan menghimpun. 2) Qiraah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. 3) Quran pada mulanya seperti qiraah, iaitu masdar (infinitif) dari kata qara‟a, qiraatan, quranan.
13
Tim Penyusun, Materi Pelajaran Al-Qur’an Hadits untuk Siswa Kelas IV MI, (Semarang: Toha Putra, 2008), hlm. 2. 14
28
Di dalam al-Quran juga terdapat perkataan Quran seperti berikut:
Artinya: “Sesungguhnya mengumpulkan al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunganKami. Kerana itu jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya.” (QS. al-Qiyaamah:17-18) Perkataan „Quran‟ itu adalah khusus sebagai nama kepada kitab yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi-nabi lain sebelum Nabi Muhammad SAW tidak dikenali sebagai Alquran sebagai contoh kitab Injil kepada Nabi Isa a.s. dan kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Dari segi istilah, definisi Alquran sukar untuk diberi batasanbatasan dengan definisi-definisi logika sehingga ianya memiliki batasan yang benar-benar konkrit. Ulama menyebutkan definisi Alquran yang mendekati maknanya dengan membedakan dari yang lain dengan menyebutkan bahawa Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW yang pembacaannya merupakan ibadah. Terdapat 3 perkara utama dalam definisi yang diberikan ini yakni: 1) Al-Quran adalah kalam atau firman Allah. 2) Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. 3) Pembacaan al-Quran satu ibadah.15 15
Muhammad Ibnu Jamil Zainu, Pemahaman Al-Qur'an (Bandung: Gema Risalah Press, 1997), hlm. 89.
29
D. Manfaat Membaca Alquran Dasar membaca Alquran dengan baik dan benar tidak lepas dari ajaran Islam yang meletakkan kegiatan membaca sebagai sumber utama belajar bagi manusia. Membaca Alquran menjadi dasar dalam mengagungkan Allah SWT sebagai Tuhan bagi alam semesta dan juga sebagai sarana dalam meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Membaca Alqur'an memang memiliki dasar yang kuat. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
Artinya : “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”. (Q.S : Al-Alaq: 1-5) Kegiatan membaca Alquran sebagai sesuatu yang harus dilakukan sebagai pintu atau jendela pertama dalam membuka pemahaman dan pengetahuan, terutama yang terkandung dalam ayat-ayat qauliyah berupa bacaan Alquran. Sebab dari kegiatan-kegiatan membaca Alquran, umat manusia diantarkan pada pengetahuan akan Tuhannya dan berbagai aturanaturan kehidupan yang membawa keselamatan hidup bagi umat manusia itu sendiri yang terdapat dalam isi kandungan Alquran.16
16
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis; Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat. Pers, 2002), h. 27.
30
Secara umum manfaat mmebaca Alqur‟an sebagai kalamullah antara lain: Pertama, membaca atau melafalakan bunyi Alqur'an adalah sebagai sesuatu yang bernilai ibadah dihadapan Allah SWT, sehingga siapa yang membaca ataui melafalkan Alqur'an setiap satu hurufnya berpahala di sisi Allah SWT dan dianggap sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Kedua, membaca atau melafalkan bunyi ayat-ayat suci Alquran dengan penuh kesungguhan dan diresapi atau dihayati dengan baik akan mendatangkan ketenangan dalam jiwa yang membacanya. Dengan membaca Alqur'an dengan penuh kesungguhan, maka segala himpitan yang menyesakkan hati manusia akan menjadi berkurang dan mengalir persaanpersaan tenang karena kesadaran akan kebesaran Allah SWT. Ketiga, membaca Alquran menjadi penawar dari berbagai macam penyakit hati dan juga penyakit yang dialami oleh manusia. Alqur'an diturunkan oleh Allah Swt menjadi penawar atau obat hati manusia dengan bimbingan akan rasa syukur dan berserah diri atas segala cobaan dan ujian. Dan keempat, membaca Alquran dengan rajin dan ikhlas akan meningkatakan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Kemampuan membaca Alqur'an dengan memahami makana yang terkandung didalamnya, sehingga prrilaku dalam hidupnya menjadi terarah sesuai dengan bimbingan Allah SWT. 17
17
Muhammad Ibnu Jamil Zainu, Op.Cit., hlm. 21-22.
31
E. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Alquran Membaca Alquran dengan cara yang benar merupakan suatu yang dianjurkan dalam Islam, sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: "Dan bacalah Alqur'an dengan tartil (tertib dan benar)" (Q.S. al-Muzammil :4)18 Maksud dari ayat tersebut adalah kita diperintahkan untuk membaca Alquran dengan teratur, perlahan-lahan sambil memahami maknanya dan memikirkan maksud yang terkandung di dalamnya. Oleh karenanya belajar membaca Alquran dari usia sedini mungkin sangatlah dianjurkan. Dan kemampuan membaca Alquran harus telah terlatih dengan baik sejak usia yang masih kecil. Membaca Alquran dipandang sebagai ibadah yang sangat mulia dalam agama Islam. Sebagaimana Nabi agung Muhammad Saw pernah bersabda dalam haditsnya bahwa sekali waktu seseorang mengaji Alquran, membaca setiap huruf membawa pahala sama dengan pahala sepulu kali lipat perbuatan baik.
Sepanjang
seseorang
sibuk
membaca
Alquran,
Allah
akan
memperhatikannya, tetapi tingkat kesempunaan ini hanya bisa dicapai oleh orang yang membaca Alquran dengan penuh penghayatan sebagaimana yang telah dianjurkan-Nya.19
18
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2001),
hlm.565. 19
Al-Ustadz Maulana Kautsar Niazi, Penerjemah M. Yunus Menuju Penghormatan AlQur'an (Jakarta: Pusta al-Husna, 1998), hlm. 14.
32
Untuk membantu anak-anak Islam dalam membaca Alquran atau memiliki kemampuan membaca Alquran dengan baik, maka dengan kemunculan jilid Qira’atii akan dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mempelajari dan membaca Alquran secara tepat dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan dalam membaca Alquran. Pada upaya peningkatan kemampuan membaca atau melafalkan Alquran yang diperuntukkan kepada peserta didik di tingkat Taman pendidikan Alquran (TPQ), di mana anak-anak pada usia TPQ merupakan masa penting dalam proses perkembangan individu atau seseorang. Pada masa ini juga dianggap sebagai masa perkembangan kritis. Artinya, segala sikap, kebiasaan, dan pola prilaku yang dibentuk pada saat kanak-kanak sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan, ketika kelak mereka bertambah usia atau menginjak pada fase usia berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak menjelang remaja memegang peranan penting dan sangat penting bagi perkembangan selanjutnya. Dasar-dasar
perkembangan
anak
sedang
mengalami
proses
pembentukan, dan pada masa ini cenderung memiliki tingkat kemapanan yang tinggi. Oleh karenanya penting bagi guru atau seorang pendidik untuk memberikan materi dasar dari membaca dan menulis huruf-huruf Hijaiyah sebagai tulisan bacaan Alquran secara berulang-ulang sehingga anak-anak akan dapat menguasainya dengan baik dan benar.
33
Upaya dalam peningkatan kemampuan membaca Alquran yang dimaksudkan di sini adalah bahwa intensitas pengenalan hukum-hukum bacaan Alquran dalam kaidah ilmu tajwid, kemampuan melafalkan hurufhuruf Hijaiyah dan mampu menulisnya dengan baik dan benar haruslah ditekankan oleh guru sebagai pendidik kepada para siswa dalam kegiatan pembelajaran tajwid di TPQ. Diantara upaya peningkatan kemampuan membaca Alquran yang dapat dilakukan oleh para guru sebagai pendidik bagi anak-anak didiknya adalah dengan mengembangkan keterampilan membaca lafadz-lafadz atau bacaan Alquran dan ketrampilan menulis huruf-huruf Hijaiyah secara tepat dan benar. Adapun pola pengembangan kemampuan membaca Alquran tersebut adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengembangkan kesadaran diri pada anak-anak didik tentang penting belajar Alquran, mulai dari mengenal huruf-huruf Hijaiyah dan membacanya dengan sebaik-baiknya. b. Mengajarkan pemahaman lafal dan tulisan huruf Hijaiyah sebagai tulisan Alquran dengan berbagai tanda baca atau sandanganpada huruf Hijaiyah sehingga dapat dibaca dengan jelas. c. Mengembangkan keterampilan dengan melanjutkan tingkat kesulitan secara bertahap sedikit demi sedikit. d. Mengembangkan sikap profesional dalam menuntun atau membimbing anak didik dalam melafalkan Alquran e. Mengajarkan dengan berkomunikasi secara santun pada anak
34
f. Mengajarkan kemampuan membaca Alquran dengan cara menjadi pendengar efektif pada anak didik. g. Menuntun anak didik untuk mengembangkan kemampuan membaca Alquran secara tartil, tertib dan benar dengan berbagai metode atau cara tersendiri sebagai seni membaca Alquran.20
20
T. Safaria, Penerjemah Nugroho Interpersonal Intelligence (Yogyakarta: Amara Books, 2005.), hlm. 16.