BAB II LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “mampu” yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “kan” yang berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kita berusaha dengan diri sendiri.1 Sedangkan membaca ialah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.2 Al-Qur’an ialah kitab Allah yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mushafmushaf yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya menjadi ibadah; firman Allah yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril untuk dipahami isinya dan selalu diingat disampaikan secara mutawatir tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas; Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam sebagai pedoman hidup untuk memperoleh kebahagiaan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang kemurniannya dijaga dan dipelihara oleh Allah 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi IV, hlm. 869. 2
Ibid., hlm. 109.
20
21
sampai hari kiamat.
3
Al-Qur’an adalah kitab suci tiada duanya,
merupakan ibrah bagi siapa saja yang mentadaburinya. Perintahperintahnya merupakan petunjuk bagi siapa yang mau melihatnya. Allah telah menjelaskan di dalamnya kewajiban hukum, membedakan antara yang hala dan haram, mengulang-ulang nasihat dan kisah-kisah untuk dipahami, memberikan perumpamaan dan contoh-contoh, menceritakan kisah-kisah ghaib sebagai cerita.4 Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an ialah kecakapan dalam mengeja atau melafalkan apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an. 2. Dasar Membaca Al-Qur’an Umat Islam dalam membaca Al-Qur’an tentunya memiliki dasar yang kuat, bahkan merupakan perintah dari Allah saw dan Rasulullah saw. Adapun dasar membaca Al-Qur’an tersebut ialah sebagai berikut: a) Dasar Al-Qur’an Firman Allah yang berhubungan dengan dasar membaca AlQur’an ialah surat Al-‘Alaq ayat 1-5
3
Abu Muhammad & Zainuri Siroj, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), (Tangerang: Albama, 2009), hlm. 243. 4
Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta: Al-Kautsar, 2011), hlm. 40.
22
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”5 Dengan demikian, ayat yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat yang mulia ini. Ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Dalam ayat-ayat tersebut terdapat peringatan tentang asal-usul penciptaan manusia yaitu dari segumpal darah. Di antara kemuliaan Allah adalah mengajari manusia tentang hal-hal yang mereka belum ketahui, lalu manusia dimuliakan dan dihormati dengan adanya ilmu pengetahuan tersebut, yang merupakan keistimewaan Adam bapak manusia terhadap para malaikat. Ilmu pengetahuan kedua ada dalam otak, terkadang ada pada lidah, dan terkadang berupa tulisan-tulisan dengan jari-jari manusia untuk mengungkapkan sesuatu yang ada dalam otak serta ungkapan kalimat sebagai pengganti lidah.6 b) Dasar Hadits Hadits yang memerintahkan untuk membaca Al-Qur’an, sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw :
ِ ِ ِ صلَّى َ َخ َرَج َر ُسو ُل اهلل:َع ْن ُع ْقَبةَ ْب ِن َعام ِر َرض َي اهللُ َع ْنهُ قَال ُّ اَُّي ُك ْم ُي ِح:الصفّ ِة فَقَا َل َن َي ْغ ُد َو ُك َّل َي ْوٍم ُّ اهللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوَن ْح ُن ِفي ْب أ 5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Dept. Agama RI, 1985), hlm.1079 6
Al-Hafizh ‘Imaduddin Abu Al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Juz ‘Amma, (Jakarta: Pustaka Azam, 2012), hlm. 265.
23
فََيأْتِ َي ِم ْنهُ بَِناقَتَْي ِن َك ْو َما َوْي ِن ِفي َغ ْي ِر،ق ْ إِلَى ُب ُ ان أ َْو إِلَى ا ْل َع ِق ْي َ ط َح ِ يارسو ُل:ط ِع ر ِحٍم؟ فَ ُق ْلنا ُّ اهلل ُن ِح أَفَالَ َي ْغ ُدو: قَا َل،ب َذلِك َ َو،إِثٍْم ََُ َ َ ْ َال ق ِ اب ِ ََح ُد ُكم إِلَى ا ْلم ْس ِج ِد فََي ْعلَم أَو َي ْق أُر اََيتَْي ِن ِم ْن ِكت ،اهلل َع َّز ِو َج َّل َ ْ ُ ْ َأ َ َوأ َْرَبعٌ َخ ْيٌر لَهُ ِم ْن،ث َخ ْيٌر لَهُ ِم ْن ثَالَ ٍث َ َ َوث،َخ ْيٌر لَهُ ِم ْن َناقَتَْي ِن ٌ ال )َع َد ِاد َه َّن ِم ْن ْا ِإل ِب ِل (رواه مسلم ْ َو ِم ْن أ،أََب ٍع “Dari Uqbah bin Amir ra, dia berkata: “Pada suatu ketika Rasulullah saw keluar dari rumahnya, sementara kami sedang berada di ruang samping masjid. Tak lama kemudian beliau bersabda: ‘Siapakah di antara kalian yang ingin pergi setiap hari ke Buthan atau ke Aqiq, setelah itu datang dengan membawa dua ekor unta yang gemuk tanpa dosa dan tanpa memutuskan tali silaturahim?’ kami menjawab, “tentu kami semua sangat menginginkannya ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, Pergilah ke masjid dan setelah itu pelajarilah dua ayat Al-Qur’an, maka hal itu lebih bernilai daripada dua ekor unta; tiga ayat AlQur’an lebih bernilai daripada tiga ekor unta dan begitu seterusnya.”7 (HR. Muslim)
Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa keutamaan untuk membaca Al-Qur’an, karena dengan membaca Al-Qur’an kita akan mendapatkan kemuliaan dan mendapat pahala yang lebih baik daripada dunia. c) Dasar psikologi Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup manusia, baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.8 7
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Muslim Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azam, 2012), hlm. 800. 8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-15, hlm. 10.
24
Dalam hal ini psikologi termasuk aspek dasar dalam membaca AlQur’an, karena psikologi berusaha menyelidiki semua aspek kepribadian dan tingkah laku, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Setiap manusia hidup selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Untuk merasakan bahwa di dalam jiwanya ada perasaan yang meyakini adanya Dzat yang Maha Kuasa sebagai tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan. Sedangkan Al-Qur’an dapat memberikan ketenangan jiwa bagi yang membacanya, dan inilah yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan obat penyakit yang ada di dalam diri umat Islam. Sebagaimana dalam QS. Yunus ayat 57:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57) Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mempelajari AlQur’an adalah merupakan perintah dari ajaran Islam. Karena AlQur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi orang Islam. Jadi kita sebagai orang Islam harus membaca, mempelajari dan mengamalkan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.
25
3. Adab dan Keutamaan Membaca Al-Qur’an Adab ialah tata krama, sopan santun atau kebiasaan yang baik dalam berbicara maupun bertingkah laku. Orang yang beradab adalah orang yang berakhlak mulia.9 Adab juga berarti memberikan hak kepada segala sesuatu dan waktu. Adab juga adalah mengetahui apa yang menjadi hak diri sendiri dan hak Allah swt.10 Adapun adab dalam membacakan ayat-ayat Al-Qur’an disebut adab at-tilawah, ialah sikap atau gerak-gerik dari penampilan dari seseorang ketika sedang membacakan ayat-ayat AlQur’an, yaitu sikap yang menunjukkan rasa ta’zhim, tidak ujub, tidak riya’, tidak takabur, dan sebagainya dari sifat-sifat yang tidak terpuji.11 Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang membacanya saja akan mendapatkan pahala sehingga ketika membacanya harus memiliki adab atau etika. Berikut adab atau etika dalam membaca AlQur’an : a) Ikhlas ketika belajar dan membaca Al-Qur’an b) Mengamalkan Al-Qur’an c) Anjuran untuk berdzikir dan berkomitmen dengan Al-Qur’an d) Jangan bilang “aku lupa”, tapi katakanlah: “Aku terlupa” e) Keharusan merenungkan Al-Qur’an f) Boleh membaca sambil berdiri, berjalan, berbaring atau berkendara 9
Abu Muhammad & Zainuri Siroj, Op.Cit., hlm. 3.
10
Totok Jumantoro & Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 3. 11
hlm. 4
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008),
26
g) Orang yang berhadats kecil boleh membaca Al-Qur’an tanpa mushaf h) Wanita haid dan nifas boleh membaca Al-Qur’an i) Dianjurkan membersihkan mulut dengan siwak sebelum membaca j) Disunahkan membaca istiadzah dan Basmallah sebelum membaca k) Dianjurkan
membaca
Al-Qur’an
secara
tartil
dan
makruh
membacanya dengan kecepatan yang berlebihan l) Dianjurkan memanjangkan bacaan m) Dianjurkan membaguskan suara ketika membaca dan dilarang membaca dengan nada seperti nyanyian n) Menangis ketika membaca atau mendengarkan o) Dianjurkan membaca Al-Qur’an dengan suara keras manakala tidak menimbulkan dampak negatif p) Tenggat waktu yang dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an q) Disunahkan berhenti membaca ketika mengantuk berat r) Dianjurkan untuk tidak memotong bacaan Al-Qur’an s) Disunahkan membaca tasbih ketika membaca ayat tasbih, memohon perlindungan ketika membaca ayat azab, dan memanjatkan permohonan ketika membaca ayat rahmat t) Disunahkan melakukan sujud tilawah ketika melewati ayat Sajdah u) Makruh mencium mushaf dan meletakkannya dikening
27
v) Makruh menempelkan ayat-ayat Al-Qur’an pada dinding atau lainnya12
Adapun keutamaan dalam membaca Al-Qur’an ialah sebagai berikut: a) Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah swt Orang yang membaca Al-Qur’an akan diberikan ganjaran pahala oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fathir: 29). b) Al-Qur’an yang dibaca akan menjadi syafaat di hari kiamat c) Orang yang membaca Al-Qur’an digambarkan sebagai orang yang berbau harum, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
ِ قَا َل رسو ُل:ضي اهلل ع ْنه قَا َل ِ ِّ عن أَبِي موسى ْاألَ ْشع ِر اهلل َْ ُ َ ُ َ ي َر َُ َ َ ُ َِّ َّ ِ َّ ،آن َمثَ ُل ْاألُتْ ُرَّج ِة َ َمثَ ُل ا ْل ُم ْؤ ِم ِن الذي َي ْق َأُر ا ْلقُ ْر:صلى َعلَ ْيه َو َسل َم َ َِّ آن َ ط ْع ُمهَا َ ِّب َو َ يحهَا ٌ طي ٌ طي ُ ِر َ َو َمثَ ُل ا ْل ُم ْؤ ِم ِن الذى الَ َي ْق َأُر ا ْلقُ ْر،ِّب 12
Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub & Harits bin Zaidan Al-Muzaidi, Panduan Etika Muslim Sehari-Hari, (Surabaya: Pustaka Elba, 2009), hlm. 75-116
28
ِ و َمثَ ُل ا ْل ُمَن ِاف.يح لَهَا وطَ ْع ُمهَا ُح ْل ٌو ق الَِّذي َي ْق َأُر َ َمثَ ُل التَّ ْم َرِة الَ ِر َ َ ِ الر ِ و َمثَ ُل ا ْل ُمَن ِاف،ِّب ُمٌّر ال َ ق الَِّذى َ يحهَا ٌ طي ُ ِر،يح َانة َ َّ آن َمثَ ُل َ ا ْلقُ ْر َ )يح َوطَ ْع ُمهَا ُمٌّر (رواه مسلم ٌ آن َك َمثَ ِل ا ْل َح ْنظَلَ ِة لَ ْي َس لَهَا ر َ َي ْق َأُر ا ْلقُ ْر “Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, dia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda,’Perumpamaan orang mukmin yang pandai membaca dan memahami Al-Qur’an adalah seperti pohon Utrujah (buah lemon) yang sedap baunya dan enak rasanya. Perumpamaan orang mukmin yang tidak pandai membaca dan memahami Al-Qur’an adalah seperti buah kurma yang tidak berbau tetapi manis rasanya. Perumpamaan orang munafik yang pandai membaca dan memahami Al-Qur’an seperti buah yang harum baunya tetapi pahit rasanya. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak pandai membaca dan memahami Al-Qur’an adalah seperti buah labu yang tidak berbau harum dan pahit rasanya.”13 (HR. Muslim) d) Mendengarkan dan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang dibacakan orang dan pendengar ini diberi pahala dan rahmat oleh Allah swt14 Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-A’raf: 204)
Maksudnya jika dibacakan Al-Qur’an kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam
13 14
Muhammad Nashirudin Al-Albani, Op.Cit., hlm. 801.
M. Quraish Shihab, dkk, Ensiklopedi Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 792-793.
29
sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. 4. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an Indikator-indikator kemampuan membaca Al-Qur’an dapat diuraikan sebagai berikut: a) Kelancaran membaca Al-Qur’an Lancar ialah tidak tersangkut-sangkut; tidak terputus-putus; tidak tersendat-sendat; fasih; tidak tertunda-tunda; berlangsung dengan baik.15 Yang dimaksud dengan lancara disini ialah membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tidak terputus-putus. b) Ketepatan membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid Tajwid menurut bahasa berasal dari kata jawwada, jujawwidu atau tajwidan (membaguskan atau membuat bagus). Dalam ilmu Qiraah, mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifatsifat yang dimilikinya, baik yang asli maupun yang datang kemudian. Jadi ilmu tajwid ialah ilmu yang memperlajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan AlQur’an, meskipun pengucapan huruf-huruf hijaiyah di luar Al-Qur’an juga harus dilakukan secara benar karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang lain.16 15 16
Departemen Pendidikan Nasional , Op.Cit., hlm. 781.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm. 43.
30
Jadi, Ilmu tajwid berguna untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membacanya. Adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardhu ‘ain atau kewajiban pribadi. Dengan demikian hal ini menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim, bahwa kita harus menjaga dan memelihara kehormatan, kesucian, dan kemuliaan Al-Qur’an dengan cara membaca Al-Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya. c) Kesesuaian membaca dengan makhrajnya Sebelum membaca Al-Qur’an, sebaiknya seseorang terlebih dahulu mengetahui makhraj badan sifat-sifat huruf, sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul huruf ialah membaca hurufhuruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti tenggorakan, ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain.17 Secara garis besar makharijul huruf terbagi menjadi 5, yaitu: 1) Jawf artinya rongga mulut 2) Halq artinya tenggorokan 3) Lisana rtinya lidah 4) Syafatani artinya dua bibir 5) Khoisyum artinya dalam hidung.18 17
Abdul Majidkhon, Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash, hlm.44 18
Abdullah Asy‟ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo), hlm.46
31
B. Kemampuan Menulis Al-Qur’an 1. Pengertian Kemampuan Menulis Al-Qur’an Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “mampu” yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “kan” yang berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kita berusaha dengan diri sendiri. 19 Dan menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti membuat huruf (angka) dengan pena (pensil, kapur); melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.20 Jadi dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis Al-Qur’an ialah kecakapan membuat huruf Arab (hijaiyah) dengan pena (pensil, kapur). Dalam menulis huruf hijaiyah, diperlukan keterampilan dan potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang tidak dilatih secara kontinyu dan konsisten, maka potensi tersebut menjadi hilang perlahan-lahan. 2. Anjuran Mendidik Anak Menulis Al-Qur’an Selain menyeru anak membaca Al-Qur‟an Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf Al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis (kitabah) Al-Qur‟an dengan baik dan benar, baik dengan cara imla’ ataupun dengan cara menyalin (nask) dari mushaf.21
19
Departemen Pendidikan Nasional, Op.cit., hlm. 869.
20
Ibid., hlm.1497.
21
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,2004), hlm. 68
32
Firman Allah swt
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,” (QS. Al-Qalam: 1) Tuhan kita bersumpah dengan kalam (pena) dan kitab yang ditulis, bahwa Muhammad yang dikaruniai nikmat kenabian itu bukanlah orang gila seperti yang kamu sangkakan. Bagaimana dia gila, sedang kitab-kitab dan pena-pena disediakan untuk menulis wahyu yang diturunkan kepadanya. Allah swt bersumpah dengan kalam dan kitab untuk membuka pintu pengajaran dengan keduanya itu, karena Tuhan kita bersumpah dengan kecuali dengan urusan-urusan yang besar. Apabila Dia bersumpah dengan matahari dan bulan, malam dan fajar, maka itu disebabkan besarnya makhluk dan keindahan ciptaan-Nya. Apabila Dia bersumpah dengan kalam dan kitab, maka itu disebabkan luasnya ilmu dan pengetahuan, yang dengannya jiwa didik, urusan sosial dan pembangunan menjadi maju, dan kita menjadi umat yang terbaik.22 Sebagaimana belajar membaca Al-Qur’an, anak juga ditekankan untuk lebih giat belajar menulis Al-Qur’an. Hasan bin ali ra berpendapat, “Barang siapa yang tidak mampu menghafal, hendaklah dia mencatat atau menuliskannya.”23
22
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi Juz 29, (Semarang: Karya Toha Putra), hlm. 36. 23
Ahmad Syarifudin, Op.Cit., hlm. 21.
33
3. Cara Menulis Al-Qur’an Ada beberapa cara penulisan huruf Arab (Al-Qur’an) a) Penulisan huruf Arab (Al-Qur’an dimulai dari arah sebelah kanan ke kiri. b) Huruf-huruf itu ada yang dapat menyambung dan disambung, ada yang bisa disambung tetapi tidak bisa menyambung. Di antara 28 huruf hijaiyah di bawah ini adalah huruf-huruf yang dapat disambung tetapi tidak dapat menyambung.
ا د ذر زو Selain enam huruf di atas, semua huruf dapat menyambung dan disambung Tabel 2.1 Contoh Sambung
Pisah
Sambung
Pisah
محل بني قمل نصح سهل كبس
حمل بين قلم نصح سهل كبس
اخذ سأل رزق جوب واحد رسو
اخ ذ سأل رزق جوب واحد سرو
c) Masing-masing mempunyai bentuk huruf sesuai posisinya ( di depan, tengah, belakang atau terpisah
34
Tabel 2.2 Contoh Penulisan Huruf Hijaiyah Berdasakan Letaknya Contoh
Di akhir
Di tengah
Di awal
Berdiri sendiri
Bunyi
Nama
ااا بـبـب تـتـت ثـثـث جـجـج
ـا ــب ــت ــث ــج
ـ ـبـ ـتـ ـثـ ـجـ
ـ بـ تـ ثـ جـ
ا ب ت ث ج
A B C D E
Alif Ba Ta Tsa Jim
d) Semua huruf Arab adalah konsonan, termasuk alif, wawu dan ya (sering disebut huruf illat), maka mereka memerlukan tanda vokal (sakal).24 4. Indikator Kemampuan Menulis Al-Qur’an Indikator-indikator kemampuan menulis huruf Al-Qur’an, di antaranya: a) Ketepatan menulis huruf hijaiyah secara bersambung dan tanda bacanya Ketepatan di sini, anak mampu membedakan huruf-huruf yang disambung ketika berada di awal, di tengah, ataupun di akhir suatu lafadz atau kata. b) Ketepatan huruf Di sini dimaksudkan santri dapat menulis dengan tepat hurufhuruf yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an tanpa melihat teks dan 24
http://www.scribd.com/doc/165614494/Huruf-Arab-dan-cara-penulisannya-docx#scribd diakses pada tanggal 2 Maret 2015.
35
hanya dibacakan oleh peneliti yang dibantu oleh ustadz yang menaunginya. c) Kerapihan menulis ayat-ayat Al-Qur’an Santri mampu menulis huruf-huruf hijaiyah dengan tertata rapi dan bagus serta mudah untuk dibaca.
C. Kerangka Berfikir Setiap manusia percaya bahwa Al-Qur’an adalah sumber nilai ajaran Islam yang utama. Untuk mengetahui isi kandungan Al-Qur’an, umat Islam hendaknya dapat membaca Al-Qur’an terlebih dahulu. Belajar Al-Qur’an hendaklah dari semenjak kecil, sebaiknya dari semenjak berumur 5 atau 6 tahun, sebab umur 7 tahun disuruh mengerjakan sembahyang. Menjadikan anak-anak dapat belajar Al-Qur’an mulai dari semenjak kecil itu adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Berdosalah orang tua yang mempunyai anak-anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca AlQur’an. Tidak ada malu yang paling besar di hadapan Allah nantinya, bilamana anak-anaknya tidak pandai membaca Al-Qur’an . sebaliknya tidak ada kegembiraan yang lebih memuncak nantinya, bilamana orang tua dapat menjadikan anaknya pandai membaca Al-Qur’an.25 Mendidik anak membaca Al-Qur’an sangatlah penting. Namun mendidik anak menulis juga tak kalah pentingnya. Anak dapat menulis atau
25
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 128-129.
36
mencatat sesuatu yang tak mudah mereka hafalkan. Sehingga anak mempunyai catatan jangka panjang untuk dapat mereka pelajari kembali. Al-Qur’an ditulis dengan bahasa Arab, maka kegiatan tulis menulis yang ditekankan adalah kegiatan tulis menulis huruf-huruf hijaiyah. Menurut Prof. Dr. Tahiyyaabdul Aziz, bahasa Arab merupakan sumber pertama bahasa-bahasa didunia. Digunakan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an agar umat manausia mau belajar, membaca, menulis dan mengkajinya. 26 Sehingga hubungan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan kemampuan menulis huruf hijaiyah atau huruf Al-Qur’an adalah suatu hubungan yang sangat penting dan saling mempengaruhi, di mana jika seseorang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, maka akan baik juga kemampuan menulis Al-Qur’an. Sebaliknya, apabila kemampuan membaca Al-Qur’annya rendah, maka akan rendah pula kemampuan menulis Al-Qur’annya. Selain itu bimbingan dari lembaga pendidikan sangatlah dibutuhkan melatih santri membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
26
Ahmad Syarifudin, Op.Cit., hlm. 70