BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Penelitian Evaluasi Program 2.1.1. Pengertian Penelitian Evaluasi Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu aktivitas, program, atau proyek dengan cara pencapaiannya (Mulyono,2009). Sedangkan menurut Rika Dwi (2009) Evaluasi adalah sebuah
proses
dimana
keberhasilan
yang
dicapai
dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan
pengidentifikasian
berpengaruh Menurut
pada
Ralph
factor-faktor
kegagalan
Tyler
evaluasi
yang
dan
keberhasilan.
ialah
proses
yang
menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler,1950:69). Sedang Malcolm Provus pencetus Descrepancy Evaluation (1971)
mendefi-
nisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Evaluasi
program
adalah
proses
untuk
mendeskripsikan dan menilai suatu program dengan menggunakan kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu menrumuskan keputusan, kebijakan yang lebih
baik.
Pertimbangannya
adalah
untuk
memudahkan evaluator dalam mendeskripsikan dan
menilai
komponen-komponen
yang
dinilai,
apakah
sesuai dengan ketentuan atau tidak (Edison, 2009). Menurut
Suharsimi
Arikunto (2007:222) penelitian
evaluasi dapat diartikan suatu proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan
nilai-nilai
positif
dan
keuntungan suatu program serta mempertimbangkan proses
serta teknik
yang
telah
digunakan untuk
melakukan suatu penelitian. Dengan meperhatikan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi program adalah suatu prosedur ilimiah yang sistematis yang dilakukan untuk mengukur hasil program sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah direncanakan, dengan cara
mengumpulkan,
menganalisis
dan
mengkaji
pelaksanaan program yang dilakukan secara efektif, merumuskan
dan
menetapkan
kebjakan
dengan
mmpertimbangkan kelebihan dan kekurangan suatu program.
2.1. 2. Fungsi dan Tujuan Penelitian Evaluasi Worten, Blaine R dan James R,Sander (1987) menjelaskan bahwa evaluasi formal antara lain dapat memberi informasi yang dipakai sebagai dasar (1) membuat kebijakan dan keputusan, (2) menilai hasil yang dicapai para pelajar, (3) menilai kurikulum, (4) memberi kepercayaan kepada sekolah, (5)memonitor
dana yang telah diberikan dan (6) memperbaiki materi atau program pendidikan (Farida,2008:3). Sedangkan Scriven (1967) membedakan evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
Evaluasi
Formatif
dilaksanakan
selama program berjalan untuk memberikan informasi yang
berguna
kepada
pemimpin
program
untuk
perbaikan program. Sedang evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen
yang
potensial
tentang
manfaat
atau
kegunaan program (Farida,2008:36-37). Pada prinsipnya tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang akan dievaluasi (Dwiyoga, 2006:50). Sedangkan Suharsimi Arkunto (2008:18) menyatakan bahwa tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian program dengan langkah mengetahui keterlasanaan kegiatan program , karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen yang belum terlaksana dan apa sebabnya. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi memiliki dua fungsi yaitu :1) fungsi formatif, untuk mengumpulkan informasi pada saat kegiatan berlangsung dan dapat digunakan untuk memperbaiki program, 2) Fungsi sumatif yang dilaksanakan setelah kegiatan program selesai
dilaksanakan.
Tujuannya
sejauh mana keterlaksanaan
ingin mengetahui
dan kebermanfaatan
program. Penelitian evaluasi juga bertujuan
untuk
mengevaluasi komponen dan subkomponen program secara keseluruhan.
2.1.3 Prosedur Penelitian Evaluasi program Penelitian evaluasi memiliki prosedur sebagai layaknya
penelitian-penelitian
yang
lain.
Menurut
Suharsimi Arikunto (2007:298) ciri khusus penelitian evaluasi ialah untuk mengambil keputusan
maka
pengambilan kesimpulan penelitian didasarkan pada tolok
ukur
dan
kriteria
tertentu.
Biasanya
yang
dijadikan tolok ukur adalah sasaran yang akan dicapai oleh
program
yang
akan
dilaksanakan.
Prosedur
penelitian evaluasi akan sangat bergantung kepada model atau Model yang akan digunakan.
2.1.4 Model Evaluasi Program Banyak model evaluasi program,
Kaufman dan
Thomas dalam Buku Evaluasi Program Pendidikan (Suharsimi macam
Arikunto,
model
2008)
evaluasi yaitu
menjelaskan : (a)
macam-
Goal Oriented
Evaluation Model, (b) Goal Free Eavaluation Model, (c) Formatif Summatif Evaluation Model, (d) Countenance Evaluation Model, (e) Responsif Evaluation Model, (6) SSE-UCLA Evaluation Model, (f) CIPP Evaluation Model (Context Input ProcessProduct), (g) Discrepancy Model.
Dalam
Evaluation
penelitian
Model
ini
(DEM)
digunakan
yang
Discrepancy
dikembangkan
oleh
Malcolm Provus .
2.1.5 Pengertian Discrepancy Evaluation Model
Discrepancy
Model
atau
Model
Kesenjangan
adalah model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus yang
menekankan
pada
pandangan
adanya
kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan evaluator mengukur besarnya kesenjangan
yang
ada
di
setiap
komponennya.
Sedangkan Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa
Discrepancy Evaluation Model memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain. Model kesenjangan merupakan model yang ”luwes” karena dapat, dan bahkan harus digunakan pada semua jenis program ( Suharsimi Arikunto, 2009:58).
2.1.6. Langkah-langkah Evaluasi Kesenjangan Ada 5 (lima)
langkah atau tahapan evaluasi
program yaitu : a) Tahap penyusunan Disain yang meliputi kegiatan (1) merumuskan
tujuan
program,
(2)
Menyiapkan
audiens, personil dan kelengkapan lain, (3) Menentukan Kriteria (standar) dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada sesuatu yang dapat diukur.
b)
Tahap
Pemasangan
Instalasi
(Installation)
yang
meliputi kegiatan : (1) menilai kembali penetapan kriteria (standart) yang telah ditetapkan pada tahap penyusunan
disain,
(2)
meninjau/memonitor
program yang sedang dilaksanakan, (3) meneliti kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan apa yang telah dicapai, c) Tahap Proses (Pengumpulan data), kegiatan yang dilakukan antara lain :mengadakan evaluasi terhadap tujuan-tujuan manakah yang telah dan akan dicapai. d) Tahap pengukuran tujuan (Product), yaitu mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh. e) Tahap Perbandingan (program comparison), yaitu membandingan hasil yang telah dicapai dengan tujuan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya
(Tatangmanguny,2013).
2.2. Pengertian Supervisi Akademik Sergiovani menyatakan:
dan
Starrat
(Mulyasa:111)
“ Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu para guru dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemam-puannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif”. Dalam buku Metode dan Teknik Supervisi Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan seperti Gregorio (1966), Glickman Carl D (1990), Sergiovanni (1993)
dan
Gregg
Miller
(2003),
memberikan
kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar. Supervisi kegiatan
akademik
membantu
adalah
guru
serangkaian
mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan
pembelajaran
(Daresh,
1989,
Glickman, et al; 2007). Dalam buku Metode dan Teknik Supervisi Glickman (1981) menyatakan bahwa Supervisi
akademik
harus
secara
langsung
mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam
mengelola
karakteristik Sehubungan
proses
esensial dengan
ini,
pembelajaran.
Inilah
supervisi
akademik.
janganlah
diasumsikan
secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang
bisa
diaplikasikan
dalam
semua
kegiatan
pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun
perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Depdiknas, 2007:10). Sergiovanni (1987) dan Daresh (1989) dalam buku Metode dan Teknik Supervisi menegasan bahwa tingkat
kemampuan,
kebutuhan,
minat,
dan
kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Depdiknas, 2007:10). Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan dengan
baik,
kemampuannya
sehingga
jelas
harus
waktu
didesain
mulai
dan
berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena
supervisi
akademik
merupakan
tanggung
jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru. Dengan berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembang kan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang harus di design dengan baik yang diwujudkan dalam program supervisi akademik.
Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru
semakin
peserta
mampu
didiknya.
memfasilitasi
Secara
rinci,
belajar
tujuan
bagi
supervisi
akademik akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.
2.1.1 Tujuan supervisi akademik Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi peserta didikpeserta didiknya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik
diharapkan
kualitas
akademik
yang
dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan janganlah
kemampuan
ditafsirkan
ditekankan
pada
secara
dalam
konteks
sempit,
peningkatan
ini
semata-mata
pengetahuan
dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen
(commitmen)
atau
kemauan
(willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru,
kualitas
pembelajaran
akan
meningkat.
Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.1. Pengembangan Profesionalisme
TIGA TUJUAN SUPERVISI
Penumbuhan Motivasi
Pengawasan kualitas
Gambar 1.1. Tiga tujuan supervisi akademik a.
Supervisi
akademik
maksud
membantu
diselenggarakan guru
dengan
mengembangkan
kemampuannya profesionalnya dalam memahami akademik,
kehidupan
keterampilan
kelas,
mengajarnya
mengembangkan
dan
menggunakan
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. b.
Supervisi
akademik
diselenggarakan
dengan
maksud untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas
di
saat
guru
sedang
mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik-peserta didiknya. c.
Supervisi mendorong dalam
akademik guru
diselenggarakan
menerapkan
melaksanakan
untuk
kemampuannya
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki
perhatian
yang
sungguh-sungguh
(commitment)
terhadap tugas dan tanggung jawabnya. d.
Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential function ) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
2.1.2 Pelaku Supervisi Akademik Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomer 20 tahun
1990
Pelaku
Supervisi
Akademik
adalah
Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik Konsep
dan
tujuan
supervisi
akademik
sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para praktisi
supervisi
akademik
atau
kepala
sekolah.
Namun memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah
baik
suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi
akademik
kepala
sekolah
prinsip-prinsip supervisi akademik.
menerapkan
Di Nasional
dalam
Peraturan
(Permendiknas)
Menteri
Nomor
13
Pendidikan Tahun
2007
tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Dalam rangka itu seorang guru yang berkeinginan menjadi kepala sekolah
perlu
pelatihan
mengikuti
supervisi
program
akademik
pendidikan dan
dalam
peningkatan
profesionalisme guru. Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan
teori
supervisi
akademik
sebagai
landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group
process)
telah
banyak
dibahas
dan
dihubungkan
dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-mata
untuk
menunjukkan
bahwa
perilaku
supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam
proses
supervisi
akademik,
supervisor merupakan bagian darinya.
sedangkan
Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut. 1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972). 2. Supervisi
akademik
berkesinambungan. tugas
bersifat
harus Supervisi
sambilan yang
dilakukan
secara
akademik
bukan
hanya
dilakukan
sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu
essential
function
dalam
keseluruhan
program
sekolah (Alfonso dkk, 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah
berarti
selesailah
tugas
supervisor,
melainkan
harus
berkesinambungan.
tetap Hal
dibina
ini
logis,
secara mengingat
problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang. 3.
Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung
jawab
perbaikan
program
akademik
bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya
direncanakan,
dikembangkan
dan
dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor. 4.
Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan perilaku
terdapat
dengan
bermacam-macam
tujuan
sama,
yaitu
sistem tujuan
pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa perilaku
sistem
perilaku
akademik,
administratif,
sistem
perilaku
sistem
kepeserta
didikan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus
dilaksanakan
secara
integral.
Dengan
demikian, integral
maka
program
dengan
program
supervisi
akademik
pendidikan
secara
keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972). 5. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan
hasil
analisis
kebutuhan
pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan
supervisi akademik, berupa
pengawasan
kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka. 6.
Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik
bukanlah
sekali-kali
untuk
mencari
kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan kegiatan tujuannya
supervisi
akademik
penilaian
unjuk
kerjan
bukan
untuk
mencari
kesalahannya.
Supervisi
itu
terdapat
guru,
tetapi
kesalahan-
akademik
akan
mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam
memahami
dan
memecahkan
problem akademik yang dihadapi.
problem-
7.
Dalam
menyusun,
mengevaluasi, akademik
keberhasilan
harus
penyusunan
melaksanakan, program
obyektif.
program
dan supervisi
Objektivitas
berarti
bahwa
dalam program
supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu
pula
program
dalam
supervisi
mengevaluasi akademik.
Di
keberhasilan sinilah
letak
pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas mengukur
dan
reliabilitas
seberapa
yang
kemampuan
tinggi
untuk
guru
dalam
mengelola proses pembelajaran.
2.1.4. Metode dan Teknik Supervisi Akademik Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang
dapat
dilakukan
pengawas.
Metode-metode
tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelamahan. Ada
bermacam-macam
teknik
supervisi
akademik
dalam upaya pembi- naan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin
profesional,
perpustakaan
profesional,
laboratorium kuriku- lum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran,
pengembangan
kurikulum,
pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata,
lokakarya, kunjunganantarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi
dua
kelompok,
yaitu.
teknik
supervisi
individual, danteknik supervisi kelompok. 2.1.4.1 Teknik Supervisi Individual Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknikteknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
2.1.4.2 Teknik Supervisi Kelompok Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program
supervisi
yang
ditujukan
pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau sama
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang dikelompokkan
satu/bersama-sama. diberikan
layanan
atau
dikumpulkan
menjadi
Kemudian
kepada
mereka
supervisi
sesuai
dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (a) Kepanitiaan-kepanitiaan,
(b) Kerja kelompok, (c)Laboratorium kurikulum, (d)Baca terpimpin, (e)Demonstrasi pembelajaran, (f)Darmawisata, (g)Kuliah/studi,
(h)Diskusi
panel,
(i)Perpustakaan
jabatan, (j)Organisasi professional, (k)Buletin supervisi, (l)Pertemuan
guru,
(n)Lokakarya
atau
konferensi
kelompok. 2.1.5 Fungsi Supervisi Akademik Supervisi akademik memiliki peran yang amat penting karena pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan
kemampuan
profesional
guru
dan
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik
serta membantu guru dan
kepala sekolah menciptakan lulusan yang baik dari segi kualitas
maupun
2009:3).
Oleh
kuantitas
karena
itu,
(Made
kegiatan
Pidarta,
supervisi
ini
hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu
kegiatan
yang
dipandang
positif
dalam
meningkatkan proses pembelajaran. Apabila konsepkonsep
ideal
tersebut
dilaksanakan,
maka
dapat
diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat secara signifikan. Ngalimin
Purwanto
(2008:76)
menjelaskan
bahwa
Supervisi (akademik) merupakan kegiatan pembinaan yang direncanakan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dan pegawai lainnya dalam melaksanakan proses
pembelajaran,
atau
mendukung
proses
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional
guru
dan
meningkatkan
kualitas pembelajaran secara efektif. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) supervisi
akademik
akademik
yang
yang
baik
adalah
supervisi
mampu berfungsi mencapai
multi
tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar
guru.
Pada
gilirannya
nanti
perubahan
perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar peserta didik yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem
pengaruh
perilaku
supervisi
akademik
sebagaimana gambar 1.2 .
Perilaku Supervisi Akademik
Perilaku Akademik
Perilaku Belajar Siswa
Gambar 1.2 Sistem Fungsi Supervisi Akademik
Sumber: Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F. (1981). Instructional Supervision, A Behavior System, Boston, Allyn and Bacon, Inc., halaman 45. Gambar 1.2 tersebut di atas memperjelas dalam memahami
sistem
pengaruh
perilaku
supervisi
akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi
perilaku
mengajar
guru
sehingga
perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar peserta didik. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa
tujuan
akhir
supervisi
akademik
adalah
terbinanya perilaku belajar peserta didik yang lebih baik.
2.1.6 Program Supervisi Akademik Untuk melaksanakan Supervisi akademik maka Kepala Sekolah perlu menyusun program supervisi akademik yang terdiri rangkaian perencanaan supervisi akademik, pelaksanaan supervisi dan evaluasi tindak lanjut dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Perencanaan Supervisi Akademik. Penyusunan diawali
dengan
program
penyusunan
supervisi
akademik
rencana
supervisi
akademik.
Pada
dokumen
akademik
tercantum
:
Perencanaan
Supervisi
prinsip-prinsip
Supervisi
Akademik, tujuan dan sasaran Supervisi akademik, Model dan tehnik supervisi akademik serta instrumeninstrumen
yang
dibutuhkan
dalam
pelaksanaan
supervisi akademik. b. Pelaksanaan supervisi akademik Pada pelaksanaan
program harus disiapkan
instrumen dan pedoman penilaian , menggunakan langkah-langkah atau prosedur supervisi yang benar. Dalam Buku Metode dan Tehnik Supervisi (Kementrian Pendidikan
dan
Kebudayaan
dinyatakan
langkah-
langkah supervisi akademik adalah dalam gambar 1.3. sebagai berikut :
Gambar 1.3.Prosedur atau langkah Supervisi Akademik
Penjelasan
langkah-langkah
diatas
adalah
sebagai
berikut: Langkah 1: Pertemuan Pra-pengamatan. Kepala Sekolah berusaha untuk menjelaskan pada guru kegiatan spesifik di kelas. Berunding dengan guru
untuk
membangun
saling
pengertian
dan
kemudahan komunikasi, sehinga kunjungannya dapat diterima
dan
tidak
menakutkan.
Ia
dapat
mendiskusikan dan memutuskan hal di bawah ini dengan guru, yaitu bagaimana butir-butir di bawah ini akan dilihat: a. metode pembelajaran b. pengelolaan kelas c. situasi belajar dan pembelajaran d. suasana kedisiplinan/disipliner kelas e. presentasi pelajaran f. reaksi siswa g. tugas menulis siswa h. penggunaan alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya Disamping prosedur diatas Kepala Sekolah juga menetapkan teknik kepengawasannya seperti: a. Duduk dibagian belakang dan memperhatikan. b. Berjalan mengelilingi kelas dan melihat apa yang dikerjakan siswa? c. Mencoba memberikan contoh dengan menyajikan sebuah model pembelajaran.
d. Mengajukan sessi tanya jawab di dalam kelas. Langkah-2 Pengamatan. Setelah melakukan pertemuan sebelumnya serta berdiskusi dengan guru, pengawas harus memutuskan hal-hal yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya: a.
apakah guru secara konsisten mendominasi kelas sepanjang waktu?
b.
bpakah ia melibatkan kelas dalam proses?
c.
seberapa banyak ia menggunakan papan tulis?
d.
apakah metodenya efektif?
e.
apakah tayangan dalam alat bantu audio visual dan
alat
bantu
pembelajaran
lainnya relevan
dengan materi ajar? f.
seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi di dalam kelas?
Selama
pengamatan,
pengawas
mencatat
butir
petunjuk konstruktif dan positif, yang nantinya akan didiskusikan dengan guru. Langkah-3 Analisis hasil pengamatan Kepala Sekolah mengorganisasi data pengamatan ke dalam bidang/mata pelajaran yang jelas untuk umpan balik pada guru. Kepala Sekolah kemudian membuat pada
data
analisis yang
yang ada
menyeluruh/komprehensif untuk
menafsirkan
hasil
pengamatannya. Jika ini merupakan proses daur ulang, maka ia menentukan apakah dibutuhkan perubahan
yang
menyeluruh. Jika
demikian, apakah
mereka
memiliki pengaruh yang diinginkan terhadap bidang yang menjadi minatnya. Berdasarkan analisisnya, maka Kepala Sekolah kemudian mengidentifikasi perilaku pembelajaran yang positif, yang harus dipelihara dan perilaku negatif yang harus dirubah, agar dapat menyelesaikan /menanggulangi masalah. Langkah-4 Pertemuan setelah pengamatan Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan sedemikian sehingga guru dapat memahami temuan, mengubah perilaku yang teridentifikasi
dan
mempraktekkan
panduan
yang
diberikan. Penerimaan
dan
internalisasi
merupakan
capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila hubungan antara guru dengan Kepala Sekolah dapat digolongkan ke dalam sifat kooperatif dan kolegialitas yang tidak mengancam. Hubungan yang bersahabat merupakan hubungan yang banyak manfaatnya, karena keduanya akan banyak memperoleh manfaaat dengan bekerja bersama. Hubungan mereka harus menunjukkan : a. kepercayaan timbal balik terhadap kemampuannya masing-masing b. kepercayaan/ketergantungan
satu
sama
lain
sebagai bentuk pertolongan/bantuan konstruktif
c.
pendirian
untuk
saling
bekerja
sama
menuju
tujuan bersama Dari umpan balik Kepala Sekolah dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama: a. perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara. b. strategi-strategi
alternatif
untuk
mencapai
perubahan yang diinginkan. c.
kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan. Asumsinya adalah apabila perilaku guru berubah,
maka
permasalahan
spesifik
dalam
bidang
yang
menjadi perhatian akan dapat diselesaikan.
6. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah a. Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi secara utuh. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi
di
dipersyaratkan.
antara
sekian
Kompetensi
perpaduan
antara
Betapapun
tingginya
kompetensi
tersebut
kemampuan kemampuan
dan
yang
merupakan motivasi.
seseorang,
ia
tidak akan bekerja secara profesional apabila ia
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan
tugas-tugasnya.
Sebaliknya, betapa
pun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki
kemampuan
mengerjakan
yang
tugas-tugasnya.
tinggi
dalam
Selaras
dengan
penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh
Glickman
(1981).
Menurutnya
ada
empat
prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proto tipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan
ke
dalam
prototipe
profesional
apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of
abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment). b. Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada apa seharusnya program supervisi akademik. Supervisi
akademik
membuat
guru
yang
semakin
baik
harus
kompeten,
mampu
yaitu
guru
semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian,
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
professional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi
akademik
pengembangan
harus
seluruh
menyentuh kompetensi
pada guru.
Sehubungan dengan pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik
dalam perencanaannya, pelaksana-annya, maupun penilaiannya. 1) Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive
aspects
of
professional
development
(yang
selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai
guru.
dukungan
terhadap
Penguasaannya
merupakan
keberhasilannya
mengelola
proses pembelajaran. Ada empat kompetensi yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensikompetensi dan
sosial.
kepribadian,
pedagogik, professional,
pemahaman
dan
pemilikan
guru
terhadap tujuan akademik, persepsi dan kompetensi guru terhadap peserta didik, pengetahuan guru tentang materi, dan penguasaan guru terhadap teknik.
Aspek
substansi
pertama
dan
kedua
merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana
peserta
didik-peserta
didik
belajar,
penciptaan hubungan guru dan peserta didik, dan faktor
lainnya.
Aspek
substansi
ketiga
merepresentasikan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Adapun aspek substansi
keempat
merepresentasikan
penguasaan
guru
manejemen,
seberapa
terhadap
teknik
pengorganisasian
keterampilan
lainnya
yang
luas
akademik,
kelas,
dan
merupakan
unsur
akademik yang efektif. 2) Kedua, apa yang disebut dengan professional
development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru
tidak
lainnya.
berbeda
Ia
dengan
harus
kasus
mengetahui
profesional bagaimana
mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan peserta
tujuan
didiknya,
akademik.
Tetapi,
akademik,
materi
peserta
pelajaran,
mengetahui
keempat
aspek
substansi
Seorang
guru
harus
ini
dan
dan
teknik
memahami
belumlah
mampu
didik-
cukup.
menerapkan
pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas
berdasarkan
kemampuan
yang
dimilikinya.
Percumalah
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
dimiliki
oleh
seorang
guru,
apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
Akhirnya
seorang
guru
harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan
bilamana
merujuk
kepada
Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan harus dijadikan perhatian utama kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik, badian,
yaitu
kompetensi-kompetensi
pedagogik,
professional,
kepri-
dan
sosial.
Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten.
2.1.7 Evaluasi dalam supervisi akademik Proses evaluasi merupakan proses yang amat penting. Dapat dikatakan bahwa tidak ada bimbingan efektif tanpa proses evaluasi. Evaluasi adalah suatu tindakan pengujian terhadap manfaat (worth ), kualitas, kebermaknaan, jumlah, kadar atau tingkat, tekanan atau kondisi dari beberapa perbandingan situasi (dari hasil evaluasi dari beberapa situasi yang sama yang digunakan
sebagai
standar
perbandingan),
yang
kualitasnya telah diketahui dengan baik. Berikut beberapa definisi tentang evaluasi. Bahwa
dalam
sistem
pendidikan,
kualitas
pembelajaran dapat dikategorikan mulai dari yang unggul, baik, memadai, buruk dan tidak ada harapan.
Penentuan jenjang kualitas ini merupakan fungsi evaluatif dari pengawasan/supervisi akademik, baik dari kepala sekolah maupun dari pengawas. “ Evaluasi adalah proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambil keputusan dalam memilih diantara beberapa alternative (Alkin)”
Dalam pendidikan, didefinisikan sebagai:
supervisi
akademik
“Proses peningkatan pembelajaran melalui kerjasama dengan orang lain untuk membantu siswa. Ini adalah sebuah proses yang dapat merangsang pertumbuhan dan cara membantu guru untuk membantu mereka sendiri. Program pengawasan adalah salah satu program peningkatan pembelajaran” (Spers)
2.7.1 Karakteristik Evaluasi Karakteristik evaluasi adalah: 1. mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi. 2. memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan. 3. menyediakan
informasi
yang
berguna
(ilmiah,
penyimpangan/kelemahan
untuk
reliabel, valid dan tepat waktu) 4. melaporkan
memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga. Penelitian pada kebiasaan supervisi menyatakan bahwa, kebanyak sekolah mengurangi tujuan awal dari supervisi akademik/instruksional dengan mengganti kannya dengan evaluasi (Sullivan & Glanz, 2000). Maksud
dari
evaluasi
adalah
untuk
melihat
ketercapainya dengan ketentuan standar pendidikan nasional
dan
kebijakan
Pemerintah.
Menguji
/menentukan nilai guru pada akhir tahun, dan dapat pula digunakan untuk menentukan apakah seorang guru layak untuk mengajar atau tidak. Peterson (2000) menyatakan 12(duabelas) hal dalam evaluasi guru yang dapat menjembatani jurang pemisah antara supervisi dan evaluasi: 1. tekankan
untuk
bahwa fungsi evaluasi guru adalah
menemukan,
mendokumentasikan,
dan
memberi pengakuan terhadap hasil pembelajaran yang baik 2. gunakan alasan yang baik untuk mengevaluasi 3. tempatkan guru sebagai pusat aktivitas evaluasi 4. gunakan
lebih
dari
satu
orang
untuk
mempertimbangkan kualitas dan kinerja guru 5. batasi peran/pertimbangan kepala sekolah dalam
mengevaluasi guru 6. gunakan sumber data majemuk untuk melaporkan
tentang kualitas guru 7. apabila
mungkin,
termasuk
data
aktual
hasil
belajar siswa 8. gunakan variabel
sumber data untuk melapor
kan keputusan/pertimbangan tentang guru 9. luangkan waktu dan gunakan sumber-sumber lain
yang
dibutuhkan
untuk
dapat
terjadinya pembelajaran yang baik.
menyatakan
10. gunakan hasil penelitian dalam mengevaluasi guru
secara benar 11. perhatikan pengevaluasian guru secara sosilogis 12. gunakan hasil evaluasi guru untuk mendorong
catatan
pengembangan
publikasikan
kumpulan
professional hasil
pribadi,
evaluasi,
yang
mendukung sistem peningkatan guru. Supervisi dapat menjadi “jantung sistem evaluasi guru yang baik” (Acheson & Gall, 1997:60), khususnya pada differentiated supervision dan guru menjadi aktor utama dalam proses.