BAB II METODE PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DAN PENERAPAN METODE IQRO’ A. Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an 1.
Pengertian Metode Pembelajaran Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greekyang terdiri dari kataMeta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui.1Asal usul kata suatu metode ini mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.2 Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya yang berjudul “Dasardasar Strategis Dakwah Islam” mengungkapkan bahwa “metode adalah jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien”.3 Metode juga diartikan cara atau jalan yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.4
Sedangkan Pembelajaran diartikan sebagai interaksi antar murid dan guru, murid belajar dan guru selaku tenaga pengajar mengelola sumber-sumber belajar termasuk dirinya sendiri, guna memberikan pengalaman belajar kepada anak didik dalam interaksi
1
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara. 2000), hlm. 97 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),hlm. 61 3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategis Dakwah Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), 2
hlm. 99 4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: CV. Kalam Mulia, 2002), hlm. 1
22
23
yang demikian itu terjadi proses belajar pada peserta didik dan kegiatan mengajar pada pendidik.5 Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode pembelajaran mempunyai nilai yang strategis yaitu dapat mempengaruhi jalanya kegiatan belajar-mengajar.M. Basyarudin Usman, dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Agama Islam” berpendapat bahwa “Metode pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajarmengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran”.6 Kunci salah satu keberhasilan dalam belajar-mengajar adalah penggunaan
metode
yang
efektif,
tepat
dan
efisien
serta
mempunyaitujuan. Penggunaan metode secara Efektif dan efisisen dapat terjadi bila ada kesesuaian antar metode dan semua komponen pengajaran yang telah diprogamkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.7 Menurut M. Arifindalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” mengungkapkan bahwa “Metode pembelajaran yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalanya proses belajar-mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia”.8 Oleh karena itu metode mempunyai kedudukan yang signifikan untuk mencapai tujuan pembelajaran, bahkan metode merupakan sarana dalam mentransfer materi pelajaran dari seorang pendidik kepada peserta didik.
5
Imansjah Alipandre, Dikdatik Metodik (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hlm. 15 M. Basyarudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2000), hlm. 31 7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 87 8 M. Arifin, Op.Cit., hlm. 197 6
24
2.
Pengertian Membaca Al-Qur’an Membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu. Membaca yang di maksud peneliti adalah mambaca atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan makharij, tajwid dan kelancaranya Sedangkan Al-qur’an adalah Firman Allah Swt yang bersifat
(berfungsi) mukjizat (sebagai bukti atas kebenaran atas
kenabian Muhammad saw) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mushaf yang di nukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir dan yang membacanya bernilai ibadah.9 Setelah diuraikan arti membaca Al-qur’an kata demi kata, dapat diambil kesimpulan bahwa membaca Al-qur’an adalah membaca
dengan
huruf
Al-qur’an,
karena
Al-qur’an
menggunakanbahasa dan huruf Arab, maka akan mempelajari caracara membaca Al-qur’an sesuai dengan tajwid yang benar.
3. Kedudukan Metode dalam Belajar-Mengajar Kegiatan belajar-mengajar adalah sebuah interaksi yang betrnilai pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Pendidik dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
9
Masjul Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an (Surabaya: Karya Aditama, 1997), hlm.2.
25
bergairah bagi peserta didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamnya, pendidik gunakan untuk mempersiapkan progam pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usahanya yaitu dengan memahami kedudukan metode dalam belajar-mengajar. Kedudukan metode tidak dapat diabaikan karena metode tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajarmengajar dan merupakan bagian yang integral dalam proses belajarmengajar.10 Kedudukan metode dalam belajar-mengajar sebagai berikut: a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya yang berjudul“Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”mengatakan bahwa“Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diakibatkan dari luar diri peserta didik”.11 Kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar berarti metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah sehingga peserta didik pun akan bergairah dalam belajar.
10
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 72 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 185 11
26
b. Metode sebagai strategi pengajaran Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya “Strategi Belajar Mengajar” berpendapat bahwa“Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik harus memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif, efisien, serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi tersebut adalah dengan menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar”.12 Didalam kelas pendidik akan berhadapan dengan peserta didik dengan bebagai perbedaan dan karakteristiknya. Oleh karena itu, dalam menggunakan metode harus di sesuaikan dengan perbedaan dan karakteristik peserta didik tersebut. c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan Tujuan pengajaran yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakan peserta didik setelah proses belajar-mengajar. Metode merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan, Ketika tujuan dirumuskan peserta didik memiliki keterampialan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Metode harus menunjang pencapaian tujuan”.13 4.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Pembelajaran Dalam pemilihan metode pembelajaran tidaklah sembarangan, melainkan harus mempertimbangkan faktor-faktor lain sebab sebagai
12
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 74 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS (Jakarta : Bumi Aksar, 1991) hlm. 98 13
27
suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran. Antara lain: a. Tujuan Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif”.14 Tujuan mampu memberikan garis yang jelas dan pasti kemana kegiatan interaksi edukatif akan di bawa. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi pendidik dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipilih pendidik tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tetapi metode mengajar yang dipilih itu harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuanya. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar. Jadi, kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode mengajar.15 b. Perbedaan individual anak didik Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual, dan 14
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm.191 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm.191
15
28
psikologis.16 Perbedaan anak didik tadi mempengaruhi dalam pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran. c. Kemampuan guru Kemampuan guru disini yaitu kemampuan guru dalam penggunaan berbagai jenis metode pengajaran. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Kemampuan guru terhadap penguasaan berbagai metode ini di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.17 Hal inilah yang menjadi permasalahan intern pendidik yang dapat mempengaruhi dalam pemilihan dan penentuan metode mengajar. d. Sifat bahan pelajaran Setiap bahan pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan pemilihan metode mengajar.18 Untuk metode tertentu barang kali cocok untuk mata pelajaran tertentu dan tidak cocok untuk yang lain. Oleh karena itu, pendidik harus mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksananakan.
16
Ibid., hlm. 191 Ibid., hlm. 192 18 Ibid., hlm. 192 17
29
e. Situasi kelas Situasi kelas merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih metode. Situasi kelas dari hari ke hari, dari waktu ke waktu selalu berubah sesuai kondisi psikologi peserta didik. Dinamika kelas seperti ini perlu diperhatikan. Ketika pendidik berusaha membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok, pendidik akan menciptakan situasi kelas pada situasi yang lain. Disini tergambar metode mengajar mana yang harus dipilih sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, situasai kelas mempengaruhi pemilihan metode mengajar.19 f. Kelengkapan fasilitas Menurut Slameto, dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS” menerangkan bahwa “Fasilitas
yang tersedia yaitu bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas pengajaran”.20 Penggunaan metode perlu dukungan fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan.21 g. Kelebihan dan kelemahan metode Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pendidik akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi khusus dihadapinya jika memahami sifat
19
Ibid., hlm. 192 Slameto, Op.Cit., hlm. 99 21 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 193 20
30
masing-masing metode tersebut. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.22 h. Waktu yang tersedia Waktu yang tersedia yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dalokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran yang ditentukan.23Untuk materi yang banyak tetapi disampaikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda dengan materi yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian relatif cukup banyak. 5.
Metode Pembelajaran Al-Qur’an Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Diantaranya adalah metode ketukan atau yang biasa dikenal dengan sebutan metode An-Nahdliyah, metode Baghdady, metode Al-Barqy, metode Qiro’ati dan metode Iqro’.24
B. Penerapan Metode Iqro’ 1.
Sejarah Metode Iqro’ Buku Iqro’ ini di susun oleh H. As’ad Humam sekitar tahun 1983-1988. Beliau lahir di Yogyakarta pada tahun1933. Pada tahun
22
Ibid., hlm. 193 Slameto, Op.Cit., hlm. 99 24 Arif Hidayat, Cara Kilat Pandai Membaca Al-Qur’an (Jakarta: PT. Buku Kita, 2011), 23
hlm.21
31
1950-an beliau masih metode Baghdadiyah atau lebih dikenal dengan istiah turutan. Menurut beliau pembelajaran dengan metode ini terlalu lambat karena anak bisa membaca Al-qur’an setelah 2-3 tahun. Pada tahun 1970-an beliau bertemu dengan sejumlah anakanak muda yang dihimpun dalam satu satu wadah yang diberi nama “Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla Yogyakarta” atau biasa disingkat dengan “Team Tadarus AMM”, Bersama tim ini beliau menyusun buku Iqro’ dan buku Iqro’ ini kemudian di tengah masyarakat dikenal dengan istilah “Metode Iqro’”.25 2.
Pengertian Metode Iqro’ Menurut Ahmad Darka, Dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan benar” mengatakan bahwa “Metode iqro’ adalah sebuah metode pengajaran Al-qur’an dengan menggunakan Buku Iqro’ yang terdiri dari 6 jilid dan dapat dipergunakan untuk balita sampai manula”.26
Metode Iqro’ pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik yang akan menggunakannya, maupun pendidik yang akan menerapkan metode tersebut kepada peserta didiknya. Metode iqro’ ini termasuk salah satu
25
H.M.Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995), hlm. 5-8 26 Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan benar (Jakarta: CV. Tunas Utama, 2009), cet. Ke-1, hlm. 13
32
metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia. Dalam pembelajarannya bisa dilakukan secara klasikal, privat, dan asistensi.27 Menurut H. As’ad Human,dalam bukunya yang berjudul “Buku Iqro’ ( Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an )”mengatakan bahwa“ada 10 macam sifat dari buku Iqro’, antara lain:Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat, Modul, Praktis, Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel, Asistensi”.28
3.
Prinsip-prinsip Dasar Metode Iqro’ Prinsip dasar metode Iqro’ antara lain : a. At-thariqah As-shoutiyah At-thoriqoh
as-shoutiyah tidak
dimulai
dengan
mengenalkan nama-nama hurufnya, tetapi langsung dibaca atau langsung diajarkan namanya ini huruf “alif” melainkan diajarkan bunyi suaranya “a” bagi yang bertanda fathah, “i” bagi yang bertanda kasroh, “u” bagi yang bertanda dhommah. Demikian juga tanda baca (harokat) yang menyertainya, juga tidak diperkenalkan namanya.29
27
Arief Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqro’ yang Mudah dan Menyenangkan ( Jakarta: Yayasan Cahaya Madani Semesta, 2008), hlm.11 28 As’ad Human, Buku Iqro: Cara Cepat Belajar Membaca Al-qur’an ( Yogyakarta:Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus”AMM” Yogyakarta, 2000), hlm. 4 29 H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm 15
33
Dalam hal ini buku Iqro’ mengikuti prinsip yang kedua yaitu langsung bunyinya. Yang penting anak bisa baca walaupun tidak mengenal nama hurufnya. b.
At-thariqah Tadaruj Iqro’ menggunakan metode berangsur-angsur atau dikenal dengan istilah “at-thoriqoh bittadarruj”. Hal ini tercermin dalam tahapan-tahapan pokok dari jilid 1 – 6, antara lain : disusun dari yang kongkrit menuju yang abstrak, dimulai dari yang mudah menuju yang sulit, dan dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks.30
c. At-thariqah Riyadlotuil Athfal Prinsip CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) atau prinsip “Biriyadlotil athfal” adalah suatu prinsip pengajaran yang ditandai oleh diutamakannya “belajar” daripada “mengajar”.31 Dalam buku
Iqro’ prinsip
ini
benar-benar
sangat
dipentingkan karena seorang pendidik hanya diperbolehkan menerangkan dan memberi contoh bacaan-bacaan yang tercantum dalam “Pokok Bahasan” sedangkan bacaan pada “lembar kerja” yang digunakan sebagi latihan peserta didik, pendidik tidak boleh ikut membaca atau menuntunnya.
30
Ibid., hlm. 16 Ibid., hlm. 19
31
34
d. At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah bahwa pengajaran itu berorientasi kepada tujuan, bukan kepada alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.32 Dalam kaitannya dengan pengajaran membaca Al-Qur’an, maka tujuan yang hendak dicapai peserta didik bisa membaca AlQur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Mengenai kemampuan mengenal nama-nama hurufhuruf, kemampuan mengeja, mengetahui ilmu tajwidnya dan sebagainya adalah termasuk “alat” untuk tercapainya tujuan tersebut.Dalam buku Iqro’ yang dipentingkan adalah kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Untuk itu : Buku Iqro’ tidak mengenalkan nama-nama huruf dan tanda bacanya sebelum anak bisa membacanya e. At-Thariqah Bimuraa-a’til Listi’daadi Wal-thabiiy Menurut H.M.Budiyanto, dalam bukunya ”Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’“ berpendapat bahwa “Pembelajaran itu haruslah memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi dan watak pembelajar”.33 4.
Materi Pembelajaran Metode Iqro’ a. Iqro’ Jilid I Pelajaran pada jilid I seluruhnya berisi tentang pengenalan bunyi huruf-huruf tunggal berharokat fatkhah. Diawali huruf
32
Ibid., hlm. 20 H.M.Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995), hlm. 21 33
35
asampai dengan huruf ya. Peserta didik mampu membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai dengan makhrojnya dan Peserta didik bisa membedakan secara tepat bunyi huruf-huruf yang memiliki makhroj yang berdekatan.34 b. Iqro’ Jilid II Pokok bahasan jilid II yaitu pengenalan huruf sambung dan pengenalan tanda baca seperti: dengan alif, dengan alif berdiri, dan dengan alif berdiri tambah huruf ya.35 c. Iqro’ Jilid III Pelajaran pada jilid III peseta didik diperkenalkan bacaan kasroh huruf tunggal dan huruf sambung sekaligus, kasroh panjang karena diikuti huruf ya’ sukun dan nama tanda baca kasroh dan sukun. Serta diperkenalkan bacaan dhummah panjang karena diikuti oleh wawu sukun. Disini peserta didik boleh diperkenalkan nama huruf wawu dan tanda dhummah.36 d. Iqro’ Jilid IV Pelajaran pada jilid IV peseta didik diperkenalkan bacaan fatkhah tanwin, kasroh tanwin, dhummah tanwin, bunyi ya’ sukun dan wawu sukun yang jatuh setelah harokat fatkhah, mim sukun, nun sukun, qolqolah, dan pada jilid ini peserta didik sudah
34
Ibid., hlm.9 Arief Gunawan, Op.Cit., hlm. 16 36 H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm. 11 35
36
diperkenalkan huruf-huruf hijaiyyah secra keseluruhan serta namanama tanda bacanya.37 e. Iqro’ Jilid V Isi materi dari jilid V ini adalah: cara membaca alif lam Qomariyah, cara baca akhir ayat atau tanda waqof, cara baca mad far’i, cara baca alif lam syamsiyah, cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idghom bighunnah, cara baca lam dalam lafadz jalalah, dan cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idghom bilaghunnah.38 f. Iqro’ jilid VI Isi pelajaran pada jilid VI adalah idghom Bighunnah, Iqlab, Ikhfa’, tanda waqof, cara-cara mewaqofkan dan membaca Fawatihussuwar atau huruf-huruf pembuka surat.39
5. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Metode Iqro’ Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a.
Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu metode pengajaran dengan cara meniru. Pendidik memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya.
37
Arief Gunawan, Op.Cit., hlm.16 H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm. 12 39 Arief Gunawan, Op.Cit., hlm. 17 38
37
b.
Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu metode pengajaran dengan cara peserta didik melihat gerak-gerik bibir pendidik dan demikian pula sebaliknya pendidik melihat gerak gerik mulut peserta didik untuk mengajarkan makhorijul huruf.
c.
Ath Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu pendidik harus menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif
d.
Ath thriqah bis Sual Limaqoo Shidit Ta’limi, yaitu pendidik mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dan
peserta
didik
menjawab atau pendidik menunjuk bagian-bagian huruf tertentu dan peserta didik membacanya.40
40
H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm.23